• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN PT. BANK BNI SYARIAH

B. Nilai Tukar Rupiah (faktor eksternal)

4. Kondisi Nilai Tukar Rupiah Pada Tahun 2014 hingga 2015

C. Mekanisme Deposito Mudharabah atau Deposito iB Hasanah Pada BNI Syariah Cabang Surabaya Dharmawangsa.

1. Pengertian dan Tujuan Deposito Mudharabah12

Salah satu produk penghimpunan dana di BNI Syariah cabang Surabaya Dharmawangsa adalah deposito iB Hasanah dengan akad Mudharabah Mutlaqah, atau juga disebut simpanan pihak ketiga yang diamanahkan kepada bank yang penarikannya dilakukan pada waktu tertentu sesuai yang diperjanjikan. Investasi berjangka yang ditujukan bagi nasabah perorangan dan perusahaan, dengan menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah. Pengelolaan dana disalurkan melalui pembiayaan yang sesuai dengan prinsip syariah dan menghasilkan bagi hasil yang kompetitif. Deposito dicairkan setelah jangka waktu berakhir dan dapat diperpanjang secara otomatis atau Automatic Roll Over (ARO).

Penghimpunan dana dengan akad Mudharabah Mutlaqah dengan produk deposito iB Hasanah ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap transaksi syariah seluruh aspek kehidupan termasuk investasi yang sesuai dengan prinsip syariah, mengurangi ketergantungan masyarakat kepada lembaga keuangan yang melaksanakan transaksi secara gelap dengan prinsip dasar bunga berbunga yang berakibat meningkatkan kemiskinan masyarakat dan menurunkan taraf hidup masyarakat.

12

2. Prosedur Deposito iB Hasanah pada BNI Syariah Cabang Surabaya Dharmawangsa. 13

Untuk mengajukan produk Deposito iB Hasanah, diperlukan persyaratan yang harus dipenuhi nasabah yang akan Apply produk Deposito iB Hasanah dengan akad Mudharabah Muthlaqoh adalah sebagai berikut :

Persyaratan:

 Mengisi formulir aplikasi pembukaan rekening.

 Menunjukkan bukti identitas dan menyerahkan fotocopy identitas:

 Melakukan setoran awal sebesar Rp. 1.000.000,- untuk rekening Rupiah atau USD 1,000 untuk rekening US Dollar.

13

Nerissa Ervani Auditasari, Custemer Service, wawancara, BNI Syariah Surabaya Dharmawangsa Identitas Perorangan Perusahaan/Yayasan/ Badan Hukum Ket KTP/SIM/Paspor   Paspor Pengurus Akte Pendirian Perusahaan/Yayasan/ Koperasi  

Fasilitas:

 Bilyet deposito.

 Tersedia berbagai pilihan mata uang dan jangka waktu:

 Mata uang rupiah, pilihan jangka waktu: 1, 3, 6, dan 12 bulan.  Mata uang US Dollar, pilihan jangka waktu: 6 dan 12 bulan.  Bagi hasil dapat ditransfer ke rekening tabungan, giro atau

menambah pokok investasi.

 Tersedia pilihan perpanjang secara otomatis (Automatic Roll Over/ARO) atau tidak otomatis (non ARO) pada saat jatuh tempo.

Keunggulan:

 Bagi hasil yang kompetitif.

 Masuk dalam program penjaminan simpanan dari Lembaga Penjamin Simpanan.

 Dapat dijadikan jaminan pembiayaan.

3. Konsep Bagi Hasil Deposito iB Hasanah pada BNI Syariah cabang Surabaya Dharmwangsa.

Bagi Hasil adalah pembayaran imbalan bank syariah kepada deposan (shahibul maal) dalam bentuk bagi hasil. Besaran bagi hasil bergantung dari pendapatan yang diperoleh bank sebagai mudharib atas pengelolaan dana mudharabah. 14

14

Gambar 3.1

Konsep Bagi Hasil Bank BNI Syariah

Sumber: Pedoman Kantor Cabang BNI Syariah Surabaya

Gambar diatas memberikan gambaran tentang konsep bagi hasil dalam perbankan syariah. Dari gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa :15

1. Pemilik dana (shahibul maal) menginvestasikan danaya pada bank selaku pengelola dana (mudharib). Dana yang dikelola berupa tabungan, giro dan deposito.

