PELAYANAN PENGGUNA TUNANETRA PADA BADAN PERPUSTAKAAN ARSIP DAN DOKUMENTASI
PROVINSI SUMATERA UTARA KERTAS KARYA
Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Studi untuk memperoleh gelar Ahlimadya (A. Md)
Disusun Oleh: TETY MANDASARI
102201006
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA PROGRAM STUDI PERPUSTAKAAN
DEPARTEMEN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Kertas Karya : Pelayanan Pengguna Tunanetra Pada Badan
Perpustakaan Arsip Dan Dokumentasi Provinsi
Sumatera Utara (BPAD PROVSU)
Oleh : Tety Mandasari
Nim : 102201006
PROGRAM STUDI D-III PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI
Ketua : Dra. Zaslina Zainuddin, M. Pd
NIP : 19570407 198603 2 001
Tanda Tangan :
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul Kertas Karya : Kegiatan Pelayanan Sirkulasi Pada Badan
Perpustakaan Arsip Dan Dokumentasi Provinsi
Sumatera Utara (BPAD PROVSU)
Oleh : Tety Mandasari
Nim : 102201006
Dosen Pembimbing : Drs.Jonner Hasugian M.Si
NIP : 1959112219870212002
Tanda Tangan :
Tanggal :
Dosen Pembaca : Dra. Zaslina Zainuddin, M. Pd
NIP : 19570407 198603 2 001
Tanda Tangan :
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yesus, karena berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini. Terimakasih Tuhan Yesus Kristus pertolongan yang Tuhan berikan.
Kertas karya ini berjudul “PELAYANAN PENGGUNA TUNANETRA PADA BADAN PERPUSTAKAAN ARSIP DAN DOKUMENTASI PROVINSI SUMATERA UTARA.” Kertas karya ini ditulis untuk memenuhui persyaratan kelulusan Program Studi D-III Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda Paten Sitepu, dan Ibunda Rismauli Br Sembiring dan adik terkasih Serpina Br Sitepu, Sukarto Sitepu serta Tiur Meida Br Sitepu yang telah begitu banyak memberikan dukungan kepada penulis baik materi, moral, dan doa serta yang telah bersusah payah dengan cucuran kerigat dan penuh rasa kasih sayang dalam mengasuh dan membesarkan penulis.
Dalam menyelesaikan kertas karya ini, penulis juga telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk yang tak ternilai harganya. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimaksih sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Drs. Syahron Lubis, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dra. Zaslina Zainuddin, M.Pd., selaku Ketua Program Studi D-III Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya.
3. Bapak Drs. Jonner Hasugian, M.Si, sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dalam penulisan kertas karya ini.
4. Dra. Zaslina Zainuddin, M.Pd, sebagai dosen pembaca yang telah meluangkan waktu kepada penulis serta memberikan banyak masukan dalam penyusunan kertas karya ini.
5 Bapak Drs. Jonner Hasugian, sebagai dosen wali masa perkulihan yang selalu memberikan arahan dan bimbingan di dalam mengikuti masa perkuliahan.
6. Seluruh staf pengajar beserta staf Administrasi Program Studi D-III Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik penulis selama masa perkulihan.
banyak memberikan informasi yang penulis butuhkan dalam mengumpulkan data sehingga penulisan kertas karya ini dapat terselesaikan.
8. Buat kelompok PKL penulis: Fahriad Zaid, Godlid Sartika Pasaribu, Rahmat Iqbal, Titir Nauli Napitu, terimakasi buat kerjasama, canda tawa serta marah-marahnya. dan seluruh angkatan 2008 yang telah senantiasa yang memberikan semangat dan senantiasa dalam berbagi dalam suka dan duka.
9. Titir Nauli Napitu, Heru Gunawan Ginting, Serpina Br Sitepu, Tiur Meida Br Sitepu, Karto Sitepu, Oktavia Veronika Br Ginting ,keluarga besar Sitepu dan Sembiring terimakasih telah memberikan dukungan dan motivasi buat penulis.
10. Buat Simon Tambar Malem Bangun yang selalu memberikan semangat dlam suka dan duka, ikhlas dan tulus memberikan motivasi,dukungan, doa, yang selalu cerewet, yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini.
11. Akhirnya semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini.
Kiranya segala bantuan yang diberikan kepada penulis, baik moril maupun materiil mendapat balasan yang sepadan dari Tuhan Yang Mahasa Esa, dan semoga selalu mendapatkan rahmat-Nya. Akhir kata, penulis berharap semoga kertas karya ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.
Medan, 30 Juli 2013
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... v
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2Tujuan Penulisan ... 2
1.3 Ruang Lingkup Penelitian ... 3
1.4 Metode Pengumpulan Data ... 3
BAB II TINJUAN LITERATUR 2.1 Perpustakaan Umum ... 4
2.1.1. Tujuan Perpustakaan Umum ... 5
2.1.2 Fungsi Perpustakaan Umum ... 6
2.2 Jenis-jenis Layanan ... 7
2.2.1 Pelayanan sirkulasi ... 7
2.2.2 Pelayanan Referensi ... 8
2.2.3 Pelayanan Audiovisual ... 9
2.2.4 Pelayanan Terbitan Berseri ... 10
2.2.5 Pelayanan Bimbingan Pengguna ... 11
2.3 Pelayanan Pengguna ... 12
2.3.2 Tujuan Pelayanan Pengguna ... 13
2.3.3 Fungsi Pelayanan Pengguna ... 14
2.4 Pelayanan Pengguna Tunanetra ... 14
2.4.1 Komputer Berbicara ... 17
2.4.2 Huruf Braille ... 18
2.4.3 Printer Braille ... 20
2.4.4 Digital Ascesible System (DAISY) Player ... 21
2.4.5 Buku bicara (Digital Talking Book) ... 21
2.4.6 Termoform ... 22
2.4.7 Telesensory ... 22
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22
3.1Gambaran Umum Pada Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara ... 24
3.2 Visi dan Misi ... 25
3.3Struktur Organisasi ... 26
3.4Pelayanan Pengguna Tunanetra ... 27
3.5Pelayanan Pengguna ... 29
3.5.1 Kelompok Pengguna ... 29
3.5.2 Sistem Pelayanan ... 29
3.5.3 Jenis- jenis Pelayanan Pengguna Tunanetra ... 29
3.5.4 Waktu Pelayanan ... 37
3.6 Pengguna Penyandang Cacat Tunanetra BPAD Propsu ... 37
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN... 40
4.1 Kesimpulan ... 40
4.2 Saran ... 41
DAFTAR TABEL
Tabel Waktu Layanan Badan Perpustakaan
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Komputer Berbicara ... 18
Gambar 2 Huruf Braille ... 20
Gambar 3 Printer Braille ... 20
Gambar 4 Digital Ascesible System Player ... 21
Gambar 5 Buku Berbicara... 21
Gambar 6 Termofrom ... 22
Gambar 7 Telesensory ... 22
Gambar 8 Bagan Organisasi Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara ... 26
Gambar 9 Ruang Baca Tunanetra Bergabung Dengan Ruang Anak Dewasa B ... 28
Gambar 10 Komputer Berbicara Diruang Remaja ... 28
Gambar 11 Contoh Formulir Anggota Perpustakaan ... 31
Gambar 12 Contoh Kartu Anggota Perpustakaan ... 32
Gambar 13 Flowchart Peminjaman Koleksi Braille pada BPAD Propsu ... 34
BAB I PENDAHULAN 1.1Latar Belakang Masalah
Perpustakaan merupakan salah satu sarana untuk memajukan dan
meningkatkan kecerdasan bangsa, karena di perpustakaan berbagai macam
yang berisikan sumber bacaan ilmu pengetahuan dikumpulkan dan dikelola
dengan baik. Salah satu jenis perpuspustakaan yang melakukan hal itu adalah
perpustakaan umum. Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang
diselenggrakan dengan biaya umum untuk tujuan melayani masayarakat
umum, Perpustakaan umum merupakan lembaga pendidikan yang dinyatakan
sangat demokratis karena menyediakan sumber belajar sesuai dengan
kebutuhan masyarakat
Perpustakaan umum juga bertugas untuk menumbuhkan aperesiasi budaya
masayarakat sekitarnya, Perpustakaan umum melayani seluruh lapisan
masayarakat, perpustakaan umum berperan penting untuk meningkatkan
ataupun mencerdaskan seluruh masyarakat sekitarnya. Perpustakaan umum
melayani seluruh masyarakat tanpa membedakan latar belakang, status sosial,
agama, suku, status, dan pendidikan.
Perpustakaan umum menyelenggarakan layanan khusus yang diberikan
kepada penyandang cacat seperti tunanetra. Tunanetra merupakan merupakan
salah satu jenis kelainan pada indra (sensory), yaitu kelainan pada indra
penglihatan (mata). Layanan yang diberikan perpustakaan umum kepada
tunanetra antara lain berupa buku dengan tulisan huruf braille dan komputer
berbicara dengan menggunakan program jaws.
Koleksi yang dimiliki perpustakaan umum harus dapat menunjang segala
kegiatan masyarakat.Agar tujuan perpustakaan dapat tercapai maka koleksi
perpustakaan harus dibina sebaik mungkin sehingga kebutuhan pengguna
dapat terpenuhi yang pada akhirnya berdampak positif Terhadap masyarakat.
