• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendugaan Biomassa Akar Hutan Tanaman Eucalyptus grandis W. Hill ex Maiden di Areal Hutan Tanaman PT. Toba Pulp Lestari Tbk. Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pendugaan Biomassa Akar Hutan Tanaman Eucalyptus grandis W. Hill ex Maiden di Areal Hutan Tanaman PT. Toba Pulp Lestari Tbk. Sumatera Utara"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

P

PEENNDDUUGGAAAANNBBIIOOMMAASSSSAAAAKKAARR H

HUUTTAANNTTAANNAAMMAANNEEuuccaallyyppttuussggrraannddiissWW..HHiilllleexxMMaaiiddeenn A

ArreeaallHHuuttaannTTaannaammaannPPTT..TToobbaaPPuullppLLeessttaarriiTTbbkk..SSuummaatteerraaUUttaarraa

H

HAASSIILLPPEENNEELLIITTIIAANN

O

Olleehh M

MUUSSTTAAQQIIMM B

BUUDDIIDDAAYYAAHHUUTTAANN//001111220022001122

D

DEEPPAARRTTEEMMEENNKKEEHHUUTTAANNAANN F

FAAKKUULLTTAASSPPEERRTTAANNIIAANN U

UNNIIVVEERRSSIITTAASSSSUUMMAATTEERRAAUUTTAARRAA M

(2)
(3)

P

PEENNDDUUGGAAAANNBBIIOOMMAASSSSAAAAKKAARR H

HUUTTAANNTTAANNAAMMAANNEEuuccaallyyppttuussggrraannddiissWW..HHiilllleexxMMaaiiddeenn A

ArreeaallHHuuttaannTTaannaammaannPPTT..TToobbaaPPuullppLLeessttaarriiTTbbkk..SSuummaatteerraaUUttaarraa

H

HAASSIILLPPEENNEELLIITTIIAANN

O

Olleehh M

MUUSSTTAAQQIIMM B

BUUDDIIDDAAYYAAHHUUTTAANN//001111220022001122

Skripsi Sebagai Suatu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

D

DEEPPAARRTTEEMMEENNKKEEHHUUTTAANNAANN F

FAAKKUULLTTAASSPPEERRTTAANNIIAANN U

UNNIIVVEERRSSIITTAASSSSUUMMAATTEERRAAUUTTAARRAA M

(4)

ABSTRAK

MUSTAQIM. Pendugaan Biomassa Akar Hutan Tanaman Eucalyptus grandis W. Hill ex Maiden di Areal Hutan Tanaman PT. Toba Pulp Lestari Tbk. Sumatera Utara. Dibimbing oleh ONRIZAL dan RUDI HARTONO.

Hutan megabropsi CO2 selama proses photosintesis dan menyimpannya

sebagai materi organik dalam biomassa tanaman. Penelitian ini bertujuan menduga biomassa akar hutan tanaman Eucalyptus grandis melalui penyusunan persamaan allometrik. Penelitian menghasilkan biomassa akar Eucalyptus grandis

di lokasi penelitian berdasarkan inventarisasi metode jalur dan metode petak secara berurutan adalah 1,55 ton/ha dan 1,46 ton/ha (umur 1 tahun), 6,47 ton/ha dan 7,14 ton/ha (umur 2 tahun), 8,70 ton/ha dan 8,11 ton/ha (umur 3 tahun), 5,79 ton/ha dan 4,82 ton/ha (umur 6 tahun), 11,34 ton/ha dan 10,64 ton/ha (umur 8 tahun), 15,00 ton/ha dan 15,65 ton/ha (umur 9 tahun).

(5)

Judul : Pendugaan Biomassa Akar Hutan Tanaman Eucalyptus grandis

W. Hill ex Maiden ( di areal Hutan Tanaman PT. Toba Pulp

Lestari Tbk, Sektor Tele. Sumatera Utara ).

Nama : Mustaqim

NIM : 011202012

Departemen : Kehutanan Program Studi : Budidaya Hutan

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Onrizal, S.Hut, M.Si Rudi Hartono, S.Hut, M.Si

Ketua Anggota

Mengetahui,

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan

karunia serta nikmat-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan serta shalawat

dan salam bagi Rasulullah Nabi Muhammad SAW, khalifah utama di muka bumi.

Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana

Kehutanan pada Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara, dengan judul Pendugaan Biomassa Akar Hutan Tanaman Eucalyptus

grandis W. Hill ex Maiden di Areal Hutan Tanaman PT. Toba Pulp Lestari

Tbk. Sektor Tele, Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan

yang setinggi-tingginya kepada pihak-pihak yang telah sangat banyak membantu :

1. Bapak Onrizal S. Hut, M.Si selaku ketua Komisi Pembimbing serta Bapak

Rudi Hartono, S.Hut, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah

memberikan bimbingan berupa ilmu, arahan dan saran dalam penyusunan

skripsi ini.

2. Kedua orang tua Ayahanda Syafaruddin Malik Leube dan Ibunda Diana

Musmar (alm) serta adikku Wahyuni yang selalu memberikan dukungan moril

dan kasih sayang.

3. Bapak DR. Ir. Edi Batara Mulya Siregar, MS selaku Ketua Departemen

Kehutanan dan Bapak DR. Delvian SP, MP., selaku Sekretaris Departemen

(7)

4. Kepada PT. Toba Pulp Lestari; Bapak Mara Ispana, S.Hut yang telah banyak

membantu penulis dilapangan dan Kepala Sektor Tele beserta staf serta

asistennya atas bantuan dan perizinan lokasi penelitian.

5. Staf pengajar dan staf administrasi Departemen Kehutanan atas ilmu,

bantuan,dan kemudahan administrasi.

6. Seluruh teman-teman angkatan 2001, khusus teman-teman BDH 2001 yang

tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan maupun penyajian

tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala

kerendahan hati penulis akan menerima kritikan dan saran yang bersifat

konstuktif.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan

menjadi sumber informasi bagi berbagai pihak yang membutuhkan, Amin.

Medan, Juni 2007

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 20 Juli 1983 di Takengon, Aceh Tengah

sebagai anak sulung dua bersaudara dari ayah Syafaruddin Malik Leube dan ibu

Diana Musmar (Alm).

Tahun 2001 penulis lulus dari SMU Negeri 2 Bereuen, dan pada tahun

2001 lulus sleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur PMP. Penulis

memilih program studi Budidaya Hutan, Departemen Kehutanan, Fakultas

Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah menjadi Asisten Lapangan

pada Praktik Umum Kehutan (PUK) pada tahun 2004 di Lau Kawar Kecamatan

Simpang Empat Kabupaten Tanah Karo. Selama mengikuti perkuliahan, penulis

mengikuti berbagai kegiatan organisasi kemahasiswaan HIMAS

(Himpunan Mahasiswa Sylva), KOMBIT (Komunitas Pembibitan), IPTR (Ikatan

Pelajar Tanah Rencong), IMTA (Ikatan Mahasiswa Takengon), IMABA (Ikatan

Mahasiswa Banda Aceh) penulis melaksanakan PKL (Praktek Kerja Lapangan) di

PT. Keang Nam Development Indonesia dan PT. Mujur Timber di Sibolga,

(9)

DAFTAR ISI

(10)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Tegakan Pohon Eucalyptus grandis ... 34

Kadar Air Akar ... 36

Persamaan Allometrik Biomassa Akar Eucalyptus grandis ... 39

Pendugaan Biomassa Akar Eucalyptus grandis ... 42

Biomassa Akar Tegakan Eucalyptus grandis ... 45

Distribusi Biomassa Berdasarkan Sortimen Akar ... 48

Distribusi Biomassa Berdasarkan Kedalaman Tanah ... 50

Rasio di Atas dan di Bawah Permukaan Tanah Eucalyptus grandis ... 51

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 53

Saran ... 53

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Biomassa hutan dan penyerapan CO2 ... 12

2. Luasan dan kondisi penutupan areal PT. Toba Pulp Lestari Tbk. Per Maret 1999 ... 16

3. Kelas kelerengan areal PT Toba Pulp Lestari Tbk. Sektor Tele ... 17

4. Letak dan luasan petak ukur inventarisasi tegakan pada setiap umur ... 27

5. Pohon contoh terpilih untuk ditebang berdasarkan umur ... 28

6. Karakteristik tegakan Eucalyptus grandis pada berbagai umur ... 36

7. Hasil sidik ragam pengaruh umur tegakan Eucalyptus grandis terhadap KA ... 38

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Peta kawasan hutan tanaman PT. Toba Pulp Lestari Tbk. Sektor Tele ... 18 2. Kondisi tegakan dan tapak tiap umur Eucalyptus grandis

di lokasi penelitian ... 22 3. Desain petak contoh untuk inventarisasi tegakan Eucalyptus grandis ... 26 4. Letak pohon yang diukur pada inventarisasi tegakan berdasarkan metode jalur ... 27 5. KA rata-rata akar tanaman Eucalyptus grandis berdasarkan kedalaman

akar dan tanah ... 37 6. Visualisasi plot uji kenormalan sisaan persamaan allometrik terpilih

biomassa akar Eucalyptus grandis ... 41 7. Visualisasi plot uji keaditifan persamaan allometrik terpilih

biomassa akar Eucalyptus grandis ... 42 8. Nilai biomassa akar pohon contoh Eucalyptus grandis pada setiap umur ... 43 9. Nilai biomassa akar tegakan Eucalyptus grandis pada setiap umur dengan pengukuran dan model terpilih ... 44 10. Biomassa total akar per hektar pohon Eucalyptus grandis di bawah

permukaan tanah ... 45 11. Distribusi biomassa akar Eucalyptus grandis menurut diameter sortimen sortimen akar dalam berbagai umur ... 49 12. Distribusi biomassa akar Eucalyptus grandis menurut kedalaman tanah ... 50 13. Rasio biomassa di atas dan di bawah permukaan tanah tegakan

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

(14)

ABSTRAK

MUSTAQIM. Pendugaan Biomassa Akar Hutan Tanaman Eucalyptus grandis W. Hill ex Maiden di Areal Hutan Tanaman PT. Toba Pulp Lestari Tbk. Sumatera Utara. Dibimbing oleh ONRIZAL dan RUDI HARTONO.

