Letak dan Luas
Wilayah Baduy berada di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten (Gambar 3). Secara geografis terletak pada 6°27’27”–6°30’0” LS dan 108°3’9”–106°4’55” BT.
Sumber: Garna (1993)
19
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lebak No. 32 Tahun 2001, luas wilayahnya 5.136,58 hektar (ha), terdiri dari 381 ha lahan pertanian, 1500 ha ladang, 250 ha perkampungan, 5,58 ha rawa, dan 3000 ha hutan lindung. Desa Kanekes terdiri atas 63 kampung, 3 kampung Baduy Dalam yaitu Cibeo, Cikertawana, dan Cikeusik, serta 60 kampung Baduy Luar.
Secara administrasi Baduy di batasi dan diapit oleh 16 desa dari 6 kecamatan (Gambar 3). Sebelah Utara dibatasi oleh Desa Bojongmenteng, Desa Cisimeut Raya, Desa Nayagati yang ketiganya termasuk dalam Kecamatan Leuwidamar. Sebelah Barat dibatasi oleh Desa Parakan Besi, Desa Kebon Cau, Desa Karangnunggal yang terletak di Kecamatan Bojongmanik dan Kecamatan Cirinten. Sebelah Selatan dibatasi oleh Desa Cikate dan Desa Mangunjaya yang termasuk dalam Kecamatan Cijaku. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Karangcombong, Desa Hariang, dan Desa Cicalebang yang termasuk dalam Kecamatan Muncang dan Kecamatan Sobang.
Topografi dan Iklim
Wilayah Baduy merupakan bagian dari Pegunungan Kendeng yang berada ketinggian 300-600 m dpl dengan topografi berbukit, bergelombang, dan kemiringan rata-rata mencapai 45%. Suhu rata-rata di wilayah Baduy adalah 20° C dan curah hujan rata-rata 4000 mm/tahun (Dinas Sosial 1999).
Masyarakat Baduy
Secara umum masyarakat Baduy terbagi atas 2 bagian, yaitu Baduy Dalam (tangtu) dan Baduy Luar (panamping). Pembagian ini merupakan bentuk adaptasi, toleransi, dan demokrasi masyarakat Baduy terhadap dinamika masyarakat Baduy, namun berdasarkan beberapa literatur wilayah Baduy juga meliputi masyarakat Baduy yang mendiami Desa Cikakal Girang (sering disebut dengan Baduy muslim) dan Baduy Kompol. Masyarakat di masing-masing pembagian tersebut memiliki kesamaan yaitu sama-sama masyarakat Baduy yang berpegang teguh pada pikukuh karuhun (rukun) dan buyut (larangan). Pikukuh karuhun tersebut antara lain (Kurnia dan Sihabudin 2010):
1. Bertapa bagi kesejahteraan dan keselamatan pusat dunia dan alam semesta 2. Memelihara Sasaka Pusaka Buana
3. Mengasuh ratu memelihara menak
4. Menghormati guriang dan melaksanakan muja
5. Melakukan seba setahun sekali
6. Menyelenggarakan dan menghormati upacara adat Ngalaksa
7. Mempertahankan dan menjaga adat Bulan Kawalu
Perbedaan antara masyarakat Baduy Dalam dan Baduy Luar terlihat dari ketaatan dan kepatuhan dalam melaksanakan amanat leluhur, sedangkan masyarakat Baduy luar cenderung menjadi potret kerukunan, kesetiaan, dan tolong-menolong dengan masyarakat Baduy Dalam meskipun mereka memiliki perbedaan dan keringanan dalam pelaksanaan hukum adatnya (Tabel 9).
Tabel 9 Karakteristik masyarakat Baduy Dalam dan Baduy Luar
Perbedaan Persamaan
Baduy Dalam Baduy Luar
1. Bentuk rumah
Kontur tanah tidak dirubah dan dibiarkan sesuai aslinya
Tanah dapat dirubah/ diratakan sesuai keinginan.
Menghadap Utara-Selatan (nyulah nyanda)
2. Aturan adat
Masih sangat ketat Agak longgar dalam pelaksanaan Aturan umumnya sama
3. Pakaian
Hanya 2 warna, hitam dan putih blacu umumnya putih, hanya dijahit jarum dan tangan secara sederhana. Tidak diperkenankan menggunakan aksesoris emas.