Oleh karena itu, perpustakaan harus lebih berkembang sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Walaupun koleksi yang
akan sia-sia apabila tidak dimanfaatkan oleh pengguna. Dapat dikatakan
bahwa tanpa pemanfaatan koleksi pengguna perpustakaan tidak akan
berfungsi sebagaimana diharapkan. Untuk menghindari fenomena di atas
maka perpustakaan harus menyediakan pelayanan yang baik, Pelayanan
Perpustakaan dikatakan bermutu apabila dapat memberikan pelayanan yang
lebih baik dat tepat kepada pengguna.
Badan Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara
adalah salah satu perpustakaan umum yang menyediakan layanan pengguna
kepada penyandang cacat seperti tunanetra. Berdasarkan hasil observasi
terhadap koleksi diduga koleksi yang ada akan mendukung tunanetra dalam
berbagai hal. Akan tetapi, Pengunjung tunanetra sendiri sangat minim yang
datang ke perpustakaan.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang pelayanan kepada tunanetra yang
disediakan oleh BAPERSASDA tersebut, penulis merasa tertarik untuk
mengamatinya. Dilatarbelakangi haltersebut,penulis menetapkan judul kertas
karya ini “PELAYANAN PENGGUNA TUNANETRA PADA BADAN PERPUSTAKAAN ARSIP DAN DOKUMENTASI (BPAD) PROVINSI SUMATERA UTARA”.
1.2Tujuan Penulisan Kertas Karya
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah:
1. Untuk mengetahui kegiatan pelayanan pengguna terhadap
tunanetra pada BPAD.
2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang hadapi oleh
Pustakawan dalam pelaksanan pelayanan pengguna tunanetra pada
BPAD.
1.3Ruang Lingkup
Sesuai dengan judul Proposal diatas,maka penulis mengadakan observasi
1.4 Metode Pengumpulan Data
Dalam penulisan ini metode yang dipergunakan dalam pengumpulan data
adalah:
1. Studi Kepustakaan (Library Research)
Dalam studi kepustakaan ini,pengumpulan data dilakukan dengan
mempelajari literatur yang sesuai dengan judul atau bahan pustaka
yang sesuai dengan judul atau bermacam-macam material yang
terdapat di perpustakaan ataupun berhubungan.
2. Studi lapangan(Field Research)
Yaitu pengamatan langsung ke lapangan pada objek yang diteliti
yaitu Badan Perpustakaan Arsip Dan dokumentasi (BPAD)
Provinsi Sumatera Utara .
3. Wawancara (interview) Mengadakan wawancara langsung dengan
staf dan pegawai perpustakaan,guna mendapatkan informasi yang
BAB II
TINJUAN PUSTAKA 2.1 Perpustakaan Umum
Perpustakaan umum sebagai sarana pendidikan untuk mendidik diri sendiri
dengan kata lain tempat mendapatkan pendidikan nonformal, mempunyai tugas
untuk menghimpun, memelihara dan mendayagunakan bahan perpustakaan untuk
kepentingan masyarakat Indonesia. Perpustakaan umum wadah yang sangat
penting dalam memberikan informasi dan pelayanan kepada masyarakat umum.
Perpustakaan Umum merupakan perpustakaan yang penunjang sumber belajar
sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan melayaninya tanpa membedakan suku
bangsa, agama, umur dan pendidikan.
Ada dua unsur utama dalam perpustakaan, yaitu buku dan ruangan. Dimasa
sekarang koleksi sebuah perpustakaan tidak hanya terbatas pada buku-buku, tetapi
dapat juga berupa film, slide atau lainnya, yang dapat diterima di perpustakaan
sebagai sumber informasi. Kemudian semua sumber informasi itu diorganisir,
disusun secara terartur, sehingga ketika pengguna membutuhkan suatu informasi
dapat dengan mudah menemukannya.
Dengan memperhatikan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa
perpustakaan adalah suatu unit kerja, tempat menyimpan koleksi bahan pustaka
yang diatur secara sistematis dan dapat dipergunakan oleh pemakainya sebagai
sumber informasi. Perpustakaan umum merupakan unit/satuan kerja, badan atau
lembaga membidangi pengembangan pengetahuan masyarakat yang berada dalam
jangkauannya. Bertugas mengumpulkan, menyimpan, mengatur, dan menyajikan
bahan pustaka untuk masyarakat umum.
Hasugian (2009 : 77) menyatakan bahwa Perpustakaan Umum adalah sebuah perpustakaan atau sistem perpustakaan yang menyediakan akses yang tidak terbatas kepada sumberdaya perpustakaan dan layanan gratiskepada warga masyarakat di daerah atau wilayah tertentu, yang didukung penuh atau sebagaian dari dana masyarakat.
dan penggunaanya oleh seluruh lapisan masyarakatdan memberikan kesempatan dan akses layanan bagi semua orang untuk memanfaatkannya.
Sulistyo-Basuki (1999 : 152) menyatakan bahwa Perpustakaan Umum
adalah perpustakaan yang didanai dari sumber yang berasal dari
masyarakat seperti pajak retribusi yang kemudian dikembalikan kepada
masyarakat dalam bentuk pelayanan.
Pendapat tersebut menunjukan bahwa perpustakaan umum merupakan
wadah pengetahuan yang mendukung kepentingan masyarakat umum sebagai
pusat informasi.
2.1.1. Tujuan Perpustakaan Umum
Secara umum tujuan dari perpustakaan umum adalah memberikan
kesempatan bagi umum untuk memanfaatkan bahan pustaka atau sumber informasi
yang dimiliki perpustakaan, untuk meningkatkan pengetahuan yang berguna dalam
memperbaiki kehidupan masyarakat. Perpustakaan Umum menyediakan sumber
informasi yang murah dan tepat mengenai topik-topik yang sedang hangat dalam
masyarakat maupun topik yang berguna bagi masyarakat. Selain itu perpustakaan
umum membantu warga mengembangkan kemampuan yang dimiliki sehingga
yang bersangkutan dapat bermanfaat bagi masyarakat sekitar.
Hermawan (2006 : 31) menyatakan bahwa perpustakaan umum mempunyai 5 tujuan utama yaitu:
a. Memberikan kesempatan kepada warga masyarakat untuk menggunakan bahan pustaka dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesejahteraannya.
b. Menyediakan informasi yang murah, mudah, cepat dan tepat yang berguna bagi masyarakat dalam kehidupannya sehari-hari.
c. Membantu dalam pengembangan dan pemberdayaan komunitas melalui penyediaan bahan pustaka dan informasi.
d. Bertidakan selaku agen kultur, sehingga menjadi pusat utama kehidupan budaya bagi masyarakat sekitarnya.
e. Memfasilitasi masyarakat untuk belajar sepanjang hayat.
Dari uraian di atas, dapat diketahui tujuan perpustakaan umum adalah
dalam meningkatkan pengetahuan dan menyediakaninformasi yang berguna bagi
kehidupan masyarakat.
Sedangkan menurut Taslimah Yusuf (1996 : 18) bahwa tujuan dari perpustakaan umum adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan minat baca serta mendayagunakan semua bahan pustaka yang tersedia di perpustakaan umum.
2. Mengembangkan kemampuan menacari, mengelola, dan memanfaatkan informasi yang tersedia di perpustakaan umum.
3. Mendidik masyarakat agar dapat memanfaatkan perpustakaan secara efektif dan efisien.
4. Meletakan dasar-dasar kea rah belajar mandiri.
5. Memupuk minat baca dan menumbuhkan daya apresiasi dan imajinasi masyarakat.
6. Mengembangkan kemampuan masyarakat untuk memecahkan masalah, bertanggung jawab dan berpartisipasi aktif dalam pembangunan nasional.
Berdasarkan uraian tujuan perpustakaan umum diatas, disimpulkan bahwa
perpustakaan umum memiliki tujuan untuk membina dan mengembangkan minat
baca masyarakat, belajar mandiri, jasa informasi serta untuk meningkatkan daya
kreatifitas dan aktifitas agar dapat berpartisipasi dalam pembangunan nasional.
2.1.2 Fungsi Perpustakaan Umum
Untuk mencapai tujuan di atas Perpustakan Umum mempunyai beberapa
fungsi yang harus dilaksanakan. Perpustakaan umum pad era informasi sekarang
ini mengarahkan pemikiran tentang fungsi perpustakaan umum semakin kompleks.
Secara umum fungsi perpustakaan menurut Hasugian (2009 : 82) adalah:
1. Penyimpanan 2. Pendidikan 3. Penelitian 4. Informasi 5. Kultural
6. Fungsi rekrearsi
Sedangkan dalam Buku Pedoman Perlengkapan Perpustakaan Umum (1992 : 5) adalah:
1. Menyediakan bahan pendidikan (Education)
4. Menyediakan bahan-bahan yang berisikan petunjuk, pedoman dan bahan-bahan rujukan bagi anggota masyarakat (Referensif)
5. Melestarikan bahan pustaka dan hasil budaya bangsa untuk dapat dimanfaatkan masyarakat umum (Dokumentari)
6. Menyediakan layanan penelitian (Riset kualitatif dan kuantatif)
Dari urian diatas, dapat disimpulkan bahwa perpustakaan umum memiliki
fungsi yang kompleks, selain sebagai sarana belajar, penelitian dan penembangan
minat baca, perpustakaan umum juga berfungsi sebagai tempat pelestarian bahan
pustaka lokal atau dengan istilah lain sebagai pusat deposit lokal.
