• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PEMBAHASAN …

6.1 Pembahasan …

6.1.2 Kondisi Pasien yang Menggunakan Obat

Data yang telah diperoleh kemudian diolah secara statistik dengan menggunakan uji Paired Samples T-Test (lihat pada lampiran 4) mendapatkan hasil yang bermakna yaitu (p≤0,05), ini menunjukan adanya perubahan kadar HbA1c dan GDS pada pasien diabetes sebelum dan sesudah terapi oksigen hiperbarik.

Hasil penelitian ini menunjukan adanya perubahan berupa penurunan kadar HbA1c yang menandakan adanya perbaikan kadar glukosa darah pasien. Pada pasien diabetes yang terkontrol dengan baik (gula darah normal) akan terjadi penurunan proses glikosilasi hemoglobin, sehingga terjadi penurunan HbA1c

(Prihartini, 2001). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Budhiarto tahun 1983 yang menyebutkan penurunan yang bermakna dari HbA1c pada pasien diabetes yang semula tidak baik dan menjadi lebih baik dengan menggunakan terapi HBO (Prihartini, 2001).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian indra, 2000 yang menggunakan terapi oksigen hiperbarik pada pasien diabetes tanpa menggunakan obat antidiabetes yang hasilnya adalah terjadi penurunan kadar glukosa darah dan HbA1c akibat efek oksigen bertekanan tinggi atau terjadi efek hipoglikemia pada penggunaan oksigen bertekanan tinggi. Terapi oksigen hiperbarik meningkatkan sensitivitas jaringan terhadap insulin dan menimbulkan hipoglikemik pada penderita diabetes, di mana terapi oksigen hiperbarik pada 2,4 atmosfer absolut menimbulkan penurunan kadar gula darah (Ishihara, 2007). Efek hipoglikemik tersebut dihipotesakan terjadi karena oksigen bertekanan tinggi menginhibisi hormon anti insulin, meningkatkan sekresi C-peptidase dan sensitivitas sel reseptor insulin di jaringan untuk mengoreksi keseimbangan asam basa (Ishihara, 2007).

Pada penderita DM, terjadi gangguan keseimbangan antara glukosa ke dalam sel, glukosa yang disimpan di hati, dan glukosa yang dikeluarkan dari hati. Keadaan ini menyebabkan kadar glukosa dalam darah meningkat dan kelebihannya akan keluar melalui urin. Jumlah urin banyak dan mengandung gula. Penyebab keadaan ini hanya 2. Pertama, pankreas tidak mampu lagi membuat insulin. Kedua, sel tubuh tidak memberi respon terhadap kerja insulin sebagai kunci untuk membuka pintu sel sehingga tidak dapat masuk ke dalam sel (Hans Tandra, 2008).

Terapi oksigen hiperbarik dapat meningkatkan jumlah molekul oksigen yang masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan maupun pori-pori atau jaringan luar tubuh. Dengan meningkatnya oksigen yang dihirup, maka jumlah oksigen yang terlarut di dalam darah semakin meningkat. Oksigen diangkut oleh darah ke seluruh sel-sel dan jaringan tubuh. Banyak fungsi-fungsi sel dan jaringan tubuh yang tergantung pada oksigen, sehingga meningkatkan kemampuan sel-sel dan jaringan tubuh untuk membelah atau bergenerasi, membunuh kuman penyakit, dan meningkatkan metabolisme pada sel yang akan menghasilkan banyak manfaat

bagi tubuh (Samsudin, 2003). Pada penderita diabetes dimana terjadi penurunan sensitivitas atau kerusakan sel Langerhans yang menyebabkan gula darah tidak terkontrol, dengan adanya peningkatan suplai O2 mengakibatkan perbaikan metabolisme pada sel Langerhans yang sekaligus meningkatkan sensitivitas sel Langerhans dalam merangsang pengeluaran insulin untuk mengontrol kadar gula darah. Insulin meningkatkan transport glukosa dalam sel. Insulin meningkatkan transport glukosa dalam beberapa detik sampai beberapa menit yang menunjukan kerja langsung insulin pada membran sel sendiri (Indra, 2000). Penelitian Price tahun 1995 menyatakan penurunan kadar gula darah terjadi karena meningkatnya metabolisme tubuh sehingga kecepatan pemakaian glukosa juga meningkat.

Berdasarkan pengamatan pada tabel 5.4, tentang rekapitulasi pasien yang menggunakan terapi oksigen hiperbarik didapatkan hasil paling banyak adalah keadaan pasien keluar yang terkendali. Penilaian dinyatakan terkendali apabila

HbA1c ≤6,5-7,0% dan GDS 110-130 mg/dL. Penilaian tersebut sesuai dengan algoritma penatalaksanaan DM Tipe 2 menurut Dipiro et al, 2009.