Hutan megabropsi CO2 selama proses photosintesis dan menyimpannya

sebagai materi organik dalam biomassa tanaman. Penelitian ini bertujuan menduga biomassa akar hutan tanaman Eucalyptus grandis melalui penyusunan persamaan allometrik. Penelitian menghasilkan biomassa akar Eucalyptus grandis

di lokasi penelitian berdasarkan inventarisasi metode jalur dan metode petak secara berurutan adalah 1,55 ton/ha dan 1,46 ton/ha (umur 1 tahun), 6,47 ton/ha dan 7,14 ton/ha (umur 2 tahun), 8,70 ton/ha dan 8,11 ton/ha (umur 3 tahun), 5,79 ton/ha dan 4,82 ton/ha (umur 6 tahun), 11,34 ton/ha dan 10,64 ton/ha (umur 8 tahun), 15,00 ton/ha dan 15,65 ton/ha (umur 9 tahun).

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Protokol Kyoto merupakan sebuah kesepakatan internasional yang

menunjukkan upaya yang sangat serius dalam menghadapi perubahan iklim serta

mewajibkan seluruh negara menurunkan emisi gas rumah kaca rata – rata sebesar

5,2 % dari tingkat emisi tahun 1990 pada tahun 2008 – 20010. Gas rumah kaca

(GRK) merupakan gas-gas yang diemisikan dari berbagai kegiatan manusia, yang

memiliki kemampuan untuk meneruskan gelombang pendek dan mengubahnya

menjadi gelombang yang lebih panjang. Dalam protokol Kyoto terdapat enam

jenis GRK, yaitu Karbondioksida (CO2), nitroksida (N2O), methane (CH4),

sulfurheksafluorida (SF6), perflurokarbon (PFC), dan hidrofluorokarbon (HFC)

(Panjiwibowo et al., 2003).

Karbon dioksida (CO2) merupakan salah satu gas rumah kaca dan karena

berfungsi sebagai perangkap panas di atmosfir, sebagai penyebab terjadinya

pemanasan global dan perubahan iklim, penyebab utamanya adalah pembakaran

batu bara dan minyak bumi, dan diikuti dengan deforestasi yang akhir-akhir ini

semakin meningkat. Pemanfaatan energi yang berlebihan, terutama energi fosil

yang pemanfaatannya secara berlebih terutama minyak bumi, gas bumi dan batu

bara, yang terkait dalam sektor ini adalah pembangkit listrik dan penggunaannya,

kegiatan industri, dan transportasi, semakin boros pengguanaan sumber energi ini

(16)

Hutan mengabsorpsi CO2 selama proses photosintesis dan menyimpannya

sebagai materi organik dalam biomassa tanaman. Banyaknya materi organik yang

disimpan dalam biomassa hutan per unit luas dan per unit waktu merupakan

pokok dari produktivitas hutan. Produktivitas hutan merupakan gambaran

kemampuan hutan dalam mengurangi emisi CO2 di atmosfir melalui aktivitas

physiologinya. Pada saat terjadi kerusakan hutan akan terjadi pelepasan emisi

karbon ke atmosfer, melalui aktivitas deforestasi, sekitar 33 % karbon akan

dilepaskan ke atmosfer, sementara akibat pembakaran biomassa dan dekomposisi,

emisi karbon yang dilepas ke atmosfer adalah sebesar 32 % dan 22 %

(Panjiwibowo et al., 2003).

Biomassa atau phytomassa adalah jumlah bahan organik yang diproduksi

oleh organisme ( tumbuhan ) per satuan unit area pada suatu saat. Biomassa bisa

dinyatakan dalam ukuran berat, seperti berat kering dalam gram, atau dalam

kalori. Oleh karena kandungan air yang berbeda setiap tumbuhan, maka biomassa

diukur berdasarkan berat kering. Unit satuan biomassa adalah gr per m2 atau kg

per ha atau ton per ha (Poole, 1974; Chapman, 1976, Brown, 1997 dalam

Onrizal, 2004).

Biomassa hutan dapat memberikan dugaan sumber karbon di vegetasi

hutan sebab 50 % dari biomassa adalah karbon (Brown, 1997). Oleh karenanya,

biomassa menyatakan jumlah potensial karbon yang dapat ditambahkan ke

atsmosfer ketika hutan ditebang atau dibakar dimana kegiatan perubahan lahan

kehutanan memberikan kontribusi terbesar emisi GRK yaitu sebesar 63 %

(17)

(Panjiwibowo et al., 2003). Sebaliknya, melalui penaksiran biomassa dapat

dilakukan perhitungan jumlah karbondioksida yang dapat dipindahkan dari

atsmosfer dengan cara reboisasi atau penanaman.

Pengembangan Hutan Tanaman Industri (HTI) di PT. Toba Pulp Lestari

Propinsi Sumatera Utara telah dilakukan sejak enam belas tahun yang lalu dengan

areal konsesi seluas 269.060 ha (Butar-butar dan Tigor, 1995 dalam Siti Latifah,

2004). Jenis utama yang ditanam adalah Eucalyptus urophylla, Eucalyptus

deglupta, Eucalyptus grandis dan Eucalyptus saligna, selain itu terdapat jenis

tanaman yang lain yaitu Acacia mangium yang di jadikan sebagai tanaman tepi

jalan

Hutan Tanaman Industri (HTI) di bangun pada umumnya kayunya di

gunakan untuk pemasok kebutuhan industri perkayuan, seperti ply wood, kayu

gergajian dan bahan baku pulp. Eucalyptus banyak dikembangkan karena

memiliki beberapa keunggulan seperti dapat tumbuh dengan cepat untuk

memproduksi biomassa, daya regenerasi tinggi, relatif tahan terhadap kebakaran,

dapat tumbuh pada tanah-tanah subur sampai dengan kesuburan rendah. Indonesia

memiliki HTI Eucalyptus dengan luasan yang cukup luas sehingga hutan

Eucaliyptus di Indonesia memiliki potensi simpanan biomassa yang besar. Oleh

karena itu penelitian penaksiran potensi biomassa HTI Eucalyptus ini diperlukan

untuk menyediakan salah satu data potensi biomassa hutan Indonesia, khususnya

(18)

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menduga biomassa akar hutan tanaman

Eucalyptus grandis melalui penyusunan persamaan allometrik di hutan tanaman

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Produksi Biomassa dan Karbon

Tanaman selama masa hidupnya membentuk biomassa yang digunakan untuk

membentuk bagian-bagian tubuhnya. Dengan demikian perubahan akumulasi biomassa

dengan umur tanaman akan terjadi, dan merupakan indikator pertumbuhan tanaman yang

paling sering digunakan. Biomassa tanaman meliputi semua bahan tanaman yang secara

kasar berasal dari hasil fotosintesis (Sitompul dan Guritno, 1995).

Biomassa adalah jumlah bahan organik yang diproduksi oleh organisme

(tumbuhan) per satuan unit area pada suatu saat. Biomassa bisa dinyatakan dalam ukuran

berat, seperti berat kering dalam satuan gram, atau dalam kalori. Oleh karena kandungan

air yang berbeda setiap tumbuhan, maka biomassa di ukur berdasarkan berat kering. Unit

satuan biomassa adalah gr per m2 atau ton per ha (Poole, 1974, Chapman, 1976, Brown,

1997 dalam Onrizal, 2004). Sedangkan laju produksi biomassa adalah laju akumulasi

biomassa dalam kurun waktu tertentu, sehingga unit satuannya juga menyatakan per

satuan waktu, misalkan kg per ha per tahun (Barbour et al., 1987 dalam Onrizal, 2004).

Biomassa hutan dapat memberikan dugaan sumber karbon di vegetasi hutan sebab

50 % dari biomassa adalah karbon (Brown, 1997). Oleh karenanya, biomassa menyatakan

jumlah potensial karbon yang dapat ditambahkan ke atsmosfer ketika hutan ditebang atau

dibakar dimana kegiatan perubahan lahan kehutanan memberikan kontribusi terbesar

emisi GRK yaitu sebesar 63 % sementara sektor energi menempati urutan ke dua, sekitar

(20)

biomassa dapat dilakukan perhitungan jumlah karbondioksida yang dapat dipindahkan

dari atsmosfer dengan cara reboisasi atau penanaman

Biomassa dapat dibedakan kedalam dua kategori, yaitu biomassa di atas

permukaan tanah (above ground biomass) dan biomassa di bawah permukaan tanah

(below ground biomass). Lebih lanjut dikatakan bahwa biomassa di atas permukaan tanah

adalah berat bahan unsur organik per unit area di atas permukaan tanah pada suatu waktu

tertentu yang dihubungkan ke suatu fungsi; system produktivitas, umur tegakan, dan

distribusi organik (Kusmana et al.,1992, Kusmana, 1993 dalam Onrizal 2004).

Heriansyah (2005) menyatakan bahwa potensi hutan tanaman dalam menyerap

CO2 dari atmosfer bervariasi menurut jenis, tingkat umur dan kerapatan tanaman.

Penyerapan CO2 oleh hutan tanaman akasia dapat ditingkatkan apabila perlakuan

penjarangan tegakan sesuai prosedur.

Fugsi Akar pada Tanaman

Akar merupakan organ vegetatif utama yang memasok air, mineral dan

bahan-bahan yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Walaupun memiliki

sumbangan yang sangat penting, sering kali akar tidak diperdulikan karena tidak tampak

(Gardner et al., 1991).

Akar berfungsi menyerap air dan nutrisi dari tanah–tanah disekitar tanaman,

sistem akar yang baik adalah kunci untuk menghasilkan tanaman yang baik, rasio akar

dan pucuk adalah suatu metode pengukuran yang membantu kita untuk mendata tingkat

(21)

Sekelompok tumbuhan akan memberikan semacam rasio pucuk akar untuk setiap

jenis tanaman, perubahan tingkat kenormalan ini (turun atau naik) merupakan indikasi

perubahan dari keseluruhan tingkat kesuburan tanaman. Merupakan satu hal yang penting

untuk menggabungkan data dari rasio pucuk dan akar dengan data yang diperoleh dari

penelitian, guna mendapatkan data yang akurat atas apa yang terjadi terhadap tanaman

(Baluska et al., 1995).

Pertumbuhan akar yang kuat lazimnya diperlukan untuk kekuatan dan

pertumbuhan pucuk pada umumnya. Apabila akar mengalami kerusakan dan kurang

berfungsi, maka pertumbuhan pucuk juga akan kurang berfungsi (Gardner et al., 1991).

Akar yang juga merupakan biomassa memberikan potensi penyerapan karbon di

hutan tropika namun hal itu sering dilupakan karena memiliki kesulitan dalam

pengukuran dan membutuhkan banyak tenaga dalam menentukan pengukurannya, namun

sama halnya dengan biomassa di atas permukaan tanah menggunakan persamaan

allometrik dengan variabel diameter batang. Begitu juga dengan biomassa dibawah

permukaan tanah dapat diperkirakan dengan pengukuran dan adanya keterwakilan akar

dan diameter akar (Hairiah et al., 2001).

Tanaman Eucalyptus dapat bertunas kembali setelah dipangkas dan agak tahan

terhadap serangan rayap. Jenis ini termasuk cepat pertumbuhannya terutama pada waktu

muda. Sistem perakaran yang sangat muda cepat sekali memanjang menembus ke dalam

tanah. Intensitas penyebaran akarnya ke arah bawah hampir sama banyaknya dengan ke

(22)

Pengukuran Biomassa

Pengukuran biomassa total tanaman akan merupakan parameter yang paling baik

digunakan sebagai indikator pertumbuhan tanaman, alasan pokok lain dalam penggunaan

biomassa total tanaman adalah bahwa bahan kering tanaman dipandang sebagai

manifestasi dari semua proses dan peristiwa yang terjadi dalam pertumbuhan tanaman.

Karena itu parameter ini dapat digunakan sebagai ukuran global pertumbuhan tanaman

dengan segala peristiwa yang dialaminya (Sitompul dan Guritno, 1995).

Menurut Chapman (1976) dalam Onrizal (2004), secara garis besar metode

pendugaan biomassa di atas permukaan tanah (above ground biomass) dapat

dikelompokan ke dalam dua golongan, yaitu:

1. Metoda Pemanenan

a. Metode pemanenan individu tanaman

Metode ini dapat digunakan pada tingkat kerapatan individu tumbuhan yang cukup

rendah dan komunitas tumbuhan dengan jenis yang sedikit. Nilai total biomassa

dengan metode ini diperoleh dengan menjumlahkan biomassa seluruh individu

dalam suatu unit area contoh.

b. Metode pemanenan kuadrat

Metode ini mengharuskan memanen semua individu tumbuhan dalam suatu unit

area contoh dan menimbangnya. Nilai total biomassa didapat dengan mengkonversi

(23)

c. Metode pemanenan individu pohon yang mempunyai luas bidang dasar rata-rata

Metode ini cukup baik untuk tegakan dengan ukuran individu yang seragam.

Dengan metode ini pohon yang ditebang ditentukan berdasarkan rata-rata

diameternya dan ditimbang beratnya. Nilai total biomassa diperoleh dengan

menggandakan nilai berat rata-rata dari pohon contoh yang ditebang dengan jumlah

individu pohon dalam suatu unit area tertentu atau jumlah berat dari semua pohon

contoh yang digandakan dengan rasio antara luas bidang dasar dari semua pohon

dalam suatu unit area dengan jumlah luas bidang dasar dari semua pohon contoh.

2. Metode Pendugaan Tidak Langsung

a. Metode hubungan allometrik

Dalam metode ini beberapa pohon contoh dengan diameter yang mewakili kisaran

kelas-kelas diameter pohon dalam suatu tegakan ditebang dan ditimbang beratnya.

Berdasarkan berat berbagai organ dari contoh, maka dibuat persamaan alometrik

antara berat suatu organ dengan dimensi pohon (tinggi dan diameter). Dalam

penggunaan persamaan alometrik tersebut semua individu pohon dalam suatu unit

area diduga beratnya. Nilai total biomassa diperoleh dengan menjumlahkan semua

berat individu pohon dalam suatu unit areal tertentu.

b. Crop meter

Pendugaan biomassa dengan metode ini menggunakan seperangkat peralatan

elektroda listrik. Secara praktis dua buah elektroda listrik diletakan dipermukaan

(24)

terletak antara dua elektroda dapat dipantau dengan memperhatikan electrical

capacitance yang dihasilkan pada alat tersebut.

Akar adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari tanaman dan mempunyai

fungsi yang sama pentingnya dengan bagian atas tanaman, potensi pertumbuhan akar

perlu dicapai sepenuhnya untuk mendapatkan potensi pertumbuhan bagian atas tanaman,

ini berarti bahwa semakin banyak akar semakin tinggi hasil tanaman, konsep

keseimbangan morfologi merupakan yang paling sering digunakan sebagaimana yang

dilakukan dalam hubungan allometrik. Konsep ini yang mempunyai pengertian bahwa

pertumbuhan suatu bagian tanaman diikuti dengan pertumbuhan bagian lain

(Sitompul dan Guritno, 1995).

Hubungan akar dengan tajuk mula-mula lebih banyak ditekankan dari segi

morfogenetik seperti dalam pandangan semakin banyak akar semakin baik hasil tanaman.

Tetapi tanaman yang tumbuh dalam keadaan kurang air akan membentuk akar yang lebih

banyak dengan hasil yang lebih rendah dari tanaman yang tumbuh dalam cukup air

(Sitompul dan Guritno, 1995).

Hasil pengamatan akar dapat dinyatakan per satuan tanaman satuan volume tanah

dan per satuan luas tanah, parameter yang dapat diamati langsung adalah berat akar,

jumlah akar dan panjang akar. Sedang luas permukaan akar dan volume akar biasanya

diperoleh dengan penaksiran, indeks yang dapat dibentuk dari berat akar adalah Nisbah

berat akar yaitu nisbah berat akar dengan biomassa total tanaman. Ini dapat digunakan

untuk menjelaskan efisiensi akar dalam mendukung pembentukan biomassa total

(25)

Model Allometrik Penaksiran Biomassa

Menurut Sitompul dan Guritno (1995) konsep keseimbangan morfologi

merupakan yang paling sering digunakan sebagaimana yang dilakukan dalam hubungan

allometrik. Konsep ini yang mempunyai pengertian bahwa pertumbuhan suatu bagian

tanaman diikuti dengan pertumbuhan bagian lain.

Hubungan allometrik merupakan hubungan antara suatu peubah tak bebas yang

diduga oleh satu atau lebih peubah bebas, yang dalam hal ini diwakili oleh karakteristik

yang berbeda dalam pohon. Contohnya adalah hubungan antara volume pohon atau

biomassa pohon dengan diameter dan tinggi total pohon. Dalam hubungan ini, volume

pohon atau biomassa pohon merupakan peubah tak bebas yang besar nilainya diduga oleh

diameter dan tinggi total pohon, yang disebut sebagai peubah bebas. Hubungan ini

biasanya dinyatakan dalam suatu persamaan allometrik. Persamaan allometrik dapat

disusun dengan cara pengambilan contoh dengan melakukan penebangan dan perujukan

dari berbagai sumber pustaka yang mempunyai tipe hutan yang dapat diperbandingkan.

Biomassa hutan dihitung dengan menggunakan persamaan allometrik terhadap

seluruh tanaman dalam petak pengamatan dan kandungan karbon hutan merupakan 50 %

dari biomassa hutannya (JIFFRO, 2000 dalam Heriansyah, 2005). Biomassa hutan,

kandungan karbon dan penyerapan CO2 pada tegakan akasia dan pinus disajikan pada

(26)

Tabel 1. Biomassa hutan dan penyerapan CO2

Jenis tegakan Umur (Tahun) Biomassa (ton/ha) Absorbsi CO2

(ton/ha/tahun)

Sumber : Heriansyah, 2005.

Model yang telah banyak digunakan secara luas adalah berdasarkan hukum

allometrik pertumbuhan : loge Y = a + b logeX, dimana Y adalah berat biomassa dan X

adalah peubah penduga hasil pengukuran seperti luas permukaan akar atau jumlah akar,

diameter akar, panjang akar, berat akar, Selain itu penaksiran dapat dilakukan dengan

memasukan pengukuran diameter dan panjang akar kedalam persamaan : loge Y = a + b

loge (d2h). Setelah persamaan dibangun, dapat dilakukan perhitungan berat biomassa

dengan menggunakan berbagai ukuran yang diperlukan dari akar yang ada dalam

wilayah contoh (Chapman, 1976 dalam Adinugroho, 2002).

Ciri Umum Mengenai Eucalyptus grandis

Nama botani dari Eucalyptus grandis adalah Eucalyptus grandis Hill ex Maiden.

Eucalyptus grandis adalah nama lain dari Eucalyptus saligna var. pallidivalvis Baker et

(27)

Taksonomi dari Eucalyptus grandis sebagai berikut:

Divisio : Spermatophyta

Sub divisio : Agiospermae

Kelas : Dikotyledon

Ordo : Myrtales

Family : Myrtaceae

Genus : Eucalyptus

Spesies : Eucalyptus grandis

(Ayensu et.al, 1980 dalam Siti Latifah, 2004).

Tanaman Eucalyptus pada umumnya berupa pohon kecil hingga besar, tingginya

60 – 70 m. Batang utamanya berbentuk lurus, dengan diameter hingga 200 cm.