2. Bank selaku mudharib mengelola dana tersebut dan menyalurkannya dalam bentuk pembiayaan dan penyaluran lain (seperti pada surat berharga, penempatan bank lain, maupun

15

Pedoman Kantor Cabang BNI Syariah Surabaya, (Jakarta: PT. Bank BNI Syariah, 2010)

Sumber Dana Giro Tabungan Deposito Nisbah Penyaluran Dana: Pembiayaan Penempatan pada BI

Penempatan pada Bank Lain Surat Berharga

Pedapatan Hasil Usaha

Bank

penempatan pada bank Indonesia) yang menguntungkan dan sesuai dengan prinsip syariah.

3. Pemilik dana menandatangani akad kerjasama yang berisi antara lain nominal, tingkat bagi hasil (nisbah), dan jangka waktu simpanan.

4. Bagi hasil yang diperoleh pemilik dana setiap periode bulanan berbeda-beda tergantung dari hasil penyaluran dana.

5. Bank sebagai pengelola dana mengakui pendapatan atas penyaluran dana secara bruto sebelum dikurangi dengan hak pemilik dana (sebelum dibagi hasilkan).

6. Bagi hasil mudharabah dapat digunakan dengan menggunakan 2 prinsip yaitu laba (profit sharing) atau bagi hasil (net revenue sharing).

Oleh karena sistem bagi hasil merupakan ciri yang paling utama dalam pembagian keuntungan di perbankan syariah, maka bagi hasil memiliki dasar hukum. Diantaranya sebagai berikut:16

a. Fatwa No. 14/DSN-MUI/IX/2000 tentang sistem distribusi hasil usaha.

b. Fatwa No. 15/DSN-MUI/IX/2000 tentang prinsip distribusi hasil usaha dalam lembaga keuangan syariah.

c. Kerangka Kerja Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (KKDPPLK) Bank Syariah.

16

d. Permyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 102 tentang Akuntansi Mudharabah.

e. Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI) 2003.

4. Perhitungan Bagi Hasil Deposito iB Hasanah pada BNI Syariah cabang Surabaya Dharmawangsa.

Dalam subbab ini akan dijelaskan bagaimana bank dan nasabah pemilik dana memperoleh keuntungan berdasarkan prinsip bagi hasil. Prinsip bagi hasil adalah alternatif transaksi syariah yang mengharamkan riba (bunga). Dalam praktek pembagian hasil usaha bank syariah di Indonesia menggunakan metode Gross Profit Margin (Net Revenue Sharing), karena memiliki kekuatan sebagai berikut :17 1. Lebih disarankan DSN: “Dari segi kemaslahatan pembagian hasil

usaha sebaiknya digunakan prinsip bagi hasil (Net Revenue Sharing)”.

2. Kemungkinan bagi hasil kepada pemilik dana akan lebih besar dibanding metode profit sharing, karena yang dibagi hasilkan pendapatan sebelum dikurangi biaya bank. Tingkat bagi hasil kemungkinan lebih besar / kompetitif dibandingkan dengan suku bunga yang berlaku dipasar perbankan konvensional, sehingga bank akan lebih mudah dalam menghimpun dana.

3. Tidak akan terjadi bagi rugi kepada pemilik dana.

17

4. Lebih mudah diimplementasikan

5. Lebih mudah dikontrol oleh pemilik dana

Gambar 3.2

Tahapan Perhitungan Bagi Hasil Bank BNI Syariah

Sumber: Pedoman Kantor Cabang BNI Syariah Surabaya

Metode perhitungan bagi hasil pada PT. Bank BNI Syariah mengacu pada Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI yang membagi metode bagi hasil menjadi dua, yaitu:18

a. Prinsip bagi laba (profit sharing). Yaitu hasil usaha yang dihitung dari pendapatan setelah dikurangi biaya pengelolaan dana.

b. Prinsip net bagi pendapatan (revenue sharing). Yaitu bagi hasil yang dihitung dari total pendapatan pengelolaan dana.