Berdasarkan pengamatan pada tabel 5.5, frekuensi penggunaan terapi oksigen hiperbarik dan obat antidiabetes yang memiliki tingkat kesembuhan yang paling banyak adalah lama penggunaan terapi 2 sesi dengan kombinasi obat Inj. Novorapid + Inj. Lantus. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dedov tahun 1994 yang menjelaskan bahwa dalam penelitiannya pada penderita diabetes selama 1 tahun yang diukur kadar glukosa darahnya tiap 2 bulan menyatakan penggunaan oksigen tekanan tinggi secara berulang 2 kali dengan interval 6 bulan dapat mencegah kenaikan kadar glukosa darah kembali dan ini lebih efektif daripada hanya sekali (Prihartini, 2001). Pada penelitian Dedov, hasil yang lebih efektif akan terjadi bila penggunaan terapi oksigen hiperbarik dilakukan berulang, 2 atau 3 kali atau lebih dan untuk memperpanjang perbaikan kadar glukosa darah penderita diabetes dapat berhasil sampai setengah tahun pada 3 kali terapi dengan interval 4 bulan (Prihartini, 2001).

Injeksi Novorapid termasuk ke dalam golongan insulin rapid acting (kerja cepat) dan injeksi lantus termasuk ke dalam golongan insulin long acting (kerja panjang). Penggunaan insulin kerja cepat dikarenakan efeknya yang dapat bekerja cepat, seringkali mulai menurunkan kadar glukosa darah 20 menit setelah

penyuntikan. Namun efek insulin kerja cepat hanya sebentar, karena itu diperlukan insulin kerja panjang untuk membuat kadar glukosa darah menjadi stabil sepanjang hari. Dengan pendekatan terapi tersebut pada umumnya dapat diperoleh kendali glukosa darah yang baik dengan dosis insulin yang cukup kecil (Sudoyo, 2006).

Obat Antidiabetes oral pada pasien diabetes melitus yang menggunakan terapi oksigen hiperbarik adalah metformin + glimepirid. Glimepirid merupakan obat yang termasuk ke dalam golongan sulfonilurea. Mekanisme kerja glimepirid yaitu dengan menstimulasi ekskresi insulin dan metformin pun bekerja untuk mengurangi glukoneogenesis hepatik, meningkatkan sensitifitas insulin, serta mengurangi absorbsi glukosa pada saluran cerna.

Berdasarkan mekanisme kerjanya, kombinasi kedua obat tersebut merupakan kombinasi yang rasional karena mempunyai cara kerja yang sinergis, sehingga kombinasi ini dapat menurunkan glukosa darah lebih banyak daripada pengobatan tunggal masing-masing, baik pada dosis maksimal keduanya maupun pada kombinasi dosis rendah. Kombinasi dengan dosis maksimal dapat menurunkan glukosa darah yang lebih banyak. Pemakaian kombinasi dengan sulfonilurea sudah dapat dianjurkan sejak awal pengelolaan diabetes, berdasarkan hasil penelitian UKPDS (United Kingdom Prospective Diabetes Study) hanya 50% pasien diabetes mellitus tipe 2 yang kemudian dapat dikendalikan dengan pengobatan tunggal metformin atau sulfonilurea sampai dosis maksimal (Soegondo, 2005).

Selain penggunaan beberapa obat antidiabetes oral dan insulin, pemakaian obat antidiabetes oral dengan injeksi juga dapat digunakan oleh pasien diabetes yang tidak berhasil dikelola dengan obat antidiabetes oral dosis maksimal atau terdapat kontraindikasi dari obat tersebut. Pemakaian obat antidiabetes oral dengan insulin yang paling banyak digunakan adalah kombinasi metformin + glimepirid dengan injeksi novorapid + injeksi lantus dengan pemberian 2 sesi terapi oksigen hiperbarik dan kombinasi injeksi novorapid dengan glimepirid + metformin dengan pemberian 2 sesi terapi oksigen hiperbarik. Kombinasi obat antidiabetes oral dengan insulin diberikan bila sasaran kadar glukosa darah belum tercapai. Kombinasi obat antidiabetes oral dengan insulin yang banyak

dipergunakan adalah kombinasi antidiabetes oral dengan insulin basal (insulin kerja cepat atau insulin kerja panjang) yang diberikan pada malam hari menjelang tidur.

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait