• Tidak ada hasil yang ditemukan

5 KELAYAKAN USAHA PERIKANAN TANGKAP

5.1 Kondisi Pendapatan Usaha Perikanan Tangkap

Usaha perikanan tangkap yang berkembang di Kabupaten Belitung terdiri dari usaha perikanan pancing tonda, payang, jaring insang tetap (JIT), jaring insang lingkar (JIL), jaring insang hanyut (JIH), sero, pukat pantai, bagan perahu, bagan tancap, bubu, jermal, pukat udang, dan trammel net. Dari 13 (tiga belas) usaha perikanan tangkap tersebut, pancing tonda umumnya digunakan untuk menangkap ikan pelagis besar dan ikan demersal, payang, jaring insang tetap (JIT), dan jaring insang lingkar (JIL) banyak digunakan untuk menangkap ikan pelagis besar. Jaring insang hanyut (JIH), pukat pantai, bagan perahu, bagan tancap umumnya digunakan untuk menangkap ikan pelagis kecil, sero banyak digunakan untuk menangkap ikan demersal dan biota laut non ikan. Bubu dan jermal banyak digunakan untuk menangkap ikan demersal, sedangkan pukat udang dan trammel net banyak digunakan untuk menangkap udang dan biota laut non ikan. Usaha perikanan tangkap ada yang dikembangkan dalam skala kecil, menengah, maupun besar, namun yang banyak berkembang adalah skala menengah.

5.1.1 Kondisi pendapatan usaha perikanan pelagis

Dalam kaitan dengan analisis kelayakan usaha, pendapatan (benefit) merupakan parameter finansial utama dan pertama diperhatikan dalam pengembangan usaha perikanan. Hal ini karena besar-kecilnya pendapatan akan mencerminkan produktivitas usaha perikanan tangkap yang dikembangkan. Disamping itu, kondisi pendapatan menjadi output dalam pengukuran parameter finansial lainnya misalnya net present value (NPV), B/C ratio, internal rate return

(IRR), return of investment (ROI), dan payback period (PP). Gambar 24 menyajikan hasil simulasi kondisi pendapatan (benefit) dari usaha perikanan pancing tonda, payang, jaring insang tetap (JIT), dan jaring insang lingkar (JIL) yang banyak digunakan dalam menangkap ikan pelagis besar. Alat tangkap yang digunakan diestimasi dapat bertahan dalam waktu 9 tahun. Hasil analisis detailnya disajikan pada Lampiran 39 – 51.

92 - 5,000,000 10,000,000 15,000,000 20,000,000 25,000,000 30,000,000 35,000,000 40,000,000 45,000,000 50,000,000 0 1 2 3 4 5 6 5 8 9

Operasi Tahun Ke-

P e n d a p a ta n ( R p )

Pancing Tonda Payang JIT JIL

Gambar 24 Perilaku pendapatan usaha perikanan pancing tonda, payang, JIT, dan JIL selama tahun operasi

Tahun ke 0, usaha perikanan tangkap baru dalam tahap persiapan alat tangkap dan peralatan lainnya, sehingga belum dioperasikan dan tidak ada pendapatan. Dari keempat usaha perikanan pelagis besar tersebut, pancing tonda mempunyai pendapatan yang paling tinggi. Pendapatan tertinggi pancing tonda terjadi pada operasi tahun ke 5 dan 6, yaitu masing-masing Rp. 45.124.520 dan Rp. 44.953.471. Hal ini terjadi karena pancing tonda dianggap lebih fleksibel oleh nelayan dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan. Bila payang, JIT, dan JIL memiliki proses setting yang cukup lama, maka pancing tonda tidak demikian. Di samping itu, penanganan payang, JIT, dan JIL lebih sulit bila tersangkut karang dan dasar perairan lainnya. Menurut Aziz (1989), bila pancing tersangkut di perairan, hanya dengan mengganti mata pancingnya sudah cukup sehingga alat ini menjadi lebih fektif dan efisien. Perairan di Kabupaten Belitung termasuk perairan yang dangkal, sehingga hal-hal seperti ini sering terjadi.