2.2 Jenis-jenis Layanan
Kegiatan perpustakaan tidak dapat dilaksanakan secara maksimal tanpa
adanya layanan, karena layanan merupakan salah satu faktor yang menentuksn
keberhasilan suatu perpustakaan. Oleh karena itu perpustakaan harus berupaya
untuk menyediakan berbagai layanan yang sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Jenis layanan tersebut akan dibahas satu-persatu pada uraian berikut :
2.2.1 Pelayanan sirkulasi
Pelayanan sirkulasi adalah pelayanan yang diberikan oleh perpustakaan
kepada pengguna untuk memanfatkan koleksi perpustakaan. Definisi layanan
sirkulasi dalam Buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum
(2000 : 38), ”Layanan sirkulasi adalah kegiatan melayani pengguna jasa
perpustakaan dalam pemesanan, peminjaman dan pengembalian bahan pustaka
beserta penyelesaian administrasinya”. Sedangkan Darmono (2001 : 141),
”Layanan sirkulasi adalah layanan kepada pemakai perpustakaan berupa
peminjaman bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan”.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa layanan sirkulasi merupakan
kegiatan pelayanan peminjaman dan pengembalian bahan pustaka yang
Adapun tugas-tugas yang harus dilaksanakan pelayanan sirkulasi dinyatakan Sulistyo-Basuki (1991 : 257) yaitu sebagai berikut :
1. Mengawasi pintu masuk dan keluar perpustakaan.
2. Pendaftaran anggota, perpanjangan keanggotaan dan pengunduran diri anggota perpustakaan.
3. Meminjamkan serta mengembalikan buku dan memperpanjang waktu peminjaman.
4. Menarik denda dengan buku yang terlambat dikembalikan.
5. Mengeluarkan surat peringatan bagi buku yang belum di kembalikan pada waktunya.
6. Tugas yang berakitan dengan peminjaman buku, khususnya buku hilang atau rusak.
7. Bertanggung jawab atas segala berkas peminjaman. 8. Membuat statistic peminjaman.
9. Peminjaman antar perpustakaan.
10.Mengawasi urusan penitipan tas, jas, mantel dan sebagainya milik pengunjung perpustakaan.
11.Tugas lainnya terutama yang berkaitan dengan peminjaman.
Dari pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa pelayanan sirkulasi
memiliki tugas seperti pendaftaran anggota, peminjaman, perpanjangan waktu
peminjaman dan pengembalian buku, menarik denda bagi buku yang terlambat
dikembalikan, membuat statistik peminjaman serta tugas layanan terutama yang
berkaitan dengan peminjaman.
2.2.2 Pelayanan Referensi
Salah satu pelayanan yang ada di perpustakaan adalah pelayanan referensi.
Pelayanan ini merupakan suatu kegiatan yang membantu pengguna untuk
menemukan informasi yang dibutuhkan.
Menurut Sumardji (1992 : 11) pengertian layanan referensi adalah :
1. Salah satu kegiatan pokok yang dilakukan di perpustaaan yang khusus menyajikan koleksi refensi kepada para pemakai perpustakaan.
2. Suatu kegiatan layanan untuk membantu para pemakai/pegunjung perpustakaan menemukan informasi dengan cara :
a. Menerima pertanyaan- pertanyaan dari para pemakai perpustakaan dan kemudian menjawab dengan menggukan koleksi referensi.
b. Memberikan bimbingan untuk menemukan koleksi referensi yang diperlukan untuk menemukan informasi yang dibutuhkan oleh pemakai.
c. Memberikan bimbingan kepada pemakai perpustakaan bagaimana menggunakan setiap bahan pustaka koleksi referensi.
Sedangkan Darmono (2001 : 141), menyatakan bahwa : Layanan referensi adalah layanan yang diberikan oleh perpustakaan untuk koleksi-koleksi khusus seperti kamus, ensiklopedi, almanak, direktori, buku tahunan yang berisi informasi teknis dan singkat. Koleksi ini tidak boleh dibawa pulang oleh pengunjung perpustakaan tetapi hanya untuk dibaca di tempat.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan referensi
merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh perpustakaan untuk membantu para
pemakai perpustakaan menemukan informasi dan menggunakan koleksi referensi
seperti kamus, ensiklopedi, almanak, direktori serta buku tahunan dan lain
sebagainya.
2.2.3 Pelayanan Audiovisual
Selain pelayanan sirkulasi dan referensi, pelayanan audiovisual juga dapat
digunakan untuk membantu pengguna perpustakaan.
Dalam Perpustakaan Perguruan Tinggi : Buku Pedoman (1994 : 71) dinyatakan bahwa, “Pelayanan audiovisual adalah kegiatan meminjam bahan pustaka audiovisual kepada pengguna untuk ditayangkan dengan bantuan perlengkapannya di dalam perpustakaan”.
Sedangkan tujuan pelayanan audiovisual dalam Perpustakaan Perguruan Tinggi : Buku Pedoman (1994 : 71) adalah :
1. Menyediakan media khusus untuk tujuan pendidikan, pengajaran, penelitian dan rekreasi.
2. Memotivasi pengguna agar lebih banyak memanfaatkan fasilitas perpustakaan.
3. Meningkatkan kualitas penyampian informasi dan pesan pendidikan. 4. Meningkatkankan daya ingat pengguna melalui bahan pustaka
audiovisual disamping bahan bacaan.
Adapun bahan atau perlengkapan layanan audiovisual yang dibedakan menjadi tiga kelompok film dalam Perpustakaan Perguruan Tinggi : Buku Pedoman (2004 : 90) adalah:
1. Bahan perpustakaan yang melalui perlengkapannya hanya menampilkan citra, misalnya slaid, beningan (tranparancy), dan perpustakaan renik.
3. Bahan perpustakaan yang melalui perlengkapannya menampilkan citra disertai bunyi, misalnya kaset atau cakram video melalui mesin video, film suara melalui proyektor.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa layanan audiovisual
merupakan salah satu pelayanan yang dapat memberikan motivasi kepada
pengguna untuk menggunakan layanan yang ada di perpustakaan. Layanan
audiovisual juga terdiri dari berbagai macam bahan yang dapat dipakai pengguna
perpustakaan sesuai dengan kebutuhannya.
2.2.4 Pelayanan Terbitan Berseri
Salah satu jenis pelayanan yang dapat mendukung terselenggaranya
kegiatan yang ada di perpustakaan adalah pelayanan terbitan berseri.
Dalam Buku Pedoman Umum Pengelolaan koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi (1999 : 40), “Pelayanan terbitan berseri adalah kegiatan melayankan terbitan berseri kepada pengguna perpustakaan misalnya jurnal, surat kabar, majalah dan terbitan lain yang mempunyai kala terbit tertentu”.
Pelayanan terbitan berseri selalu memberikan informasi yang mutakhir
dalam setiap terbitannya. Terbitan ini juga merupakan sarana yang efektif dalam
pengembangan ilmu pengetahuan.
Menurut Saleh (1996 : 26) terbitan berseri mempunyai peran sebagai berikut :
1. Memberikan ruang untuk menampung ide, gagasan, pengalaman seseorang.
2. Menjadi media untuk menyampaikan hasil-hasil penemuan terbaru dalam bidang tertentu.
3. Sumber untuk memperluas wawasan seseorang. 4. Sumber untuk mengetahui keahlian seseorang.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terbian berseri adalah salah
satu jenis koleksi yang dibutuhkan di perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan
informasi pengguna perpustakaan. Dengan adanya pelayanan terbitan berseri
2.2.5 Pelayanan Bimbingan Pengguna
Pelayanan bimbingan pengguna merupakan salah satu pelayanan yang ada
di perpustakaan dalam rangka menambah pengetahuan pengguna tentang
perpustakaan.
Dalam Buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaaan Umum
(2000 : 39) “Bimbingan pengguna perpustakaan yaitu memberikan
penjelasan penggunaan perpustakaan kepada sekelompok pengguna baru
perpustakaan”.
Sedangkan Dalam Buku Pedoman Umum Perpustakaan Perguruan Tinggi
(1979 : 19) “Pendidikan pemakai adalah usaha bimbingan atau petunjuk
kepada pemakai tentang cara memanfaatkan koleksi bahan pustaka yang
disediakan secara efektif dan efisien”.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan pendidikan
pengguna dimaksudkan untuk dapat memanfaatkan layanan dan fasilitas yang
tersedia di perpustakaan dan untuk membantu mencari bahan-bahan yang
diperlukan oleh pengguna perpustakaan.
Secara umum tujuan bimbingan pengguna menurut Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (1994 : 75) adalah :
1. Meningkatkan keterampilan pengguna agar memanfaatkan perpustakaan.
2. Membekali pengguna dengan teknik yang memadai dan sesuai untuk menemukan informasi subjek tertentu.
3. Meningkatkan pemanfataan sumber dan pelayanan perpustakaan. 4. Menyiapkan pengguna agar dapat mengantisipasi perkembangan ilmu
dan teknologi.
Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa tujuan diadakannya
bimbingan pengguna di perpustakaan terutama untuk meningkatkan minat dan
keterampilan pengguna perpustakaan untuk menemukan informasi yang sesuai
dengan kebutuhan, sehingga pengguna dapat memanfaatkan perpustakaan secara
2.3 Pelayanan Pengguna
Pelayanan perpustakaan merupakan tugas penting dari setiap perpustakaan
untuk melayani masyarakat umum. Pelayanan perpustakaan berarti kesibukan
yang tidak ada akhirnya, kecuali perpustakaan menyatakan jam layanan ditutup.
Menurut Darmono (2006 : 34) dalam pelayanan , perlu diperhatikan asas sebagai berikut :
1. Selalu berorentasi kepada kebutuhan dan kepentingan pemakai perpustakaan.
2. Layanan yang diberikan atas dasar keseragaman, keadilan, merata dan memandang pemakai perpustakaan sebagai satu kesatuan yang menyeluruh dan tidak di pandang secara individual.
3. Layanan perpustakaan dilandasi dengan tata aturan yang jelas dengan tujuan untuk mengoptimalkan fungsi layanan. Peraturan perpustakaaan perlu didukung oleh semua pihak agar layanan perpustakaan dapat berjalan dengan baik.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan adalah sebuah
organisasi yang bergerak di bidang jasa penyebarluasan informasi karena itu
perpustakaan harus menyediakan bahan – bahan yang diperlukan oleh
penggunanya kapan pun bahan pustakadiperlukan. Pelayanan pengguna
merupakan bagian kegiatan perpustakaan. Pelayanan pengguna yaitu kegiatan
pemberian layanan, bimbingan informasi agar pemakai perpustakaan dapat
menggunakan bahan pustaka dengan mudah, cepat dan tepat serta jelas dimengerti
oleh pemakai perpustakaan.
2.3.1 Pengertian Pelayanan Pengguna
Pelayanan pengguna merupakan salah satu kegiatan utama di perpustakaan
sebab perpustakaan adalah organisasi yang bergerak di bidang jasa yang
diindentik dengan layananya. Melalui pelayanan perpustakaan tersebut pengguna
akan memperoleh informasi secara optimal serta memnafaatkan berbagai sarana
penelusuran yang tersedia, seperti kartu catalog dan OPAC.
dibutuhkannya secara optimal dari berbagai media dan memanfaatkan berbagai alat bantu penelusuran yang tersedia.
Sedangkan menurut Darmono (2006 : 134) bahwa pelayanan perpustakaan
adalah menawarkan semua bentuk kolesi yang dimiliki perpustakaan
kepada pemakai yang datang ke perpustakaan dan meminta informasi yang
dibutuhkannya.
Selain pendapat di atas Soeatminah (1992 : 138) menyatakan bahwa
pelayanan perpustakaan adalah kegiatan kerja yang berupa pemberian
bantuan kepada pemakai perpustakaan dalam proses peminjaman dan
pengembalian pustaka.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan pengguna adalah
kegiatan pemberian bantuan kepada pengguna untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan agar para pengguna dapat memanfaatkan bahan pustaka sebaik-
baiknya.
2.3.2 Tujuan Pelayanan Pengguna
Sebagai organisasi perpustakaan harus mempunyai tujuan yang jelas agar
perpustakaan dapat menentukan target yang akan dicapai. Setiap perpustakaan
mempunyai tujuan-tujuan yang berbeda–beda, tetapi pada dasarnya tujuan
perpustakaan adalah kepuasan pengguna.
Darmono (2006 : 135) menyatakan bahwa tujuan layanan perpustakaan adalah membantu memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat tentang informasi yang sesuai dengan kebutuhan. Membantu memenuhi kebutuhan dimaksudakan agar memberikan layanan kepada pengguna untuk mencari informasi yang dibutuhkan dengan cepat dan tepat sedangkan tuntutan masyarakat tentang informasi yang ibutuhkan yang sesuai dengan kebutuhan dimaksud agar segala kebutuhan informasi sesuai yang dikehendaki pembaca.
Dari paparan di atas dapat diambil kesimpulan yaitu tujuan layanan
pelayanan adalah memberikan jasa pelayanan perpustakaan kepada pengguna
kebutuhan pengguna dengan demikian koleksi bahan pustaka dapat dimanfaatkan
semaksimal mungkin demi pencapaian tujuan perpustakaaan.
2.3.3 Fungsi Pelayanan Pengguna
Menurut Trimo (1986 : 56) fungsi pelayanan pengguna adalah sebagai berikut:
a. Memberikan stimulasi dan guidance untuk memenuhi minat dan kebutuhan anak dan untuk memperluas wawasan membaca mereka. b. Membantu para Mahasiswa/Mahasiswi yang sedang mengerjakan
laporan dan proyek lainya serta kegiatan mereka.
c. Mengajar para Mahasiswa/Mahasiswi bagaimana menggunakan buku dan fasilitas lainnya, dan membantu mengembangkan kecakapan mereka tentang perpustakaan.
d. Memberikan bantuan kepada para pengajar dan perencanaan kurikulum dan ikut menyelesaikan problem khusus dalam bidang kurikulum pengajar.
e. Membantu program-program inservice traning dan perkembangan profesi para Dosen/Guru dan para Mahasiswa/Mahasiswi dalam menggunakan perpustakaan.
f. Memberikam pelayanan kepada masyarakat untuk keperluan pengaruh perpustakaan dan memajukan suatu pembaca.
Menurut Martoadmojo (1993 : 6) : fungsi layanan perpustakaan adalah
mempertemukan pembaca dengan bahan pustaka yang mereka minati.
Uraian di atas dapat menghasilkan kesimpulan bahwa fungsi pelayanan
pengguna adalah membantu pengguna untuk menemukan informasi dalam
memenfaatkan koleksi perpustakaan yang dibutuhkan oleh pengguna
perpustakaan.
2.4 Pelayanan Pengguna Tunanetra
Perpustakaan sudah seharusnya menyediakan koleksi dan melayani
pengguna dari semua kalangan tak terkecuali penyandang cacat. Dalam praktek
sehari-hari terbukti bahwa penyandang cacat relatif kurang mendapatkan
pelayanan yang memadai baik mengenai koleksi-koleksi buku, format media
bahan pustaka, ataupun dari segi layanan dan komunikasi. Untuk memenuhi
cacat secara adil, maka dipandang perlu untuk memperhatikan beberapa hal
seperti bangunan perpustakaan, layanan dan program-program pelayanan
pengguna.
Pada saat pengguna masih berada di luar gedung perpustakaan,
keberadaan mereka sudah harus diperhatikan misalnya dengan simbol khusus bagi
para pengguna cacat dekat dengan pintu perpustakaan, kemudahan untuk melihat
tanda lalu lintas, lampu penerangan yang memadai, permukaan pintu masuk yang
tidak licin, tangga yang landai. Ketika menuju gedung perpustakaan, beberapa hal
harus mendapatkan perhatian juga misalnya space yang cukup depan pintu masuk
dan pintu masuk yang lebar, pintu kaca bertanda untuk tunanetra, tanda piktogram
menuju lift, elevator dengan penerangan cukup dan tanda dalam huruf braille .
Tunanetra merupakan salah satu jenis kelainan pada indra (sensory), yaitu
kelainan pada indra penglihatan (mata). Secara umun istilah tunanetra digunakan
untuk menggambarkan kelainan penglihatan dari tingkatan ringan sampai berat
atau buta. Dalam konteks pendidikan seseorang dikatakan tunanetra apabila untuk
mencapai prestasi belajar yang optimal diperlukan berbagai adaptasi atau
penyesuaian komponen pendidikan. Ketunanetraan ini berimplikasi langsung pada
kemampuan tunanetra dalam mengakses informasi. Hal ini berarti bahwa
kebutaan akan mengakibatkan keterbatasan dasar pada individu, seperti dalam
jenjang variasi pengalaman, kemampuan memperoleh sesuatu atau melakukan
perjalanan, dan mengontrol lingkungan dalam hubungannya dengan alam sekitar.
Khoerunnisa (2010 : 1) menyatakan bahwa tunanetra adalah suatu kondisi
dari mata atau indra penglihatan yang karena sesuau hal tidak berfungsi
sebagai mana mestinya, sehingga mengalamai keterbatasan dan atau
ketidakmampuan melihat.
Sedangkan menurut Purwanto (1998 : 50) bahwa tunanetra adalah
hilangnya indra penglihatan akan membawa berbagai dampak baik secara
mekanis maupun psikologis. Indra penglihatan merupakan indra pemadu
segala rangsang yang diterima individu.
Dari urain di atas dapat menghasilkan kesimpulan bahwa tunanetra adalah
hilangnya indra penglihatan sehingga mengalami keterbatasan dan
ketidakmampuan untuk melihat dengan sempurna harus menggunakan alat bantu
berupa tulisan huruf Braille.
Safaruddin (2010 : 8) menyatakan bahwa pada prinsipnya pengelolaan perpustakaan dan lingkungan belajar penyandang tunanetra sama dengan pengelolaan perpustakaan dan lingkungan belajar orang-orang nonberkebutuhan khusus. Namun demikian ada hal-hal khusus yang tidak menjadi kebutuhan orang pada umumnya tetapi menjadi kebutuhan penyandang tunanetra. Oleh karena itu perpustakaan dan lingkungan belajar penyandang tunanetra perlu dikelola oleh pihak yang tetkait dengan strategi khusus antara lain,
1. Setiap ruang perpustakaan, tempat dimana penyandang tunanetra memperoleh informasi dan tempat duduk, meja, sampai rak-rak buku perlu diberi tandayang dapat diraba oleh tunanetra. Tanda ini dapat berupa tulisan hurus Braille maupun tanda-tanda tertentu, misalnya relief-relief gambar.
