BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.7 Kondisi Penyandang Cacat Tunanetra BPAD Propsu
1. Kondisi Fisik Pelayanan
Secara umum, kondisi fisik fasilitas BPAD Propsu sudah belum memadai dalam memberikan pelayanan masih mengejar pemenuhan kebutuhan penyandang tunanetra dasar saja. Ruang penyandang tunanetra yang bergabung dengan Ruang Dewasa B dan didalam ruangan tersebut pengguna tunanetra anak, remaja dan dewasa bergabung yang membuat tunanetra tidak leluasa dalam pergerakannya 2. Aspek Lingkungan dan Tempat
BPAD Propsu sudah sangat terkenal dengan berbagai sebutan, antara lain pendidikan, budaya dan pusat informasi . Hal ini perlu dipertahankan sebagai identitas kebanggaan BPAD Propsu, salah satu usahanya dengan menambah perbendaharaan jenis fasilitas teknologi untuk penyandang cacat tunanetra.
3. Aspek Perilaku Pelaku Kegiatan Utama
Diperoleh dengan cara studi literatur, yaitu : 1) Kesederhanaan
Kesederhanaan yang dimaksud disini adalah bahwa penyandang cacat netra sebagai pelaku kegiatan utama dapat membawa dirinya dari satu tempat ke tempat lain dalam suatu lokasi, tanpa bantuan orang lain (dinamis dan independen). Karena pergerakannya dinamis dan mengandung unsur swadaya, maka indra pengganti indra penglihatan dalam dirinya harus dimaksimalkan, yaitu : alat pendengaran dan alat peraba (dalam hal ini penggunaan tongkat sebagai detektor, yang digunakan dengan cara mengetuk-ngetuk tongkat tersebut kekiri. dan kekanan untuk memastikan keamanan jalan di depannya sebelum melangkah).Untuk menerjemahkannya kata ”kesederhanaan” dapat dilakukan dengan mengatur tata letak (lay out) secara linier/segaris atau peletakan material-material yang berfungsi sebagai pembentuk sirkulasi.
2) Keamanan
Kata Keamanan diartikan sebagai pergerakan yang bebas dan leluasa serta terhindar dari hal-hal yang membahayakan, misalnya : tersandung, terpeleset, tabrakan/bersinggungan dengan objek yang tidak diinginkan. Keamanan yang di berikan BPAD Propsu sangat memberikan keamanan kepada penyadang tunanetra dengan lantai yang tidak licin sehingga tidak membahayakan bagi penyandang tunanetra dan dibantu oleh pustakawan.
3) Kenyamanan
Menurut para ahli, ternyata konsep kenyamanan antara penyandang cacat netra dengan orang normal adalah sama. Malah penyandang cacat tunanetra diuntungkan karena tidak mengenal konsep cahaya, warna dan perspektif. Oleh karena itu, diasumsikan dalam membacapun konsep kenyamanannya tidak berbeda. Di sini, faktor pembentuk kenyamanan, adalah : penghawaan, yang terbagi menjadi penghawaan alami (penggunaan ventilasi) dan penghawaan buatan (penggunaan AC sebagai pengatur temperatur dan kelembaban dalam ruangan) serta akustik (penggunaan bahan-bahan akustik didalam dan di luar ruangan, untuk meminimalisasi sumber-sumber bunyi internal dan eksternal), karena setelah kehilangan sensor visual, maka indra pendengaran dimaksimalkan penggunaannya untuk berkonsentrasi.Oleh karena itu, kepekaan pendengarannya mutlak harus dijaga.
Pada BPAD Propsu penghawaan yang diberikan kepada tunanetra adalah buatan (penggunaan AC) serta penggunaan bahan-bahan akustik didalam dan diluar ruangan BPAD Propsu.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam bab-bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan yaitu :
1. BPAD Propsu memberikan layanan pengguna kepada seluruh masyarakat tanpa membedakan latar belakang, status sosial, agama, suku, pendidikan, dan yang memiliki keterbatasan fisik seperti penyandang tunanetra.
2. Jenis-jenis Pelayanan Pengguna Tunanetra yang diberikan BPAD Propsu adalah keanggotaan, peminjaman, pengembalian, perpanjangan, penagihan.
3. Dengan adanya pelayanan yang diberikan BPAD Propsu ke penyandang tunanetra, tunanetra dapat mencari informasi yang diinginkannya.
4. Pelayanan yang diberikan BPAD Propsu kepada tunanetra yaitu buku braille dan dua unit komputer berbicara dengan menggunakan program jaws.
5. Sistem yang diterapkan pada BPAD Propsu kepada layanan tunanetra adalah sistem layanan terbuka dimana pengguna dapat secara langsung dapat memilih, menemukan dan mengambil bahan pustaka yang dikehendaki dengan meminta bantuan kepada pustakawan agar pengguna tunannetra dapat menemukan informasi yang diinginkanya.
