• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Toba Pulp Lestari Tbk (PT. TPL Tbk.) yang sebelumnya bernama PT. Inti Indorayon Utama Tbk. (PT. IIU Tbk.) adalah sebuah perusahaan yang memiliki Izin Pemanfaatan Kayu (IPK) sesuai dengan SK Menteri Kehutanan No. 236/Kpts-IV/1984 tertanggal 19 Nopember 1984. Perusahaan tersebut memiliki IPK Pinus merkusii dengan luasan 86.000 ha. Pinus merkusii digunakan sebagai bahan baku penyedian awal (bridging raw material) pabrik pulp dan rayon. Setelah pemanfaatan kayu pinus hasil tebangan, maka areal akan ditanami jenis kayu berdaun lebar Eucalyptus sp. agar fungsi perlindungan terhadap tanah dan air dapat ditingkatkan.

Seiring berkembangnya waktu dan perkembangan zaman, maka kebutuhan akan pulp and paper di pasaran terus meningkat, sehingga dengan demikian kebutuhan hasil hutan akan kayu sebagai bahan baku perusahaan harus ditingkatkan pula agar perusahaan berproduksi terus. Karena izin pemanfaatan kayu sebelumnya bersifat jangka pendek (15 tahun), maka pada tahun 1992 pemerintah menetapkan izin Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI)

PT. IIU Tbk. seluas 269.060 ha sesuai dengan SK Menteri Kehutanan No. 493/Kpts-11/1992 tanggal 1 Juni 1992 dengan jangka waktu pengelolaan 43 tahun.

PT. IIU Tbk. adalah industri yang terintegrasi dibidang produksi pulp untuk bahan baku kertas dan serat viscose rayon untuk bahan baku tekstil dan

penggunaan lainnya seperti filter rokok, benang, ban, dan lain-lain. PT. IIU Tbk mengalami penutupan pada awal tahun 2000 karena adanya desakan dari Lembaga Swadaya Masyarakat dan Masyarakat atas kerusakan lingkungan yang terjadi.

PT. IIU Tbk. pada tahun 2001 kembali beroperasi dengan mengganti nama perusahaan menjadi PT. Toba Pulp Lestari Tbk. Perubahan nama perusahaan berdasarkan SK. Menteri Kehakiman dan Hak Azasi Manusia No. C-06519 HT. 01.04.TH.2001 tanggal 23 Agustus 2001 dan perubahan tersebut diperkuat dengan

SK. Menhut No. 351/Menhut-II/2004 tanggal 28 September 2004. Kini perusahaan tersebut hanya memproduksi bubur kerta (pulp). Izin konsesi PT.

IIU Tbk. terletak di enam (6) sektor yang secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2. Luasan dan kondisi penutupan areal PT. Toba Pulp Lestari Tbk. per Maret 1999 No Penutupan Vegetasi Aek Nauli (ha) Tele (ha) Tarutung (ha) Habinsaran (ha) Sarulla (ha) P. Sidempuan (ha) Total 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. MHW Hutan pinus Hutan tanaman Tanah kosong/belukar /ladang Hutan garapan Enclave Insfratruktur 10.283 46 7.085 294 3.360 1.072 393 43.330 1.848 12.871 8.638 35.130 763 463 14.052 471 3.590 19.993 7.893 - 191 8.307 47 12.023 463 2.396 59 335 32.563 - - 2.310 9.790 - - 307 941 651 25.014 1.648 - 7 108.841 3.348 36.211 56.711 60.217 2.344 1.389 Total 22.533 103.037 46.179 24.080 44.663 28.568 269.060 Sumber: RKT PT. TPL Tbk, 2004

Letak dan Luas

Secara geografis, Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) areal Hutan Tanaman PT. TPL Tbk. sektor Tele terletak antara 02015’00” - 02050’00’’ LU dan antara 98020’00’’ - 99010’00” BT, termasuk kedalam kelompok hutan tanaman sektor Tele (RKT PT. TPL Tbk., 2005).