Dalam menghitung bagi hasil yang harus diterima oleh masing-masing nasabah harus diperoleh atau tersedia data antara lain sebagai berikut :19

a. Jumlah/saldo nasabah per jenis simpanan bulan

b. Total saldo harian rata-rata per jenis simpanan nasabah pada bulan

18 Ibid. 19 Ibid. Menentukan Nisbah Yang Akan Ditentukan 1.menghitung pendapatan yang akan dibagi hasilkan 2.menghitung saldo

harian rata-rata sumber dana

3.menghitung saldo harian rata-rata penyalur dana

1.Distribusi bagi hasil pendapatan kepada masing-masing nasabah sesuai nisbah yang disepakati.

2.menghitung proporsi bagi hasil pendapatan untuk setiap jenis sumber dana. 3.menghitung pendapatan bagi hasil untuk nasabah dan bank.

yang bersangkutan.

c. Total pendapatan bagi hasil yang akan didistribusikan pada nasabah per jenis simpanan nasabah pada bulan yang bersangkutan.

d. Nisbah atau rate bonus bagi hasil dari jenis simpanan nasabah per bulan yang bersangkutan.

Misalnya, Deposito Ibu Fitri sebesar Rp. 2.000.000,- berjangka waktu 1 bulan. Perbandingan bagi hasil (nisbah) antara bank dan nasabah adalah 48% : 52%. Bila dianggap total saldo deposito semua deposan adalah Rp. 200.000.000,- dan pendapatan bank yang dibagi-hasilkan untuk deposan adalah Rp. 3.000.000,- maka bagi hasil yang didapat oleh Ibu Fitri adalah :20

Rp. 2.000.000,- x Rp. 3.000.000.- x 52% = Rp. 15.600.- Rp. 200.000.000,-

Jadi, bagi hasil dari deposito bu fitri selama 1 bulan adalah Rp. 15.600.-

Untuk tetap bersaing dengan bank konvensional, PT. Bank BNI Syariah dapat memberikan special nisbah yang kira-kira indikasinya sama seperti special rate pada bank konvensional. Caranya dengan mengurangi porsi bank atau dengan kata lain menambah biaya bagi hasil pada nasabah pihak ketiga.21

20

Desk Training, Produk dan Jasa BNI Syariah, (Jakarta: PT. Bank BNI Syariah, 2010).

21

BAB IV

ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP DEPOSITO MUDHARABAH PERIODE 2014 -2015

A. Analisis Fundamental Nilai Tukar Rupiah

1. Faktor Ekonomi

Faktor Ekonomi yaitu hal-hal yang berpengaruh antara lain yaitu suku bunga, inflasi, perkembangan ekonomi, Neraca Pembayaran (balance of payment/BOP), kebijakan moneter, kebijakan fiskal dan cadangan devisa. Sebagai contoh, defisit Neraca Transaksi Berjalan (Current Account) pada BOP karena impor lebih besar dari ekspor menyebabkan negara yang terkait lebih banyak membutuhkan devisa sehingga permintaan valuta asing di negara tersebut menjadi berlebihan sehingga nilai tukar uangnya akan turun.

Sampai saat ini dollar AS dianggap sebagai mata uang asing Internasional yang banyak digunakan oleh berbagai negara. Hal ini bermula dari perjanjian Bretton Woods setelah Perang Dunia II. Pada saat itu keadaan ekonomi negara-negara di dunia kecuali Amerika Serikat hancur akibat perang. Sehingga menyebabkan banyak negara tersebut bergantung pada pinjaman dari Amerika. Pinjaman yang diberikan Amerika adalah dalam bentuk dollar yang pada akhirnya mereka harus membayar pinjaman tersebut dengann dollar. Walaupun nilai dollar AS mengalami fluktuasi dalam perjalanannya, terutama

saat Amerika mengalami krisis ekonomi di tahun 2008, tetapi dollar menjadi cadangan utama bagi negara-negara di dunia.

Gambar 4.1

Perkembangan Nilai Tukar Rupiah

Periode 2014 - 2015

Berdasarkan gambar 4.1 memperlihatkan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dollar AS terus terdepresiasi dari tahun 2014 – 2015. Pada tahun 2014 bulan Januari nilai rupiah yang dibutuhkan untuk mendapat 1 unit dollar AS adalah Rp 12.287 per dollar AS. Sedangkan pada akhir-akhir bulan Oktober 2014 nilai tersebut terus terdepresiasi dari level Rp 12.002

11.000 11.500 12.000 12.500 13.000 13.500 14.000 14.500 15.000 2 0 1 5 D e se m be r 2 0 1 5 Nov e m be r 2 0 1 5 Ok tobe r 2 0 1 5 Se p te m be r 2 0 1 5 A gu stu s 2 0 1 5 Ju li 2 0 1 5 Ju ni 2 0 1 5 Me i 2 0 1 5 A p ril 2 0 1 5 Ma re t 2 0 1 5 F e bru a ri 2 0 1 5 Ja nu a ri 2 0 1 4 D e se m be r 2 0 1 4 Nov e m be r 2 0 1 4 Ok tobe r 2 0 1 4 Se p te m be r 2 0 1 4 A gu st u s 2 0 1 4 Ju li 2 0 1 4 Ju ni 2 0 1 4 Me i 2 0 1 4 A p ril 2 0 1 4 Ma re t 2 0 1 4 F e bru a ri 2 0 1 4 Ja nu a ri

Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah 2014 - 2015

dan hingga bulan Desember menjadi Rp 12.502 per dollar AS pada akhir tahun di 2014.

Diketahui fluktuasi terhadap pertukaran nilai mata uang rupiah sangat tajam, melemahnya nilai tukar rupiah ini adalah permasalahan perekonomian negara yang sedang dihadapi Indonesia. Jatuhnya nilai tukar rupiah di tahun 2014 ini disebabkan oleh setidaknya tiga faktor, pertama, keluarnya sebagian besar investasi portofolio akibat rencana pengurangan QE (quantitative Easing) atau pembelian aset oleh The Fed di tahun 2014 ini. Faktor kedua, neraca perdagangan negara yang terus mengalami defisit, dan faktor ketiga adalah kebijakan pemerintah dan ekonomi biaya tinggi seperti maraknya korupsi, bencana alam, seperti banjir dan sejenisnya menyebabkan inflasi dan ekonomi biaya tinggi. Belum lagi adanya anggaran negara APBN dan APBD yang sebagian besar tidak fokus menumbuhkan ekonomi khususnya belanja modalnya, dan tidak banyak menyerap tenaga kerja menjadikan faktor perlemahan ekonomi secara nasional.

Dalam perdagangan Internasional, kurs mata uang dapat dimaknai sebagai perbandingan nilai antar mata uang. Setiap negara pasti menginginkan nilai mata uangnya stabil terhadap mata uang negara lain, tidak terkecuali Indonesia. Namun untuk mencapai hal tersebut tidak semudah membalikkan telapak tangan karena kuat atau lemahnya nilai tukar mata uang tidak hanya ditentukan oleh kondisi dan kebijakan ekonomi dalam negeri, tetapi juga kondisi perekonomian negara lain yang

menjadi mitra dagangnya serta kondisi non-ekonomi seperti keamanan dan kondisi politik.

Adapun penyebab melemahnya nilai rupiah terhadap dollar AS secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor eksternal dan internal perekonomian. Faktor eksternal yang paling umum diketahui adalah perekonomian AS yang setahun belakangan semakin membaik. Sejumlah indikator memang telah menunjukkan hal tersebut. Pertumbuhan ekonomi AS terakhir mecapai 2,5% atau lebih tinggi dari ekspektasi 2%. Tingkat pengangguran AS juga menurun dengan tajam hingga level sekarang 5,7%, meskipun belum menyentuh level normal 4%.

