• Tidak ada hasil yang ditemukan

BKPH Pangalengan

Secara administratif pemerintahan BKPH Pangalengan termasuk dalam wilayah Kecamatan Kertasari dan Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, dengan batas–batas areal kerja sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan perkebunan teh Kertamanah, wilayah hutan BKPH Banjaran dan BKPH Ciparay, KPH Bandung Selatan; sebelah barat berbatasan dengan wilayah hutan BKPH Ciwidey, KPH Bandung Selatan; sebelah timur berbatasan dengan batas hutan KPH Garut; sebelah selatan berbatasan dengan perkebunan teh Pasir Malang dan wilayah hutan BKPH Cileuleuy, KPH Garut. BKPH Pangalengan berada pada ketinggian 1700 m dpl dengan bentuk wilayah bergelombang. BKPH Pangalengan memiliki areal seluas 8.734,65 ha yang terbagi dalam 4 Resort Pemangkuan Hutan (RPH) yaitu RPH Papandayan, RPH Wayang Windu, RPH Pangalengan dan RPH Kancana. Berdasarkan fungsi hutannya, areal BKPH Pangalengan termasuk hutan lindung dengan jenis tanaman berupa rimba campuran seperti: rasamala, eukalyptus, pinus, dan lain lain (BKPH Pangalengan, 2006).

RPH Pangalengan

Secara administratif RPH Pangalengan berbatasan dengan RPH Logawa, BKPH Banjaran di sebelah utara; di sebelah timur berbatasan dengan Desa Pangalengan, Warnasari, Sukaluyu, Lamajang, dan Margamulya; disebelah selatan berbatasan dengan RPH Pamoyanan, BKPH Cileley, KPH Garut; sebelah barat berbatasan dengan BKSDA Jawa Barat II. Lokasi RPH Pangalengan meliputi Desa Margamulya, Tribaktimukti, Lamajang, Pulosari, Warnasari dan Sukaluyu. Selain program PHBM kopi di desa Pulosari; terdapat beberapa kegiatan PHBM lainnya, antara lain: budidaya kopi dan teh di Desa Sukaluyo, budidaya kopi, alpukat dan nangka di Desa Lamajang; budidaya kopi dan rumput gajah di Desa Margamulya dan Warnasari. Kegiatan penelitian ini difokuskan pada budidaya kopi di Desa Pulosari (BKPH Pangalengan, 2006).

Desa Pulosari

Desa Pulosari terletak pada ketinggian 1200-1500 m dpl. Dan memiliki curah hujan 1000 sampai 2000 mm/th. Suhu udara rata-rata harian di Desa Pulosari berkisar antara 16o C sampai 20o C. Di sebelah utara, Desa Pulosari berbatasan dengan Desa Lamajang, di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Margamekar, Di sebelah barat berbatasan dengan Desa Warnasari, di sebelah timur berbatasan dengan Desa Pangalengan. Desa Pulosari seluas 5.118,147 ha terbagi dalam berbagai penggunaan lahan seperti tanah sawah, tanah kering, tanah basah, tanah perkebunan, tanah fasilitas umum dan tanah hutan. Jumlah total penduduk desa Pulosari sebanyak 9193 orang, terdiri dari laki-laki 4894 orang dan perempuan 4299 dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 2645 kepala keluarga.

Tabel 11 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk bermata pencaharian utama sebagai buruh tani, baik buruh sawah maupun buruh perkebunan teh. Kegiatan pertanian menempati urutan kedua sebagai sumber mata pencaharian utama penduduk, dengan komoditas pertanian sebagai berikut: jagung, cabe, tomat, sawi, kentang, kubis, buncis dan labu siam. Penduduk yang bermata pencaharian sebagai peternak cukup banyak yaitu sebesar 9,6% dengan jenis ternak yang diusahakan antara lain: sapi, domba, ayam dan bebek. Susu merupakan komoditas utama yang dihasilkan dari sektor peternakan. Pekerjaan utama penduduk lainnya adalah buruh/swasta, pegawai negeri, pedagang dan lain-lain.

Tabel 11 Distribusi penduduk berdasarkan mata pencaharian pokok

No Jenis mata pencaharian N %

1. Petani 426 10.3 2. Buruh tani 2739 66.0 3. Buruh/swasta 379 9.1 4. Pegawai negeri 49 1.2 5. Pedagang 183 4.4 6. Peternak 400 9.6 7. Lain-lain 15 0.4 Jumlah 4148 100

Sumber: Daftar Isian Penyusunan Profil Desa Pulosari Tahun 2005

Dari 9193 total penduduk, hanya 4,8 % penduduk yang tidak pernah sekolah, hal ini merupakan indikator sedikitnya jumlah penduduk yang buta huruf.