Permukaan pepagan licin, berserat berbentuk papan catur, daun dewasa umumnya

berseling kadang-kadang berhadapan, tunggal, tulang tengah jelas, pertulangan sekunder

menyirip atau sejajar, berbau harum bila diremas. Perbungaan berbentuk

payung yang rapat kadang-kadang berupa malai rata di ujung ranting.

Buah berbentuk kapsul, kering dan berdinding tipis, biji berwarna coklat atau hitam

(Sutisna dkk, 1998 dalam Siti Latifah, 2004).

Jenis Eucalyptus merupakan jenis yang tidak membutuhkan persyaratan yang

tinggi terhadap tanah dan tempat tumbuhnya. Jenis Eucalyptus termasuk jenis yang

sepanjang tahun tetap hijau dan sangat membutuhkan cahaya. Kayunya mempunyai nilai

ekonomis yang cukup tinggi untuk dipakai sebagai kayu gergajian, konstruksi, finir,

plywood, furniture dan bahan pembuat pulp dan kertas. Oleh karena itu jenis tanaman ini

(28)

Jenis Eucalyptus termasuk jenis cepat menghasilkan biomassa, cepat

menghasilkan serasah, dikhawatirkan cepat menyerap hara atau mineral dari dalam tanah.

Serasah yang dihasilkan oleh Eucalyptus walaupun cepat dan banyak namun sangat

lambat terdekomposisi, sehingga dikhawatirkan lambat dalam mengembalikan hara tanah

(29)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT. Toba Pulp Lestari Tbk sektor Tele

Kabupaten Samosir Propinsi Sumatera Utara. Penelitian lapangan dilaksanakan

pada tanggal 7 – 21 Juni 2006 dan 14 – 20 Agustus 2006. Analisa berat kering

contoh uji dilakukan di Laboratorium Fisika Kayu Tekologi Hasil Hutan,

Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan,

dimulai awal September sampai akhir November 2006.

Alat dan Bahan

Alat penelitian yang akan digunakan adalah : kantong plastik, cangkul,

skop, parang, pita ukur, phiband, chainsaw, terpal, timbangan, tali, karung, oven,

dan bahan yang digunaka adalah akar tanaman Eucalyptus grandis.

Metode Penelitian

Pengumpulan Data

Jenis data

Semua data yang dikumpulkan adalah data primer, yaitu data yang

diperoleh dari pengukuran yang dilakukan langsung di lapangan oleh peneliti.

Data tersebut merupakan data pohon, dan akar yang diambil pada tegakan dengan

(30)

PT. TPL, yaitu 6-8 tahun, peneliti mengambil data dari tegakan pada umur 1

tahun, 2 tahun, 3 tahun, 6 tahun, 8 tahun dan 9 tahun.

Dalam menentukan biomassa di bawah permukaan tanah, setelah pohon

ditebang, profil tanah selebar proyeksi tajuk (sedalam 1 – 2 m) digali untuk setiap

tunggak pohon contoh. Kemudian, akar dibersihkan untuk memisahkan akar dari

tanah. Selanjutnya semua akar baik yang hidup maupun yang sudah mati dalam

blok-blok tanah tersebut disortir kedalam empat kelas diameter ( 0-5 mm, 5-20

mm, 20-40 mm, > 40 mm) dan masing-masing ditimbang beratnya.

Selanjutnya untuk memperoleh berat kering diambil contoh dan 400-500

gram sampel akar di bawah permukaan tanah untuk setiap kelas diameter akar.

Setiap contoh bagian pohon tersebut dikeringkan pada suhu 75 - 80 0C selama 2 x

24 jam.

Data Sekunder

Data sekunder yang dikumpulkan

a. Peta lokasi, petak tebang

b. Iklim, curah hujan, tanah dan lain-lain mengenai keadaan umum lokasi

penelitian.

Cara Pengambilan Data

Pada setiap umur tegakan Eucalyptus grandis dibuat sepuluh petak ukur

(PU) yang masing-masing berukuran 10 x 10 m. Penempatan PU di lapangan

dilakukan secara sistematik dengan PU pertama diletakan secara acak (systematic

(31)

berikutnya adalah 10 m. Data yang dikumpulkan adalah data Dbh, tinggi bebas

cabang (Hbc) dan tinggi pohon total. Data ini akan digunakan dalam penaksiran

biomassa tegakan setelah model allometrik terbangun.

Gambar 3. Desain petak contoh untuk inventarisasi tegakan Eucalyptus grandis

(PU1-PU10; 10 x 10 m)

Inventarisasi tegakan juga dilakukan berdasarkan jalur dengan cara

membuat petak ukur berbentuk petak dengan ukuran 100 x 100 m pada setiap

umur tegakan. Pada petak ukur tersebut diukur pohon yang berada pada posisi

panjang jarak tanam dengan selang 4 baris pohon (Gambar 4). Tujuan dari

pembuatan petak ukur jarak tanam tersebut adalah mengetahui besarnya

penjarangan yang dilakukan perusahaan, sehingga dapat memperkirakan berapa

jumlah pohon setiap umur dalam satu hektar lahan tanaman Eucalyptus grandis.

PU1

10 m 10 m

10 m

PU2 PU3 PU4 PU5

(32)

x o o o o x o o o o x o o

Gambar 4. Letak pohon yang diukur pada inventarisasi tegakan berdasarkan metode

jalur

Keterangan : x pohon yang dilakukan pengukuran dbh, tinggi total dan tinggi bebas cabang

Tabel 4. Letak dan luasan petak ukur inventarisasi tegakan pada setiap umur

Umur

Est. Parlilitan 98036'25" BB

2 Blok P01 02504Z Mei-04 02025'10" LU 10 0,1 1

Est. Parlilitan 98036'00" BB

3 Blok P01 01803Z Sep-03 02025'48" LU 10 0,1 1

Est. Parlilitan 98036'16" BB

6 Blok T09 01800Z Jan-00 02030'45" LU 6* 0,06 0,25*

Est. Tele 98037'09" BB

8 Blok D01 00501Z Sep-98 02027'04" LU 10 0,1 1

Est. D. Partangisan 98037'12" BB

9 Blok D01 01800Z Apr-97 02026'02" LU 10 0,1 0,6** Est. D. Partangisan 98036'50" BB

Keterangan : * tidak terdapat lagi tegakan pada petak selanjutnya

** areal tidak mencapai panjang 100 meter karena dibatasi oleh sungai

Setelah kegiatan inventarisasi, kemudian dilakukan pemilihan

pohon-pohon contoh untuk ditebang. Pemilihan pohon-pohon-pohon-pohon contoh dilakukan secara

purposive sampling, dengan kriteria keterwakilan variasi diameter, kelurusan

(33)

Berdasarkan keefisienan pekerjaan lapangan dan memenuhi syarat uji statistik,

maka jumlah pohon contoh yang ditebang adalah 3 pohon pada setiap umur.

Pada tegakan yang telah ditentukan sebelumnya dilakukan penebangan

hingga batas tunggul batangnya, kemudian dilakukan pembongkaran akar selebar

diameter tajuk hingga kedalaman tertentu sampai menyentuh akar tunggang.

Selanjutnya semua akar baik yang hidup maupun yang sudah mati disortir

kedalam empat kelas diameter ( 0 - 5 mm 5 - 20 mm, 20 - 40 mm, > 40 mm) dan

masing-masing ditimbang beratnya dilapangan.

Tabel 5. Pohon contoh terpilih untuk ditebang berdasarkan umur

(34)

Pengolahan data

1. Perhitungan Kadar air

Perhitungan kadar air dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut

%

2. Perhitungan biomassa bagian akar berdasarkan data kadar air

Setelah kadar air diketahui, biomassa bagian-bagian pohon tersebut

dapat dihitung. Penentuan biomassa yang dilakukan menggunakan rumus

sebagai berikut:

BKT = berat kering tanur bagian akar Eucalyptus (g)

%KA = persentase kadar air

BB = berat basah bagian akar Eucalyptus (g)

Penyusunan Persamaan Allometrik Biomassa

Untuk melakukan penaksiran biomassa pohon Eucalyptus grandis disusun

suatu persamaan allometrik biomassa akar pohon Eucalyptus grandis.

Persamaan-persamaan yang akan di uji adalah pesamaan-Persamaan-persamaan yang menggunakan satu

peubah bebas dan dua peubah bebas. Peubah bebas yang digunakan adalah

diameter, diameter dan tinggi total. Persamaan-persamaan yang diujicobakan

(35)

Persamaan dengan satu peubah bebas

(1) B = a + bD (MacDicken, 1997)

(2) B = aDb(Brown, 1997)

(3) B = a + bD + cD2 (Brown, 1997)

Persamaan dengan dua peubah bebas

(1) B = aDbHc (Ogawa dalam Adinugroho, 2002)

(2) B = a + bD2H (Brown, 1997)

keterangan : a, b dan c koefesien persamaan, D diameter yang diukur setinggi dada

(130 cm), H tinggi total.

Pemilihan Persamaan Allometrik Terbaik

Untuk memperoleh persamaan allometrik (regresi linier) terbaik, kriteria

pemilihan model secara statistik harus diperhatikan, yaitu: nilai simpangan baku

(s), koefisien determinasi (R2), dan koefisien determinasi yang disesuaikan (R2

adjusted). Persamaan yang dipilih adalah persamaan yang menghasilkan nilai

s terkecil dan nilai R2 serta R2adjusted yang terbesar.