Hasil tangkap pancing tonda termasuk rendah pada tahun terakhir operasi, yaitu pada tahun ke 9. Hal ini menunjukkan telah terjadi penurunan produktivitas usaha perikanan tangkap tersebut, yang terjadi karena armadanya mengalami penurunan kapasitas, terutama yang menjadi faktor utama dari keberhasilan usaha perikanan pancing tonda adalah mesin armadanya, yang banyak mengalami kerusakan karena usia, maka bila tidak layak lagi untuk beroperasi sebaiknya cepat diganti agar tidak menghambat peningkatan produktivitas. Jaring insang lingkar (JIL) termasuk alat tangkap ikan pelagis besar dengan pendapatan yang

93 rendah di Kabupaten Belitung. Pendapatan tertinggi terjadi pada tahun ke 5, yaitu hanya sekitar Rp.5448.276. Hal ini menunjukkan bahwa JIL kurang baik dioperasikan di perairan Kabupaten Belitung, karena kondisi perairan dangkal yang tentu lebih beresiko untuk mengoperasikan alat tangkap jaring lingkar dengan lebih aktif dan dalam skala besar.

- 50,000,000 100,000,000 150,000,000 200,000,000 250,000,000 300,000,000 0 1 2 3 4 5 6 5 8 9

Operasi Tahun Ke-

P e n d a p a ta n ( R p )

JIH Sero Pukat Pantai Bagan Perahu Bagan Tancap

Gambar 25 Perilaku pendapatan usaha perikanan JIH, sero, pukat pantai, bagan

perahu, dan bagan tancap selama tahun operasi

Gambar 25 menyajikan hasil simulasi kondisi pendapatan (benefit) dari usaha perikanan jaring insang hanyut (JIH), sero, pukat pantai, bagan perahu, dan bagan tancap yang banyak digunakan dalam menangkap ikan pelagis kecil. Pada Gambar 25 tersebut, pukat pantai memberikan pendapatan paling tinggi setiap tahunnya dibandingkan empat usaha perikanan tangkap lainnya. Meskipun jumlah pukat pantai hanya sekitar 100 unit di Kabupaten Belitung, tetapi dapat memberikan hasil tangkapan yang relatif tinggi, yaitu rata-rata 2265,45 ton per tahun. Hasil tangkapannya termasuk yang paling tinggi diantara usaha perikanan pelagis kecil, sedangkan jumlah rata-rata jaring insang hanyut (JIH), sero, bagan perahu, dan bagan tancap yang beroperasi setiap tahunnya di Kabupaten Belitung berturut-turut 376 unit, 61 unit, 848 unit, dan 570 unit.

Bagan perahu dan bagan tancap termasuk usaha perikanan ikan pelagis kecil dengan pendapatan rendah di Kabupaten Belitung. Hal ini memberi indikasi bahwa kedua usaha bagan ini kurang berkembang di lokasi penelitian. Namun

94

apakah masih layak atau tidak untuk dikembangkan sangat tergantung dari analisis finansial lanjutan yang akan dibahas di akhir bab ini. Sero memberikan pendapatan per tahunnya yang cukup baik, namun terjadi penurunan drastis pada tahun ke 4 operasi, yaitu hanya sekitar Rp. 48.639.344. Penurunan tersebut diduga karena adanya perubahan pola migrasi ikan di perairan Kabupaten Belitung yang umumnya menjauhi fishing ground. Sero merupakan alat tangkap yang dioperasikan secara diam, sehingga sangat tergantung pada pola migrasi atau pergerakan ikan di perairan.

5.1.2 Kondisi pendapatan usaha perikanan demersal, udang dan biota laut non ikan

Di Kabupaten Belitung, bubu dan jermal banyak digunakan untuk mengusahakan ikan demersal. Gambar 26 menyajikan hasil simulasi kondisi pendapatan (benefit) dari usaha perikanan bubu dan jermal tersebut. Selain bubu dan jermal, ikan demersal banyak juga dapat ditangkap dengan pancing tonda dan sero. Berdasarkan Gambar 26, jermal mempunyai pendapatan tahunan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan bubu di Kabupaten Belitung. Hal ini terjadi karena jermal umumnya diusahakan dalam skala menengah ke atas, sedangkan bubu umumnya dilakukan secara tradisional oleh nelayan kecil. Pendapatan tertinggi untuk jermal terjadi pada operasi tahun ke 1 , yaitu mencapai Rp. 7.409.091. Meskipun paling tinggi, nilai pendapatan tersebut relatif rendah untuk jenis usaha jermal, karena skala pengusahaan dan biaya investasinya yang besar.

