• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA DALAM MEMBINA PARA LANJUT USIA TAHUN 1977-1999

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERANAN PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA DALAM MEMBINA PARA LANJUT USIA TAHUN 1977-1999"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI

SURAKARTA DALAM MEMBINA PARA LANJUT

USIA TAHUN 1977-1999

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Sastra Jurusan Ilmu Sejarah

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

BAYU MARSENO AJI C0505014

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

PERSETUJUAN

PERANAN PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI

SURAKARTA DALAM MEMBINA PARA LANJUT USIA

TAHUN 1977-1999

Disusun oleh :

BAYU MARSENO AJI C 0505014

Telah disetujui oleh pembimbing Pembimbing

Drs. Sri Agus, M.Pd NIP. 195908131986031001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ilmu Sejarah

(3)

PERANAN PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI

SURAKARTA DALAM MEMBINA PARA LANJUT USIA

TAHUN 1977-1999

Disusun oleh BAYU MARSENO AJI

C05005014

Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Pada Tanggal...

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua Dra. Sri Wahyuningsih, M.Hum (...) NIP. 195402231986012001

Sekretaris Tiwuk Kusuma H, S.S, M. Hum (...) NIP. 197306132000032002

Penguji I Drs. Sri Agus, M. Pd (...) NIP. 195908131986031001

Penguji II Drs. Tundjung W.S. M. Si (...) NIP. 196112251987031003

Mengetahui,

Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Surakarta

(4)

PERNYATAAN

Nama : BAYU MARSENO AJI NIM : C0505014

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Peranan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Dalam Membina Para Lanjut Usia Tahun

1977-1999 adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda

citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.

Surakarta, Juli 2010 Yang membuat pernyataan,

(5)

MOTTO

Berbuat Baiklah Kepada Setiap Orang Seperti Kamu Berbuat Baik Pada Dirimu Sendiri

(Penulis)

Sesungguhnya Allah Tidak Mengubah Keadaan Suatu Kaum

(6)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada: 1. Bapak dan Ibu tercinta, terima kasih atas do’a, kasih sayang dan motivasinya

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Peranan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Dalam Membina Para Lanjut Usia Tahun 1977-1999 ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu perkenankanlah dalam kesempatan ini penulis memberikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :

1. Drs. Sudarno, M.A. selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kemudahan kepada penulis selama studi sampai terselesaikannya skripsi ini.

2. Dra. Sri Wahyuningsih, M.Hum. selaku Ketua Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kemudahan dan petunjuk.

3. Dra. Sawitri Pri Prabawati, M.Pd. selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kemudahan dan petunjuk.

4. Drs. Sri Agus, M.Pd. selaku Pembimbing Skripsi yang dengan sabar dan teliti memberikan banyak masukan dan kritik yang membangun dalam proses penulisan skripsi ini.

5. Umi Yuliati, S.S, M.Hum, selaku pembimbing akademik yang senantiasa memberi dorongan secara moril dan pengetahuannya kepada penulis.

(8)

7. Segenap Staf dan Karyawan di UPT Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan kepada penulis dalam mengumpulkan data dan referensi untuk penyusunan skripsi.

8. Ibu Rahayu Sulistyowati, Bapak Tugimin S.E, Bapak Drs. Suryanto, dan segenap staf pegawai dan klien Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta yang telah memberikan ijin dan bantuan kepada penulis dalam penyediaan data-data yang diperlukan.

9. Seluruh keluarga besar yang telah memberikan motivasi, Bapak dan Ibuku yang selalu mencurahkan kasih sayang, nasehat dan semangat. Adikku Garnis Dwi Darmastuti yang selalu memberi semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Teman-teman Historia Community 2005, Doni, Wanto, Ahmad, Rika, Darmawan, Yusuf, Wido, Shinta dan teman-teman yang lain, tetap kompak dan cepat menyelesaikan skripsi.

11.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan dan kekeliruan, serta masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis sangat menghargai adanya saran dan kritik yang bersifat membangun guna menyempurnakan penulisan-penulisan serupa di masa yang akan datang.

Akhirnya penulis berharap bahwa hasil skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca sekalian. Amin.

Surakarta, Juli 2010

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

DAFTAR SINGKATAN ... xv

DAFTAR ISTILAH ... xvi

ABSTRAK ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Tinjauan Pustaka ... 7

F. Metode Penelitian ... 12

G. Sistematika Skripsi ... 15

BAB II DESKRIPSI WILAYAH SURAKARTA DAN MASALAH LANJUT USIA ... 17

A. Kondisi Kotamadya Surakarta ... 17

1. Kondisi Geografis ... 17

2. Kondisi Demografis ... 19

(10)

4. Kondisi Masyarakat Dalam Sosial ... 23

5. Kondisi Masyarakat Dalam Perekonomian ... 24

B. Masalah Lanjut Usia ... 27

1. Pengertian Lanjut Usia ... 27

2. Klasifikasi, Karakteristik dan Tipe Para Lanjut Usia ... 28

3. Permasalahan Yang Dialami Para Lanjut Usia ... 30

4. Masalah Kesehatan Jiwa Pada Lanjut Usia... 32

5. Pembinaan Kesejahteraan Penduduk Lanjut Usia Dalam Keluarga ... 36

BAB III PERKEMBANGAN PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA TAHUN 1977-2000 ... 39

A. Letak Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta ... 39

B. Latar Belakang Berdirinya Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta ... 40

C. Strategi Meraih Klien ... 43

D. Kriteria Klien Masuk Panti ... 44

E. Sarana dan Prasarana Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta 45 F. Kepemimpinan di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta .... 46

G. Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi Kerja Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta ... 49

1. Struktur Organisasi di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta ... 49

2. Tugas Pokok dan Fungsi Kerja Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta ... 50

H. Gambaran Klien di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta .. 55

1. Latar Belakang Umur Klien ... 55

2. Latar Belakang Agama Klien ... 56

3. Latar Belakang Pendidikan Klien ... 57

4. Asal daerah Klien ... 58

(11)

A. Kegiatan di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta ... 60

1. Pendekatan dan Persiapan Panti Wredha Dharma Bhakti terhadap Para Klien ... 60

2. Penerimaan Klien yang Dilakukan oleh Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta ... 62

3. Pemberian Pembinaan Atau Bimbingan Terhadap Klien di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta ... 64

4. Metode Pelayanan Klien ... 66

5. Pelaksanaan Program Pembinaan ... 67

B. Manfaat Program Pembinaan Terhadap Para Klien ... 77

1. Keadaan Klien Sebelum Mengikuti Program Pembianaan ... 79

2. Keadaan Klien Sesudah Mengikuti Program Pembinaan .. 81

3. Pengawasan Terhadap Klien yang Kembali ke Masyarakat ... 83

4. Keberhasilan Usaha Pembinaan Terhadap Para Lanjut Usia ... 85

BAB V KESIMPULAN ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 90

DAFTAR INFORMAN ... 93

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Banyaknya Kecamatan, Kalurahan, RT, RW dan Kepala Keluarga

(KK) di Kota Surakarta Tahun 1977–1999 ... 18 Tabel 2. Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kotamadya

Surakarta Tahun 1977–1999 ... 20 Tabel 3. Banyaknya Penduduk Menurut Usia di Kotamadya Surakarta

Tahun 1986–1999 ... 21 Tabel 4. Banyaknya Penduduk Menurut Pendidikan di Kotamadya Surakarta

Tahun 1977-1999 ... 22 Tabel 5. Banyaknya Para Lanjut Usia dan Masalah Sosial yang lain di

Kotamadya Surakarta Tahun 1986-1999 ... 23 Tabel 6. Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kotamadya

Surakarta Tahun 1986–1999 ... 24 Tabel 7. Data Pegawai dan Karyawan Panti Wredha Dharma Bhakti

Surakarta Tahun 1999 ... 54 Tabel 8. Data Umur Klien Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Tahun

1979-1999 ... 55 Tabel 9. Data Agama yang Dianut Klien Panti Wredha Dharma Bhakti

Surakarta Tahun 1979-1999 ... 56 Tabel 10. Data Pendidikan Klien Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta

Tahun 1979-1999 ... 57 Tabel 11. Data Daerah Asal Klien Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta

(13)

Tabel 12. Data Registrasi Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Tahun

1999 ... 63 Tabel 13. Data Klien yang Meninggal Dalam Panti dan Kembali ke

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Peraturan Tentang Rumah Wangkoeng Tahun 1940 ... 96 2. Surat Keputusan Walikota No. 061.1/017/I/1993 ... 100 3. Areal atau Lokasi Pekuburan Panti Wredha Dharma Bhakti