19

Sebagian besar penduduk berpendidikan tamat SD, dan jumlah paling sedikit adalah penduduk yang mengenyam pendidikan perguruan tinggi. Tabel 12 menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan semakin sedikit jumlah penduduknya, hal ini dikarenakan fasilitas sekolah lanjutan seperti SMP/SMU bahkan perguruan tinggi jumlahnya lebih sedikit, selain itu tingkat ekonomi masyarakat yang cukup rendah merupakan alasan utama.

Tabel 12 Distribusi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan

No Tingkat Pendidikan N %

1. Belum dan tidak sekolah 1449 15.8

2. Pernah sekolah SD tetapi tidak tamat 204 2.2 3. Tamat SD 4457 48.5 4. SMP 1579 17.2 5. SMA 1043 11.3 6. PT 30 0.3 Jumlah 9193 100.0

Dalam Undang-undang Kehutanan No.41/1999 disebutkan bahwa hutan lindung terbagi menjadi tiga blok, yaitu: blok perlindungan, blok pemanfaatan dan blok lainnya. Blok Perlindungan adalah kawasan hutan yang tidak boleh ada aktivitas sama sekali, sedangkan blok pemanfaatan merupakan kawasan hutan yang masih memungkinkan adanya aktivitas sepanjang tidak mengganggu fungsi lindung dari kawasan tersebut. BKPH Pangalengan dengan kawasan seluas 8.734,67 ha hampir seluruhnya berstatus sebagai hutan lindung, berdasarkan kondisi real/fisik untuk sementara terbagi menjadi blok perlindungan seluas 5.699,17 ha dan blok pemanfaatan seluas 3.035,50 ha. Didukung dengan adanya SK Direksi No. 136 tentang Pengelolaan Sumber Daya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) tahun 2001, BKPH Pangalengan mengembangkan pengelolaan hutan pada blok pemanfaatan sebagai areal PHBM dengan komoditi yang dibudidayakan antara lain: kopi, terong kori, murbei dan rumput gajah (Tim Sukses PHBM BKPH Pangalengan, 2006).

Budidaya kopi

Kegiatan budidaya kopi di bawah tegakan ini melibatkan masyarakat/petani sekitar hutan yang berasal dari desa Sinarwangi, Kaiarasanding, Pasanggrahan, Puri Elok, Margamulya, Dangdang, Pulosari, Sirnasari, Cinangsi, Legokkondang, Taraju, dan Laspada. Petani ini tergabung dalam KTH Kubangsari, LMDH Pulosari. Kegiatan budidaya kopi di desa Pulosari berlokasi di lahan hutan Perhutani blok Kubang, petak 39 e yang merupakan salah satu kawasan hutan yang mengalami kerusakan cukup parah yang diakibatkan penjarahan hutan sebagai dampak reformasi tahun 1998. Kopi dipilih sebagai komoditas PHBM dengan beberapa pertimbangan antara lain: hasil dan harga kopi cukup menjanjikan, tujuan pemasaran jelas, sesuai dengan kondisi daerah setempat, tidak membutuhkan pengolahan tanah dan perawatan yang intensif. Tanaman kopi ditanam diantara tanaman pokok kehutanan yaitu eukaliptus. Luas areal kerjasama sampai saat ini adalah 64.51 ha dengan jumlah pohon kurang lebih 87.596 batang.

21

Budidaya Terong kori

Budidaya terong kori adalah salah satu kegiatan PHMB di RPH Wayang Windu yang merupakan kerjasama antara Pihak Perhutani dengan petani KTH Kawah Burung yang termasuk dalam LMDH Margamukti. Budidaya terongkori ini telah dimulai pada tahun 2005 sebagai salah satu upaya dalam menyikapi surat Edaran Gubernur No. 522/1224/Bimprod tentang larangan tumpangsari sayuran di hutan lindung. Penanaman awal sebanyak 1500 batang, dan sampai saat ini telah mencapai 33.800 batang dengan total areal budidaya seluas 16,9 ha dan dibudidayakan di antara tanaman kehutanan dan tanaman kopi. Terongkori dapat berbuah pada umur kurang lebih 1 tahun. Buah terongkori bermanfaat sebagai buah segar maupun produk olahan seperti manisan, dodol, selai, dll.