1. Perhitungan simpangan baku (s)

Simpangan baku adalah ukuran besarnya penyimpangan nilai dugaan

terhadap nilai aktual (sebenarnya). Dalam uji statistik dibandingkan beberapa

persamaan sehingga diperoleh nilai s yang terkecil, yang menunjukan bahwa nilai

(36)

lain, semakin kecil nilai s maka semakin tepat nilai dugaan yang diperoleh. Nilai s

ditentukan dengan rumus :

)

Ya = nilai biomassa sesungguhnya

Yi = nilai biomassa dugaan

(n-p) = derajat bebas sisa

2. Perhitungan koefisien determinasi (R2)

Koefisien determinasi adalah nilai yang mencerminkan seberapa besar

keragaman peubah tak bebas Y dapat dijelaskan oleh suatu peubah bebas X. Nilai

R2 dinyatakan dalam persen (%) yang berkisar antara 0 % sampai 100 %. Semakin

tinggi nilai R2, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin tinggi keragaman

peubah tak bebas Y dapat dijelaskan oleh peubah bebas X. Nilai R2 ditentukan

dengan rumus :

R2 = koefisien determinasi

JK = jumlah kuadrat

3. Perhitungan koefisien determinasi yang disesuaikan (R2adjusted)

Koefisien determinasi yang disesuaikan adalah nilai koefisien determinasi

yang telah disesuaikan terhadap derajat bebas JKS dan JKTT. Kriteria statistik

(37)

semakin tinggi pula keeratan hubungan antara peubah tak bebas Y dan peubah

bebas X. Nilai R2adjusted ditentukan dengan rumus :

)

JKTT = jumlah kuadarat total terkoreksi

(n-p) = derajat bebas sisa

(n-1) = derajat bebas total

4. Analisis Ragam

Analisis ragam dilakukan untuk melihat apakah peubah bebas X

mempunyai hubungan yang nyata dengan peubah tak bebas Y dan dinyatakan

dengan tabel analisis ragam sebagai berikut :

(38)

JKR JKT JKS= −

( )

= =

n Y Y

JKy JKT

2

2

dbR JKR KTR= dan

dbS JKS KTS=

Fα (dbR, dbS) = nilai F tabel pada taraf nyata α n = jumlah data

Hipotesis yang diuji adalah :

H0 : hubungan regresi tidak nyata (βi = 0) H1 : hubungan regresi nyata (salah satu βi ≠ 0) Kriteria penarikan kesimpulan adalah :

(39)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Tegakan Eucalyptus grandis

Karakteristik kerapatan berdasarkan diameter dan tinggi pohon pada

tegakan Eucalyptus grandis setiap umur dapat dilihat pada Tabel 6. Rata-rata

diameter terkecil pada saat tegakan berumur satu tahun yaitu 4,61 cm dan yang

terbesar pada saat tegakan berumur sembilan tahun yaitu sebesar 16,43 cm. Saat

tegakan berumur satu tahun memiliki rata-rata tinggi terkecil yaitu sebesar 4,49

meter dan rata-rata tinggi terbesar pada saat tanaman berumur 9 tahun yaitu

sebesar 18,74 meter.

Tabel 6. Karakteristik tegakan Eucalyptus grandis pada berbagai umur

Umur

(tahun)

Inventarisasi Metode Jalur Inventarisasi Metode Petak

Kerapatan Diameter Tinggi Total Kerapatan Diameter Tinggi Total (pohon/ha) (cm) (m) (pohon/ha) (cm) (m)

1 797 4,61 ± 1,75 4,49 ± 1,29 790 4,49 ± 1,69 4,42 ± 1,27

2 1258 8,69 ± 3,09 8,51 ± 2,74 1390 8,68 ± 3,29 9,39 ± 7,25

3 1211 10,80 ± 3,59 11,71 ± 3,63 1100 11,13 ± 3,63 12,64 ± 6,51

6 678 12,55 ± 3,87 12,21 ± 3,84 533 11,87 ± 4,12 11,27 ± 6,48

8 952 14,53 ± 5,17 14,44 ± 4,73 940 14,24 ± 5,05 14,71 ± 6,58

9 1062 16,43 ± 5,82 18,74 ± 5,74 1090 16,88 ± 5,80 19,75 ± 7,21

Hasil inventarisasi tegakan, seperti yang terlihat pada Tabel 6,

menunjukkan bahwa inventarisasi dengan menggunakan metode jalur memiliki

(40)

ind/ha pada umur 2 tahun. Kemudian untuk inventarisasi melalui metode petak

berkisar antara 533 ind/ha pada umur 6 tahun sampai dengan 1390 ind/ha pada

umur 2 tahun.

Pada umur 1 tahun jumlah pohon per hektar dari hasil inventarisasi dengan

menggunakan metode jalur dan metode petak masing-masing diperoleh kerapatan

sebesar 797 ind/ha dan 790 ind/ha. Hasil demikian pada umur 1 tahun tersebut

dikarenakan umur 1 tahun merupakan bekas hutan alam yang ditebang habis dan

diganti dengan tanaman Eucalyptus grandis. Penebangan hutan alam

meninggalkan banyak sisa-sisa hasil penebangan. Pada proses penyiapan lahan,

sisa penebangan tersebut ditumpuk memanjang pada setiap jarak 10 meter, hal ini

mengakibatkan jarak tanam diantara tumpukan limbah menjadi lebar sehingga

mempengaruhi jumlah individu pohon per hektar.

Pada areal umur 2 dan 3 tahun merupakan areal yang memiliki kerapatan

tertinggi, yaitu sebesar 1258 ind/ha dan 1211 ind/ha yang diperoleh dengan

menggunakan inventarisasi metode jalur, sedangkan dengan menggunakan

inventarisasi metode petak kerapatan pohon adalah sebesar 1390 ind/ha dan 1100

ind/ha (Tabel 6). Perbedaan perolehan hasil kerapatan pohon pada kedua metode

diduga karena pada baris pohon dan petak terpilih banyak pohon yang mati. Areal

umur 2 dan 3 tahun umumnya merupakan lahan bekas tegakan hutan tanaman

yang tidak banyak meninggalkan sisa tebangan, sehingga penanaman kembali

lahan dapat diatur jarak dan kerapatannya.

Pada areal umur 6 tahun hasil inventarisasi dengan menggunakan metode

(41)

Adanya penurunan jumlah individu pohon, diduga karena kurangnya perawatan

tanaman yang mengakibatkan banyak tanaman yang mati serta tumbuh tidak

normal. Tidak adanya perawatan dikarenakan pada awal tahun 2000 perusahaan

yang memproduksi serat kayu dan pulp tersebut berhenti beroperasi, karena

adanya tuntutan masyarakat mengenai polusi yang dihasilkan oleh perusahaan dan

akhir tahun 2001 perusahaan mulai beroperasi kembali dengan hanya

memproduksi pulp.

Pada umur 8 tahun hasil inventarisasi dengan metode jalur dan metode

petak diperoleh kerapatan sebesar 952 ind/ha dan 940 ind/ha. Untuk umur 9 tahun

hasil invetarisasi dengan menggunakan metode jalur dan metode petak diperoleh

kerapatan 1062 ind/ha dan 1090 ind/ha. Pada umur 8 dan 9 tahun merupakan

tegakan masak tebang yang belum masuk petak tebang. Perbedaan jumlah

individu per hektar pada umur 8 dan 9 tahu cukup signifikan hal ini dikarenakan

pada umur 8 tahun tempat tumbuhnya sebagian berair, yang mengakibatkan

kematian pada sejumlah pohon.

Kadar Air Akar

Hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa terdapat variasi kadar air

(KA), yaitu untuk kadar air rata-rata tertinggi pada tegakan umur 2 tahun berkisar

antara 219,32 % sampai dengan 269,74 %. Sementara itu untuk KA rata-rata

terendah dijumpai pada tegakan umur 8 tahun yang berkisar antara 132,66 %

sampai dengan 148,67 %. Sebaran KA untuk setiap umur pohon Eucalyptus

(42)

189.

Gambar 5. KA rata-rata akar tanaman Eucalyptus grandis berdasarka kedalaman akar

dan tanah

Menurut Gardner (1991) Peningkatan pertumbuhan akar lazimnya diawali

pada masa pertumbuhan untuk kekuatan batang dan pertumbuhan pucuk pada

umumnya yaitu pada awal tahun pertama hingga tahun kedua, sehigga tanaman

berpotensi tinggi dalam menyerap air dan usur hara tanah yang dibutuhkan oleh

tanaman, serta pengaruh kondisi tempat tumbuh tegakan pada umur 2 tahun yang

memiliki tajuk rapat sehingga mengurangi perkembangan tumbuhan bawah.

Selain data KA tertinggi, diperoleh juga KA terendah yaitu pada umur 8

tahun. KA rata-rata terendah dijumpai pada tegakan umur 8 tahun yang berkisar

antara 132,66 % sampai dengan 148,67 %. Umur 8 tahun merupakan tegakan

masak tebang yang pada saat pengukuran belum ditebang, kadar air yang rendah

diduga karena kondisi matahari pada saat pembongkaran akar sangat terik sehigga

(43)

Adapun untuk KA rataan total, seperti ditunjukkan oleh Gambar 5,

diperoleh data KA rataan tertinggi yaitu pada umur 2 tahun, sebesar 246,51 % dan

KA rataan terendah pada umur 8 tahun yaitu 150,50 %. Pada masa pertumbuhan

tanaman memerlukan asupan makanan dan air yang cukup tinggi yang diserap

oleh akar taaman sehingga pada umur 2 tahun tanaman memiliki kadar air yang

lebih tinggi, dan data kadar air terendah pada umur 8 tahun yaitu 150,50 % ini

disebabkan karena pada saat pengambilan sampel akar cuaca sangat terik,

sehingga penguapan yang cukup besar terjadi pada saat pembungkusan dan proses

pebongkaran serta pembagian akar menurut sortimen .