Surakarta No.465.1./127/X/83 ... 107 4. Ijin Lokasi Tanah Untuk Kuburan Panti Wredha Dharma Bhakti

Surakarta No.596/3446/1988 ... 109 5. Laporan Tahunan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Tahun

1983 No.465.1./97/IV-83 ... 110 6. Contoh Surat Penyerahan Klien Atas Kemauan Sendiri

(15)

DAFTAR SINGKATAN

BKKBN : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional GKI : Gereja Kristen Indonesia

IPTEK : Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi KB : Keluarga Berencana

KK : Kepala Keluarga

PDAM : Perusahaan Daerah Air Minum

PP : Pamong Praja

RT : Rukun Tetangga

RW : Rukun Warga

SD : Sekolah Dasar

(16)

DAFTAR ISTILAH

Biologis : Berhubungan dengan biologi

Degeneratif : Kemunduran atau kemerosotan generasi

Fisiologis : Cabang biologi yang berkaitan dengan organ, jaringan

Home Visit : Mengetahui atau menggali informasi

Identifikasi : Menentukan atau menetapkan identitas

Instansi : Badan pemerintah umum atau kantor

Interaksi : Mempengaruhi antar hubungan

Kognitif : Berhubungan dengan proses memperoleh pengetahuan

Klien : Orang yang mendapatkan pelayanan pembinaan

Kronologis : Menurut urutan waktu atau peristiwa

Middle old : Pertengahan tua

Psikomotor : Aktivitas fisik yang berhubungan dengan mental

Razia : Penangkapan serentak

(17)

ABSTRAK

Bayu Marseno Aji. C0505014. 2010. Peranan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Dalam Membina Para Lanjut Usia Tahun 1977-1999. Skripsi: Fakultas Sastra Dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu (1) Latar belakang berdirinya Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta. (2) Peranan dan usaha Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta dalam membina dan mencukupi kebutuhan klien tahun 1977-2000.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Mengetahui Latar belakang berdirinya Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta. (2) Mengetahui peranan dan usaha Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta dalam membina dan mencukupi kebutuhan klien tahun 1977-1999.

Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut maka penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan wawancara, studi dokumen dan studi pustaka. Data-data yang diperoleh dengan cara tersebut kemudian dianalisis dengan metode historis yaitu melalui tahap-tahap heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Penelitian ini bersifat kualitatif yang terwujud dalam bentuk laporan penulisan yang bersifat deskriptif analisis yang berusaha mendeskripsikan serta menganalisis setiap kondisi yang berkaitan dengan peranan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta dalam membina para lanjut usia.

(18)

ABSTRACT

Bayu Marseno Aji. C0505014. 2010. Peranan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Dalam Membina Para Lanjut Usia Tahun 1977-1999. Thesis: History Department. Faculty of Letters and Fine Art. Sebelas Maret University. Surakarta.

Issues to be discussed in this study, namely (1) How the establishment of nursing background Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta. (2) How does the role and efforts of the Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta in fostering and answer the needs of clients in 1977-1999.

This study aimed to determine (1) Knowing the background of the establishment of the Dharma Bhakti Panti Wredha Surakarta. (2) To determine the role and efforts of the Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta in fostering and answer the needs of clients in 1977-1999.

To achieve these research objectives, this study used techniques of data collection through interviews, document studies and literature. The data obtained in this way are then analyzed by the historical method is through the stages of criticism, interpretation and historiography. This was a qualitative research embodied in the form of report writing descriptive analysis that attempted to describe and analyze each condition relating to the role of the Nursing Home Wredha Dharma Bhakti Surakarta in fostering the elderly.

(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional pada dasarnya merupakan pembangunan manusia seutuhnya. Hal ini akan melibatkan manusia, lingkungan dan masyarakat sebagai konsekwensinya maka seluruh aspek kehidupan manusia dan masyarakat harus mendapat perhatian dan pengharapan dalam pembangunan, termasuk didalamnya masalah sosial. Masalah sosial adalah situasi yang telah menjadi warisan turun temurun yang memerlukan perbaikan atau pemecahan.1

Kehidupan sosial yang akan menjadi perhatian adalah peningkatan kesejahteraaan sosial dan pembangunan yang sedang berlangsung dalam kaitannya dengan segi pendidikan, perumahan, kesehatan, ekonomi, sosial dan budaya.2 Pembangunan kesejahteraan sosial tersebut harus diusahakan bersama seluruh masyarakat dan pemerintah, oleh karena itu masalah sosial merupakan masalah yang kompleks dan karena tidak dapat dipandang sebagai masalah yang berdiri sendiri tetapi menyangkut penghidupan dan kehidupan masyarakat Indonesia.

Pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah selama lebih dari tiga puluh tahun menunjukkan beberapa keberhasilan yang membawa berbagai keberhasilan yang membawa berbagai kemajuan, terutama dibidang kesehatan masyarakat dan keluarga berencana, yang ditandai dengan terjadinya perubahan

1

Nursid Suaatmadja, 1985, Pengantar Studi Sosial, Bandung: Alumni, hal. 39.

2

(20)

indikator demografis berupa perubahan struktur umur penduduk. Salah satu dampak dari perubahan struktur umur penduduk yang sangat menarik adalah adanya peningkatan jumlah penduduk lanjut usia yang cukup tajam.

Para lanjut usia di Negara ini diatur dan dilindungi oleh Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat 2 dan Pasal 34 yang menyatakan bahwa tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan serta dijelaskan pula bahwa fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara. Hal ini juga dijelaskan pula dalam Undang-Undang No. 6 Tahun 1974 yang berisi tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial

Kemunduran kemampuan fisik-biologis yang dialami para lanjut usia akan mengurangi dan melemahkan aktivitas fisik yang dapat dilakukan. Kelemahan aktifitas ini, akan menyebabkan aktivitas kerja yang dapat dilakukan terbatas, bahkan dapat menyebabkan gangguan dalam mengurus dan melayani dirinya sendiri. Secara mental psikologis, semakin tua umur penduduk, kesibukan dan aktifitas sosial yang dapat dilakukan akan semakin berkurang. Secara sosio ekonomis, akan terjadi penurunan produktifitas sehingga mereka cenderung tergantung pada keluarganya.3

Kondisi fisik dan kesehatan yang mengalami kemunduran tersebut menyebabkan kemunduran produktifitas dan beban orang lain dalam menjalani kehidupan sehari-hari maupun secara ekonomi. Dalam pengembangan kualitas penduduk yang berkelanjutan, salah satu tantangan yang dihadapi adalah kelompok penduduk lanjut usia, bagaimana menyiapkan dan memperoleh suatu kehidupan hari tua yang sehat sejahtera dan bermartabat. Tantangan pelayanan

3

(21)

fisik dan non sosial terutama pemanfaatan waktu luangnya baik di lingkungan komunitas tempat tinggal mereka memerlukan suatu pemikiran pemecahan yang terencana sejak mereka menjelang tua serta bagaimana memanfaatkan kearifan dan kekayaan pengalaman dalam kegiatan-kegiatan produktif para lanjut usia.4

Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia merupakan beban tambahan yang tidak ringan bagi pemerintah, karena secara medis pemerintah harus menyediakan sarana kesehatan seperti puskesmas, dokter, petugas kesehatan dan rumah sakit dalam mengahadapi tumbuhnya penduduk lanjut usia tersebut. Untuk mengatasi kesehatan yang dialami para lanjut usia, pemerintah menetapkan kebijaksanaan tentang penduduk lanjut usia yaitu dengan meningkatkan kualitas hidup mereka. Dalam pokok kebijaksanaan yang lain pemerintah berusaha menyediakan saran dan fasilitas pelayanan khusus bagi penduduk lanjut usia sehingga langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan rasa percaya diri, kemandirian, semangat hidup dan produktifitasnya, baik di lingkungan tempat tinggal, lingkungan kerja maupun di tempat-tempat umum.5

Di sisi lain, pengalaman di negara maju menunjukkan perawatan penderita lanjut usia memerlukan perhatian khusus dan lebih besar karena berbagai hal, antara lain bermacam penyakit yang diderita, fungsi organ yang sudah menurun rentan terhadap penyakit dan stress sehingga memerlukan penanganan yang tepat dan perhatian yang serius serta upaya khusus di bidang kesehatan. Untuk mengatasi permasalahan ini, diperlukan juga kerja sama yang baik antara

4

Ibid, hal. 9.