Budidaya Rumput Gajah

Budidaya rumput gajah telah dimulai sejak tahun 1988, dilaksanakan di desa Warnasari, RPH Pangalengan dan di desa Margamukti, RPH Wayang Windu dengan luas total budidaya 42 ha. Budidaya rumput gajah melibatkan kerjasama berbagai pihak, antara lain: Perhutani, masyarakat sekitar hutan yang tergabung dalam KTH maupun LMDH dan KPBS (Koperasi Peternak Bandung Selatan).

Budidaya Murbei

Budidaya murbei dilaksanakan di blok Sukaratu, desa Sukamanah, RPH Wayang Windu. Kegiatan ini merupakan kerjasama Perhutani dengan petani KTH Sukaratu Lestari yang tergabung dalam LMDH Sukamanah. Jumlah pesanggem pada budidaya murbei sebanyak 66 orang berasal dari desa Sukamanah, Banjarsari, Margamukti dan Pangalengan. Kegiatan ini telah dirintis sejak tahun 2003 dan sampai saat ini telah mencapai luas 86 ha. Daun murbei dimanfaatkan untuk pakan ulat sutera, teh murbei dan campuran tembakau untuk rokok

Umur Responden

Umur responden dikelompokkan dalam 4 kelas (Tabel 13). Usia 20 dijadikan batasan terendah karena paling muda laki-laki berumur 22 tahun sedangkan perempuan 20 tahun. Sebagian besar perempuan (73%) berumur produktif (15-54 tahun). Jumlahnya lebih banyak dari pada laki-laki yaitu 48.33% dari total responden, hal ini menunjukkan besarnya ketersediaan tenaga kerja perempuan.

Tabel 13 Distribusi responden laki-laki (L) dan perempuan (P) berdasarkan kelompok umur

Kelompok umur (th)

Strata I Strata II Strata III Strata IV

L P L P L P L P 20-34 0 0 2 22 1 25 2 50 2 22 2 22 4 11 5 13 35-49 6 67 6 67 1 25 1 25 2 22 3 33 13 34 22 58 50-64 3 33 1 11 1 25 1 25 4 44 4 44 13 34 8 21 >64 0 0 0 0 1 25 0 0 1 11 0 0 8 21 3 8 Jumlah 9 100 9 100 4 100 4 100 9 100 9 100 38 100 38 100 Tingkat Pendidikan

Tabel 14 menunjukkan bahwa pada berbagai strata kepemilikan lahan, sebagian besar responden baik laki-laki maupun perempuan berpendidikan SD.

Tabel 14 Distribusi responden laki-laki (L) dan perempuan (P) berdasarkan tingkat pendidikan

Pen- didikan

Strata I Strata II Strata III Strata IV

L P L P L P L P N % N % N % N % N % N % N % N % TS 1 11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 8 0 0 SD 2 22 6 67 3 75 3 75 5 56 6 67 29 76 32 84 SMP 2 22 2 22 0 0 1 25 2 22 2 22 1 3 2 5 SMA 4 44 1 11 1 25 0 0 0 0 1 11 3 8 4 11 PT 0 0 0 0 0 0 0 0 2 22 0 0 2 5 0 0 Jml 9 100 9 100 4 100 4 100 9 100 9 100 38 100 38 100

Tingkat pendidikan perempuan lebih rendah daripada laki-laki, hal ini dapat dilihat bahwa pendidikan laki-laki paling tinggi adalah perguruan tinggi sedangkan tingkat pendidikan perempuan paling tinggi adalah SMU. Dari segi

23

jumlah, perempuan menempati urutan paling banyak di tingkat SD, SMP dan paling sedikit SMA.

Mata Pencaharian

Sebagian besar responden menjawab budidaya kopi merupakan pekerjaan utama, terutama bagi petani tidak berlahan (Tabel 15). Namun kegiatan ini tidak dilakukan sepanjang tahun sehingga umumnya responden memiliki pekerjaan lain sebagai pekerjaan sampingan seperti berburuh, berdagang, ojeg, beternak sapi perah, dll.

Tabel 15 Distribusi responden laki-laki berdasarkan pekerjaan utama (PU) dan pekerjaan sampingan (PS)

Jenis pekerjaan

Strata I Strata II Strata II Strata IV

PU PS PU PS PU PS PU PS N % N % N % N % N % N % N % N % Petani kopi 4 44 2 22 3 75 1 25 6 67 2 22 20 53 12 32 Petani sayur 3 33 5 56 0 0 2 50 3 33 1 11 0 0 0 0 Wiraswasta 0 0 2 22 0 0 1 25 0 0 1 11 2 5 3 8 Pegawai 2 22 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 5 0 0 Peternak 0 0 0 0 1 25 0 0 0 0 0 0 5 13 1 3 Buruh 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9 23 2 5 Jumlah 9 100 9 100 4 100 4 100 9 100 4 44 38 100 19 50

Tabel 16 Distribusi responden perempuan berdasarkan pekerjaan utama (PU) dan pekerjaan sampingan (PS)

Jenis pekerjaan

Strata I Strata II Strata III Strata IV PU PS PU PS PU PS PU PS N % N % N % N % N % N % N % N % Petani kopi 0 0 0 0 1 25 1 25 0 0 2 22 6 16 8 21 Petani sayur 0 0 0 0 0 0 0 0 1 11 1 11 0 0 0 0 Wiraswasta 2 22 0 0 0 0 0 0 2 22 0 0 2 5 0 0 Pegawai 0 0 0 0 0 0 0 0 1 11 0 0 0 0 0 0 Peternak 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Buruh 0 0 0 0 0 0 0 0 1 11 1 11 9 24 3 8 Jumlah 2 22 0 0 1 25 1 25 5 56 4 44 17 45 11 29

Pekerjaan utama perempuan pada rumah tangga pemilik lahan (strata I, II dan III) sebagian besar adalah berdagang. Sedangkan pekerjaan utama perempuan pada rumah tangga tidak berlahan milik sebagian besar adalah buruh tani (Tabel 16).

Kepemilikan Lahan

Satuan luas yang digunakan di daerah setempat adalah hektar dan tumbak, dimana 1 tumbak sama dengan 14 m2. Sebagian besar responden termasuk dalam kelompok strata IV (Tabel 17) , hal ini dikarenakan hampir sebagian besar lahan di daerah setempat merupakan milik instansi, seperti perkebunan teh PTPN dan Perum Perhutani. Pada umumnya lahan milik responden diperuntukkan sebagai kebun sayur dan sebagian kecil lainnya berupa pekarangan dan sawah.

Tabel 17 Rata-rata luas lahan milik berdasarkan strata kepemilikan lahan

No.

Strata kepemilikan

lahan N %

Rata-rata luas lahan milik (ha) 1 I 9 15,0 2,4 2 II 4 6,7 0,3 3 III 9 15,0 0,1 4 IV 38 63,3 0 Jumlah 60 100,0 2,8

Luas Lahan Andil

Luasan lahan andil untuk setiap pesanggem ditentukan berdasarkan permintaan dan kemampuan petani dalam menyediakan modal untuk budidaya kopi.

Tabel 18 Distribusi luas lahan andil responden berdasarkan strata kepemilikan lahan

Kelompok luas lahan andil (ha)

Strata I Strata II Strata III Strata IV Jumlah N % N % N % N % N % 0,01-0,24 0 0,0 1 25,0 0 0,0 0 0,0 1 1,7 0,25-0,49 1 11,1 1 25,0 2 22,2 7 18,4 11 18,3 0,50-0,99 0 0,0 1 25,0 1 11,1 13 34,2 15 25,0 1,00-1,99 2 22,2 0 0,0 0 0,0 11 28,9 13 21,7 ≥2,00 6 66,7 1 25,0 6 66,7 7 18,4 20 33,3 Jumlah 9 100,0 4 100,0 9 100,0 38 100,0 60 100,0

Tabel 18 menunjukkan bahwa hampir sebagian besar responden pada berbagai strata kepemilikan lahan mengelola lahan andil cukup luas (≥2 ha). Hal ini disebabkan bagi petani yang tidak memiliki lahan dan berlahan sempit (strata II dan III), umumnya budidaya kopi merupakan sumber pendapatan utama. Sedangkan bagi petani berlahan luas (strata I), umumnya memiliki kemampuan

25

modal yang cukup besar untuk mengelola lahan andil yang luas. Rata-rata luas kelola lahan andil pada strata I adalah 2.3 ha, strata II: 0.8 ha, strata III: 1.5 ha dan strata IV: 1.3 ha.