Hasil sidik ragam untuk mengetahui pengaruh umur tegakan terhadap

kandungan KA di sajikan pada Tabel 7. Dimana terlihat bahwa umur tegakan

Eucalyptus grandis tidak berpengaruh terhadap kandungan KA dari tegakan

Tabel 7. Hasil sidik ragam pengaruh umur tegakan Eucalyptus grandis terhadap KA

Sumber (db) (JK) (KT) Fhitung Ftabel

Kelompok 3 2517,59 839,19 0,03 3,24 5,29 Perlakuan 5 30605,82 6121,16 0,24 2,85 4,44

Galad 16 456358,96 25353,27 Total 24

Keterangan : db, JK, KT berturut-turut merupakan derajat bebas, Jumlah Kuadrat dan Kuadrat Tengah

Berdasarkan hasil sidik ragam yang terlihat pada Tabel 7 diketahui

bahwa umur tanaman Eucalyptus grandis tidak berpengaruh terhadap besarnya

KA, dimana Fhitung lebih kecil dari Ftabel. Gardner et al., 1991 mengukur bahwa

(44)

Persamaan Allometrik Biomassa Akar Eucalyptus grandis

Persamaan allometrik biomassa dibangun untuk melakukan penaksiran

besar biomassa bagian akar tanaman Eucalyptus grandis. Persamaan tersebut

menyatakan hubungan antara biomassa akar dengan dimensi pohon seperti

diameter dan tinggi total pohon. Model allometrik penduga biomassa akar yang

telah dibangun dapat dilihat pada Tabel 8.

Bedasarkan Tabel 8, persamaan allometrik biomassa akar yang telah

dibentuk mengikuti fungsi logaritma dan regresi linier sederhana dengan

menggunakan peubah bebas diameter (D) dan tinggi total pohon (H) maupun

D2H. Pemilihan persamaan allometrik akar terbaik dilakukan pengujian beberapa

persamaan, persamaan allometrik yang terbaik adalah yang memenuhi syarat

statistik dengan simpangan baku (s) terkecil dan nilai koefesien determinasi yang

disesuaikan (R2adjusted) terbesar.

Tabel 8 juga disertai dengan urutan performansi yang betujuan untuk

mengetahui nilai s terkecil dan nilai R2adjusted terbesar, biomassa akar total

dapat diduga dengan menggunakan fungsi logaritma B = f (D). Penggunaan

peubah diameter sebagai penduga biomassa akar sangat praktis digunakan tanpa

(45)

Tabel 8. Persamaan allometrik untuk menduga biomassa bagian akar tegakan

Pemilihan persamaan allometrik terbaik dilakukan dengan menguji

beberapa persamaan. Persamaan-persamaan tersebut dibagi menjadi persamaan

yang menggunakan satu peubah bebas, yaitu diameter dan persamaan yang

menggunakan dua peubah bebas, yaitu diameter dan tinggi total. Berdasarkan

kriteria statistik persamaan allometrik B = aDb adalah persamaan yang terpilih

untuk biomassa total akar, dapat diamati bahwa persamaan B = 0,167 D1,56

memiliki performansi paling baik yang menghasilkan simpangan baku (s) terkecil

yaitu 0,133 dan R2adjusted sebesar 89,5 %, ini menandakan bahwa persamaan

tersebut memiliki kebaikan dalam pendugaan biomassa akar total. Hal ini dapat

diartikan bahwa 89,5 % dari keragaman biomassa akar Eucalyptus grandis dapat

dijelaskan oleh peubah bebas diameter, hubungan sangat nyata antara peubah

bebas diameter dan biomassa akar total Eucalyptus grandis ditunjukkan dari nilai

Fhitung yang lebih besar dari Ftabel pada tingkat kepercayaan 99 %.

Selain pertimbangan dari nilai statistik tersebut dalam pemilihan

persamaan terbaik harus mempertimbangkan pula faktor kepraktisan, keefesienan

dan kemudahan dalam pengumpulan data-data peubah bebas model dalam

persamaan. Adanya peubah bebas tinggi pada persamaan yang menggunakan dua

(46)

Residual

Normal Probability Plot of the Residuals

(response is Log Total)

dahulu. Hal ini tentunya akan membutuhkan tenaga dan waktu dalam

pengumpulan data yang dibutuhkan dalam persamaan jika dibandingkan dengan

persamaan yang hanya memerlukan peubah bebas diameter.

Selain persamaan regresi yang telah terbentuk, juga harus adanya

pertimbangan mengenai kenormalan dari nilai sisaan terpenuhi sebagai salah satu

asumsi model regresi tersebut dapat dipergunakan secara baik. Oleh sebab itu

perlu dilihat apakah nilai sisaan tersebut menyebar normal atau tidak. Uji visual

kenormalan sisaan persamaan dapat dilihat pada Gambar 6. Nilai sisaan dikatakan

menyebar secara normal apabila antara nilai sisaan dengan probability normal-nya

membentuk pola garis linier melalui pusat sumbu. Gambar 6 dapat terlihat bahwa

pola penyebaran data yang dihasilkan membentuk garis lurus, maka syarat data

sisaan yang menyebar secara normal terpenuhi.

Gambar 6. Visualisasi plot uji kenormalan sisaan persamaan allometrik terpilih biomassa

akar Eucalyptus grandis

Namun selain itu juga, model regresi dapat dipergunakan untuk menduga

dengan baik apabila asumsi keaditifan terpenuhi. Apabila hubungan itu

(47)

Fit t ed Value

Residuals Versus the Fitted Values

(response is Log Total)

maka keaditifan model terpenuhi. Uji visual keaditifan model dapat dilihat pada

Gambar 7, terlihat bahwa plot yang dihasilkan tidak membentuk pola atau saling

bebas.

Gambar 7. Visualisasi plot uji kaditifan persamaan allometrik terpilih biomassa akar Eucalyptus grandis

Pendugaan Biomassa Akar Eucalyptus grandis

Nilai dugaan biomassa akar setiap pohon contoh disajikan pada Gambar 8.

Nilai tersebut merupakan nilai biomassa pengukuran dan nilai biomassa model

yang telah terpilih serta selisihnya pada setiap umur tegakan Eucalyptus grandis.

Gambar 8 tersebut menunjukan adanya variasi selisih dugaan biomassa akar

antara pengukuran dan menggunakan model terpilih akar pohon

(48)

Umur 1 tahun

Gambar 8. Nilai biomassa akar pohon contoh Eucalyptus grandis pada setiap umur

Pendugaan total biomassa dibawah permukaan tanah (root biomass)

tanaman Eucalyptus grandis menggunakan metode pengukuran dan penggunaan

model allometrik terbaik, dimana selisih biomassa untuk setiap umur, seperti yang

terlihat pada Gambar 8.

Dalam Gambar 8 menunjukkan biomassa akar total pada pengukuran

terendah pada umur 1 tahun dan tertinggi pada umur 9 tahun. Nilai biomassa total

dugaan dengan model terpilih juga memiliki nilai terendah pada umur 1 tahun dan

(49)

7.999

Pengukuran Model Selisih

tertinggi pada umur 9 tahun. Melalui metode pengukuran dan model allometrik

terbaik dapat juga ditentukan besar selisih dari biomassa akar Eucalyptus grandis.

Seperti terlihat pada gambar 9, menunjukkan variasi perbedaan selisih antara

metode pengukuran dan model allometrik terbaik.

Gambar 9. Nilai biomassa akar tegakan Eucalyptus grandis pada setiap umur dengan

pengukuran dan model terpilih

Secara umum pertambahan umur tanaman dapat mempengaruhi suplai

hara yang dibutuhkan oleh tanaman serta peningkatan akar, umumnya pada masa

pertumbuhan lazimnya akar yang berpotensi menyerap unsur hara serta air dari

dalam tanah untuk pertumbuhan tanaman kemudian untuk kekuatan batang dan

pertumbuhan pucuk atau bagian atas tanaman, maka dengan bertambahnya umur

(50)

1

Metode Jalur Metode Petak Selisih

Biomassa Akar Tegakan Eucalyptus grandis

Setelah persamaan allometrik biomassa akar Eucalypus grandis diperoleh,

kemudian dilanjutkan dengan menghitung biomassa akar (root biomass)

berdasarkan hasil inventarisasi tegakan sebelumnya dengan menggunakan metode

jalur pohon Eucalypus grandis dan metode inventarisasi dengan cara petak. Hasil

perolehan dugaan biomassanya ditunjukkan pada Gambar 10.

Gambar 10. Biomassa total akar per hektar pohon Eucalyptus grandis di bawah

permukaan tanah

Berdasarkan Gambar 10 dapat dilihat bahwa jumlah biomassa akar total

per hektar memiliki nilai yang hampir sama dengan menggunakan inventarisasi

tegakan metode jalur pohon dan inventarisasi tegakan berpetak. Hal ini berarti

persamaan allometrik hasil studi dapat digunakan dengan menggunakan salah satu

metode inventarisasi tersebut. Secara umum, hasil dugaan biomassa meningkat

(51)

biomassa yang terendah dan umur 9 tahun memiliki dugaan biomassa yang

tertinggi.

Dugaan jumlah total biomassa akar Eucalyptus grandis di lokasi studi

pada umumnya semakin meningkat seiring dengan pertambahan umur tanaman,

seperti terlihat pada Gambar 10, yaitu 1,46 ton/ha pada umur 1 tahun, 7,14 ton/ha

pada umur 2 tahun, 8,11 ton/ha pada umur 3 tahun, 4,82 ton/ha pada umur 6

tahun,10,64 ton/ha pada umur 8 tahun dan 15,65 ton/ha pada umur 9 tahun.

Pada umur 6 tahun memiliki dugaan biomassa yang lebih rendah

dikarenakan adanya penurunan jumlah individu pohon pada kelas umur tersebut,

selain itu diduga karena kurangnya perawatan tanaman yang mengakibatkan

banyak tanaman yang mati serta tumbuh tidak normal. Dugaan tersebut

dikarenakan pada tahun penanaman tersebut perusahaan berhenti beroperasi

karena polusi yang ditimbulkan perusahaan kepada masyarakat sekitar. Namun

pada tahun berikutnya perusahaan beroperasi kembali dengan memproduksi pulp.

Basuki (2007) telah memperoleh dugaan total biomassa di atas permukaan

tanah yaitu 4,77 ton/ha pada umur 1 tahun, 35,35 ton/ha pada umur 2 tahun, 45,4

ton/ha pada umur 3 tahun, 33,95 ton/ha pada umur 6 tahun, 76,82 ton/ha pada

umur 8 tahun dan 119,35 ton/ha pada umur 9 tahun.

