• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DESKRIPSI WILAYAH SURAKARTA DAN MASALAH

A. Kondisi Kotamadya Surakarta

BAB II

DESKRIPSI WILAYAH SURAKARTA DAN MASALAH LANJUT USIA

A. Kondisi Kotamadya Surakarta 1. Kondisi Geografis

Kota Surakarta atau lebih dikenal dengan kota “Solo” secara umum adalah dataran rendah yang berada pada pertemuan Sungai Pepe, Sungai Jenes dan Bengawan Solo, dengan ketinggian kurang lebih 92 meter di atas permukaan air laut, dan terletak antara 1100 BT - 1110 BT dan 7,60 LS – 80 LS. Secara administratif wilayah Kotamadya Surakarta berbatasan dengan beberapa daerah, yaitu: Sebelah utara Kota Surakarta berbatasan dengan Kabupaten Daerah Tingkat II Karanganyar dan Boyolali, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Daerah Tingkat II Sukoharjo dan Karanganyar, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Daerah Tingkat II Sukoharjo, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Karanganyar.

Wilayah Kota Surakarta secara umum bertanah datar, hanya bagian utara dan timur agak bergelombang dengan ketinggian kurang lebih 92 meter di atas permukaan air laut. Kota Surakarta memiliki luas kurang lebih 43,51 km2, yang terbagi dalam lima Kecamatan, yaitu Kecamatan Serengan dengan luas 3,15 km2, Kecamatan Laweyan dengan luas 8,55 km2, Kecamatan Jebres dengan luas 12,55 km2 dan Kecamatan Banjarsari dengan luas 14,44 km2.

18

Luas Kota Surakarta adalah 4.404,06 Ha. Penggunaan tanah untuk perumahan yaitu 2.674 Ha, untuk fasilitas atau sarana umum 169,59 Ha, sisanya untuk industri, sawah,tegalan, dan lain-lain. Kota Surakarta yang terdiri dari 5 (lima). Kecamatan yaitu: Kecamatan Laweyan, Kecamatan Serengan, Kecamatan Pasar Kliwon, Kecamatan Jebres dan Kecamatan Banjarsari. Untuk mempermudah pelayanan kepada masyarakat Surakarta maka tiap-tiap Kecamatan dibentuk kalurahan-kalurahan, sehingga pelayanan semakin mudah untuk didapatkan. Masing-masing Kalurahan pun memiliki luas yang berbeda, sehingga banyaknya RW dan RT tergantung dari luas wilayah masing-masing Kalurahan. Hal ini dapat dilihat dari tabel di bawah ini.

Tabel 1.

Banyaknya Kecamatan, Kalurahan, RT, RW dan Kepala Keluarga (KK) di Kota Surakarta Tahun 1977 - 1999.

No Keterangan Tahun 1977 Tahun 1986 Tahun 1996 Tahun 1999 1 KECAMATAN 5 5 5 5 2 KALURAHAN 51 51 51 51 3 RW 380 558 574 590 4 RT 2.015 2.563 2.563 2.603 5 KK 107.065 111.298 118.589 123.840

Sumber data: Badan Pusat Statistik Surakarta 1977-1999.

Berdasarkan tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun semakin meningkat. Antara tahun 1977 sampai tahun 1999 jumlah Kecamatan tidak bertambah, tetap berjumlah lima Kecamatan. Namun, untuk jumlah Kalurahan, RW, RT dan KK semakin bertambah seperti yang terlihat pada tabel 1 di atas. Misalnya pada tahun 1977 jumlah RT 2.015

19

meningkat menjadi 2.603 pada tahun 1999. Untuk jumlah RW pada tahun 1976 jumlah RW sebanyak 308 meningkat pesat pada tahun 1986 menjadi 558 RW. Dari tabel 1 di atas jumlah Kalurahan dan Kecamatan dari tahun 1977 sampai 1999 tidak mengalami peningkatan, tetap berjumlah 51 Kalurahan dan 5 Kecamatan. Sedangkan untuk jumlah dari keseluruhan Kalurahan, RW, RT, dan KK Kecamatan Banjarsari memiliki jumlah paling banyak, karena merupakan Kecamatan yang paling luas di wilayah Surakarta.

2. Kondisi Demografis

Jumlah Penduduk Kota Surakarta dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, dengan peningkatan jumlah penduduk sedangkan lahan untuk tempat tinggal mereka tetap maka akan menimbulkan masalah bagi pemerintah Kota Surakarta. Dapat diketahui bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari penduduk laki-laki. Untuk mengatasi ledakan jumlah pendududuk maka pemerintah mencanangkan program keluarga berencana, dengan slogan dua anak saja cukup.16 Diharapkan dengan program KB ini tiap-tiap keluarga dapat meningkatkan kesejahteraannya, karena dengan keluarga kecil maka biaya hidup tidak akan terlalu besar, misalnya dalam bidang pendidikan, anak-anak mereka diharapkan dapat mengenyam pendidikan yang tinggi. Untuk memperjelas hal tersebut dapat dilihat dari tabel 2 di bawah ini.