5

(22)

pemerintah dan masyarakat, khususnya keluarga yang didalamnya mempunyai orang yang berusia lanjut.6

Salah satu usaha sosial dari pemerintah untuk tetap melakukan pembinaan terhadap kesejahteraan para lanjut usia adalah melalui didirikannya panti wredha yang berfungsi untuk memberikan akomodasi dan pelayanan perawatan bagi para lanjut usia yang tidak mempunyai sanak saudara, mempunyai masalah dengan keluarga atau tidak ingin membebani keluarga atau bahkan para lanjut usia yang berkeliaran di jalanan. Penempatan para lanjut usia di panti wredha ini masih menimbulkan perdebatan dalam masyarakat, karena sebagian masyarakat yang masih menganggap bahwa penitipan para lanjut usia di panti wredha ini menyalahi tradisi dan nilai-nilai agama, dan bagi para lanjut usia itu sendiri antara lain mereka merasakan harus berpisah dengan keluarga, kerabat, serta lingkungan sebelumnya dan harus berdaptasi dengan lingkungan yang baru. Hal ini dapat menimbulkan rasa cemas, tidak berdaya, bahkan rasa malu. Penitipan para lanjut usia di panti ini dapat menimbulkan persepsi yang berbeda-beda pada para lanjut usia terhadap keluarganya yang tinggal di rumah bergantung pada latar belakang keluarga masing-masing para lanjut usia. Perawat dapat membantu para lanjut usia untuk mengekspresikan perasaannya dan secara bersama-sama menggali persepsi lanjut usia, sehingga para lanjut usia tersebut dapat menerima keputusan keluarganya sebagai hal terbaik yang dilakukan, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi keluarga yang ditinggalkan di rumah.7

6

Noorkasiani, 2009, Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika, hal. 106.

7

(23)

Di Surakarta sendiri para lanjut usia sudah mendapatkan perhatian dari pemerintah kota. Salah satunya dengan didirikannya Panti Wredha Dharma Bhakti. Panti ini sudah ada sejak tahun 1929 dan diresmikan penggunaannya pada tahun 1930 pada masa pemerintahan Kasunanan Surakarta yang dahulu panti tersebut dikenal dengan sebutan “Wangkung”. Tempat tersebut dahulu sebagai tempat penampungan bagi orang-orang yang mengalami masalah sosial seperti gelandangan, pengemis, orang lanjut usia, anak nakal dan berbagai masalah sosial lainnya.8 Pada tahun 1942 kewenangan Keraton dialihkan ke Pemerintah Kota Surakarta dalam hal ini Dinas Sosial yang dinamakan “Panti Karya Pamardi Karya” yang berfungsi untuk menampung orang-orang gelandangan dan lanjut usia.9 Kemudian berdasarkan Surat Pemerintah Dinas Sosial Propinsi Jawa Tengah tertanggal 3 September 1977 lokasi tersebut khusus untuk menampung orang-orang lanjut usia atau orang jompo terlantar yang kemudian diberi nama “Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta”. Dalam perkembangannya pada tahun 1993 setelah keluarnya Keputusan Walikota No. 061.1/017/I/1993 tentang pembentukan susunan organisasi dan tata kerja Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta pembangunan semakin gencar dilakukan, hal ini mengingat panti ini mulai dikelola oleh Pemerintah Kota dalam hal ini Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi meskipun dalam pendanaan Pemerintah Provinsi juga masih membantu.10 Panti ini sebagai tempat menampung, merawat dan membina para

8

SuratPimpinan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Kepada Kadinso Dati. II Surakarta No. 465.1/127/X/83 Perihal Lokasi Kuburan Wangkung atau Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta.

9Berkas Tentang Peraturan Rumah Pamardi Karyo Wangkung Th 1940

, Koleksi: Reksopustaka Mangkunegaran.

10

(24)

lanjut usia sehingga mereka dapat menikmati hari tuanya dengan rasa aman, tenteram dan bahagia lahir batinnya.

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk memperjelas arah penelitian. Dalam usulan atau rancangan penelitian perlu ditegaskan dan dirumuskan masalah yang akan diteliti rumusannya perlu tegas dan jelas.11

Dari uraian latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka pokok permasalahan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana latar belakang berdirinya Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta? 2. Bagaimana peranan dan usaha Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta dalam

membina dan mencukupi kebutuhan klien tahun 1977-1999?

C. Tujuan Penelitian

Suatu penelitian tentu diharapkan menghasilkan sesuatu sesuai dengan tujuannya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui latar belakang berdirinya Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta. 2. Untuk mengetahui peranan dan usaha Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta

dalam membina dan mencukupi kebutuhan klien tahun 1977-1999.

11

(25)

D. Manfaat Penelitian

Sebuah penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat baik praktis maupun manfaat teoritis. Demikian juga dengan penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat-manfaat tersebut. Adapun manfaaat penelitian itu adalah sebagai berikut :

1. Menyadari dan menghargai para lanjut usia dan jompo terlantar juga merupakan bagian dari masyarakat dan selayaknya mempunyai kedudukan yang sama dalam masyarakat.

2. Menumbuhkan rasa percaya diri dan mempunyai sikap optimistis dalam meraih kehidupan yang lebih layak dan dapat menikmati hari tuanya dengan meliputi rasa ketentraman lahir dan batin.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penulisan sejarah ini menggunakan beberapa literatur dan referensi yang relevan dan menunjang tema yang dikaji. Literatur tersebut akan dijadikan bahan acuan untuk mengkaji, menelusuri dan mengungkap pokok permasalahan. Literatur yang penulis gunakan antara lain:

(26)

Di dalam buku ini dijelaskan bahwa penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan terus menerus dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia pada tubuh sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan. Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, antara lain kulit mulai mengendur, timbul keriput, rambut beruban dan gigi ompong, mudah lelah dan gerakan mulai lambat. Usia lanjut dapat dikatakan sebagai usia emas, karena tidak semua orang dapat mencapai usia tersebut, maka orang yang berusia lanjut memerlukan tindakan keperawatan baik secara promotif maupun preventif, agar ia dapat menikmati masa usia emas serta menjadi usia lanjut yang berguna dan bahagia.

Mengisi Hari Tua Dengan Bahagia buku ini ditulis oleh Sri Nur Hidayati, (2005). Buku ini menjelaskan tentang usia tua pada usia tersebut banyak masalah yang harus dihadapi untuk dapat mencapai kesejahteraan, kesehatan, kebahagiaan lahir dan batin bagi para lanjut usia. Buku ini menguraikan secara luas mengenai tanda-tanda lanjut usia, munculnya masalah yang dihadapi di hari tua, bagaimana cara mengatasi masalah di hari tua, serta bagaimana cara agar di usia tua dapat berguna bagi keluarga dan masyarakat.

(27)

a. Umur lanjut : 60-74 tahun b. Umur tua : 75-90 tahun c. Umur sangat tua : lebih dari 90 tahun

Orang lanjut usia dalam kehidupannya sangat tergantung pada anak-anaknya, minimal kepada orang yang lebih muda. Itu bisa dari segi kesehatan badannya, bisa pula dari segi finansial. Dari segi kesehatan, orang tua merupakan rumah berbagai macam penyakit. Tidak hanya pengaruh biologis yang membuat para orang lanjut usia rawan dengan berbagai penyakit. Depresi adalah salah satunya, merasa tak berguna disia-siakan anak-anaknya, merasa hidup sendiri adalah beberapa faktor yang membuat kehidupan orang lanjut usia semakin sengsara.

Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan buku karya Noorkasiani, (2009). Dalam buku ini membahas serta mengkaji beragam aspek dalam permasalahan usia lanjut yang sangat berguna bagi kita untuk menghadapi usia tua. Kemajuan yang pesat dalam dunia kedokteran, khususnya IPTEK medis dan keperawatan serta dalam praktik klinis telah membawa pengaruh besar dalam perikehidupan manusia modern. Penemuan-penemuan baru telah banyak terdapat dalam dunia kedokteran, seperti obat-obatan, kemoterapi dan radiasi, serta penemuan vaksin dan imunisasi. Terkait dengan itu, walaupun sejumlah penyakit sering mengancam usia lanjut, namun semakin dapat tertangani dengan resiko perpanjangan masa perawatannya.