Supratman (1994) total biomassa di bawah permukaan tanah

(root biomass) di kawasan penelitian HPH PT. Karyasa Kencana adalah 247,043

ton/ha yang terdiri dari 127,506 ton/ha untuk jenis Rhizophora spp, dan 119

(52)

Soerianegara (1965) dalam Onrizal (2004) telah mengkaji kaitan antara

curah hujan dengan biomassa beberapa tegakan hutan di Indonesia yang hasilnya

antara lain adalah biomassa batang berkurang 292,6 ton/ha menjadi 170,158

ton/ha mengikuti curah hujan tahunan yang turun dari 3874 mm menjadi 1625

mm di hutan dataran rendah, Kalimantan Timur. Di hutan tropis dataran rendah

Amazon-Brazil, biomassa tegakan hutan pada daerah rata-rata curah hujan

tahunan 2700 mm adalah 356,2 ton/ha (Nascimento & Laurance, 2002 dalam

Onrizal 2004), sedangkan pada daerah dengan rata-rata curah hujan 1697 mm

adalah 262,5 ton/ha (Fearside et al., 1999 dalam Onrizal, 2004). Kondisi yang

sama juga terjadi di hutan tanaman di Costa Rica, dimana biomassa tegakan

menurun dari 305,0 ton/ha menjadi 17,5 ton/ha seiring menurunnya curah hujan

tahunan dari 3644 mm menjadi 1659 mm.

Faktor ketinggian tapak dari permukaan laut, tipe dan kesuburan tanah

juga menpengaruhi biomassa tegakan. Fehse et al., (2002) dalam Onrizal (2004)

telah mengkaji hubungan biomassa hutan di dunia dengan ketinggian tapak, dan

menemukan bahwa total biomassa bagian pohon diatas tanah dari tegakan hutan

menurun seiring dengan meningkatnya ketinggian tapak. Selanjutnya,

DeWait (2004) dalam Onrizal (2004) mengemukakan kajiannya tentang hubungan

antara biomassa hutan dengan tipe kesuburan tanah dan menemukan hasil bahwa

biomassa hutan akan meningkat dengan semakin bertambahnya tingkat kesuburan

(53)

Distribusi Biomassa Berdasarkan Sortimen Akar

Umumnya besarnya biomassa akar terus bertambah seiring bertambahnya

umur tanaman, seperti terlihat pada Gambar 11, namun biomassa pada sortimen

akar lainnya memiliki penurunan dengan bertambahnya umur tanaman.

Berdasarkan distribusi biomassa menurut sortimen akar diketahui bahwa pada

umur 1 tahun memiliki distribusi biomassa tertinggi dengan diameter sortimen

akar 0 – 5 mm mencapa1 7 %, diameter sortimen akar 5 – 20 mm mencapai 26 %,

diametere sortimen akar 20 – 40 mm mencapai 21 %, sedangkan untuk distribusi

akar pada diameter sortimen akar > 40 mm yang tertinggi pada umur 6 tahun yaitu

81 %.

Distribusi terendah diperoleh pada diameter sortimen akar 0 – 5 mm yaitu

pada umur 9 tahun hanya mencapai 1 %, diameter sortimen akar 5 – 20 mm yaitu

pada umur 9 tahun dan 6 tahun hanya mencapai 6 %, diameter sortimen akar

20 – 40 mm pada umur 2 dan 3 tahun hanya mencapai 9 %, sedangkan untuk

diameter sortimen akar > 40 mm pada umur 1 tahun dan memiliki distribusi

biomassa hanya 46 %. Seperti terlihat pada Gambar 11 berikut ini.

(54)

Umur 1 Tahun

Gambar 11. Distribusi biomassa akar Eucalyptus grandis menurut diameter sortimen

akar dalam berbagai umur.

Gardner (1991) menyebutkan bahwa akar melayani tanaman dalam fungsi

penting yaitu, penyerapan, penambahan, penyimpanan, transpor dan pembiakan.

Akar juga merupakan sumber utama beberapa pengatur pertumbuhan tanaman

(55)

8.00 15.29

akar, akar yang lebih tua memainkan peranan yang diperlukan untuk transpor dan

penyimpan bahan, yang beranalogi dengan transpor bahan dari dan ke daun

melalui batang dan percabangan. Akar juga sebagai sumber utama pengatur

pertumbuhan batang sesuai dengan keseimbangan morfologi

(Sitompul dan Guritno, 1995).

Distribusi Biomassa Berdasarkan Kedalaman Tanah

Distribusi biomassa berdasarkan kedalaman tanah adalah jumlah biomassa

akar yang terdapat pada masing-masing tegakan Eucalyptus grandis menurut

umur, pada umumnya biomassa akar terbesar terdapat pada umur 9 tahun dan

biomassa akar terkecil terdapat pada umur 1 tahun. Seperti yang terlihat pada

Gambar 12.

(56)

35.35

Di atas permukaan tanah Akar Rasio

Rasio Biomassa di Atas dan di Bawah Permukaan Tanah Tegakan

Eucalyptus grandis

Penentuan biomassa di bawah dan biomassa di atas permukaan tanah

(Root/Shoot Ratio) merupakan salah satu penentu yang merupakan data awal

kesuburan tanaman, sehingga akan menentukan tipe dan kondisi yang berbeda

untuk setiap jenis tanaman. Gambar 13 menunjukkan rasio tegakan dan akar

Eucalyptus grandis pada lokasi penelitian

Gambar 13: Rasio biomassa di atas dan di bawah permukaan tanah tegakan Eucalyptus grandis

Shoot/Root Ratio dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, seperti cahaya,

nutrisi, temperatur dan asupan air yang berbeda pada tanaman. Rasio biomassa

diatas permukaan tanah dan akar umur 1 tahun berturut-turut sampai 9 tahun yaitu

: 3,27 ton/ha, 4,95 ton/ha, 5,60 ton/ha, 4,82 ton/ha, 7,22 ton/ha dan 7,63 ton/ha, ini

mengindikasikan bahwa ada peningkatan biomassa pada setiap umur, maka

(57)

Sekelompok tumbuhan akan memberikan semacam rasio pucuk akar untuk

setiap jenis tanaman, perubahan tingkat kenormalan ini (turun atau naik)

merupakan indikasi perubahan dari keseluruhan tingkat kesuburan tanaman.

Merupakan satu hal yang penting untuk menggabungkan data dari rasio pucuk dan

akar dengan data yang diperoleh dari penelitian, guna mendapatkan data yang

akurat atas apa yang terjadi terhadap tanaman (Baluska et al., 1995).

Baluska (1995) juga telah mengkaji bahwa peningkatan rasio pucuk akar

bisa jadi merupakan indikasi peningkatan kesuburan pada tanaman. Kemungkinan

peningkatan kesuburan tanaman berasal dari peningkatan ukuran akar dan bukan

berasal dari penurunan berat pucuk. Terdapat karakteristik rasio pucuk dan akar

pada setiap tanaman dalam berbagai tingkat pertumbuhan, rasio pucuk dan akar

(58)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Biomassa diameter sortimen akar Eucalyptus grandis memiliki hubungan

yang baik dengan peubah bebas diameter pohon

2. Persamaan terpilih yang digunakan sebagai persamaan allometrik penduga

biomassa akar total adalah B = 0,167 D1,56

3. Total biomassa bagian akar tegakan Eucalyptus grandis di lokasi

penelitian berdasarkan inventarisasi metode jalur dan petak metode petak

secara berurut adalah 1,55 ton/ha dan 1,46 ton/ha (umur 1 tahun),

6,47 ton/ha dan 7,14 ton/ha (umur 2 tahun), 8,70 ton/ha dan 8,11 ton/ha

(umur 3 tahun), 5,79 ton/ha dan 4,82 ton/ha (umur 6 tahun), 11,34 ton/ha

dan 10,64 ton/ha (umur 8 tahun), 15,00 ton/ha dan 15,65 ton/ha

(umur 9 tahun).

Saran

1. Untuk menentukan biomassa akar tanaman Eucalyptus grandis cukup

diduga hanya dengan menggunakan peubah diameter saja tanpa

mengurangi tingkat akurasi hasil pendugaannya.

2. Selain kiteria statistik, sebaiknya dilakukan juga uji validasi persamaan

(59)

DAFTAR PUSTAKA

Adinugroho, WC. 2002. Model Penaksiran Biomassa Pohon Mahoni (Swietenia macrophylla) di Kesatuan Pemangkuan Hutan Cianjur PT. Perhutani Unit III Jawa Barat. Skripsi Sarjana Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Brown S. 1997. Estimating Biomass and Biomass Change of Tropical Forest, a Primer. FAO Forestry Paper 134, FAO. Rome.

Baluska, F., Ciamporova, M., Gasparikova, O., dan Barlow, PW. 1995. Structure and function of root. Kluwer Academic Publishers. Netherlands.

Basuki, RB., 2007. Pendugaan Biomassa Hutan Tanaman Eucalyptus grandis W. Hill ex Maiden di IUPHHK PT. Toba Pulp Lestari Tbk. Sumatera Utara. Skripsi Sarjana Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan

Departemen Kehutanan. 1999. Pedoman Teknis Penanaman Jenis-Jenis Kayu Komersil. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kehutanan. Jakarta.

Gardner, FP., R. Brent., Roger, LM. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indosesia

Heriansyah, I. 2005. Potensi Hutan Tanaman Industri dalam mensequester Karbon, Studi Kasus di Hutan Tanaman Akasia dan Pinus. Bulletin Inovasi Vol.3/XVIII/2005

Hairiah, K., Sitompul, SM., Noorwijk M Van., dan Palm, C. 2001. Methods For Sampling Carbon Stoks Above and Below Ground. ICRAF Southeast Asian Regional Research Program. Bogor. Indonesia

Haygreen, SJ., Bowyer, JL. 1986. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu (Suatu Pengantar) Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta

Imanuddin, R dan Wahjono, D. 2002. Penentuan Panjang Seksi Batang Optimal dalam Pendugaan Volume Pohon Nyantoh (Palaquium lobbianum Burck). Buletin Penelitian Hutan No. 631: 48-55.