16

Biro Pusat Statistik, 1999, Profil Penduduk Lanjut Usia Indonesia, Jakarta: Biro Pusat Statistik, hal. 49.

20

Tabel 2.

Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kota Surakarta Tahun 1977-1999. Jenis Kelamin Jumlah Penduduk Tahun 1977 Tahun 1986 Tahun 1996 Tahun 1999 LAKI-LAKI 207.312 219.083 262.044 268.175 PEREMPUAN 228.003 230.065 273.961 278.294 JUMLAH TOTAL 435.315 449.148 536.005 546.958

Sumber data: Badan Pusat Statistik Surakarta 1977-1999.

Dari tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa penduduk perempuan di Surakarta antara tahun 1977 sampai tahun 1999 lebih banyak dari Laki-laki. Pada tahun 1977 jumlah penduduk sebanyak 425.315 jiwa dan pada tahun 1986 menjadi 449.148 jiwa, peningkatan tersebut tidak terlalu pesat. Peningkatan pesat terjadi antara tahun 1986 sampai 1996, yaitu dari 449.148 jiwa menjadi 536.005 jiwa. Dapat pula dilihat bahwa secara keseluruhan penduduk di Surakarta peningkatannya tidak terlalu cepat antara tahun 1976 – 1999, namun pada siang hari Surakarta terlihat padat karena banyak penduduk di sekitar wilayah Surakarta yang masuk ke Surakarta untuk beraktifitas.17

17

21

Tabel 3.

Banyaknya Penduduk Menurut Usia di Kota Surakarta Tahun 1986-1999.

USIA

TAHUN

1986 1996 1999

PRIA WANITA PRIA WANITA PRIA WANITA

0 – 4 tahun 41.187 42.896 37.651 38.636 38.823 39.88 5 – 14 tahun 51.719 54.417 55.287 57.915 56.17 57.582 15 – 24 tahun 54.365 58.120 57.962 60.809 58.039 60.705 25 – 54 tahun 80.312 84.727 88.563 91.791 90.623 94.616 55 tahun ke atas 17.116 18.732 22.580 24.810 22.286 24.108

Sumber data: Badan Pusat Statistik Surakarta 1986-1999.

Banyaknya penduduk Surakarta antara tahun 1986 sampai tahun 1999 dapat kita lihat dari tabel 3 di atas. Usia 25 sampai 54 tahun merupakan penduduk yang paling banyak jumlahnya dan merupakan usia yang produktif. Usia 55 tahun ke atas merupakan penduduk yang paling sedikit jumlahnya karena memasuki usia lanjut.

3. Kondisi Masyarakat Dalam Bidang Pendidikan

Dunia pendidikan mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan masyarakat. Transformasi di berbagai bidang kehidupan dapat ditempuh melalui proses pendidikan. Pendidikan dalam pengertian pengajaran adalah usaha sadar tujuan dengan sistematika terarah pada perubahan tingkah laku, perubahan yang dimaksud itu menunjukkan pada suatu proses yang harus dilalui. Tanpa proses itu perubahan perubahan tidak mungkin terjadi, proses

22

disini berarti proses pendidikan.18 Dengan proses pendidikan akan menghasilkan manusia yang berpengetahuan dan berkeahlian. Untuk memperjelas hal tersebut di atas dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.

Banyaknya Penduduk Menurut Pendidikan di Kotamadya Surakarta Tahun 1977 - 1999.

No Tingkat Pendidikan Tahun 1977 Tahun 1986 Tahun 1996 Tahun 1999 1 Tidak Sekolah 22.085 33.189 23.258 26.103 2 Belum Tamat SD 90.790 63.611 66.018 68.058 3 Tidak Tamat SD 55.163 54.199 48.250 53.049 4 Tamat SD 11.555 115.092 114.997 110.535 5 Tamat SMP 55.222 83.984 100.359 96.908 6 Tamat SMA 39.438 57.763 84.551 87.979 7 Tamat Perguruan Tinggi 4.916 12.670 22.285 24.809 JUMLAH 443.129 420.508 459.718 467.441 Sumber data: Badan Pusat Statistik Surakarta 1977-1999.