(28)

a. Semakin tua seseorang maka kemampuan fisiknya akan semakin menurun, sehingga dapat mengakibatkan kemunduran pada peran-peran sosialnya. Hal ini mengakibatkan pula timbulnya gangguan dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya, sehingga dapat meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain.

b. Semakin lanjut usia seseorang, maka kesibukan sosialnya akan semakin berkurang. Hal ini dapat mengakibatkan berkurangnya integrasi dengan lingkungannya yang dapat memberikan dampak pada kebahagiaan seseorang.

c. Sebagian lansia masih mempunyai kemampuan untuk bekerja. Permasalahannya adalah bagaimana memfungsikan tenaga dan kemampuan mereka tersebut ke dalam situasi keterbatasan kesempatan kerja.

d. Masih ada sebagian dari lanjut usia dalam keadaan terlantar, selain tidak mempunyai bekal hidup dan pekerjaan mereka juga tidak mempunyai keluarga.

e. Di dalam masyarakat tradisional biasanya lansia dihargai dan dihormati, sehingga mereka masih dapat berperan aktif dalm masyarakat. Namun, dalam masyarakat industri ada kecenderungan mereka kurang dihargai. f. Berdasarkan sistem kultural yang berlaku, maka mengharuskan lansia

masih dibutuhkan sebagai pembina agar jati diri budaya dan ciri khas Indonesia tetap terpelihara kelestariannya.

(29)

Peta populasi dunia, termasuk Indonesia semakin bergeser kearah usia lanjut. Sebagai implimikasinya, dunia medis dan keperawatan semakin disibukkan oleh meningkatnya tuntutan untuk merawat dan mengobati para penderita penyakit yang berusia lanjut, dalam hal ini buku ini secara luas menjelaskan hal-hal tersebut di atas.

Pengelolaan Lanjut Usia Sebagai Bagian Upaya Peningkatan Kualitas

Sumber Daya Manusia Indonesia buku karya Widjojo Soetedjo, (1995). Di dalam buku ini banyak dijelaskan mengenai beberapa hal-hal yang berkaitan dengan lanjut usia. Bahakan di dalam buku ini dijelaskan mengenai betapa pentingnya dipersiapkan suatu pola yang dapat menanggulangi penempatan para usia lanjut di tempat yang mereka senangi dan kehendaki menghabiskan sisa hidupnya. Usaha ini harus menyediakan beberapa pilihan yang sedemikian rupa agar bisa memberi kesejahteraan pada mereka diantaranya:

a. Perumahan yang disediakan pemerintah atau swasta bagi mereka yang berusia lanjut.

b. Perumahan yang terikat pada rumah sakit jiwa.

c. Perumahan yang berdiri sendiri seperti rumah kompleks.

d. Perumahan lain yang masih memungkinkan maksudnya masih ada keluarga atau sanak famili.

Hal diatas merupakan salah satu dari banyak masalah yang dibahas di dalam buku ini.

(30)

a. Pembangunan Nasional pada hakikatnya merupakan pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia.

b. Pembangunan bidang kesejahteraan sosial sebagai dan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari pembangunan nasional.

c. Masyarakat atau keluarga tidak mampu mengurus lanjut usia disebabkan karena berbagai gangguan atau masalah khususnya gangguan sosial ekonomi baik itu masyarakat maupun keluarga.

d. Masalah sosial di Kota Surakarta sangat kompleks, sebab Kota Surakarta sangat strategis bagi daerah di sekitarnya.

Selain hal tersebut di atas, juga diterangkan tentang sejarah berdirinya Panti Wredha Dharma Bhakti, landasan hukum, operasional panti dan berbagai macam kegiatan serta hal-hal yang berkaitan dengan panti pada awal berdirinya.

Sekilas Panti Wredha Dharma Bhakti Kota Surakarta, (1997) didalamnya berisi tentang dasar hukum mengenai para lanjut usia, tugas-tugas para pegawai panti dan juga mengenai aturan-aturan yang berlaku di dalam panti, tugas pokok pegawai panti dan visi misi, yaitu:

a. Memberikan kesejahteraan sosial terhadap para lanjut usia. b. Menciptakan para lanjut usia hidup sejahtera aman dan tenteram.

c. Mempersiapkan untuk kebahagiaan hidup bagi lanjut usia terlantar baik lahir maupun batin.

F. Metode Penelitian

(31)

menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dari pengalaman masa lampau”.12 Metode Historis ini ada empat tahap dimana tiap tahap satu dengan yang lain saling berhubungan. Empat tahap tersebut adalah heuristik yaitu tahap pengumpulan bahan/sumber sejarah. Kedua, kritik yaitu terdiri dari kritik intern dan ekstern. Kritik intern adalah untuk membuktikan bahwa isi dari sesuatu sumber itu memang dapat dipercaya kebenarannya, sedang kritik ekstern adalah umtuk mencari otentisitas dari sumber tersebut. Ketiga adalah interpretasi yaitu tahap untuk menafsirkan keterangan yang saling berhubungan dari fakta-fakta yang diperoleh dan merangkainya. Keempat adalah tahap historiografi yaitu penulisan sejarah.13

1. Lokasi dalam penelitian ini adalah Panti Wredha “Dharma Bhakti” Kota Surakarta Jl. Dr. Radjiman No. 620 Surakarta.

2. Tehnik Pengumpulan Data a. Wawancara

Wawancara digunakan untuk mendapatkan keterangan dari para pegawai, petugas serta para penghuni Panti Wredha Dharma Bhakti. Menurut Koentjaraningrat, wawancara merupakan cara yang dipergunakan oleh seseorang untuk tujuan tertentu yang ingin mendapatkan keterangan secara lisan dari seorang informan dengan cara bercakap-cakap untuk mengumpulkan keterangan dan data.14

12

Louis Gottschalk, 1986, Mengerti Sejarah, edisi terjemahan Nugroho Notosusanto,

Jakarta: UI Press, hal 32.

13

Hadari Nawawi, 1995, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: UGM Press, hal. 80.

14

(32)

b. Studi Dokumen

Studi tentang dokumen bertujuan untuk menguji dan memberi gambaran tentang teori sehingga memberi fakta dalam mendapat pengertian historis tentang fenomena yang unik.15 Dokumen yang berhasil dikumpulkan untuk penelitian ini antara lain: Keputusan Walikota No. 061.1/017/I/1993 tentang pembentukan susunan organisasi dan tata kerja Panti Wredha Dharma Bhakti Tingkat II Surakarta, peraturan tentang rumah Pamardi Karyo Wangkung th 1940 kode arsip L.548, ijin lokasi tanah untuk kuburan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta No. 596/3446/1988, areal atau lokasi pekuburan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta No. 465.1./127/X/83.

c. Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan proses pengumpulan bahan-bahan melalui riset kepustakaan dengan membaca buku-buku dan sumber-sumber sekunder lain yang berhubungan dengan topik permasalahan dan tema penelitian diperoleh dari kepustakaan berfungsi sebagai penunjang dari studi dokumen. Studi pustaka dilakukan di Perpustakaan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Sebelas Maret Surakarta, perpustakaan daerah Surakarta, perputakaan fakultas kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

15

(33)

3. Teknik Analisa Data

Tehnik analisa data menjelaskan setiap peristiwa tanpa ada ikatan yang terputus. Adanya fakta-fakta tersebut maka akan tersusun suatu kejadian sejarah dalam urutan kronologis. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis artinya menggambarkan fenomena-fenomena serta arti-arti khusus pada cakupan waktu dan tempat tertentu berdasarkan pada fakta yang tersedia. Setelah selesai meneliti bahan sumber dokumen, wawancara, observasi dan studi pustaka tahap selanjutnya adalah analisis data yang terseleksidan teruji kebenarannya itulah fakta-fakta. Berbagai fakta dirangkaikan sehingga menjadi satu kesatuan yang harmonis berupa kisah sejarah.

G. Sistematika Skripsi

Untuk memberikan gambaran terperinci, skripsi ini disusun bab demi bab, yaitu :

Bab I, dalam bab pendahuluan ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, dan sistematika skripsi.

Bab II, dalam bab ini akan dibahas tentang deskripsi wilayah Surakarta, pengertian lanjut usia, karakteristik serta klasifikasi, masalah kesehatan jiwa pada lanjut usia, permasalahan yang dialami lanjut usia, tipe lanjut usia.

(34)

berkaitan dengan struktur organisasi, kepemimpinan, strategi meraih klien, sarana dan prasarana serta gambaran klien di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta.

Bab IV, dalam bab ini dibahas mengenai peranan dan pembinaan Panti Wredha Dharma Bhakti dalam membina para lanjut usia yang meliputi program kegiatan, manfaat program kegiatan serta keadaan klien dan manfaat pembinaan di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta.