Pendapatan yang tinggi untuk usaha perikanan jermal juga terjadi pada operasi tahun ke 4 , yaitu sekitar Rp. 7.363.636. Namun bila melihat trend-nya, maka pendapatan usaha perikanan jermal cenderung menurun dengan bertambahnya tahun operasi. Hal ini terjadi karena banyaknya bagian jermal yang telah rusak seiring dengan bertambahnya waktu pengoperasiannya, sehingga dengan sendirinya berdampak pada penurunan produktivitas alat tangkap tersebut. Selain itu, di Kabupaten Belitung akan terasa cukup sulit untuk mendapatkan kayu gelondongan sebagai bahan perbaikan jermal, sehingga terkadang merepotkan bila ada bagian jermal yang rapuh dan memakan waktu cukup lama untuk dapat menggantikannya.

95 - 1,000,000 2,000,000 3,000,000 4,000,000 5,000,000 6,000,000 7,000,000 8,000,000 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Operasi Tahun Ke-

P en d ap at an ( R p ) Bubu Jermal

Gambar 26 Perilaku pendapatan usaha perikanan bubu dan jermal selama tahun operasi

Pendapatan tertinggi bubu terjadi pada operasi tahun ke 8, yaitu sekitar Rp. 2.681.411. Bubu biasanya diusahakan oleh satu orang nelayan. Nelayan bubu di Kabupaten Belitung biasanya mengoperasikan bubu tidak jauh dari tempat tinggalnya dan umumnya menggunakan perahu sederhana, sehingga biaya yang dibutuhkan untuk operasionalnya cukup rendah, dan ini berimbas pada kenaikan pendapatan tahunan nelayan tersebut.

- 500,000 1,000,000 1,500,000 2,000,000 2,500,000 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Operasi Tahun Ke-

P en d ap at an ( R p )

Pukat Udang Trammel Net

Gambar 27 Perilaku pendapatan usaha perikanan pukat udang dan trammel net

96

Gambar 27 menyajikan hasil simulasi kondisi pendapatan (benefit) dari usaha perikanan pukat udang dan trammel net yang biasanya digunakan dalam menangkap ikan, udang dan biota laut non ikan di perairan Kabupaten Belitung. Berdasarkan Gambar 27, pendapatan usaha perikanan pukat udang dan trammel net sangat fluktuatif setiap tahunnya. Hal ini karena dalam operasi kedua alat tangkap tersebut cenderung tidak banyak menggunakan alat bantu penangkapan (seperti GPS dan fish finder), seperti alat tangkap skala menengah lainnya. Dalam menangkap udang dan biota laut non ikan, nelayan di Kabupaten Belitung lebih percaya pada kemampuan nalar dan tanda-tanda alam yang dipelajari secara turun temurun, sehingga bila meleset atau tidak tepat, akan mengakibatkan penurunan hasil tangkapan. Di samping itu, udang dan kebanyakan biota laut non ikan biasanya hanya muncul pada waktu tertentu sehingga untuk meningkatkan hasil tangkapan terkadang agak sulit.

Pendapatan pukat udang umumnya turun drastis setelah operasi tahun ke 7, 8 dan 9. Hal ini biasanya terjadi karena tingkat kerusakan pukat udang pada tahun-tahun tersebut umumnya sudah tinggi, sehingga tidak begitu produktif dalam pengoperasiannya. Nelayan pukat udang di Kabupaten Belitung umumnya kesulitan pendanaan bila harus memperbaiki kerusakan pukat yang terlalu tinggi, sedangkan hasil tangkapan udang cenderung turun setiap tahunnya.

5.2 Kondisi Pembiayaan Usaha Perikanan Tangkap