2. Pengaturan ruangan hendaknya memperhatikan keluluasaan gerak pada penyandang tunanetra agar tidak menggangu mobilitas mereka. Ruangan hendaknya tidak terlalu sempit dan jarak antara rak satu dengan rak yang lainnya dapat dilalui oleh dua orang atau lebih.
3. Layanan berbasis teknologi diperlukan bagi penyandang tunanetra untuk mengakses informasi. Layanan perpustakaan bagi tunanetra yang mempunyai kelainan sedemikian rupa tentu saja memerlukan berbagai alat yang dapat membantu penyandang tunanetra untuk dapat mengakses informasi. Berbagai alat bantu yang telah dikembangkan oleh berbagai pihak yang menaruh minat pada teknologi layanan bagi tunanetra, menghasilkan alat-alat yang bersifat manual, mekanis, sampai alat elektronik yang canggih.
Dari urain di atas menyatakan bahwa pengelolaan perpustakaan untuk
tunanetra harus memadai fasilitas, memberi tanda dengan huruf braille di rak-rak
buku agar dapat diraba penyandang tunanetra dan ruang geraknya tidak terlalu
sempit .
With Speech (JAWS), Printer Braille (Impact Printer), Open Book scanner,
DAISY Player (Digital Ascesible System Player), Buku bicara (Digital Talking Book), Termoform, dan telesensory.
Dari uraian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa pelayanan pengguna
tunanetra adalah memberikan layanan kepada pengguna tunanetra dengan segala
keterbatasan fisik di milikinya dalam mencari informasi sesuai dengan
kebutuhannya sehingga informasi yang dibutuhkan dapat terpenuhi.
2.4.1 Komputer Berbicara
Khoerunnisa (2010 : 4) menyatakan bahwa Komputer Berbicara adalah Komputer dengan program JAWS. Komputer yang memudahkan penyandang tunanetra mengakses informasi dari internet maupun ketika mengetik adalah computer yang memiliki aplikasi screen reader yang disebut JAWS.
Cara kerja aplikasi screen reader yaitu komputer menerangkan tampilan
yang ada pada layar monitor (screen) dengan suara. Mulai dari menu program
yang tersedia, sampai menginformasikan dimana letak kursor dan menerangkan
tulisan apa saja yang terbaca pada screen (membaca kata perkata maupun huruf
demi huruf).
Suara yang dihasilkan oleh JAWS terkesan seperti robot yang berlogat
barat. Kecepatannya pun dapat diatur, dipercepat maupun diperlambat. Program
JAWS dapat juga mentranslate kata dari Bahasa Indonesia ke bahasa Inggris
(saduran dari kamus Hasan Sadili). Pembrailannya pun menggunakan dua
program, yaitu Duxbury dan MBC MBC (Mitra Netra Braille Conventer).
Duxbury merupakan program dari luar negeri, sedangkan MBC berasal dari
Indonesia. Persamaan dari keduanya adalah dapat mengubah tulisan Braille ke
tulisan awas maupun sebaliknya. Namun, proses ini memilki kelemahan yaitu file
yang disimpan formatnya akan berubah dan simbol-simbol khusus (misal arab dan
Gambar 1. Komputer Berbicara
Dari uraian di atas komputer berbicara adalah komputer yang
menggunakan program jaws yang mengeluarkan suara saat di gunakan
penyandang tunanetra dengan berbahasa inggris.
2.4.2 Huruf Braille
Huruf Braille ditemukan oleh Louis Braille (1809-1852), seorang guru
berkebamgsaan Perancis yang mengalami kebutaan pada usia 3 tahun. Braille
menemukan sistem cetakan dan tulisan khusus untuk penderita tunanetra ini pada
tahun 1824 saat masih menjadi siswa pada Institution Nationale des Jeunes
Aveugles (National Institute for Blind Children), Paris, Perancis.
Tulisan braille berupa huruf-huruf timbul yang sederhana dan praktis dan
metoda membaca dipakai diseluruh dunia. Tulisan braille yang ditulis menonjol
atau timbul di atas kertas dan dibaca dengan cara meraba secara lembut dan
perlahan tulisan, terdiri atas 6 titik atau lubang dan dijadikan 2 baris,
masing-masing 3 titik dari atas kebawah. Jika hanya titik pertama dari baris pertama yang
timbul, itu huruf a, jika titik pertama dan kedua dari baris pertama yang timbul itu
huruf b. Tulisan braille terdiri dari 63 karakter, yang meliputi huruf, angka, tanda
baca, tanda ulang, huruf besar .
Pada tahun 1932, tulisan braille diakui sebagai Standard English Braille
oleh perwakilan dari perkumpulan penyandang cacat netra seInggris Raya dan
Amerika Serikat. Untuk melengkapi dan menyempurnakan tulisan braille, pada
tahun 1065 The Nemeth Code of Braille Mathematics and Scientific Notation
memodifikasi tulisan braille yang mewakili bermacam-macam simbol khusus
banyak tulisan braille yang dimodifikasi untuk penulisan notasi musik, tulisan
cepat (stenografi) dan macam-macam bahasa di dunia. Saat ini, tulisan tangan
dengan menggunakan tulisan braille sudah dimungkinkan dengan menggunakan
alat yang bernama ”slate”. Yang terdiri dari 2 buah lembaran baja, yang
dihubungkan dengan menggunakan sendi yang berguna untuk memasukkan
selembar kertas diantaranya.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa tulisan penemuan Louis Braille sangat
berperan penting untuk membantu para penyandang cacat netra mengatasi kendala
dalam bersosialisasi dan berkomunikasi antar sesama penyandang cacat netra dan
dengan masyarakat umum. Kendala ini dapat teratasi karena masalah pokok
penyandang cacat netra adalah individu yang mempunyai kelainan fisik (physical
handicap) yang berpengaruh terhadap fungsi sosial dan fungsi emosional, yang
termanifestasi dalam bentuk gangguan kepribadian (sikap pasif dan sikap ragu)
serta gangguan dalam penyesuaian diri (rendah diri, kurang berani mengenal
orang lain, merasa tidak berguna). Karena tulisan braille sudah diakui sebagai
standar cetakan dan tulisan bagi penyandang cacat netra, sehingga para
penyandang cacat netra tidak perlu takut dan cemas untuk berkomunikasi dengan
sesamanya, karena mereka mempunyai ”tilisan” sebagai akses yang bisa dipakai
sebagai identitas diri, dimana hal ini nantinya akan menumbuhkan keberanian
mereka untuk berkomunikasi dengan orang normal dan melakukan tugas dan
fungsinya dalam masyarakat, tanpa terganggu oleh ketunaannya, sama dengan
orang normal.
Gambar 2. Huruf Braille
Sumber: http://www.medantalk.com/teknologi-informasi-untuk-tunanetra(2013)
Dari urain di atas dapat disimpulkan bahwa huruf braille adalah kode
didasarkan enam tiitk dengan membaca dari kiri ke kanan yang di susun dalam
dua kolom tiga titik.
2.4.3 Printer Braille
Khoerunnisa (2010 : 4) menyatakan bahwa Printer Braille memiliki cara
kerja yang mirip dengan printer dot matrix. Proses pencetakan dilakukan
dengan cara pengetukan pada kertas, sehingga printer ini lebih bersuara
jika dibandingkan dengan printer tinta. Printer braille terdiri dari dua tipe,
yaitu COMET dan BRAILLO NORWAY (tipe 200 dan 400). Perbedaan dari
dua tipe ini terletak pada hasil cetakannya. Printer COMET hanya dapat
mencetak dari dua sisi (satu muka), sedangkan BRAILLO NORWAY dapat
mencetak dua sisi (bolak-balik).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa printer braille mengeluarkan
suara dengan memiliki 2 tipe yaitu COMET dan BRAILLO NORWAY
perbedaannya pada saat mencetak.
Gambar 3. Printer Braille
[image:30.595.240.384.593.712.2]2.4.4 Digital Ascesible System (DAISY) Player
PlayerDigital Ascesible System (DAISY)Player. DAISY Player digunakan
untuk mempermudah penyandang tunanetra untuk memperoleh informasi dari
buku tertentu yang telah diubah menjadi bentuk suara. Kecepatan dan volume
suara dapat diatur sedemikian rupa sesuai kebutuhan. Buku bicara yang digunakan
untuk DAISY player ini berupa compact disk.
Gambar 4. DAISY Player
Sumber: http://www.hksb.org. (2013)
2.4.5 Buku bicara (Digital Talking Book)
Buku bicara pada dasarnya memiliki cara kerja yang hampir sama dengan
buku berbicara dalam bentuk compact disk (CD). Hanya saja pengoperasian kaset
[image:31.595.221.403.516.639.2]bicara harus menggunakan radio tape.
Gambar 5. Digital Talking Book
2.4.6 Termoform
Termoform merupakan mesin pengganda (copy) bacaan penyandang
[image:32.595.231.429.202.332.2]tunanetra dengan penggunakan kertas khusus, yaitu braillon.
Gambar 6. Termoform
Sumber: http://www.ilanlisteleri.com/-6/posts/11__Makineleri_Sanayi/0/(2013)
2.4.7 Telesensory
Telesensory merupakan suatu alat yang digunakan untuk memperbesar
huruf awas agar terbaca oleh penderita tunanetra low vision.