Dari tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan masyarakat Surakarta masih tergolong rendah, masih banyak penduduk yang belum mengenyam pendidikan yang tinggi. Pada tahun 1977 penduduk belum tamat SD sebanyak 90.790, namun pada tahun 1986 menurun menjadi 63.611. Sementara lulusan perguruan tinggi antara tahun 1977 sampai 1999 terus meningkat. Peningkatan sangat tajam terjadi antara tahun 1977 sampai 1986 dari 4.916 menjadi 12.670, dan semakin meningkat pada tahun-tahun berikutnya. Hal tersebut akibat dari makin mengertinya masyarakat arti penting sebuah pendidikan untuk kelangsungan hidup mereka, sehingga

18

Winarno Surakhmad, 1979, Metodologi Pengajaran Nasional, Jakarta: Jemmars, hal. 13.

23

diharapkan untuk tahun-tahun ke depan semakin meningkat jumlah lulusan perguruan tinggi.

5. Kondisi Masyarakat Dalam Bidang Sosial

Berkembangnya Kota Surakarta sebagai kota besar juga akan membawa dampak negatif, dan dampak ini menjadi tanggung jawab pemerintah dan masyarakat dengan jalan rehabilitasi atau pembinaan, jika rehabilitasi berhasil maka masalah sosial akan teratasi dan dampak negatif dapat ditekan seminimum mungkin. Data-data mengenai penyandang sosial dapat disajikan di bawah ini.

Tabel 5.

Banyaknya Para Lanjut Usia dan Masalah Sosial yang lain di Kotamadya Surakarta Tahun 1986 - 1999.

No Masalah Sosial Tahun 1986 Tahun 1996 Tahun 1999 1 Lanjut Usia 1.233 988 708 2 WTS 711 1.221 519 3 Waria 72 48 81 4 Keluarga Miskin 24.934 6.739 14.004 5 Anak Terlantar 7.012 1.433 1.849 6 Anak Nakal 541 430 886

Sumber data: Badan Pusat Statistik Surakarta 1986-1999.

Dari tabel 5 di atas dapat dilihat banyaknya masalah sosial yang ada di Surakarta. Keluarga miskin pada tahun 1986 sebanyak 24.934 jiwa, namun pada tahun 1996 turun menjadi 6.739 jiwa. Hal ini dipengaruhi oleh semakin gencarnya pemerintah menerapkan program Keluarga Berencana kepada masyarakat dengan tujuan menciptakan keluarga kecil bahagia.19 Pada tahun

19

Biro Pusat Statistik Jawa Tengah, 1997, Kesejahteraan Masyarakat Jawa Tengah Dalam Bidang Sosial Masyaraka Tahun 1995-1997, Semarang: Biro Pusat Statistik, hal. 31.

24

1999 jumlah keluarga miskin kembali meningkat menjadi 14.004 jiwa yang merupakan akibat dari krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1997. Naik dan turunnya jumlah penyandang sosial dari tahun ke tahun seperti yang terlihat dalam tabel tergantung dari seberapa efektif razia dan sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Sosial, Kepolisian maupun Instansi terkait yang mengurusi masalah tersebut. Namun pemerintah dalam hal ini tentu sudah mengantisipasi dengan membangun berbagai tempat rehabilitasi.

6. Kondisi Masyarakat Dalam Bidang Perekonomian

Kota Surakarta yang berkembang pesat ditandai dengan berkembangnya industri-industri baik itu industri kecil maupun industri besar. Untuk mengetahui data-data jumlah penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 6.

Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kotamadya Surakarta Tahun 1986 – 1999

No Mata Pencaharian Tahun 1986 Tahun 1996 Tahun 1999 1 Petani Sendiri 390 1.090 1.048 2 Buruh Tani 714 915 963 3 Nelayan 0 0 0 4 Pengusaha 4.468 9.407 9.419 5 Buruh Industri 65.277 77.112 72.043 6 Buruh Bangunan 54.212 64.948 61.976 7 Pedagang 16.339 19.839 23.369 8 PNS/TNI 25.174 15.309 25.374 9 Pensiunan 13.924 18.744 18.774 10 Lain-lain 146.023 179.544 212.966 JUMLAH 326.521 386.908 398.185

25

Dari tabel 6 di atas dapat dilihat sebagian besar mata pencaharian masyarakat pada tahun 1999 adalah buruh industri yang mencapai 72.043 orang kemudian disusul dengan buruh bangunan yang berjumlah 61.976 orang, hal itu berlaku sama pada tahun 1986 sampai tahun 1996 meskipun jumlahnya berbeda, seperti yang terlihat pada tabel 6 di atas. Untuk nelayan dan petani jumlahnya sangat sedikit tentu karena Surakarta sedikit sekali memiliki lahan untuk mata pencaharian tersebut. Buruh tentu mempunyai pendapatan yang terbatas sehingga menyebabkan timbulnya masalah sosial khususnya keluarga miskin sehingga tentu berdampak dengan kelangsungan hidup atau kebahagiaan lanjut usia.

B. Masalah Lanjut Usia

Dokumen terkait