Luas areal hutan sektor Tele berdasarkan SK IUPHHK No. 493/Kpts-II/1992 tanggal 1 Juni 1992 adalah 103.037 ha. Wilayah hutan tanaman sektor Tele secara administrasi pemerintahan termasuk kedalam Kabupaten Samosir, Humbang Hasudutan dan Dairi (RKT PT. TPL Tbk., 2005).

Topografi

Areal IUPHHK sektor Tele PT. TPL Tbk. berada pada ketinggian antara 1.300 – 1.900 mdpl, memiliki kelas kelerengan yang bervariasi mulai dari datar, landai, bergelombang, agak curam sampai dengan curam. Kelas kelerengan areal PT. Toba Pulp Lestari Tbk. sektor Tele dapat dilihat pada Tabel 4 sebagai berikut:

Tabel 3. Kelas kelerengan areal PT. Toba Pulp Lestari Tbk. sektor Tele Kelas Kemiringan (%) Luas Areal (ha) Persentase

(%) Datar 0 – 8 78.592,3 76,3 Landai 8 – 15 12.641,9 12,3 Bergelombang 15 – 25 7.472,9 7,3 Agak Curam 25 – 40 4.034,9 3,9 Curam > 40 295,0 0,3 Sumber: RKT PT. TPL Tbk., 2005

Terdapat beberapa sungai dan anak sungai di areal hutan tanaman PT. TPL Tbk. sektor Tele yakni sungai Aek Prada, Aek Sionang, Aek Simonggo, Aek Silang dan Aek Hirta (RKT PT. TPL Tbk., 2005).

Iklim

Menurut klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson, wilayah penelitian termasuk ke dalam tipe iklim A dengan curah hujan rata-rata 150 mm/bulan. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret, sedangkan untuk curah hujan terendah pada bulan Februari. Suhu minimum 12,9 0C dan maksimum 23,5 0C dengan kelembaban relatif 81,9% (RKT PT. TPL Tbk., 2005).

Keadaan Tanah dan Geologi

Berdasarkan RKT PT. TPL Tbk. (2005), jenis tanah pada kelompok hutan Sektor Tele terdiri dari jenis tanah tropohemists, dystropepts, hydradepts dan dystrandepts. Tanah-tanah tersebut berasal dari jenis batuan alluvium muda.

Karakteristik Tapak Tegakan Eucalyptus grandis

Penanaman Eucalyptus grandis di areal IUPHHK PT. TPL Tbk. pada umumnya menggunakan jarak 3 x 2 meter. Pemeliharaan tanaman dilakukan pada saat tanaman berumur 1 sampai 3 tahun berupa pemberantasan gulma dengan cara mekanis dan kimia. Setelah berumur lebih dari 3 tahun tanaman diperkirakan sudah mampu bersaing dengan gulma sehingga pemeliharaan tidak lagi dilakukan.

Berdasarkan sumber yang diperoleh dari perusahaan, PT. TPL Tbk. membagi areal menjadi 2 (jenis), yaitu :

a. Replanting Area merupakan areal bekas pemanenan Eucalyptus sp.

b. Mixed Hard Wood area (MHW) merupakan areal bekas pemanenan hutan rimba campuran.

Plot contoh inventarisasi pada umur 1 tahun termasuk kedalam MHW area, di lokasi ini limbah sisa penebangan (cabang, ranting dan akar) dikumpulkan memanjang dengan jarak antar tumpukan 10 meter. Gambar 2(a) menunjukan keadaan tapak pada umur 1 tahun. Pemberantasan gulma pada umur 1 tahun tersebut telah 2 (dua) kali dilakukan dengan cara kimiawi ketika tanaman berumur 6 dan 9 bulan. Gambar 2(b) merupakan aktivitas pengumpulan dan pengukuran diameter akar.