Partisipasi dalam Program PHBM

Perencanaan Program PHBM

Program PHBM di mulai dengan tahap perencanaan program, tahap ini terdiri dari rangkaian kegiatan mulai dari sosialisasi sampai penandatanganan kontrak kerja. Sosialisasi dan penyuluhan merupakan tahap pemahaman sistem PHBM kepada masyarakat. Sosialisasi telah dilaksanakan sebanyak 4 kali yaitu pada tahun 1998, 1999, 2000, dan 2001. Tahap selanjutnya adalah pembinaan dan pembentukan kelembagaan dalam hal ini pembentukan KTH (Kelompok Tani Hutan) dan LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan). Pembentukan KTH bertujuan untuk memudahkan komunikasi dan informasi antara Pihak Perhutani dengan para pesanggem dan sebaliknya. Dengan terbentuk KTH proses negosiasi lebih mudah dilakukan. Negosiasi dilakukan untuk menentukan jenis tanaman PHBM, penentuan luas dan pembagian lahan andil, penentukan lokasi PHBM, dan penentuan pola tanam. Lokasi PHBM diusulkan oleh Pihak Perhutani dengan pertimbangan lokasi merupakan kawasan hutan rawan ditinjau dari aspek sosial ekonomi dan ekologi, setelah masyarakat dan pihak Perhutani sepakat selanjutnya ditentukan jenis tanaman dan pola tanam yang digunakan. Kopi dipilih sebagai komoditas, karena beberapa alasan diantaranya: hasil yang cukup menjanjikan dan tujuan pemasaran jelas, sesuai dengan kondisi daerah setempat, tidak membutuhkan pengolahan tanah dan perawatan yang intensif. Berdasarkan perjanjian, pesanggem dapat memanfaatkan lahan andil dalam jangka waktu 1 tahun dan dapat diperpanjang setiap tahunnya. Penandatanganan kontrak tidak dilakukan oleh setiap responden melainkan diwakilkan kepada ketua KTH. Hak, kewajiban dan sangsi selama perjanjian ini berlangsung dibuat atas kesepakatan pihak Perhutani dan pesanggem. PHBM dilaksanakan atas dasar bagi hasil (sharing), di KTH Kubangsari ini sharing yang disepakati adalah 15% untuk Pihak Perhutani dan 80% untuk pesanggem serta 5% untuk biaya administrasi lain-lain.

Tabel 19 menunjukkan bahwa pada strata I sampai strata IV partisipasi perempuan pada tahap perencanan lebih rendah daripada laki-laki. Hal ini

mungkin disebabkan hampir keseluruhan kegiatan pada tahap perencanaan berupa pertemuan, dimana pemberitahuan pertemuan biasanya ditujukan kepada kepala rumah tangga, sedangkan masyarakat masih beranggapan bahwa kepala rumah tangga adalah laki-laki. Jika laki-laki (suami) berhalangan hadir atau sudah meninggal, biasanya pertemuan digantikan oleh anak laki-laki dewasa. Selain itu, waktu pertemuan biasanya dilakukan pada malam hari, sehingga perempuan lebih banyak sibuk dengan kegiatan reproduktif, atau memilih untuk beristirahat. Pada tahap perencanaan, partisipasi perempuan paling besar adalah pada proses negosiasi dengan nilai skor rata-rata pada proses negosiasi adalah 1,13 sedangkan pada tahap sosialisasi dan penyuluhuan, pembentukan KTH dan perjanjian rata-rata skornya adalah 1,07. Partisipasi laki-laki pada tahap perencanaan paling besar adalah pada proses sosialisasi dan penyuluhan. Dari empat kali sosialisasi dan penyuluhan, rata kehadiran laki-laki adalah tiga kali pertemuan dengan rata-rata skor 3,8 dan merupakan partisipasi terbesar pada tahap perencanaan.

Tabel 19 Distribusi responden berdasarkan tingkat partisipasi pada kegiatan perencanaan program PHBM

Tingkat partisipasi

Strata kepemilikan lahan

I II III IV L P L P L P L P N % N % N % N % N % N % N % N % Rendah 1 11 9 100 0 0 4 100 1 11 9 100 5 13 37 97 Sedang 1 11 0 0 0 0 0 0 3 33 0 0 2 5 0 0 Tinggi 2 22 0 0 1 25 0 0 0 0 0 0 4 11 1 3 Sangat Tinggi 5 56 0 0 3 75 0 0 5 56 0 0 27 71 0 0 Jumlah 9 100 9 100 4 100 4 100 9 100 9 100 38 100 38 100 Pelaksanaan Program