Latifah, S. 2004. Pertumbuhan dan Hasil Tegakan Eucalyptus grandis di Hutan tanaman Industri. Universitas Sumatera Utara digital Library. Medan.

(60)

Muhdin. 1999. Analisis Beberapa Rumus Penduga Volume Log : Studi Kasus Pada Jenis Meranti (Shorea spp.) di Areal PT. Siak Timber Propinsi Riau. Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. V (2) : 33-44.

Onrizal. 2004. Model Penduga Biomassa dan Karbon Tegakan Hutan Kerangas di Taman Nasional Danau Sentarum Kalimantan Barat. Tesis Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Pudjiharta, AG. 2001. Pengaruh Hutan Tanaman Industri Eucalyptus Terhadap Tata Air di Jawa Barat. Buletin Penelitian Hutan No. 628/2001. Balai Penelitian dan Pengembangan Hutan. Bogor.

Panjiwibowo, C. Moekti, HS. Olivia,T. Wisnu, R. 2003. Mencari Pohon Uang : CDM Kehutanan Indonesia. Pelangi.

RKT PT. TPL Tbk. 2004. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Tanaman. Porsea.

RKT PT. TPL Tbk. 2005. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Tanaman. Porsea.

Sitompul, S.M dan Bambang Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

(61)

Lampiran 1. Hasil perhitungan biomassa sebenarnya dari akar pohon contoh Eucalyptus grandis

Umur Nomor D H Berat Basah Kadar Air Berat Kering Biomassa

(tahun) pohon (cm) (m) 0 - 5 mm 5 - 20 mm 20 - 40 mm > 40 mm 0 - 5 mm 5 - 20 mm 20 - 40 mm > 40 mm 0 - 5 mm 5 - 20 mm 20 - 40 mm > 40 mm Total

(kg) (kg) (kg) (kg) % % % % (kg) (kg) (kg) (kg) (kg)

1

1 6,7 6,4 1,2 4,25 3,77 7,30 199,09 216,1 217,40 202,07 0,40 1,34 1,19 2,42 5,35

2 4,6 5 0,45 1,44 1,4 2,50 201,41 254,45 207,86 237,13 0,15 0,41 0,45 0,74 1,75

3 2,4 2,6 0,1 1 1,60 167,48 223,85 190,39 0,04 0,31 0,00 0,55 0,90

2

1 8 8,3 0,5 2,85 0,8 2,50 242,35 299,82 243,19 263,96 0,15 0,71 0,23 0,69 1,78

2 11,9 9,6 0,73 5 1,85 23,55 205,94 254,07 234,02 245,81 0,24 1,41 0,55 6,81 9,01

3 10 9,4 1,15 3,4 2,15 14,50 209,74 255,31 236,719 267,24 0,37 0,96 0,64 3,95 5,92

3

1 10,5 13 0,75 2,95 1,1 11,70 164,86 194,59 176,98 201 0,28 1,00 0,40 3,89 5,57

2 15 13,5 0,68 4,06 2,01 24,50 147,93 218,46 219,44 214,51 0,27 1,27 0,63 7,79 9,97

3 12,5 14 1,02 3,71 2,83 14,55 149,36 183,63 192,78 192,60 0,41 1,31 0,97 4,97 7,66

6

1 8,7 9,5 0,38 1,25 1,9 11,30 325,32 304,82 264,38 274,22 0,09 0,31 0,52 3,02 3,94

2 13,3 10,5 0,52 1,4 1,27 26,50 242,06 232,14 230,61 219,93 0,15 0,42 0,38 8,28 9,24

3 18 17,8 0,65 3,1 6,52 30,92 210,32 247,26 208,66 174,64 0,21 0,89 2,11 11,26 14,47

8

1 11,5 14,9 0,42 1,42 1,82 10,50 141,43 174,80 140,01 143,31 0,17 0,52 0,76 4,32 5,76

2 15,7 17,8 0,38 3,4 5,45 32,40 130,24 178,93 153,66 157,98 0,17 1,22 2,15 12,56 16,09

3 24,5 23,3 1,95 7,8 4,8 51,30 126,31 154,43 160,12 144,73 0,86 3,07 1,85 20,96 26,73

9

1 27,2 27 0,33 2,89 25 71,74 144,80 166,15 160,55 158,44 0,13 1,09 9,59 27,76 38,57

2 17,9 20,9 0,6 4,1 7,38 30,32 196,27 172,53 184,65 199,54 0,20 1,50 2,59 10,12 14,42

3 12 16 0,23 2,42 1,72 20,36 185,10 177,08 158,63 153,31 0,08 0,87 0,67 8,04 9,66

(62)

Lampiran 2. Hasil perhitungan biomassa berdasarkan model terpilih dari akar pohon contoh Eucalyptus grandis

Umur Nomor D H Berat Basah Kadar Air Berat Kering Biomassa

(tahun) Pohon (cm) (m) 0 - 5 mm 5 - 20 mm 20 - 40 mm > 40 mm 0 - 5 mm 5 - 20 mm 20 - 40 mm > 40 mm 0 - 5 mm 5 - 20 mm 20 - 40 mm > 40 mm Total

(kg) (kg) (kg) (kg) % % % % (kg) (kg) (kg) (kg) (kg)

1

1 6,7 6,4 1,2 4,25 3,77 7,30 199,09 216,1 217,40 202,07 0,17 0,61 0,37 1,93 3,25

2 4,6 5 0,45 1,44 1,4 2,50 201,41 254,45 207,86 237,13 0,15 0,47 0,21 0,98 1,81

3 2,4 2,6 0,1 1 1,60 167,48 223,85 190,39 0,12 0,30 0,08 0,31 0,66

2

1 8 8,3 0,5 2,85 0,8 2,50 242,35 299,82 243,19 263,96 0,19 0,69 0,48 2,65 4,29

2 11,9 9,6 0,73 5 1,85 23,55 411,88 508,15 468,05 491,63 0,23 0,91 0,86 5,39 7,97

3 10 9,4 1,15 3,4 2,15 14,50 419,48 510,63 473,43 267,24 0,21 0,81 0,66 3,95 6,08

3

1 10,5 13 0,75 2,95 1,1 11,70 164,86 194,59 176,98 201 0,22 0,83 0,71 4,31 6,56

2 15 13,5 0,68 4,06 2,01 24,50 295,85 436,92 219,44 214,51 0,27 1,07 1,20 8,15 11,44

3 12,5 14 1,02 3,71 2,83 14,55 298,72 367,27 385,57 192,60 0,24 0,94 0,92 5,88 8,61

6

1 8,7 9,5 0,38 1,25 1,9 11,30 325,32 304,82 264,38 274,22 0,20 0,73 0,54 3,08 4,89

2 13,3 10,5 0,52 1,4 1,27 26,50 242,06 232,14 230,61 219,93 0,25 0,98 1,01 6,57 9,48

3 18 17,8 0,65 3,1 6,52 30,92 420,64 494,52 417,33 349,29 0,30 1,21 1,56 11,30 15,20

8

1 11,5 14,9 0,42 1,42 1,82 10,50 282,87 349,60 280,02 286,62 0,23 0,89 0,81 5,07 7,56

2 15,7 17,8 0,38 3,4 5,45 32,40 390,73 536,80 460,98 473,94 0,28 1,10 1,28 8,85 12,28

3 24,5 23,3 1,95 7,8 4,8 51,30 252,62 308,86 320,25 144,73 0,38 1,50 2,45 19,62 24,60

9

1 27,2 27 0,33 2,89 25 71,74 434,40 498,47 481,67 316,89 0,41 1,61 2,86 23,66 28,95

2 17,9 20,9 0,6 4,1 7,38 30,32 588,81 517,61 553,97 399,08 0,30 1,21 1,55 11,19 15,07

3 12 16 0,23 2,42 1,72 20,36 370,21 354,17 317,27 306,63 0,23 0,92 0,87 5,47 8,08

(63)
(64)

Lampiran 4, Biomassa total tegakan Eucalyptus grandis di lokasi penelitian

umur (tahun)

Rata-rata Biomassa (ton/ha)

Total

Di atas permukaan tanah Akar

1 4,77 1,46 6,23

2 35,35 7,14 42,48

3 45,4 8,11 53,51

6 33,95 4,82 38,77

8 76,82 10,64 87,46

Gambar

Tabel 1. Biomassa hutan dan penyerapan CO2  Jenis tegakan Umur (Tahun) Biomassa (ton/ha)
Gambar 3.  Desain petak contoh untuk inventarisasi tegakan Eucalyptus grandis
Tabel 4. Letak dan luasan petak ukur inventarisasi tegakan pada setiap umur
Tabel 5. Pohon contoh terpilih untuk ditebang berdasarkan umur
+7

Referensi

Dokumen terkait

26 Tahun 1999 tentang Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada. Departemen Kehakiman sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir

• Be familiar with the main SDLC approaches—the traditional waterfall cycle, prototyping, rapid application development, phased development, and business process redesign.. •

Selama kunjungan tersebut, dilakukan pendekatan secara kekeluargaan yaitu dengan melakukan obrolan-obrolan ringan dengan keluarga Ibu Ni Nengah Samia mengenai program KKN

menunjukkan terjadinya peningkatan gugus asetil pada CMCts yang berasal dari monokloroasetat yang ditambahkan pada proses esterifikasr' Mengingat suhu dapat berperan

Inspired by Tsukiji Fish Market in Japan, Muara Baru Fish Market will be built and managed with modern and integrated.. The Muara Baru fishing port has detailed steps that are

Selanjutnya, juga mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Rizki Amalia (2014), dengan judul Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Penjumlahan Pecahan melalui

[r]

1) Aplikasi ini dapat langsung diakses menggunakan internet pada halaman www.bangkatourism.web.id untuk tampilan desktop , sedangkan www.m.bangkatourism.web.id