Kondisi internal ikut andil dalam melemahnya nilai tukar rupiah. Sejak tahun 2012, transaksi berjalan di dalam neraca pembayaran Indonesia terus mengalami defisit. Defisit ini seakan-akan belum ditemukan obatnya. Defisit ini sendiri dibiayai oleh cadangan devisa negara, apabila defisit ini tidak segera diperbaiki maka cadangan devisa Indonesia akan semakin berkurang sehingga nilai rupiah pun semakin tertakan.

Pada dasarnya pelemahan rupiah kali ini cenderung memiliki banyak dampak negatifnya. Meskipun secara teori depresiasi kurs mata uang dapat meningkatkan sektor ekspor, kenyataanya tidak demikian karena harga barang komoditas sedang mengalami penurunan permintaan.

Dalam hal ini analisis dalam faktor ekonomi depresiasi nilai tukar rupiah merupakan indikasi bahwa stabilitas ekonomi negara yang semakin

menurun atau memburuk. Hal tersebut identik dengan beberapa faktor yang mempengaruhi, dalam hal ini adalah neraca perdagangan negara yang terus mengalami defisit, dan kebijakan pemerintah dan ekonomi biaya tinggi seperti maraknya korupsi, bencana alam, seperti banjir dan sejenisnya menyebabkan inflasi dan ekonomi biaya tinggi.

2. Faktor Politik

Faktor Politik, yaitu stabilitas politik sebagai pemelihara situasi Negara, dan stabilitas ekonomi sebagai kapasitas lembaga keungan dan pasar untuk memobilasi dana dari surplus spending unit secara efisien, menyediakan likuiditas serta mengalokasikan investasi tanpa masalah dalam fiskal. Stabilitas moneter sebagai stabilitas dalam menjaga nilai uang (moneter), ini digambarkan oleh tingkat inflasi yang rendah dan stabil. Selain itu faktor politik dapat dicerminkan juga adanya proteksi dan peralihan kekuasaan (sosial atau liberal).

Menginjak di tahun 2015 nilai tukar rupiah terdepresiasi secara tajam, nilai tukar tersebut meningkat menjadi Rp 12.668 di awal tahun tepatnya di bulan Januari 2015. Diketahui bahwa dari bulan Oktober tahun lalu 2014, nilai tukar rupiah terus mengalami depresiasi yang sangat signifikan dan hingga pada bulan September tahun 2015 menyentuh angka 14.802 per dollar AS. Angka tersebut merupakan puncak depresiasi nilai tukar rupiah tertinggi sepanjang tahun 2015. Dengan dikeluarkannya paket kebijakan pemerintah sebagai upaya

untuk menstabilkan perokonomian negara dan diketahui nampak membuahkan hasil dengan mencapainya aparesiasi nilai tukar rupiah di level 13.824 di awal bulan Desember 2015.

Tahun 2014 – 2015 adalah tahun politik yang berlangsung di negara Indonesia. Gejolak nilai tukar rupiah mulai terasa di pertengahan tahun 2014 hingga tahun 2015. Dapat kita ketahui proses politik pada Pemilihan Umum Presiden (Pemilu Presiden) pada bulan Juli 2014, sebelumnya nilai tukar mulai mengalami depresiassi di bulan Mei hingga Juni. Bulan Mei merupakan bulan munculnya para pasangan calon presiden (Capres), dilanjut bulan Juni merupakan masa kampanye yang dilaksanakan oleh para Capres, dan bulan Juli berlangsungnya Pemilihan Umum Presiden (Pemilu Presiden).

Bila dilakukan analisis dampak dari politik di Indonesia terhadap nilai tukar rupiah maka dapat dimulai dari bulan Mei yang terasa pelemahannya terhadap rupiah secara signifikan. Kurs Rupiah selama prosesi Pemilu 2014 telah mengalami pelemahan signifikan dan kian hari kian tajam. Harga barang juga cenderung naik, perekonomian global memang sedang mengalami banyak masalah, khususnya di AS dan Tiongkok yang menjadi partner dagang utama Indonesia. Dalam pemilihan umum di negara bersistem demokrasi, masyarakat akan memilih orang-orang yang akan menentukan jalannya negeri dalam beberapa tahun yang akan datang. Jumlah uang beredar di masa pemilu meningkat karena besarnya pengeluaran privat dan

publik. Pengeluaran negara untuk biaya Pemilu jumlahnya tidak sedikit, begitu pula para kandidat calon presiden. Pengeluaran pemerintah akan semakin bertambah dan menyebabkan defisit negara semakin besar.