Inventarisasi yang dilakukan pada umur 2 dan 3 tahun menunjukan bahwa areal penanaman Eucalypts grandis termasuk areal bekas pemanenan Eucalyptus sp. Penebangan sebelumnya pada areal ini meninggalkan tunggak bekas pemanenan dengan tinggi 10 cm dari permukaan tanah. Sebelum penanaman dengan tanaman baru areal ini dilakukan pembersihan gulma berkayu, tunas ataupun trubusan yang tumbuh pada bekas tunggak Eucalyptus sp. dengan cara manual. Ketika tanaman berumur 13, 17 dan 21 bulan dilakukan pemberantasan gulma dengan cara kimiawi. Pemberantasan gulma saat tanaman berumur 21 bulan merupakan pemberantasan gulma terakhir dengan cara kimiawi. Saat tanaman berumur lebih dari 24 bulan pemberantasan hanya dilakukan pada gulma berkayu secara manual (memotong/mengimas). Kondisi areal penanaman umur 2 dan 3 tahun digambarkan pada Gambar 2(c), 2(e) dan Gambar 2(d), 2(f) merupakan kegiatan pengukuran diameter sortimen akar pada masing-masing pohon contoh yang telah terpilih.

Pada areal umur 2 dan 3 tahun tajuk tanaman rapat menutupi lantai hutan sehingga cahaya hanya sedikit yang menyentuh lantai hutan, menyebabkan pada umur 2 dan 3 tahun tersebut tumbuhan bawah sulit untuk tumbuh,

Plot contoh inventarisasi tegakan pada umur 6 tahun adalah plot dengan pertumbuhan pohon yang kurang bagus. Pada umur 6 tahun pohon Eucalyptus grandis banyak yang mati menurut dugaan dikarenakan pada umur 6 tahun tersebut sagat kurang perawatan kondisi ini disebabkan tutupnya perusahaan. Kondisi tapak di area ini juga berair sehingga menyulitkan tanaman untuk tumbuh dengan baik. Areal ini adalah areal yang ditinggalkan setelah penanaman, sehingga banyak ditumbuhi dengan tumbuhan bawah berkayu maupun tidak berkayu. Gambar 2(g) dan 2(h) menunjukan kondisi tanaman dan proses pengukuran diameter sortimen akar pada umur 6 tahun.

Areal penanaman umur 8 tahun memiliki kondisi tapak sebahagian berair sehingga pertumbuhan tanaman kurang normal. Tapak banyak ditumbuhi dengan tumbuhan bawah baik yang berkayu maupun tidak berkayu, kondisi tersebut dikarenakan tajuk tanaman semakin terbuka karena bertambahanya umur, sehingga tumbuhan bawah mendapat cukup cahanya untuk tumbuh. Areal ini di dominansi oleh tumbuhan bawah tidak berkayu jenis paku-pakuan. Gambar 2(i) menunjukan kondisi tanaman dan tapak umur 8 tahun sertaGambar 2(j) menunjukkan proses pembongkaran dan pengukuran sortimen akar.

Pada umur 9 tahun tumbuh berbagai jenis tumbuhan bawah baik berkayu maupun tidak tinggi rata-rata tumbuhan bawah tersebut berkisar 2 meter. Gambar

2(k) dan Gambar 2(l) merupakan poses pembongkaran dan pengumpulan akar tanaman.

2(a) 2(b)

2(c) 2(d)

2(g) 2(h)

2(i) 2(j)

2(k) 2(l)

Gambar 2. Kondisi tegakan dan tapak tiap umur Eucalypus grandis dilokasi penelitian

(a) dan (b) umur 1 tahun, (c) dan (d) umur 2 tahun, (e) dan (f) umur 3 tahun, (g) dan (h) umur 6 tahun, (i) dan (j) umur 8 tahun, (k) dan(l) umur 9 tahun.

Dokumen terkait