(35)

17 BAB II

DESKRIPSI WILAYAH SURAKARTA DAN MASALAH LANJUT USIA

A. Kondisi Kotamadya Surakarta 1. Kondisi Geografis

Kota Surakarta atau lebih dikenal dengan kota “Solo” secara umum adalah dataran rendah yang berada pada pertemuan Sungai Pepe, Sungai Jenes dan Bengawan Solo, dengan ketinggian kurang lebih 92 meter di atas permukaan air laut, dan terletak antara 1100 BT - 1110 BT dan 7,60 LS – 80 LS. Secara administratif wilayah Kotamadya Surakarta berbatasan dengan beberapa daerah, yaitu: Sebelah utara Kota Surakarta berbatasan dengan Kabupaten Daerah Tingkat II Karanganyar dan Boyolali, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Daerah Tingkat II Sukoharjo dan Karanganyar, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Daerah Tingkat II Sukoharjo, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Karanganyar.

(36)

18

Luas Kota Surakarta adalah 4.404,06 Ha. Penggunaan tanah untuk perumahan yaitu 2.674 Ha, untuk fasilitas atau sarana umum 169,59 Ha, sisanya untuk industri, sawah,tegalan, dan lain-lain. Kota Surakarta yang terdiri dari 5 (lima). Kecamatan yaitu: Kecamatan Laweyan, Kecamatan Serengan, Kecamatan Pasar Kliwon, Kecamatan Jebres dan Kecamatan Banjarsari. Untuk mempermudah pelayanan kepada masyarakat Surakarta maka tiap-tiap Kecamatan dibentuk kalurahan-kalurahan, sehingga pelayanan semakin mudah untuk didapatkan. Masing-masing Kalurahan pun memiliki luas yang berbeda, sehingga banyaknya RW dan RT tergantung dari luas wilayah masing-masing Kalurahan. Hal ini dapat dilihat dari tabel di bawah ini.

Tabel 1.

Banyaknya Kecamatan, Kalurahan, RT, RW dan Kepala Keluarga (KK) di Kota Surakarta Tahun 1977 - 1999.

No Keterangan Tahun

Sumber data: Badan Pusat Statistik Surakarta 1977-1999.

(37)

19

meningkat menjadi 2.603 pada tahun 1999. Untuk jumlah RW pada tahun 1976 jumlah RW sebanyak 308 meningkat pesat pada tahun 1986 menjadi 558 RW. Dari tabel 1 di atas jumlah Kalurahan dan Kecamatan dari tahun 1977 sampai 1999 tidak mengalami peningkatan, tetap berjumlah 51 Kalurahan dan 5 Kecamatan. Sedangkan untuk jumlah dari keseluruhan Kalurahan, RW, RT, dan KK Kecamatan Banjarsari memiliki jumlah paling banyak, karena merupakan Kecamatan yang paling luas di wilayah Surakarta.

2. Kondisi Demografis

Jumlah Penduduk Kota Surakarta dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, dengan peningkatan jumlah penduduk sedangkan lahan untuk tempat tinggal mereka tetap maka akan menimbulkan masalah bagi pemerintah Kota Surakarta. Dapat diketahui bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari penduduk laki-laki. Untuk mengatasi ledakan jumlah pendududuk maka pemerintah mencanangkan program keluarga berencana, dengan slogan dua anak saja cukup.16 Diharapkan dengan program KB ini tiap-tiap keluarga dapat meningkatkan kesejahteraannya, karena dengan keluarga kecil maka biaya hidup tidak akan terlalu besar, misalnya dalam bidang pendidikan, anak-anak mereka diharapkan dapat mengenyam pendidikan yang tinggi. Untuk memperjelas hal tersebut dapat dilihat dari tabel 2 di bawah ini.

16

(38)

20

Tabel 2.

Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kota Surakarta Tahun 1977-1999. LAKI-LAKI 207.312 219.083 262.044 268.175 PEREMPUAN 228.003 230.065 273.961 278.294 JUMLAH TOTAL 435.315 449.148 536.005 546.958

Sumber data: Badan Pusat Statistik Surakarta 1977-1999.

Dari tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa penduduk perempuan di Surakarta antara tahun 1977 sampai tahun 1999 lebih banyak dari Laki-laki. Pada tahun 1977 jumlah penduduk sebanyak 425.315 jiwa dan pada tahun 1986 menjadi 449.148 jiwa, peningkatan tersebut tidak terlalu pesat. Peningkatan pesat terjadi antara tahun 1986 sampai 1996, yaitu dari 449.148 jiwa menjadi 536.005 jiwa. Dapat pula dilihat bahwa secara keseluruhan penduduk di Surakarta peningkatannya tidak terlalu cepat antara tahun 1976 – 1999, namun pada siang hari Surakarta terlihat padat karena banyak penduduk di sekitar wilayah Surakarta yang masuk ke Surakarta untuk beraktifitas.17

17

(39)

21

Tabel 3.

Banyaknya Penduduk Menurut Usia di Kota Surakarta Tahun 1986-1999.

Sumber data: Badan Pusat Statistik Surakarta 1986-1999.

Banyaknya penduduk Surakarta antara tahun 1986 sampai tahun 1999 dapat kita lihat dari tabel 3 di atas. Usia 25 sampai 54 tahun merupakan penduduk yang paling banyak jumlahnya dan merupakan usia yang produktif. Usia 55 tahun ke atas merupakan penduduk yang paling sedikit jumlahnya karena memasuki usia lanjut.

3. Kondisi Masyarakat Dalam Bidang Pendidikan

(40)

22

disini berarti proses pendidikan.18 Dengan proses pendidikan akan menghasilkan manusia yang berpengetahuan dan berkeahlian. Untuk memperjelas hal tersebut di atas dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.

Banyaknya Penduduk Menurut Pendidikan di Kotamadya Surakarta Tahun 1977 - 1999.

No Tingkat Pendidikan Tahun 1977 JUMLAH 443.129 420.508 459.718 467.441 Sumber data: Badan Pusat Statistik Surakarta 1977-1999.

Dari tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan masyarakat Surakarta masih tergolong rendah, masih banyak penduduk yang belum mengenyam pendidikan yang tinggi. Pada tahun 1977 penduduk belum tamat SD sebanyak 90.790, namun pada tahun 1986 menurun menjadi 63.611. Sementara lulusan perguruan tinggi antara tahun 1977 sampai 1999 terus meningkat. Peningkatan sangat tajam terjadi antara tahun 1977 sampai 1986 dari 4.916 menjadi 12.670, dan semakin meningkat pada tahun-tahun berikutnya. Hal tersebut akibat dari makin mengertinya masyarakat arti penting sebuah pendidikan untuk kelangsungan hidup mereka, sehingga

18

(41)

23

diharapkan untuk tahun-tahun ke depan semakin meningkat jumlah lulusan perguruan tinggi.

5. Kondisi Masyarakat Dalam Bidang Sosial

Berkembangnya Kota Surakarta sebagai kota besar juga akan membawa dampak negatif, dan dampak ini menjadi tanggung jawab pemerintah dan masyarakat dengan jalan rehabilitasi atau pembinaan, jika rehabilitasi berhasil maka masalah sosial akan teratasi dan dampak negatif dapat ditekan seminimum mungkin. Data-data mengenai penyandang sosial dapat disajikan di bawah ini.

Tabel 5.

Banyaknya Para Lanjut Usia dan Masalah Sosial yang lain di Kotamadya Surakarta Tahun 1986 - 1999.

Sumber data: Badan Pusat Statistik Surakarta 1986-1999.

Dari tabel 5 di atas dapat dilihat banyaknya masalah sosial yang ada di Surakarta. Keluarga miskin pada tahun 1986 sebanyak 24.934 jiwa, namun pada tahun 1996 turun menjadi 6.739 jiwa. Hal ini dipengaruhi oleh semakin gencarnya pemerintah menerapkan program Keluarga Berencana kepada masyarakat dengan tujuan menciptakan keluarga kecil bahagia.19 Pada tahun

19

(42)

24

1999 jumlah keluarga miskin kembali meningkat menjadi 14.004 jiwa yang merupakan akibat dari krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1997. Naik dan turunnya jumlah penyandang sosial dari tahun ke tahun seperti yang terlihat dalam tabel tergantung dari seberapa efektif razia dan sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Sosial, Kepolisian maupun Instansi terkait yang mengurusi masalah tersebut. Namun pemerintah dalam hal ini tentu sudah mengantisipasi dengan membangun berbagai tempat rehabilitasi.