Di samping itu, ini akibat berlanjutnya ketidakpastian pasar keuangan global dan defisit neraca perdagangan pada April 2014. Pergerakan nilai tukar juga dipengaruhi perilaku investor yang menunggu hasil Pilpres 2014 sehingga tingkat beli dolar akan tinggi. Kurs bisa menembus Rp 12.500 per dolar Amerika. Dalam kondisi itu, Bank Indonesia melakukan intervensi, sebab berpotensi jatuh hingga Rp 13.000 per dolar AS.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menguat usai Pemilu Presiden 9 Juli 2014. Kurs tengah BI pada Kamis 10 Juli 2014, rupiah berada di angka Rp 11.607 per dolar AS. Kurs tengah itu cenderung menguat dibandingkan dengan nilai kurs tengah pada hari sebelumnya yang berada di level Rp 11.753. Rupiah menguat karena ada inflow (arus dana masuk). Investor kembali berbondong-bondong berinvestasi di Indonesia dan permintaan akan rupiah semakin besar. Hal tersebut dikarenakan investor mulai beranggapan bahwa ada potensi dan kepastian setelah Indonesia di pimpin oleh presiden terpilih yaitu Ir. Joko Widodo bila berinvestasi di Indonesia.

Sehingga analisis dari perspektif politik terjadinya depresiasi rupiah disebabkan oleh ketidakpastian kondisi negara yang akan

datang, pengeluaran negara untuk biaya jalannya demokrasi yang jumlahnya tidak sedikit, pengeluaran pemerintah akan semakin bertambah dan menyebabkan defisit negara semakin besar, jumlah uang beredar di masa proses demokrasi meningkat karena besarnya pengeluaran biaya privat maupun publik, tidak adanya inflow (arus dana masuk) dikarenakan investor menunggu akan kepastian akan kebijakan pemerintah yang baru. Hal tersebut disebabkan faktor politik yang identik dicerminkan adanya proteksi dan peralihan kekuasaan (sosial atau liberal).

B. Analisis Deposito iB Hasanah 2014 -2015

Nilai tukar rupiah, memiliki hubungan yang negatif terhadap deposito iB Hasanah, artinya menguatnya nilai tukar rupiah yang mencerminkan stabilitas perekonomian yang semakin meningkat dan akan menurunkan risiko dalam menjalankan kegiatan usahanya, selanjutnya

C. Anilisis Korelasi Nilai Tukar Rupiah dan Deposito iB Hasanah

Nilai tukar di tahun 2014 - 2015 berpengaruh terhadap deposito iB Hasanah memiliki hubungan yang negatif atau berbanding terbalik terhadap deposito iB Hasanah. Artinya apabila nilai tukar rupiah mengalami depresiasi (melemah) yang mencerminkan stabilitas ekonomi yang semakin menurun atau memburuk, sehingga perdagangan dipasar uang semakin meningkat dan mengakibatkan investor yang pada awalnya menabung di bank syariah khususnya di deposito iB Hasanah menjadi menurun yang membuat para nasabah beralih berinvestasi ke pasar uang yang lebih menguntungkan. Maka sebaliknya, bila kurs mengalami apresiasi akan menurunkan perdagangan di pasar uang dan akan mengakibatkan nasabah (shaibul maal) akan memindahkan uangnya untuk berinvestasi di bank syariah karena bagi hasil yang tinggi, sehingga akan meningkatkan deposito iB Hasanah.