Pertemuan KTH merupakan salah satu kegiatan pada tahap pelaksanaan program. Pertemuan KTH dilakukan setiap satu bulan sekali, pertemuan ini bertujuan untuk saling berbagi informasi antar anggota, menyampaikan pendapat, atau menyampaikan kesulitan yang ditemui sehingga dapat saling membantu. Jumlah pertemuan KTH yang dihitung adalah pertemuan yang dilakukan pada tahun 2006 saja, sampai pada saat penelitian ini dilakukan pertemuan sudah dilakukan sebanyak 4 kali. Pelaksanaan program di lapangan terdiri dari persiapan lahan, penanaman dan pemeliharaan, pemanenan dan pengamanan hutan.

27

Pada Tabel 20 dapat dilihat bahwa partisipasi perempuan pada tahap pelaksanaan juga lebih rendah dari pada laki-laki. Partisipasi perempuan pada tahap pelaksanaan mengalami peningkatan dibandingkan pada saat perencanaan, hal ini ditunjukkan oleh jumlah perempuan pada berbagai strata terutama strata II dan IV pada tingkat partisipasi sedang sebanyak 50% dan 63%. Rendahnya partisipasi perempuan pada tahap pelaksanaan antara lain disebabkan rendahnya partisipasi perempuan pada pengamanan hutan, hal ini dikarenakan perempuan masih merasa takut untuk mengingatkan pelaku pelanggaran, meskipun hal tersebut terjadi di lahan kelolanya.

Tabel 20 Distribusi responden berdasarkan tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan program PHBM

Tingkat partisipasi

Strata kepemilikan lahan

I II III IV L P L P L P L P N % N % N % N % N % N % N % N % Rendah 2 22 7 78 0 0 2 50 0 0 7 78 0 0 11 29 Sedang 2 22 2 22 0 0 2 50 1 11 0 0 0 0 24 63 Tinggi 1 11 0 0 1 25 0 0 2 22 2 22 11 29 0 0 Sangat Tinggi 4 44 0 0 3 75 0 0 6 67 0 0 27 71 3 8 Jumlah 9 100 9 100 4 100 4 100 9 100 9 100 38 100 38 10 0 Partisipasi dalam PHBM

Partisipasi laki-laki strata I pada rogram PHBM berdasarkan rata-rata total nilai skor termasuk dalam kategori sedang dengan nilai skor 21, pada strata II, III dan IV partisipasi pada PHBM termasuk dalam kategori tinggi dengan rata-rata skor masing-masing adalah 28,8; 32,2 dan 30. Partisipasi perempuan pada PHBM umumnya rendah, berdasarkan rata-rata total skor perempuan strata I tingkat partisipasinya termasuk dalam kategori rendah, demikian halnya dengan perempuan pada strata II dan III dengan nilai skor masing-masing adalah 8,2; 9,11 dan 10,5. Partisipasi perempuan pada strata IV termasuk dalam kategori sedang dengan rata-rata skor 25,4. Tabel 21 menunjukkan bahwa dalam PHBM tingkat partisipsi laki-laki umumnya termasuk dalam kategori tinggi dan sangat tinggi, sedangkan pada perempuan termasuk dalam kategori rendah, rendahnya

partisipasi perempuan ini terutama disebabkan rendahnya partisipasi pada tahap perencanaan.

Tabel 21 Distribusi responden berdasarkan tingkat partisipasi dalam PHBM

Tingkat partisipasi

Strata kepemilikan lahan

I II III IV L P L P L P L P N % N % N % N % N % N % N % N % Rendah 1 11 9 100 0 0 3 75 0 0 7 78 2 5 25 66 Sedang 1 11 0 0 0 0 1 25 2 22 0 0 1 3 3 8 Tinggi 2 22 0 0 1 25 0 0 1 11 2 22 8 21 8 21 Sangat Tinggi 5 56 0 0 3 75 0 0 6 67 0 0 27 71 2 5 Jumlah 9 100 9 100 4 100 4 100 9 100 100 38 100 38 100