Gambar 7.Telesensory
Sumber : http://shopping.telesensory.com/(2013)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan pengguna
tunanetra adalah memberikan layanan kepada penyadang tunanetra dengan
memberikan fasilitas buku secara manual yaitu buku braille maupun teknologi
seperti komputer berbicara, buku elektronik, yang menggunakan program jaws.
[image:32.595.212.414.479.611.2]memfasilitasi penyandang tunanetra untuk mengakses informasi, memotivasi
penyandang tunanetra mencintai perpustakaan dan dapat mewujudkan
perpustakaan ideal bagi penyandang tunanetra. Pihak yang terkait harus juga lebih
memperhatikan penyandang tunanetra dengan memberikan layanan perpustakaan
berbasis teknologi agar supaya penyandang tunanetra termotivasi untuk mencintai
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Gambaran Umum Pada Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara
Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara
merupakan lembaga teknis yang dibentuk Provinsi Sumatera Utara berdasarkan
Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2002 dalam rangka pelaksanaan otonomi
Daerah. Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara
juga sebagai salah satu lembaga terkait Daerah sesuai dengan teknis Daerah sesuai
peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No.9 Tahun 2008 tentang organisasi
dan tata kerja Lembaga Teknis Daerah Provinsi Sumatera Utara.
Sebelum menjadi badan, namanya adalah Perpustakaan Wilayah beralamat
di Jl.Jambi, pindah ke Jl. Cik Ditiro No. 1, pindah lagi ke Jl. Serdang No. 18
pindah lagi ke Jl. Iskandar Muda dan sekarang di Jl. Bringjend Katamso No. 45 K
Medan. Berdasarkan keputusan Presiden No. 11 Tahun 1999 tentang Perpustakaan
Nasional RI yang dulunya Perpustakaan Wilayah berubah menjadi Perpustakaan
Daerah Sumatera Utara. Kemudian setelah lahirnya Kepusan Presiden No. 50
Tahunn 1997 dan Keputusan Kepala Perpustakaan Nasional RI No. 44 Tahun
1998 namanya berubah menjadi Perpustakaan Nasinal Provinsi Sumatera Utara.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.38 Tahun 2007 bahwa
Perpustakaan dan kearsipan merupakan unsur urusan wajib Pemerintah, pimpinan
oleh seorang Kepala Badan berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab
kepada Gubernur Sumatera Utara melalui Sekretaris Daerah. Maka Badan
Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara senantiasa
berupaya melakukan perbaikan dan revitalisasi sesuai dengan tuntutan perubahan
yang terjadi.
Pelayanan yang disediakan kepada penyadang cacat yaitu tunanetra pada
Tahun 2009. Perpustakaan memberikan layanan kepada penyandang cacat
bersuara. Ruangan untuk layanan ini menyatu dengan layanan audiovisual di
ruangan remaja.
3.2Visi dan Misi
a. Visi BPAD Provinsi Sumatera Utara
Visi berkaitan dengan pandangan ke depan menyangkut kemana Badan
Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara di masa depan,
dan diarahkan agar dapat berkarya secara konsisten dan tetap eksis, antipatif,
inovatif serta produktif. Visi tersebut digali dari keyakinan dasar dan nilai- nilai
yang dianut oleh seluruh anggota organisasi, dengan mempertimbangkan faktor
lingkungan sekitarnya. Visi Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi
Sumatera Utara adalah “Menjadi Lembaga Pembina dan Pengembang
Perpustakaan, Kearsipan danDokumentasi yang Profesional” Untuk mewujudkan
visi tersebut, perlu dirumuskan misi yang menggambarkan amanah apa yang harus
dituntaskan oleh organisasi, agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil
sesuai dengan visi yang ditetapkan.
b. Misi BPAD Provinsi Sumatera Utara
Misi adalah sesuatu yang diemban atau dilaksanakan sebagai penjabaran
visi yangtelah ditetapkan. Dengan adanya misi, diharapkan seluruh pegawai dan
pihak-pihak terkait lain yangberkepentingan dapat mengenal Badan Perpustakaan,
Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara dan mengetahui peran dan
program-program serta hasil yang akan datang.Misi Badan Perpustakaan Arsip
dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara adalah:
1. Mengumpulkan dan menyelamatkan karya cetak, karya rekam, karya tulis
dan naskah-naskah /dokumentasi sebagai hasil karya budaya bangsa.
2. Meningkatkan promosi gemar budaya baca dan masyarakat sadar arsip.
3. Meningkatkan pelayanan bagi pemustaka, pengguna arsip yang berbasis
teknologi informasi guna mendukung kegiatan menulis, meneliti,
berdiskusi dan wisata baca.
4. Meningkatkan pembinaan dan pengembangan semua jenis perpustakaan
5. Mendorong pengembangan kwalitas Sumber Daya Manusia guna
mendukung tata Pemerintahan yang baik.
3.3 Struktur Organisasi
Berdasarkan Perda Nomor 4 Tahun 2001 tentang Pembentukan Lembaga
Teknis Daerah Povinsi Sumatera Utara dan Keputusan Gubernur Sumatera
Utara Nomor: 061.293.K/Tahun 2002 tentang Tugas dan Tata Kerja Badan
Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara struktur
organisasi BPAD Propsu .
[image:36.595.116.513.319.686.2]Tata Kerja Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara struktur organisasi BPAD Propsu
Gambar 8: Bagan Organisasi Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi
Sumber : Profil BPAD Propsu (2013)
Untuk bagian kesekretariatan dikepalai oleh seseorang kepala bagian
sekretariat membawahi sub bagian umum, sub bagian keuangan dan sub bagian
program. Adapun yang menjadi tugas di bagian sekretariat ini adalah yang
berkaitan dengan urusan surat menyurat, administrasi, kepegawaian dan urusan
rumah tangga perkantoran dan urusan keuangan.
Untuk bidang arsip daerah di kepalai oleh seseorang kepala bidang yang
membawahi tiga sub bidang yakni sub bidang pengelolaan arsip inaktif, sub
bidang pengelolaan arsip statis dan sub bidang pembinaan kearsipan. Bidang ini
adalah merupakan peleburan dari kantor arsip daerah provinsi Sumatera Utara
Adapun tugas bidang kearsipan ini mengurus berbagai hal yang berkaitan dengan
masalah kearsipan.
Bidang Pembinaan perpustakaan membawahi dua sub bidang yakni sub
bidang sumberdaya manusia dan sub bidang kelembagaan. Adapun tugas dibagian
pembinaan perpustakaan ini adalah melakukan pembinaan sumber daya manusia
dan melakukan pembinaan semua jenis perpustakaan.
Bidang pengembangan dan pengelolaan membawahi dua sub bidang yakni
sub bidang deposit dan sub bidang pengembangan dan pengolahan bahan pustaka.
Tugas bagian ini adalah untuk melakukan pemasyarakatan UU Nomor 4 Tahun
1990 tentang serah simpan karya cetak dan karya rekam serta melakukan
pengadaan dan pengolahan bahan pustaka. Bidang Layanan Perpustakaan
membawahi dua sub bidang yakni sub bidang layanan dan sub bidang automasi
dan multimedia. Tugas di bagian ini adalah melaksanakan layanan informasi,
melakukan kerjasama dan automasi, bibliografi, serta melakukan kegiatan
promosi perpustakaan seperti melakukan pameran, perlombaan, serta membuat
literatur sekunder.
3.4 Pelayanan Pengguna Tunanetra
Pelayanan yang diberikan BPAD Propsu kepada tunanetra yaitu buku
menggunakan program jaws. Koleksi-koleksi buku yang di dapat dari pembelian.
Jumlah koleksi untuk pengguna tunanetra 300 judul.
Kendala yang sering dihadapi pustakawan ketika menghadapi tunanetra
adalah pada saat mencari informasi yang di butuhkannya dan menuntunnya keluar
ruangan baca karena ruang bacanya bersatu dengan Ruang Baca Anak Dewasa B
sehingga ruang gerak untuk keluar tidak bebas. BPAD Propsu memberikan
motivasi semagat dalam minat baca dengan cara mengadakan kegiatan lomba
membaca huruf Braille dan lomba membaca puisi.
[image:38.595.116.511.287.697.2]Gambar 9: Ruang Baca Tunanetra bergabung dengan Ruang Anak Dewasa B
Tata letak ruangan untuk penyadang tunanetra BPAD Propsu belum
memadai untuk ruang gerak untuk mencari informasi. Seharusnya ruang bagi
penyandang tunanetra harus di bedakan bergabung dengan Ruang Anak Dewasa B
agar tunanetra dapat bebas dalam pergerakan dan memberikan tulisan di rak buku
dengan bertuliskan huruf braille atau tulisan timbul, agar tunanetra dapat mudah
mencari informasi dibutuhkan sesuai dengan kebutuhanya.
3.5 Pelayanan Pengguna
Pelayanan pengguna adalah pelayanan yang menyelenggarakan
pemanfaatan dan penyebarluasan informasi atau bahan pustaka untuk setiap
pengguna perpustakaan. BPAD Propsu memberikan layanan kepada semua
pengguna tanpa membedakan status sosial, ras agama,pendidikan dan yang
memiliki keterbatasan fisik seperti penyandang tunanetra.
3.5.1 Kelompok Pengguna
Kelompok pengguna Perpustakaan BPAD Propsu yaitu semua kalangan
masyarakat dari anak-anak sampai orang dewasa tanpa membedakan status sosial
dan pendidikan maupun mereka yang penyandang cacat seperti tunanetra.
3.5.2 Sistem Pelayanan
Perpustakaan BPAD Propsu dalam memberikan layanan kepada
penggunya menetapkan sistem dan kegiatan pelayanan. Sistem yang diterapkan
pada BPAD Propsu kepada layanan tunanetra adalah sistem layanan terbuka
dimana pengguna dapat secara langsung dapat memilih, menemukan dan
mengambil bahan pustaka yang dikehendaki dengan memilih bantuan kepada
pustakawan agar pengguna tunannetra dapat menemukan informasi yang
diinginkanya.
3.5.3 Jenis- jenis Pelayanan Pengguna Tunanetra
1. Keanggotaan
Anggota BPAD Propsu adalah seluruh masyarakat tanpa membedakan
status sosial, ras agama, pendidikan, maupun mereka yang penyandang cacat
seperti tunantera. Tunanetra yang ingin mendaftar menjadi anggota BPAD
huruf braille. Penyandang tunanetra di isikan oleh keluarga atau yayasan yang
bertanggungjawab ataupun meminta bantuan kepada masyarakat.
Syarat pendaftaran anggota BPAD Propsu untuk tunanetra adalah :
1. Isi formulir permohonan menjadi anggota boleh di isikan oleh keluarga maupun
yayasan yang beretanggung jawab
2. Lampirkan Pas Poto ukuran 2 x 3 sebanyak 1 lembar
3. Lampirkan foto kopi indentitas yang digunakan (masih berlaku)
4. Lama peminjaman emapat belas hari lamanya dan bila mana diperlukan dapat
diperpanjanag selama 2 minggu
5. Tiap anggota dapat meminjam buku maksimal 2 buku.
6. Bagi pemustaka yang menggunakan fasilitas komputer dengan program jaws
maksimal 2 jam/hari dan dapat dilanjutkan apabila pengguna lain tidak ada.
7. Setelah dilengkapi dengan pas poto, foto kopi Kartu Siswa serta disahkan oleh
Kepala sekolah , Yayasan Tunanetra bersekolah berkas di masukkan ke dalam
Gambar 11 : Contoh formulir anggota perpustakaan
Sumber : BPAD Propsu (2013)
Kartu anggota akan diberikan kepada anggota perpustakaan. Kartu
perpustakaan inilah menjadi sarana indentitas bagi calon peminjaman atau
Depan Belakang
Gambar 12 : Contoh Kartu Anggota Perpustakaan
Sumber : BPAD Propsu (2013)
Setelah calon anggota menggurus kartu anggota dan memenuhui
persyaratan keanggotaan maka pengguna tunanetra mendapatkan kartu anggota
atau kantong pinjam. Pengguna sah dalam meminjamankan dan menggunakan
buku Braille.
Jumlah anggota Tunanetra pada BPAD Propsu pada tahun 2013 sebanyak
150 orang, sebagian besar anggota BPAD Propsu berasal dari yayasan yang
bertanggung jawab terhadap tunanetra.
2. Peminjaman
Peminjaman bahan pustaka adalah pelayana sirkulasi yang berupa kegiatan
pencatatan bukti bahwa pemakai atau anggota perpustakaan meminjaman bahan
pustaka. Pada BPAD Propsu tunanetra dalam peminjaman buku dengan
menayakan pustakawan dimana letak buku yang dicarinya berada dan setalah
dicarinya atau tidak. Buku yang dibutuhkannya diberikannya kepada pustakawan
untuk mencatat tanggal pengembalian pada buku peminjamn dan slip
pengembalian. Buku yang di pinjam pada BPAD Propsu maksimal 2 buku saja
dan lama peminjaman buku selama 2 minggu .
Prosedur peminjaman bahan perpustakaan BPAD Propsu adalah sebagai
berikut :
a. Peminjaman boleh langsung dan mencarinya sendiri atau meminta bantuan
kepada petugas perpustakaan ke ruang koleksi dengan menunjukkan kartu
anggota.
b. Mengambil sendiri buku yang diperlukan atau meminta bantuan kepada petugas
perpustakaan.
c. Buku yang dipinjam ditunjukkan kepada petugas perpustakaan.
d. Petugas perpustakaan mencatat tanggal pengembalian pada peminjaman dan
slip pengembalian.
Gambar 13: Flowchart peminjaman koleksi braille pada BPAD Propsu
Sumber : BPAD Propsu
3. Pengembalian
Dalam pelayanan pengembalian bahan perpustakaan adalah merupakan
kelanjutan dari pelayanan peminjaman suatu bahan perpustakaan. Lama
peminjaman yang diberikan kepada penyandang tunanetra hanya dua minggu.
Setelah habis masa peminjaman maka tunanetra wajib mengembalikan buku, pada
BPAD Propsu tunanetra bisa menitipkannya kepada keluarga untuk kepada
yayasan yang bertanggung jawab mengembalikan buku yang sudah di pinjam. Mulai
Stop Buku
Mencatat peminjaman
Stempel tanggal
Memberi buku dan meminta kartu pada pengguna Dapat dipilih dan dipinjam
Memberitahu Pengguna
Stop
Prosedur pengembalian bahan perpustakaan BPAD Propsu adalah sebagai
berikut :
a. Peminjam menyerahkan bahan perpustakaan yang telah di pinjam kepada
petugas
b. Petugas menerima dan memeriksa bahan perpustakaan yang dipinjam apakah
bahan perpustakaan yang dikembalikan dalam keadaan baik atau tidak.
c. Jika tidak terjadi kerusakan maka petugas memeriksa apakah bahan
perpustakaan yang dikembalikan dalam keadaan baik atau tidak.
d. Petugas mengambil kartu peminjaman dari kotak kartu peminjaman atas nama
anggota tersebut.
e. Petugas mengembalikan kartu buku pada kantung buku
Gambar 14: Flowchart pengembalian koleksi braille pada BPAD Propsu
Sumber : BPAD Propsu
4. Perpanjangan
Bahan perpustakaan yang dipinjam telah habis masa peminjamannya,
maka tunanetra dapat berkewajiban untuk mengembalikan bahan perpustakaan
tersebut, tunanetra juga bisa menitipkan kepada keluarga untuk mengembalikan
buku yang sudah dipinjam. Pada BPAD Propsu jika peminjam masih ingin tetap
menggunakan bahan pustaka maka tunanetra harus melakukan perpanjangan
dengan melapor kepada pustakawan dan perpanjangan masa peminjaman bahan
perpustakaan hanya dapat satu kali saja dalam dua minggu. Perpanjangan harus Mulai
Buku Stop
Mencatat
pengembaliann
Habis Masa
pinjam
Denda Memberitahu
Pengguna
Memberi buku dan
meminta kartu anggota
kepada petugas
Buku untuk di
dialakukan langsung oleh tunanetra dan tidak boleh diwakilkan oleh keluarga
ataupun yayasan yang bertanggung jawab.
5. Penagihan
Prosedur penagihan yang dilakukan pada BPAD Prposu bila terjadi
kerterlambatan batas penegmbalian buku adalah petugas memeriksa lama
keterlambatan pengembalian bahan pustaka dan membuat surat tagihan kepada
pengguna sebagai sanksi administrasi atau denda sebesar Rp.1000/hari setiap
buku kecuali buku hilang maka pengguna penyandang tunanetra wajib mengganti
dengan buku yang sama.
3.4.5 Waktu Pelayanan
Sistem pelayanan yang diberikan BPAD Propsu yaitu sistem layanan
terbuka dimana pengguna secara langsung dapat memilih, menemukan dan
mengambil bahan pustaka yang dikehendaki dengan memilih bantuan kepada
pustakawan agar pengguna tunannetra dapat menemukan informasi yang
[image:47.595.128.490.466.570.2]diinginkanya
Tabel-1 Waktu Layanan
Waktu Layanan Perpustakaan adalah :
Hari Waktu
Senin s/d Jumat Pukul 08:00-18:00 WIB.
Sabtu s/d Minggu Pukul 09:00-15:00 WIB.
Sumber: BPAD Propsu
3.6 Pengguna Penyandang Cacat Tunanetra BPAD Propsu
Badan Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara,
selanjutnya disebut Perpustakaan Umum BPAD buka setiap hari Senin - Jum’at
pada pukul 08.00-17.00 WIB, dan pada hari Sabtu - Minggu pada pukul
09.00-15.00 WIB. Pengunjung Perpustakaan Umum BPAD pada tahun 2013 mayoritas
berasal dari kelompok pelajar dan mahasiswa. Pengunjung terbanyak adalah
mahasiswa yang berasal dari perguruan tinggi negeri dan swasta di Medan.
jumlah pengunjung sebanyak 450 orang pengunjung Sedangkan pengunjung
Tunanetra sebanyak 45 orang. Hal ini terjadi karena BPAD Propsu sudah belum
memadai dalam memberikan pelayanan masih mengejar pemenuhan kebutuhan
penyandang tunanetra dasar saja.
3.7 Kondisi Penyandang Cacat Tunanetra BPAD Propsu
1. Kondisi Fisik Pelayanan
Secara umum, kondisi fisik fasilitas BPAD Propsu sudah belum memadai
dalam memberikan pelayanan masih mengejar pemenuhan kebutuhan penyandang
tunanetra dasar saja. Ruang penyandang tunanetra yang bergabung dengan Ruang
Dewasa B dan didalam ruangan tersebut pengguna tunanetra anak, remaja dan
dewasa bergabung yang membuat tunanetra tidak leluasa dalam pergerakannya
2. Aspek Lingkungan dan Tempat
BPAD Propsu sudah sangat terkenal dengan berbagai sebutan, antara lain
pendidikan, budaya dan pusat informasi . Hal ini perlu dipertahankan sebagai
identitas kebanggaan BPAD Propsu, salah satu usahanya dengan menambah
perbendaharaan jenis fasilitas teknologi untuk penyandang cacat tunanetra.
3. Aspek Perilaku Pelaku Kegiatan Utama
Diperoleh dengan cara studi literatur, yaitu :
1) Kesederhanaan
Kesederhanaan yang dimaksud disini adalah bahwa penyandang cacat netra
sebagai pelaku kegiatan utama dapat membawa dirinya dari satu tempat ke tempat
lain dalam suatu lokasi, tanpa bantuan orang lain (dinamis dan independen).
Karena pergerakannya dinamis dan mengandung unsur swadaya, maka indra
pengganti indra penglihatan dalam dirinya harus dimaksimalkan, yaitu : alat
pendengaran dan alat peraba (dalam hal ini penggunaan tongkat sebagai detektor,
yang digunakan dengan cara mengetuk-ngetuk tongkat tersebut kekiri. dan
kekanan untuk memastikan keamanan jalan di depannya sebelum
melangkah).Untuk menerjemahkannya kata ”kesederhanaan” dapat dilakukan
dengan mengatur tata letak (lay out) secara linier/segaris atau peletakan
2) Keamanan
Kata Keamanan diartikan sebagai pergerakan yang bebas dan leluasa serta
terhindar dari hal-hal yang membahayakan, misalnya : tersandung, terpeleset,
tabrakan/bersinggungan dengan objek yang tidak diinginkan. Keamanan yang di
berikan BPAD Propsu sangat memberikan keamanan kepada penyadang tunanetra
dengan lantai yang tidak licin sehingga tidak membahayakan bagi penyandang
tunanetra dan dibantu oleh pustakawan.
3) Kenyamanan
Menurut para ahli, ternyata konsep kenyamanan antara penyandang cacat
netra dengan orang normal adalah sama. Malah penyandang cacat tunanetra
diuntungkan karena tidak mengenal konsep cahaya, warna dan perspektif. Oleh
karena itu, diasumsikan dalam membacapun konsep kenyamanannya tidak
berbeda. Di sini, faktor pembentuk kenyamanan, adalah : penghawaan, yang
terbagi menjadi penghawaan alami (penggunaan ventilasi) dan penghawaan
buatan (penggunaan AC sebagai pengatur temperatur dan kelembaban dalam
ruangan) serta akustik (penggunaan bahan-bahan akustik didalam dan di luar
ruangan, untuk meminimalisasi sumber-sumber bunyi internal dan eksternal),
karena setelah kehilangan sensor visual, maka indra pendengaran dimaksimalkan
penggunaannya untuk berkonsentrasi.Oleh karena itu, kepekaan pendengarannya
mutlak harus dijaga.
Pada BPAD Propsu penghawaan yang diberikan kepada tunanetra adalah
buatan (penggunaan AC) serta penggunaan bahan-bahan akustik didalam dan
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam bab-bab sebelumnya
maka dapat diambil kesimpulan yaitu :
1. BPAD Propsu memberikan layanan pengguna kepada seluruh masyarakat
tanpa membedakan latar belakang, status sosial, agama, suku, pendidikan,
dan yang memiliki keterbatasan fisik seperti penyandang tunanetra.
2. Jenis-jenis Pelayanan Pengguna Tunanetra yang diberikan BPAD Propsu
adalah keanggotaan, peminjaman, pengembalian, perpanjangan,
penagihan.
3. Dengan adanya pelayanan yang diberikan BPAD Propsu ke penyandang
tunanetra, tunanetra dapat mencari informasi yang diinginkannya.
4. Pelayanan yang diberikan BPAD Propsu kepada tunanetra yaitu buku
braille dan dua unit komputer berbicara dengan menggunakan program
jaws.
5. Sistem yang diterapkan pada BPAD Propsu kepada layanan tunanetra
adalah sistem layanan terbuka dimana pengguna dapat secara langsung
dapat memilih, menemukan dan mengambil bahan pustaka yang
dikehendaki dengan meminta bantuan kepada pustakawan agar pengguna
4.2 Saran
Berdasarkan pembahasan dari observasi yang telah dilakukan, maka
penulis mencoba untuk mengemukakan saran dan masukkan, diantaranya adalah :
1. Koleksi bahan pustaka huruf braille di tambahkan lebih banyak lagi agar
pengguna tunanetra tidak bosan saat mencari informasi yang diinginkanya.
2. Memberikan ruang khusus untuk penyadang cacat yaitu tunanetra agar
tunanetra bebas dalam pergerakannya dengan memberikan huruf braille di setiap
ruangan.
3. Sebaiknya rak-rak buku, diberi tulisan huruf braille agar tunanetra bisa mencari
informasi yang diinginkanya dengan meraba tulisan huruf braille tersebut.
4. Menambahkan komputer berbicara dan teknologi yang canggih bagi penyadang
tunanetra agar tunanetra dapat juga merasakan apa yang dirasakan dengan non
penyadang tunanetra.
5. Sistem Klasifikasi berdasarkan DDC 22 BPAD Propsu harusnya
menerjemahkan ke huruf braille agar tunanetra lebih mudah mencari informasi
DAFTAR PUSTAKA
DAISY Player. 2010. (http://www.hksb.org) diakses 12 Juni 2013
Darmono. 2001. Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah Jakarta : Grasindo.
Darmono. 2006. Manajemen Perpustakaan. Jakarta: Grasindo.
Depdiknas RI. Direktoral Jenderal Pendidikan Tinggi. 2004. Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi. Jakarta: Dapartemen Pendidikan Nasional Direktoral Jenderal Pendidikan Tinggi.
Digital Talking Book. 2010. (http://www.lbph.lib.md.us/) diakses 23 Maret 2011
Hasugian, Jonner. 2009. Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Medan : USU Press.
Hermawan, Rachman. 2006. Etika Kepustakawanan : Suatu Pendekatan Terhadap Kode Etik Pustakawan Indonesia. Jakarta : Sagung Seto.
Huruf Braille
Indonesia, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. 1994. Perpustakaan Perguruan Tinggi : Buku Pedoman. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Indonesia, Perpustakaan Nasional RI. 1992. Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI.
Indonesia, Perpustakaan Nasional RI. 1999.Pedoman Umum Pengelolaan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI Bagian Proyek Pengembangan Sistem Nasional.
Indonesia, Perpustakaan Nasional RI. 2000. Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI.
Jane, Ware. 2002. Buku belajar bagaimana untuk menuliskan musik Braille dari RNIB.
Komputer Berbicara. 20
Khoerunnisa, Lina. 2010. Layanan Berbasis Teknologi sebagai Sarana
Mewujudkan Perpustakaan Ideal bagi Penyandang Tunanetra.
Martoadmojo, Karmidi. 1993. Pelayanan Bahan Pustaka. Jakarta : Universitas Terbuka, Depdikud.
Printer Braille. 2010 (http://forum.bncc.net/index.php) diakses 12 Juni 2013.
Safaruddin, 2010. Layanan Berbasis Teknologi sebagai sebagai Sarana Mewujudkan Perpustakaan Ideal bagi Penyandang Tunanetra
2013.
Soeatminah. 1992. Perpustakaan, Kepustakawanan dan Pustakawan Yogyakarta : Kanisius.
Sulistyo-Basuki. 1991. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Gramedia.
Sulistyo, Basuki. 1993. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Gramedia.
Sulistyo, Basuki. 1999. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Gramedia.
Sutarno NS. 2006. Manajemen Perpustakaan : Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Sagung Seto.
Sutarno NS.2006. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta : Sagung Seto.
Telesensory. 2010.(http://shopping.telesensory.com/) diakses 12 Juni 2013.
Termoform.
diakses 12 Juni 2013
Trimo, Soejono. 1986. Pedoman Pelaksanaan Perpustakaan. Bandung: Alumni.
PERSEMBAHANKU
“ Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan. Dengarkanlah didikan ayahmu, dan janganlah menyia-nyiakan didikan ibumu, sebab karangan bunga bagi kepalamu, dan suatu kalung bagi lehermu”.
(Amsal 1:7-9)
Kupersembahankan kepada Yesus Kristus, yang selalu membingku dan memeberi pertolangan yang luar biasa.
Juga Buat Keluarga Tercinta
Ayahku :Paten sitepu
Ibuku :Rismauli Br Sembiring
Saudaraku :Serpina Br Sitepu
Sukarto Sitepu
Tiur Meida Br Sitepu
Takut akan Tuhan dan berpegang pada perintah-perintahnya adalah kewajiban setiap orang”.
LAMPIRAN
Gambar koleksi Perpustakaan BPAD Propsu
Ruang Baca Tunanetra bergabung dengan Ruang Anak Dewasa B