Faktor turunya tingkat bunga dan menguatnya nilai tukar rupiah, akan direspon oleh kelompok non muslim dan kelompok muslim nasionalis untuk memilih jasa perbankan syariah baik dalam penempatan dana (deposito iB Hasanah) maupun dalam sumber pembiayaan. Pemilihan ini sepenunya didorong oleh aspek rasional dan pertimbangan profitabilitas. Sehingga apabila kelompok ini adalah merupakan pemilik sebagian besar dana pada perbankan syariah, maka fluktuasi nilai tukar rupiah akan sangat berpegaruh terhadap fluktuasi pertumbuhan perbankan syariah dilihat dari jumlah DPK mudharabah-nya.

Gambar 4.3

Perkembangan Nilai Tukar Rupiah dan Deposito iB Hasanah

Periode 2014 – 2015

Berdasarkan gambar 4.3 memperlihatkan bahwa nilai tukar rupiah dan dana deposito iB Hasanah pada tahun 2014 – 2015 mengalami dinamika yang cukup signifikan. Grafik di atas menunjukkan pergerakan yang saling mendekat. Artinya apabila grafik nilai tukar mengalami Apresiasi (menguat) suatu misal dari level Rp 12.000 bergerak menjadi Rp 11.000 maka deposito mudharabah akan bergerak meningkat, misalnya dari Rp 2.000.000.000 bergerak menjadi 3.000.000.000. Hal tersebut berlaku akan sebaliknya. Manakala nilai tukar rupiah menagalami

Depresiasi (melemah) yang awalnya Rp 11.000 bergerak menjadi Rp 12.500, maka deposito iB Hasanah mengalami kemerosotan.

Apabila dilakukan analisis dari kedua variabel tersebut nilai tukar rupiah dan deposito mudharabah di tahun 2014 dan secara spesifik dimulai dari bulan Juli. Pada bulan Juli grafik nilai tukar menunjukkan pergerakan ke arah atas, artinya nilai tukar rupiah mengalami depresiasi atau melemah. Dimulai pada bulan Juli pula, deposito iB Hasanah menunjukkan grafik di atas mengalami pergerakan cenderung ke arah bawah, sekalipun grafik menunjukkan adanya pergerakan ke arah atas meskipun tidak begitu signifikan.

Bila dilakukan analisis di tahun 2015 tepatnya dimulai dari bulan Juli maka hal tersebut berlaku serupa halnya di tahun 2014. Nilai tukar rupiah terus mengalami depresiasi yang sangat tajam dan dapat kita amati pada grafik di atas pergerakan cenderung bergerak ke arah atas serta deposito iB Hasanah juga mengalami kemerosotan yang cukup sgnifikan dengan indikasi pergerakan grafik ke arah atas.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan tentang sejauh mana hubungan antara bagi hasil terhadap jumlah dana deposito iB Hasanah pada PT. Bank BNI Syariah cabang Surabaya Dharmawangsa, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah berpengaruh terhadap deposito iB Hasanah di PT. Bank BNI Syariah cabang Surabaya Dharmawangsa dan pengaruh tersebut memiliki hubungan yang negatif atau berbanding terbalik terhadap deposito iB Hasanah. Dengan terjadinya depresiasi nilai tukar rupiah maka jumlah dana deposito iB Hasanah akan cenderung mengalami kemerosotan. Apabila nilai tukar rupiah mengalami depresiasi yang mencerminkan stabilitas ekonomi yang semakin menurun atau memburuk, sehingga perdagangan dipasar uang semakin meningkat dan mengakibatkan investor yang pada awalnya menabung di bank syariah khususnya di deposito iB Hasanah menjadi menurun yang membuat para nasabah beralih berinvestasi ke pasar uang yang lebih menguntungkan. Maka sebaliknya, bila kurs mengalami apresiasi akan menurunkan perdagangan di pasar uang dan akan mengakibatkan nasabah akan memindahkan uangnya untuk investasi di bank syariah karena bagi hasil yang tinggi, sehingga akan meningkatkan deposito iB Hasanah

2. Depresiasi nilai tukar rupiah merupakan indikasi bahwa stabilitas ekonomi negara yang semakin menurun atau memburuk. Hal tersebut identik dengan beberapa faktor yang mempengaruhi, dalam hal ini adalah faktor ekonomi, neraca perdagangan negara yang terus

Dokumen terkait