Pengambilan Keputusan dalam Rumah Tangga Petani

Pengambilan keputusan dalam rumah tangga terdiri dari keputusan pada kegiatan produktif dan reproduktif. Keputusan pada kegiatan produktif terdiri dari keputusan pada kegiatan PHBM, dan non PHBM (pertanian dan peternakan), sedangkan keputusan pada kegiatan produktif non pertanian tidak disertakan karena kegiatan ini tidak secara langsung berhubungan dengan sumberdaya yang dimiliki rumah tangga. Jenis keputusan pada kegiatan produktif antara lain: jenis tanaman yang dibudidayakan, jenis ternak yang dipelihara, keputusan untuk memanfaatkan atau menjual hasilnya dan cara penjualan jika tidak dikonsumsi sendiri. Hampir sebagian besar responden memutuskan untuk menanami kebun dengan sayuran; memelihara sapi perah sebagai ternak; menjual hasil kebun sayur, peternakan (susu), kebun kopi (PHBM) dan mengkonsumsi semua hasil sawah berupa padi.

Pengambilan keputusan pada kegiatan budidaya kopi di lahan andil pada kelompok strata I lebih banyak didominasi oleh laki-laki, sedangkan pada strata II, III dan IV keterlibatan perempuan cukup besar dalam pengambilan keputusan.. Pengambilan keputusan pada kegiatan pertanian pada strata I dilakukan oleh laki-laki sendiri, sedangkan pada strata II dan III dilakukan bersama (suami dan istri), pada kegiatan peternakan pengambilan keputusan pada berbagai strata dilakukan bersama. Kontribusi perempuan pada rumah tangga berlahan sempit (strata II dan III) atau tidak berlahan dalam pengambilan keputusan pada kegiatan produktif cukup besar perannya, hal ini dikarenakan sebagian besar perempuan pada strata

29

ini ikut bekerja di lahan andil dan pertanian sehingga pengetahuan mereka pada kegiatan pertanian juga cukup baik untuk ikut serta mengambil keputusan (Tabel 22).

Tabel 22 Distribusi responden berdasarkan partisipasi pada pengambilan keputusan dalam kegiatan produktif

Jenis kegiatan produktif Pengambil keputusan

Strata I Strata II Strata III Strata IV Total N % N % N % N % N % PHBM LKS 2 22,2 0 0,0 0 0,0 12 31,6 14 23,3 LKD 7 77,8 2 50,0 4 44,4 6 15,8 19 31,7 BSM 0 0,0 2 50,0 4 44,4 20 52,6 26 43,3 PRS 0 0,0 0 0,0 1 11,1 0 0,0 1 1,7 PRD 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 Jumlah 9 100,0 4 100,0 9 100,0 38 100,0 60 100,0 Non PHBM a.Pertanian LKS 3 33,3 1 25,0 1 16,7 0 0,0 5 26,3 LKD 4 44,4 1 25,0 2 33,3 0 0,0 7 36,8 BSM 2 22,2 2 50,0 3 50,0 0 0,0 7 36,8 PRS 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 PRD 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 Jumlah 9 100,0 4 100,0 6 100,0 0 0,0 19 100,0 b.Peternakan LKS 1 33,3 0 0,0 0 0,0 2 28,6 3 21,4 LKD 1 33,3 0 0,0 1 33,3 0 0,0 2 14,3 BSM 1 33,3 1 100,0 2 66,7 5 71,4 9 64,3 PRS 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 PRD 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 Jumlah 3 100,0 1 100,0 3 100,0 7 100,0 14 100,0 Ket: LKS: Laki-laki sendiri, LKD: Laki-laki dominan, BSM: Bersama, PRS: Perempuan sendiri, PRD: Perempuan Dominan

Tingkat pendidikan anggota keluarga responden terutama anak umumnya mengalami peningkatkan daripada orang tuanya, Sebagian besar anak responden berpendidikan paling rendah SMP, bahkan jumlah anak yang mengenyam pendidikan tinggi cukup banyak. Tingkat dan tempat pendidikan biasanya merupakan pemintaan dari anak, orangtua hanya menyetujui dan memfasilitasi, sehingga sebagian besar keputusan pada pendidikan anak ditentukan atas kesepakatan bersama, terutama pada kelompok strata I, dan sebagian kecil lainnya merupakan kompromi dari suami dan istri dengan pengambil keputusan dominan laki-laki. Pembagian kerja antara anggota keluarga terutama suami dan istri juga sebagian besar ditentukan dengan kesepakatan bersama (Tabel 23).

Tabel 23 Distribusi responden berdasarkan partisipasi pada pengambilan keputusan dalam kegiatan reproduktif

Jenis kegiatan reproduktif

Pengambil keputusan

Strata I Strata II Strata III Strata IV Total N % N % N % N % N % Pendidikan anak LKS 0 0,0 0 0,0 2 28,6 4 14,8 6 14,0 LKD 1 14,3 1 50,0 0 0,0 3 11,1 5 11,6 BSM 6 85,7 1 50,0 5 71,4 20 74,1 32 74,4 PRS 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 PRD 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 Jumlah 7 100,0 2 100,0 7 100,0 27 100,0 43 100,0 Pembagian kerja LKS 0 0,0 0 0,0 1 11,1 3 7,9 4 6,7 LKD 1 11,1 1 25,0 0 0,0 2 5,3 4 6,7 BSM 8 88,9 3 75,0 8 88,9 33 86,8 52 86,7 PRS 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 PRD 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 Jumlah 9 100,0 4 100,0 9 100,0 38 100,0 60 100,0 Ket: LKS: Laki-laki sendiri, LKD: Laki-laki dominan, BSM: Bersama, PRS: Perempuan sendiri,

PRD: Perempuan Dominan

Pembagian Kerja dalam Rumah Tangga Petani

Kegiatan di PHBM meliputi penanaman, pemeliharaan, pemanenan dan pengangkutan. Tabel 24 menunjukkan bahwa hampir semua kegiatan ini dilakukan oleh laki-laki, perempuan biasanya banyak berperan di kegiatan pemanenan, sebagian kecil lainnya ikut membantu pada kegiatan penanaman seperti memasang ajir dan menanam. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan perempuan umumnya hanya menyiangi dan pemupukan, penyemprotan (bila ada) dilakukan oleh laki-laki. Sebagian kecil perempuan ikut melakukan pengangkutan kopi dari lahan ke tempat pengumpulan, karena pekerjaan ini dianggap sebagai pekerjaan berat untuk perempuan. Peran perempuan pada strata II dan III cukup besar dibanding peran perempuan pada strata I dan IV. Kegiatan pertanian, hampir semua dikerjakan oleh laki-laki, perempuan biasanya ikut dalam penanaman dan pemeliharaan. Pada kegiatan peternakan sebagian besar kegiatan dilakukan bersama-sama. Kegiatan mencari rumput biasanya dilakukan bersamaan kegiatan di kebun maupun di hutan. Karena pemeliharaan ternak masih di sekitar rumah pemberian pakan ternak, mengurus kandang dan memerah susu lebih banyak dilakukan bersama-sama. untuk kegiatan penyetoran susu semua dikerjakan oleh laki-laki, meskipun dijumpai juga penyetor perempuan tapi tidak termasuk dalam

31

kategori responden. Peran perempuan dalam kegiatan peternakan cukup besar pada strata II, III dan IV. Kegiatan produktif yang sebagian besar dilakukan oleh perempuan adalah berdagang dan buruh tani, sedangkan laki-laki pada kegiatan produktif lainnya adalah buruh proyek, buruh tani dan pegawai.

Tabel 24 Distribusi responden berdasarkan pembagian kerja dalam kegiatan produktif (L: laki-laki, P: Perempuan, BSM: Bersama)

Jenis kegiatan

Pembagian kerja

Strata I Strata II Strata III Strata IV

N % N % N % N % PHBM L 7 77,8 1 25,0 5 55,6 11 28,9 P 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 BSM 2 22,2 3 75,0 4 44,4 27 71,1 Jumlah 9 100,0 4 100,0 9 100,0 38 100,0 Non PHBM Pertanian L 9 100,0 2 50,0 5 83,3 6 46,2 P 0 0,0 0 0,0 0 0,0 7 53,8 BSM 0 0,0 2 50,0 1 16,7 0 0,0 Jumlah 9 100,0 4 100,0 6 100,0 13 0,0 Peternakan L 3 100,0 0 0,0 2 66,7 4 57,1 P 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 BSM 0 0,0 1 100,0 1 33,3 3 42,9 Jumlah 3 100,0 1 100,0 3 100,0 7 100,0 Lain-lain L 2 50,0 0 0,0 1 25,0 7 38,9 P 1 25,0 1 100,0 2 50,0 4 22,2 BSM 1 25,0 0 0,0 1 25,0 7 38,9 Jumlah 4 100,0 1 100,0 4 100,0 18 100,0

Tabel 25 menunjukkan bahwa hampir seluruh kegiatan reproduktif pada strata manapun dilakukan oleh perempuan. Berdasarkan kesepakatan pembagian

Dokumen terkait