6. Kondisi Masyarakat Dalam Bidang Perekonomian

Kota Surakarta yang berkembang pesat ditandai dengan berkembangnya industri-industri baik itu industri kecil maupun industri besar. Untuk mengetahui data-data jumlah penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 6.

Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kotamadya Surakarta Tahun 1986 – 1999

No Mata Pencaharian Tahun 1986

JUMLAH 326.521 386.908 398.185

(43)

25

Dari tabel 6 di atas dapat dilihat sebagian besar mata pencaharian masyarakat pada tahun 1999 adalah buruh industri yang mencapai 72.043 orang kemudian disusul dengan buruh bangunan yang berjumlah 61.976 orang, hal itu berlaku sama pada tahun 1986 sampai tahun 1996 meskipun jumlahnya berbeda, seperti yang terlihat pada tabel 6 di atas. Untuk nelayan dan petani jumlahnya sangat sedikit tentu karena Surakarta sedikit sekali memiliki lahan untuk mata pencaharian tersebut. Buruh tentu mempunyai pendapatan yang terbatas sehingga menyebabkan timbulnya masalah sosial khususnya keluarga miskin sehingga tentu berdampak dengan kelangsungan hidup atau kebahagiaan lanjut usia.

B. Masalah Lanjut Usia 1. Pengertian Lanjut Usia

Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap keterbatasannya, pasti akan dialami oleh seseorang bila ia panjang umur. Di Indonesia, istilah untuk kelompok usia ini belum baku, orang memiliki sebutan yang berbeda-beda. Ada yang menggunakan istilah usia lanjut ada pula lanjut usia atau bahkan dengan sebutan jompo. Usia tua merupakan suatu peristiwa alamiah yang tak terhindarkan. Usia tua adalah kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari namun manusia dapat menghambat kejadiannya.20 Para ahli membedakan seseorang dikategorikan berusia lanjut menjadi dua macam, yaitu usia kronologis dan usia biologis.

20

(44)

26

Usia kronologis dihitung dengan tahun kalender. Di Indonesia dengan usia pensiun 56 tahun bagi Pegawai Negeri, barang kali dapat dipandang sebagai batas seseorang mulai memasuki usia lanjut, namun dalam perkembangan selanjutnya menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 dinyatakan bahwa usia 60 tahun ke atas adalah yang paling layak disebut usia lanjut, Sedangkan usia biologis adalah usia yang sebenarnya, biasanya diterapkan kondisi pematangan jaringan sebagai indeks usia biologis.21 Berikut ini adalah definisi usia lanjut dalam buku Kesehatan Usia Lanjut Dalam Asuhan Keperawatan karya Noorkasiani.

a. Smith dan Smith (1999), menggolongkan usia lanjut menjadi tiga yaitu:

young old (67-74 tahun), middle old (75-84 tahun) dan old-old (lebih dari 85 tahun).

b. Setyonegoro (1984), menggolongkan bahwa yang disebut usia lanjut adalah orang yang berusia lebih dari 65 tahun . Selanjutnya terbagi dalam usia 70-75 tahun, 75-80 tahun dan lebih dari 80 tahun.

c. Menurut Bab I Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraaan usia lanjut, Lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas.

Pada usia lanjut, terjadi penurunan kondisi fisik/biologis kondisi psikologis serta perubahan kondisi sosial. Para lanjut usia bahkan juga masyarakat menganggap seakan akan tugasnya sudah selesai mereka berhenti bekerja dan semakin mengundurkan diri dalam pergaulan bermasyarakat yang merupakan salah satu ciri fase ini. Dalam fase ini, biasanya usia lanjut

21

(45)

27

merenungkan hakikat hidupnya dengan lebih intensif serta mencoba mendekatkan dirinya pada Tuhan.22

Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dalam proses penuaan. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mendefinisikan batasan lanjut usia ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi, aspek sosial. Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus-menerus yang ditandai dengan manurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi, penduduk usia lanjut lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua itu sering kali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat.

Dari aspek sosial, penduduk usia lanjut merupakan satu kelompok sosial sendiri. Di Negara Barat, pendududuk lanjut usia menduduki strata dibawah penduduk usia muda. Hal ini dapat dilihat dari keterlibatan mereka terhadap sumber daya ekonomi, pengaruh terhadap pengambilan keputusan serta luasnya hubungan sosial yang semakin menurun. Akan tetapi di Indonesia penduduk lanjut usia menduduki kelas sosial yang tinggi yang harus dihormati warga muda.23

22Ibid , hal. 4. 23

(46)

28

2. Klasifikasi, Karakteristik dan Tipe Para Lanjut Usia a. Klasifikasi

Para lanjut usia diklasifikasikan menjadi lima, yaitu: 1) Pralansia

Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun. 2) Lansia

Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih. 3) Lansia resiko tinggi

Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.

4) Lansia potensial

Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.

5) Lansia tidak potensial

Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.24

b. Karakteristik Lansia

Para lanjut usia memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Berusia lebih dari 60 tahun sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No. 13 tentang Kesehatan.

2) Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif.

24

(47)

29

3) Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi. c. Tipe Lansia

Beberapa tipe pada lanjut usia bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya. Tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Tipe arif dan bijaksana

Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.

2) Tipe mandiri

Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman dan memenuhi undangan.

3) Tipe tidak puas

Konflik lahir batin menentang proes penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut.

4) Tipe pasrah.

Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan melakukan pekerjaan apa saja.

5) Tipe bingung

Kaget kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan acuh tak acuh.

Tipe lain dari lanjut usia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe

(48)

30

tipe pemarah (kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu), serta putus asa (benci pada diri sendiri).25

Dilihat dari tingkat kemandiriannya yang dinilai berdasarkan kemampuan untuk melakukan aktifitas sehari-hari, para lanjut usia dapat digolongkan menjadi beberapa tipe, yaitu lansia mandiri sepenuhnya, lansia mandiri dengan bantuan secara tidak langsung, lansia dengan bantuan badan sosial, lansia di panti wredha, lansia yang dirawat di rumah sakit dan lansia dengan gangguan mental.26

3. Permasalahan Yang Dialami Para Lanjut Usia

Proses biologis baik yang sifatnya menua normal maupun karena penyakit, akan mempunyai dampak kemunduran atau disfungsi pada sistem dan sub sistem organ tubuh manusia.27

Proses penuaan fisik berlangsung sejak lahir dengan kecepatan berbeda dan masing-masing individu dan tiap-tiap organ tubuh. Kuantitas dan kualitas disfungsi tiap organ akan saling berpengaruh pada sistem dan struktur lainnya. Untuk dapat meningkatkan kualitas hidup sehingga berprestasi di masa tua, perlu diketahui permasalahan yang dialami usia lanjut diantaranya:

a. Kondisi mental

Secara psikologis, umumnya pada usia lanjut terdapat penurunan baik secara kognitif maupun psikomotor. Contohnya, penurunan pamahaman dalam menerima permasalahan dan kelambanan dalam bertindak.

25

Catur dan Sugiyanto, 1993, Pola Pengobatan Penyakit Penduduk Usia Lanjut, Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta, hal. 24.

26

Ibid, hal. 34.

27

Sri Nur Hidayati, 2005, Mengisi Hari Tua Dengan Bahagia, Yogyakarta: Pradipta, hal. 12.

(49)

31

b. Keterasingan

Terjadi penurunan kemampuan pada individu dalam mendengar, melihat dan aktivitas lainnya, sehingga merasa tersisih dalam masyarakat

c. Post power syndrome

Kondisi ini terjadi pada seseorang yang semula mempunyai jabatan pada masa aktif bekerja. Setelah berhenti bekerja, merasa ada sesuatu yang hilang dalam kehidupannya.

d. Masalah penyakit

Selain karena proses fisiologis yang menuju ke arah degeneratif, juga banyak ditemukan gangguan pada usia lanjut. Antara lain infeksi, jantung dan pembuluh darah, kurang gizi, penyakit syaraf serta gangguan jiwa terutama depresi dan kecemasan. Masalah penyakit merupakan masalah yang sangat sering atau merupakan pokok dari permasalahan yang paling sering di alami oleh lanjut usia. Berbagai macam penyakit ketuaan serta ketidakmampuan fisik dan mental yang prima untuk menjadi sumber daya manusia yang optimal. Menjadi tua adalah proses alamiah yang biasanya disertai perubahan kemunduran fungsi dan kemampuan sistem yang ada di dalam tubuh sehingga terjadi penyakit degeneratif.28

e. Masalah ekonomi

Penerimaan atau pendapatan pada usia lanjut tidak seperti pada masa produktif, sehingga masalah ekonomi merupakan salah satu masalah yang perlu dipahami.