Hanya 2 warna, hitam dan putih, umumnya hitam, dijahit sesuai kemampuan. Diperkenankan menggunakan aksesoris dari emas.
Wanita memakai kebaya, laki-laki memakai ikat kepala.
Sumber: Kurnia dan Sihabudin (2010) Demografi
Jumlah penduduk Baduy mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan jumlah kampung (Gambar 4). Jumlah kampung di Baduy pada tahun 1985 adalah 30 kampung, meningkat menjadi 49 kampung di tahun 1994, pada tahun 2000 mengalami penambahan jumlah menjadi 52 kampung, di akhir tahun 2008 bertambah menjadi 58 kampung, dan di awal tahun 2009 hingga 2010 bertambah menjadi 59 kampung. Pada akhir tahun 2012 jumlah kampung di Baduy luar kembali mengalami peningkatan sehinga total kampung yang ada di Baduy adalah 63 kampung.
Meskipun terjadi penambahan jumlah kampung dan jumlah penduduk, jumlah kampung di Baduy Dalam tetap dipertahankan dengan jumlah tiga kampung saja yaitu Cikeusik, Cibeo, dan Cikertawana. Penambahan jumlah kampung hanya dapat dilakukan di kawasan Baduy Luar dengan pertimbangan dari pemerintah adat dan pemerintah desa.
Gambar 4 Jumlah penduduk Baduy tahun 1985 hingga 2012 Kepercayaan
Masyarakat adat Baduy menganut kepercayaan Slam Sunda Wiwitan yang dalam kepercayaan tersebut mengakui adanya Tuhan (Gusti Allah) sebagai pencipta alam yang menciptakan manusia pertama yaitu Nabi Adam dan mengakui Nabi Muhammad sebagai saudara muda dari keturunan mereka yang memiliki amanat sebagai penutup kesempurnaan perjalanan sejarah keyakinan manusia untuk berkiblat pada Ka’bah, sehingga pada upacara tertentu mereka
21
mengenal dan membaca dua kalimah sahadat sebagai penyempurna dari sahadat-sahadat lainnya (Kurnia dan Sihabudin 2010).
Mata pencaharian
Mata pencaharian utama masyarakat Baduy adalah berladang (ngahuma) yang merupakan rukun hidup (pikukuh) dan bernilai sangat penting (Garna 1988; Suansa 2011). Selain berladang terdapat juga kegiatan lain yaitu menyadap aren (nyadap aren) untuk selanjutnya diolah menjadi gula aren dan mencari madu (nyiar odeng) yang umumnya dilakukan oleh laki-laki Baduy. Sedangkan perempuan Baduy biasanya membantu suaminya di ladang dan menenun kain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (khususnya perempuan Baduy Luar).
Pendidikan
Masyarakat Baduy tidak mengenal pendidikan formal, karena menurut masyarakat Baduy anak yang bersekolah justru akan minteri atau menipu dan tidak jujur. Pendidikan yang dikembangkan adalah pendidikan non-formal. Pengetahuan diberikan orang tua kepada anak-anaknya agar dapat bertahan dan hidup mandiri. Pengetahuan tersebut diberikan secara lisan dari orang tua kepada anaknya. Sebagai contoh, orang tua telah mengajarkan pengetahuan mengenai jenis-jenis tumbuhan yang dapat dan tidak dapat dikonsumsi sejak usia 8-10 tahun, yaitu pada saat anak telah mengikuti kegiatan berladang.
Kesehatan
Masyarakat Baduy memiliki akses yang mudah menuju ke UPT Puskesmas Cisimeut yang berada di Jalan Raya Ciboleger Km. 02- Bojog Menteng- Leuwidamar. Penyakit tertinggi yang diderita oleh masyarakat Baduy antara lain: ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut), dermatitis, scabies (kudis), gastritis, infeksi jamur, myalgia (nyeri dalam sum-sum tulang), reumatik, dan suspen kecacingan (Dinkes Kecamatan Leuwidamar 2008). Meskipun ISPA menjadi penyakit yang paling banyak diderita, dermatitis jika digabungkan dengan penyakit kulit lainnya seperti scabies (kudis), alergi, infeksi jamur, dan infeksi kulit, penyakit yang terjadi pada kulit lebih banyak diderita oleh masyarakat Baduy (Gambar 5).
Sumber: Dinas Kesehatan Kecamatan Leuwidamar (2008)