4.2 Saran
Berdasarkan pembahasan dari observasi yang telah dilakukan, maka penulis mencoba untuk mengemukakan saran dan masukkan, diantaranya adalah : 1. Koleksi bahan pustaka huruf braille di tambahkan lebih banyak lagi agar pengguna tunanetra tidak bosan saat mencari informasi yang diinginkanya.
2. Memberikan ruang khusus untuk penyadang cacat yaitu tunanetra agar tunanetra bebas dalam pergerakannya dengan memberikan huruf braille di setiap ruangan.
3. Sebaiknya rak-rak buku, diberi tulisan huruf braille agar tunanetra bisa mencari informasi yang diinginkanya dengan meraba tulisan huruf braille tersebut.
4. Menambahkan komputer berbicara dan teknologi yang canggih bagi penyadang tunanetra agar tunanetra dapat juga merasakan apa yang dirasakan dengan non penyadang tunanetra.
5. Sistem Klasifikasi berdasarkan DDC 22 BPAD Propsu harusnya menerjemahkan ke huruf braille agar tunanetra lebih mudah mencari informasi dibutuhkanny
DAFTAR PUSTAKA
DAISY Player. 2010. (http://www.hksb.org) diakses 12 Juni 2013
Darmono. 2001. Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah Jakarta : Grasindo.
Darmono. 2006. Manajemen Perpustakaan. Jakarta: Grasindo.
Depdiknas RI. Direktoral Jenderal Pendidikan Tinggi. 2004. Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi. Jakarta: Dapartemen Pendidikan Nasional Direktoral Jenderal Pendidikan Tinggi.
Digital Talking Book. 2010. (http://www.lbph.lib.md.us/) diakses 23 Maret 2011 Hasugian, Jonner. 2009. Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Medan :
USU Press.
Hermawan, Rachman. 2006. Etika Kepustakawanan : Suatu Pendekatan Terhadap Kode Etik Pustakawan Indonesia. Jakarta : Sagung Seto.
Huruf Braille
Indonesia, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. 1994. Perpustakaan Perguruan Tinggi : Buku Pedoman. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Indonesia, Perpustakaan Nasional RI. 1992. Pedoman Umum Penyelenggaraan
Perpustakaan Umum. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI.
Indonesia, Perpustakaan Nasional RI. 1999.Pedoman Umum Pengelolaan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI Bagian Proyek Pengembangan Sistem Nasional.
Indonesia, Perpustakaan Nasional RI. 2000. Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI.
Jane, Ware. 2002. Buku belajar bagaimana untuk menuliskan musik Braille dari RNIB.
Komputer Berbicara. 20
Khoerunnisa, Lina. 2010. Layanan Berbasis Teknologi sebagai Sarana Mewujudkan Perpustakaan Ideal bagi Penyandang Tunanetra.
Martoadmojo, Karmidi. 1993. Pelayanan Bahan Pustaka. Jakarta : Universitas Terbuka, Depdikud.
Printer Braille. 2010 (http://forum.bncc.net/index.php) diakses 12 Juni 2013. Safaruddin, 2010. Layanan Berbasis Teknologi sebagai sebagai Sarana
Mewujudkan Perpustakaan Ideal bagi Penyandang Tunanetra
2013.
Soeatminah. 1992. Perpustakaan, Kepustakawanan dan Pustakawan Yogyakarta : Kanisius.
Sulistyo-Basuki. 1991. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Gramedia. Sulistyo, Basuki. 1993. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Gramedia. Sulistyo, Basuki. 1999. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Gramedia. Sutarno NS. 2006. Manajemen Perpustakaan : Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Sagung Seto.
Sutarno NS.2006. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta : Sagung Seto.
Telesensory. 2010.(http://shopping.telesensory.com/) diakses 12 Juni 2013.
Termoform.
diakses 12 Juni 2013
Trimo, Soejono. 1986. Pedoman Pelaksanaan Perpustakaan. Bandung: Alumni. Yusuf, Taslimah. 1996. Manajemen Perpustakaan Umum.Jakarta : Universitas
PERSEMBAHANKU
“ Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan. Dengarkanlah didikan ayahmu, dan janganlah menyia-nyiakan didikan ibumu, sebab karangan bunga bagi kepalamu, dan suatu kalung bagi lehermu”.
(Amsal 1:7-9)
Kupersembahankan kepada Yesus Kristus, yang selalu membingku dan memeberi pertolangan yang luar biasa.
Juga Buat Keluarga Tercinta Ayahku :Paten sitepu
Ibuku :Rismauli Br Sembiring
Saudaraku :Serpina Br Sitepu
Sukarto Sitepu
Tiur Meida Br Sitepu
Takut akan Tuhan dan berpegang pada perintah-perintahnya adalah kewajiban setiap orang”.
LAMPIRAN
Gambar koleksi Perpustakaan BPAD Propsu
Ruang Baca Tunanetra bergabung dengan Ruang Anak Dewasa B