28Ibid

(50)

32

4. Masalah Kesehatan Jiwa Pada Lanjut Usia

Proses menua yang dialami oleh para lanjut usia menyebabkan mereka mengalami berbagai macam perasaan sedih, cemas, kesepian dan mudah tersinggung. Perasaan tersebut merupakan masalah kesehatan jiwa yang terjadi pada para lanjut usia. Masalah gangguan kesehatan jiwa mulai dialami oleh golongan lanjut usia pada saat mereka mulai merasakan adanya tanda-tanda terjadinya proses penuaan pada dirinya.29

Jika lanjut usia mengalami masalah gangguan jiwa, maka kondisi tersebut dapat mengganggu kegiatan sehari-hari para lanjut usia. Mencegah dan merawat lanjut usia dengan masalah kesehatan jiwa adalah hal yang sangat penting dalam upaya mendorong mereka unutk bahagia dan sejahtera di dalam keluarga dan masyarakat. Kondisi mental yang sehat dan aktif pada masa tua dibutuhkan pemeliharaan yang berlanjut untuk mempertahankan daya pikirnya dan mencegah dari perasaan cemas dan depresi. Oleh karena itu, mempertahankan kesehatan jiwa yang optimal merupakan bagian penting dalam mencapai masa tua yang sehat dan bahagia.30

Masalah Kesehatan yang timbul pada lanjut usia meliputi kecemasan, depresi, insomnia, paranoid, dan demensia.

a. Kecemasan

Gejala-gejala kecemasan yang dialami oleh lanjut usia adalah sebagai berikut.

29

Mia Fatma Ekasari, op. cit, hal. 67.

30

(51)

33

1) Perasaaan khawatir atau takut yang tidak rasional akan kejadian yang akan terjadi.

2) Sulit tidur sepanjang malam. 3) Rasa tegang dan cepat marah.

4) Sering mengeluh akan gejala yang ringan atau khawatir terhadap penyakit yang berat, misalnya kanker dan penyakit jantung yang sebenarnya tidak mereka derita.

5) Sering membayangkan hal-hal yang menakutkan atau mudah panik.

Tindakan untuk mengatasi kecemasan pada lanjut usia adalah sebagai berikut.

1) Cobalah untuk mendapatkan dukungan keluarga dengan rasa kasih sayang. 2) Bicaralah tentang rasa khawatir lanjut usia dan cobalah untuk menentukan

penyebab yang mendasar.

3) Beri dukungan dan semangat agar lajut usia tidak merasa merasakan hal tersebut sendirian.

4) Konsultasikan dengan dokter agar bila kondisi lanjut usia semakin parah.31 b. Depresi

Depresi merupakan masalah kesehatan jiwa yang paling sering didapatkan pada lanjut usia. Gejala-gejala dari depresi diantaranya.

1) Sering mengalami gangguan tidur atau sering terbangun sangat pagi yang bukan merupakan kebiasaannya sehari-hari.

2) Sering kelelahan, lemas, dan kurang dapat menikmati kehidupan sehari-hari

31

(52)

34

3) Cepat sekali marah dan atau tersinggung serta konsentrasi kurang.

4) Pada pembicaraan sering sekali disertai topik yang berhubungan dengan rasa pesimis atau rasa putus asa

5) Kadang-kadang dalam pembicaraannya ada kecenderungan untuk bunuh diri.

Depresi dapat timbul secara spontan ataupun sebagai reaksi terhadap perubahan-perubahan dalam kehidupan, Misalnya cacat fisik atau mental seperti stroke sehingga menjadi sangat bergantung pada orang lain, suasana duka cita atau meninggalnya pasangan hidup.

c. Insomnia

Kebiasaan atau pola tidur lanjut usia dapat berubah, yang terkadang dapat mengganggu kenyamanan anggota kelurga lain yang tinggal serumah. Perubahan pola tidur dapat berupa tidak bisa tidur sepanjang malam dan sering terbangun pada malam hari, sehingga lanjut usia sering melakukan kegiatannya pada malam hari.32 Penyebab Insomnia pada lanjut usia adalah sebagai berikut:

1) Kurangnya kegiatan fisik dan mental sepanjang hari sehingga mereka masih semangat sepanjang malam.

2) Gangguan cemas dan depresi sehingga tidak bisa tidur.

3) Tempat tidur atau suasana yang kurang nyaman di dalam kamar.

4) Dapat juga disebabkan karena suatu penyakit misalnya gangguan infeksi saluran kemih.

d. Paranoid

32

Noorkasiani, 2009, Kesehatan Usia Lanjut Dengan Asuhan Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika, hal. 97.

(53)

35

Lanjut usia terkadang merasa bahwa ada orang yang mengancam mereka, membicarakan, serta berkomplot ingin melukai atau mencuri barang miliknya. Bila kondisi ini berlangsung lama dan tidak ada dasarnya, hal ini merupakan kondisi yang disebut Paranoid.33 Gejala-gejala Paranoid di antaranya:

1) Perasaan curiga dan memusuhi anggota keluarga, teman-teman atau orang disekelilingnya.

2) Lupa akan barang-barang yang disimpannya kemudian menuduh orang-orang disekelilingnya mencuri atau menyembunyikan barang miliknya 3) Paranoid dapat merupakan akumulasi dari masalah lain seperti depresi dan

rasa marah yang ditahan.

Tindakan yang dapat dilakukan pada lanjut usia dengan paranoid adalah memberikan rasa aman dan mengurangi rasa curiga dengan memberikan alasan yang jelas dalam setiap kegiatan. Konsultasikan dengan dokter apabila gejala tersebut bertambah berat.

e. Demensia.

Demensia merupakan gangguan mental yang berlangsung lambat dan serius yang disebabkan oleh kerusakan organic jaringan otak. Gejala dimensi diantaranya:

1) Meningkatnya kesulitan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari.

2) Sering lupa akan kejadian-kejadian yang dialami, dalam keadaan yang semakin berat, nama orang atau keluarga dapat dilupakan.

3) Sifat dan perilaku berubah menjadi keras kepala dan cepat marah

33

(54)

36

4) Menjadi depresi dan menangis tanpa alasan yang jelas.

Tindakan yang dapat dilakukan pada lanjut usia dengan dimensia adalah sebagai berikut.

1) Evaluasi secara cermat kemampuan yang maksimal dari lanjut usia dalm melaksanakan kegiatan sehari-hari kemudian dapat ditentukan jenis perawatan yang dibutuhkan.

2) Bantu daya pengenalan terhadap waktu, tempat, dan orang dengan sering mengingat kembali hal-hal yang berhubungan dengan kejadian dan hal yang pernah terjadi.34

5. Pembinaan Kesejahteraan Penduduk Lanjut Usia Dalam Keluarga.

Salah satu budaya bangsa yang dapat kita simak adalah masyarakat Indonesia sangat menghargai orang tua. Oleh karena itu, keluarga umumnya merasa mempunyai kewajiban moril yang sangat luhur untuk tetap memelihara orang tua dalam lingkungan keluarganya.35

Di samping itu, menyadari kecenderungan sosial yang sedang berkembang di Indonesia, maka perlu mulai diajarkan upaya sosialisasi nilai-nilai kepada keluarga Indonesia pada masa kini. Untuk itu perlu merangkum pengalaman-pengalaman pembinaan kesejahteraan penduduk usia lanjut, memperkenalkannya kepada para keluarga muda dan mengharapkan mereka memberikan penghargaan yang semestinya. Pengalaman tersebut kemudian dituangkan dalam pesan-pesan bagi keluarga-keluarga yang mempunyai anggota berusia lanjut serta bagi keluarga muda pada umumnya sebagai

34

Mia Fatma Ekasari, op. cit, hal. 72.

35

(55)

37

persiapan menghadapi hari tua. Hal ini bertujuan meningkatkan kesejahteraan lanjut usia melalui kepedulian dan peran serta keluarga dalam mewujudkan kualitas lanjut usia yang sehat, mandiri, produktif, bermanfaat bagi lingkungan dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal-hal yang perlu diperhatikan diantaranya:

a. Meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab setiap keluarga untuk menciptakan situasi yang kondusif bagi kehidupan lanjut usia dan merawatnya jika memerlukannya.

b. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga lanjut usia guna meningkatkan harkat dan martabat para lanjut usia di dalam keluarga dan masyarakat.

c. Mengembangkan potensi lanjut usia agar menjadi sunber daya manusia yang bermanfaat bagi pembangunan.

d. Mengembangkan kerjasama berbagai instansi pemerintah dan swasta dalam pembangunan keluarga lanjut usia.

e. Melembagakan kegiatan-kegiatan dukungan lanjut usia oleh keluarga melalui institusi masyarakat yang ada.36

Penduduk usia lanjut pada umumnya telah mencicipi pahit manisnya kehidupan dengan banyak pengalaman, keahlian, dan kearifan yang dapat dijadikan cermin untuk tauladan dan tuntutan kehidupan kita sehari-hari. Kepada generasi muda nilai-nilai keteladanan generasi tua itu perlu terus ditanamkan seperti nasionalisme dan kepeloporan, agar generasi selanjutnya dapat terus membangun negeri tercinta ini.

36

(56)

38

Kehidupan penduduk lanjut usia pada umumnya juga ditandai dengan kehidupan spiritual yang semakin kental. Pada umumnya orientasi hidupnya makin mengarah pada hubungan dirinya dengan Tuhan Yang Maha Esa dan pendalaman keagaman yang dianutnya. Upaya ini perlu didukung oleh anggota keluarga lainnya dan masyarakat pada umumnya. Kehidupan semacam ini sekaligus dapat dikaitkan dengan perhatian kita untuk memberikan pembekalan kepada anak-anak kita semenjak dini.

Disamping itu, tidak sedikit penduduk lanjut usia yang masih mempunyai kesegaran jasmani dan kesehatan yang cukup baik. Mereka masih mampu melakukan kegiatan-kegiatan produktif. Bagi keluarga yang masih berada pada tingkat kesejahteraan yang rendah, maka kehormatan itu sekaligus akan menolong untuk mengurangi beban ekonomi yang harus ditanggung oleh keluarganya. Sehubungan dengan itu, diperlukan iklim bermasyarakat yang mendukung penduduk lanjut usia untuk terus berkarya sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya.37

Di lingkungan masyarakat, perlu disediakan pelayanan dan sarana yang memadai untuk mempermudah dan memperingan kehidupan sehari-hari penduduk usia lanjut. Sedangkan di lingkungan keluarga, perlu ditumbuh kembangkan kepedulian dan aspirasi anggota keluarga agar dapat hidup nyaman dan damai bila memang harus tinggal bersama orang tuanya yang telah memasuki usia lanjut.38

37

“Lansia Tetap Produktif Di Usia Tua”, dalam Pikiran Rakyat, 01 Juni 2004

38

(57)

39

BAB III

PERKEMBANGAN PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA TAHUN 1977-1999

A. Letak Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta

Seiring dengan berkembangnya Indonesia sebagai salah satu Negara dengan tingkat perkembangan yang cukup baik, maka makin tinggi pula harapan hidup penduduknya. Diproyeksikan harapan hidup orang Indonesia dapat mencapai 70 tahun pada tahun 2000. Perlahan namun pasti masalah lanjut usia mulai mendapat perhatian pemerintah dan masyarakat. Hal ini merupakan konsekuensi logis terhadap berhasilnya pembangunan, yaitu bertambahnya usia harapan hidup dan banyaknya jumlah lanjut usia di Indonesia.39

Meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut dan makin panjangnya usia harapan hidup sebagai akibat yang telah dicapai dalam pembangunan selama ini, maka mereka yang memiliki pengalaman, keahlian, dan kearifan perlu diberi kesempatan untuk berperan dalam pembangunan. Kesejahteraann penduduk usia lanjut yang karena kondisi fisik dan mentalnya sudah tidak memungkinkan lagi untuk berperan dalam pembangunan, maka lanjut usia perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan masyarakat.40

39

Mia Fatma Ekasari, 2008, Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya, Jakarta: Salemba Medika, hal. 10.

40

(58)

40

Di Surakarta sebagai realisasi usaha untuk memperhatikan dan membina para lanjut usia maka didirikan Panti Wredha Dharma Bhakti yang dulunya pada masa kasunanan terkenal dengan nama “Wangkung” yaitu tempat untuk penampungan orang-orang yang menglami permasalahan sosial. Panti Wredha Dharma Bhakti bertujuan untuk menampung, merawat, dan pelayanan terhadap para lajut usia, sehingga mereka dapat menikmati hari tuanya dengan rasa aman dan tenteram lahir batinnya. Panti tersebut juga bertujuan untuk mencegah timbul, berkembang dan meluasnya permasalahan sosial dalam kehidupan masyarakat.41

Lokasi Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta terletak di Kalurahan Pajang, Kecamatan Laweyan tepatnya di Jalan Dr. Radjiman No. 620 Kotamadya Surakarta. Panti Wredha Dharma Bhakti didirikan di atas tanah seluas 3.500 m2 dengan status tanah milik Negara. Letak Panti Wredha Dharma Bhakti sangat strategis yakni tepat di pinggir Jalan Dr. Radjiman dan dekat dengan pasar jongke sehingga mudah dijangkau dengan sarana transportasi yang ada. Lokasi panti berbatasan dengan:

1. Sebelah timur : berbatasan dengan pasar Jongke.

2. Sebelah barat : berbatasan dengan Panti Sosial Bhakti Candrasa. 3. Sebelah utara : berbatasan dengan rumah penduduk.

4. Sebelah selatan : berbatasan dengan Jalan Dr. Radjiman.

B. Latar Belakang Berdirinya Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta

41

(59)

41

Pada mulanya, lokasi di tempat didirikannya Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta dikenal oleh masyarakat dengan sebutan “Wangkung”. Tempat tersebut sebagai tempat penampungan bagi orang-orang yang mengalami masalah sosial seperti: gelandangan, pengemis, orang lanjut usia, anak-anak nakal termasuk wanita tuna susila.

Pada tahun 1942 kewenangan Keraton dialihkan ke Pemerintah Kota Surakarta dalam hal ini Dinas Sosial yang dinamakan “Panti Karya Pamardi Karya” yang berfungsi untuk menampung orang-orang gelandangan dan lanjut usia.42 Sekarang tempat tersebut dibagi menjadi tiga bagian, yaitu untuk lanjut usia Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta, untuk penyadang tuna netra Panti Bhakti Chandrasa, dan untuk wanita tuna susila Panti Karya Wanita Utama.

Pada awal berdiri tahun 1942, Panti Karya Pamardi Karya mempunyai lahan yang sangat luas, kurang lebih 15 Hektar. Pasar Jongke dan pom bensin serta terminal angkutan yang berada di sebelah timur panti dulunya merupakan lahan milik panti, bahkan di sebelah utara panti dahulunya juga merupakan lahan panti yang terdapat makam bagi lanjut usia yang meninggal. Namun sekarang lahan tersebut sudah berubah fungsi sebagai pemukiman, pasar dan terminal bagi angkutan umum.43 Berdasarkan Surat Perintah Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah tertanggal 3 September 1977, Pamardi Karya berubah nama menjadi Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta. Panti ini berada di bawah Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta.

42Berkas Tentang Peraturan Rumah Pamardi Karyo Wangkung Th 1940

, Koleksi: Reksopustaka Mangkunegaran.

43

Gambar

Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 4. Banyaknya Penduduk Menurut Pendidikan di Kotamadya Surakarta Tahun
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis yang dilakukan pada ikan tuna dalam penelitian ini menghasilkan lama waktu pengosongan lambung pada ikan tuna jenis mata besar, sirip biru selatan, maupun

[r]

[r]

Sedangkan penelitian verifikatif menguji kebenaran suatu hipotesis yang dilakukan melalui pengumpulan data dilapangan dimana dalam penelitian ini penelitian

Hasil tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan rataan hasil pada penelitian ini karena kandungan protein kasar dalam daun katuk sebesar 25,70% memperkuat sumber protein

Rea, MD, MPH, Co-Chair; on behalf of the American Heart Association Council on Quality of Care and Outcomes Research, Emergency Cardiovascular Care Committee, Council

Ikan tuna yang didaratkan hampir sebagian besar berukuran kecil (tidak sesuai kriteria layak tangkap. Jika kegiatan ini terus dilakukan tanpa adanya pengawasan

PENGARUH RASIO AKTIVITAS TERHADAP RENTABILITAS EKONOMI PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2007- 2010”.. Tujuan