• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.3 Kondisi Perekonomian

Kota Medan mengemban fungsi regional yang luas, baik sebagai pusat pemerintahan maupun kegiatan ekonomi dan sosial yang mencakup bukan hanya Provinsi Sumatera Utara tetapi juga wilayah Provinsi (Sumbagut). Adanya fungsi regional yang luas tersebut, ternyata telah menjadikan Kota Medan dapat menyelenggarakan aktifitas ekonomi dalam volume yang besar. Kapasitas ekonomi

yang besar tersebut ditunjukan oleh laju pertumbuhan ekonomi yang dicapai Kota Medan, yang selalu berada diatas pertumbuhan ekonomi daerah – daerah sekitarnya, termasuk dibandingkan dengan dicapai oleh Provinsi Sumatera Utara maupun Nasional.

Walaupun Kota Medan sempat mengalami pertumbuhan ekonomi negatif tahun 1998 (- 20%), namun selama tahun 2000 – 2005, ekonomi Kota Medan dapat tumbuh kembali rata – rata sebesar 1,33%. Ini merupakan indikasi bahwa betapapun beratnya (dalamnya), krisis ekonomi yang melanda ekonomi Indonesia dan Kota Medan khususnya, namun secara bertahap pada dasarnya Indonesia dan Kota Medan memiliki kemampuan untuk sembuh dan keluar dari krisis yang sangat berat tersebut.

Kapasitas ekonomi yang relatif besar tersebut juga ditunjukkan oleh nilai (uang) PDRB Kota Medan yang saat ini telah mencapai Rp. 24,5 triliun, dengan pendapatan perkapita Rp. 12,5 juta, sektor tertier merupakan sektor sekunder (29,06%), dan sektor primer (4,18%). Jumlah volume kegiatan ekonomi ini, sekaligus memberikan kontribusi lebih kurangnya sebesar 21% bagi pembentukan PDRB Provinsi Sumatera Utara. Dilihat dari capaian pertumbuhan ekonominya, pertumbuhan ekonomi Kota Medan juga memperlihatkan elastisitas yang tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara artinya, pertumbuhan ekonomi Kota Medan selalu menunjukan angka positif yang lebih besar dari pertumbuhan ekonomi Provinsinya. Ini menunjukan bahwa Kota Medan masih merupakan mesin pembangunan bagi daerah – daerah lainnya di Sumatera Utara. Diberlakukannya Undang-Undang No: 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah dan Undang- Undang Nomor : 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah memberikan kewenangan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang lebih luas, nyata dan bertanggung jawab. Adanya perimbangan tugas, fungsi dan peran antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah tersebut berkonsekuensi, masing- masing daerah harus memiliki penghasilan yang cukup, daerah harus memiliki sumber pembiayaan yang memadai untuk memikul tanggung jawab penyelenggaraan pemerintahan daerah. Dengan demikian diharapkan masing-masing daerah akan dapat lebih maju, mandiri, sejahtera dan kompetitif.

Untuk mendukung penyelenggaraan kewenangan, peran, fungsi, dan tanggung jawabnya. Pemerintah Kota Medan memiliki beberapa sumber pendapatan pokok, yaitu :

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) b. Dana Perimbangan

c. Pinjaman Daerah d. Penerimaan yang sah

Sebagai daerah yang perkembangan ekonominya sangat didominasi sektor sekunder dan tertier, sumber pendapatan asli daerah sebagian besar diperoleh dari hasil pajak dan retribusi daerah. Bagi Pemerintah Kota Medan, pungutan pajak lebih didefinisikan sebagai cara memberikan kesejahteraan umum (redistribusi pendapatan) dari pada sekedar budgeter.

Walaupun ada kecenderungan peningkatan volume dalam PAD, namun diakui 70% sumber penerimaan Kota Medan di sektor publik masih berasal dari

alokasi pusat (dana perimbangan/dana alokasi umum). Hal yang menggembirakan dalam hal pembiayaan pembangunan kota adalah, jika sebelumnya sebagian besar program pembangunan yang disediakan oleh pemerintah pusat dialokasikan dalam bentuk dana Inpres (regional) maupun dana DIP (sektoral), maka saat ini sebagian besar sudah dalam bentuk bantuan spesifik (specific blok grant), dan blok grant yang lansung diterima dan dikelola oleh daerah.

Pemanfaatan sebagian besar dana perimbangan tersebut oleh Pemerintah Kota Medan digunakan untuk pengembangan jaringan infrastruktur kota terpadu, termasuk pemeliharaannya. Dengan keterpaduan tersebut infrastruktur yang dibangun benar – benar memperlancar arus barang dan jasa antar daerah sehingga dapat menggerakkan kegiatan sosial ekonomi warga Kota Medan. Kegiatan ekonomi yang berkembang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kemampuan Pemerintah Kota dalam pembiayaan pembangunan kota, sekaligus memperkecil ketergantungan Pemerintah Kota kepada Pemerintah Pusat.

Tabel-4.2 Realisasi APBD Kota Medan Tahun 2000 – 2005

Tahun Realisasi (Rupiah)

2000 204.336.107.826,67 2001 568.639.837.266,58 2002 722.197.831.000 2003 1.079.834.024.000 2004 1.123.865.492.000 2005 1.228.649.091.079,96 Sumber: Bappeda , 2000-2005

Disadari salah satu tantangan dalam era global yang semakin berorientasi pasar adalah memperkuat daya saing. Oleh karena itu, dukungan jaringan jalan, sarana pelabuhan, lalu lintas udara, sarana telekomunikasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan penentu dalam meningkatkan daya saing internasional. Pengembangan kebutuhan infrastruktur ini sekaligus diharapkan dapat memperluas jangkauan kegiatan ekonomi masyarakat, mobilitas penduduk, arus barang dan jasa, serta informasi dengan biaya yang semakin murah.

Pembangunan jaringan jalan di Kota Medan diutamakan untuk mendukung sektor ekonomi modern khususnya di industri ekspor. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi produksi dengan menekan biaya pengangkutan, menciptakan akses kepada pasar regional dan internasional sekaligus memperluas pelayanan jasa perkotaan. Untuk mendukung keserasian antara beban dan kepadatan lalu lintas kenderaan dengan kemampuan daya dukung jalan, jaringan jalan di pusat pertumbuhan, pusat produksi, dan yang menghubungkan pusat produksi dengan daerah pemasaran, Kota Medan telah dilengkapi dengan prasarana jalan tol Belmera yang menghubungkan pusat produksi dan pelabuhan Belawan dengan Tanjung Morawa. Dalam koordinasi pemerintah provinsi juga direncanakan pembangunan jalan tol Medan-Binjai dan Medan-Tebing Tinggi sehingga melengkapi kebutuhan jaringan jalan Medan dengan daerah-daerah hinterlandnya. Disamping itu Kota Medan juga didukung oleh jaringan jalan lintas Sumatera-Jawa yang menghubungkan seluruh provinsi yang ada di pulau Sumatera-Jawa dengan armada transportasi orang dan barang. Untuk dalam kota, Kota Medan juga didukung oleh berbagai jembatan

layang, terminal dan sarana transportasi perkeretaapian juga sudah sejak lama merupakan sarana pengangkutan orang dan barang yang digunakan untuk masuk dan keluar Kota Medan.

Untuk mendukung kegiatan perdagangan regional dan internasional Kota Medan juga memiliki sarana pelabuhan laut internasional Belawan. Pelabuhan laut Belawan yang dilengkapi dengan sarana peti kemas dengan teknologi tinggi telah menjadi altenatif lalu lintas orang dan barang baik domestik maupun internasional. Pelabuhan laut Belawan menjadi sarana transportasi laut yang menghubungkan Kota Medan dengan seluruh kota-kota besar di Indonesia sebagai Jakarta, Surabaya, Ujung Pandang, dan lain-lain termasuk berbagai pelabuhan laut negara sahabat seperti Malaysia, Singapura, dan lain-lain. Dengan demikian pelabuhan laut Belawan telah menjadi pusat ekspor-impor barang antar pulau dan negara yang cukup penting di Selat Malaka. Karenanya pelabuhan Belawan termasuk salah satu pelabuhan laut tersibuk dan terpadat di Indonesia yang disinggahi oleh berbagai kapal barang.

Untuk mendukung aktifitas perdagangan dan bisnis baik lokal, nasional dan internasional, Kota Medan memiliki fasilitas bandara Polonia Medan. Bandara Polonia merupakan salah satu bandara internasional terbesar di Indonesia setelah bandara Soekarno Hatta, yang melayani hampir seluruh jalur penerbangan domestik dan internasional baik orang maupun barang (ekspor-import) seperti Jakarta, Surabaya, Ujung Pandang, dan lain-lain (domestik), Malaysia, Amsterdam, Singapura dan lain-lain (internasional). Bandara Polonia terletak tepat di pinggiran Kota Medan dengan berbagai fasilitas yang relatif lengkap, seperti terminal domestik dan

internasional yang terpisah, lapangan parkir, pendaftaran keberangkatan, pelayanan pabean, ruang tunggu, pelayanan imigrasi dan ruang kedatangan yang didukung sumber daya manusia dan teknologi kenyamanan dan keamanan penumpang yang tinggi.

Untuk mendorong efisiensi berusaha di sektor industri dan perdagangan, Kota Medan menyediakan beberapa kawasan khusus sebagai pilihan lokasi dan investasi dan perdagangan. Kebijakan ini diharapkan mampu mendorong minat berinvestasi di Kota Medan. Sebagai kawasan yang peruntukannya disesuaikan dengan RTRW yang ditetapkan, maka pilihan lokasi ini memberikan berbagai fasilitas (infrastruktur) yang dibutuhkan dalam kegiatan penanaman modal baik yang bersifat lokal, domestik nasional, maupun asing (PMDN/PMA).

Salah satu kawasan industri yang menyiapkan fasilitas investasi yang relatif lengkap adalah Kawasan Industri Medan, yang terletak di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli, yang termasuk dalam WPP B. Kawasan Industri ini memiliki luas lebih kurang 514 Ha. Manajemen KIM menyediakan hampir seluruh fasilitas yang dibutuhkan untuk mendukung proses produksi dan distribusinya seperti jaringan jalan yang menghubungkannya dengan pelabuhan laut belawan dan bandara Polonia, serta pusat-pusat perdagangan yang ada di Kota Medan, dan terminal antar provinsi. Juga tersedia kebutuhan tenaga listrik, air, telekomunikasi, Oxygen/nitrogen, unit pengolahan limbah besar, termasuk jaminan keamanan berusaha. Manajemen KIM juga siap membantu mendapatkan izin berusaha yang ditentukan dengan biaya dan waktu yang telah distandarisasi, sederhana, murah, cepat dan pasti.

Harga tanah lokasi pabrik dan untuk keperluan lainnya seperti perkantoran dipastikan lebih murah sehingga dapat menekan biaya investasi yang harus dikeluarkan. Sampai saat ini berbagai jenis perusahaan industri mengambil lokasi investasinya di kawasan ini baik yang berskala besar, sedang maupun kecil.

Kebijakan pengembangan sektor industri juga mencakup kebijakan pengembangan sub sektor industri kecil menengah (UKM). Salah satu strategi yang ditempuh adalah membangun lokasi khusus industri kecil menengah (UKM) yang diberi nama Perkampungan Industri Kecil (PIK). di Kelurahan Medan Tenggara Kecamatan Medan Denai, yang termasuk ke dalam WPP C. Kawasan ini memiliki luas 14.496 M². Manajeman PIK juga menyediakan lahan dengan harga yang relatif murah dengan berbagai fasilitas produksi yang diperlukan seperti halnya KIM, termasuk bantuan mendapatkan mitra usaha, permodalan dan pelatihan kewirausahawan, manajemen produksi dan pemasaran untuk meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan sehingga memiliki daya saing baik di pasar lokal, domestik maupun kebutuhan pasar ekspornya. Sampai saat ini sejumlah pengusaha kecil menengah (UKM) telah mengambil lokasi di kawasan PIK, dengan berbagai jenis produk industri kecil menengah yang dihasilkan. Untuk mengantisipasi kebutuhan lokasi berusaha yang lebih besar pada masa datang sesuai dengan perkembanganindustri yang ada khususnya memasuki era perdagangan bebas (AFTA/APEC, dan lain-lain). Kota Medan juga menyediakan kawasan yang disebut Kawasan Industri Baru (KIB) di Kecamatan Medan Labuhan dengan luas 650 Ha yang dapat diperluas mencapai 1000 Ha.

Sumber: Bappeda, 2007

Seperti halnya kawasan industri yang sudah ada lebih dahulu, kawasan ini juga menyediakan berbagai fasilitas berproduksi yang dibutuhkan seperti tenaga listrik, air bersih, jaringan telepon, gas dan unit pengolahan limbah termasuk sarana pelabuhan. Kawasan ini juga termasuk kawasan berikat (bounded area), sehingga kebutuhan perizinan yang diperlukan diselenggarakan satu atap (one stop service) dan diselenggarakan oleh manajemen KIB secara langsung.

Namun demikian, dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah RI Nomor 25 Tahun 2000 Tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom, (khususnya pasal 2 (3) point 5 f), kewenangan Pemerintah Pusat dan Provinsi tinggal hanya tahap pengaturan kawasan berikat, sedang bidang perizinan, kewenangannya telah diserahkan kepada Pemerintah Kota Medan. Oleh karena kawasan ini relatif baru maka kawasan ini juga menunggu mitra manajemen pengolaan lahan untuk lebih meningkatkan produktivitas khususnya bagi investor asing.

Dari hasil penghitungan PDRB Kota Medan tahun 2004, terlihat bahwa sektor usaha yang dominan kontribusinya terhadap PDRB sama seperti pada tahun- tahun sebelumnya yaitu pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran sektor Pengangkutan dan komunikasi masing-masing sebesar 26,26 % dan 18,24 %. Kedua sektor ini mampu menyumbang hampir dari separuh nilai total PDRB, yaitu sebesar 44,49 %. Tidak tampak pergeseran nilai di tiap sektor pada enam tahun terakhir dan membentuk garis perekonomian yang linier. Dengan demikian, struktur

perekonomian Kota Medan tetap didominasi oleh sektor sekunder dan tersier yang merupakan ciri daerah perkotaan.

Nilai PDRB Kota Medan dan acuannya terhadap nilai PDRB Provinsi Sumatera Utara pada awal dan akhir tahun kajian yaitu tahun 2000 dan 2005 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel-4.3 Nilai PDRB Kota Medan dan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2000 dan Tahun 2005

PDRB Kota Medan (Juta Rupiah)

PDRB Prov. Sumatera Utara (Juta Rupiah)

No Lapangan Usaha

TH 2000 TH 2005 TH 2000 TH 2005

1 Pertanian, peternakan &

perikanan 594.285,03 670.580,00 18.963.315.44 22.191.304.61 2 Pertambangan dan penggalian 582,40 776,55 1.314.347.67 1.074.750.54 3 Industri pengolahan 3.222.016,98 3.842.146,29 16.926.777.44 21.305.368.15 4 Listrik dan air bersih 314.190,44 413.360,40 529.119.53 716.250.61 5 Bangunan 1.980.125,64 2.712.629,71 3.993.300.13 5.515.982.46 6 Perdagangan, hotel, dan

restoran 5.353.950,80 6.850.435.34 12.761.937.72 15.984.925.39 7 Pengangkutan dan

komunikasi 2.735.250,42 4.637.201,51 4.400.380.42 7.379.922.33 8 Keuangan, persewaan, dan

jasa perusahaan 2.654.383,08 3.507.537,27 4.022.790.30 5.440.496.67 9 Jasa-jasa 2.101.794,76 2.637.749,44 6.242.143.73 8.288.790.46

JUMLAH 18.956.579,4 25.272.416,52 69.154.112,38 87.897.791,21

Sumber: BPS, 2000 dan 2005

Nilai PDRB diatas yang merupakan nilai PDRB Kota Medan dan Provinsi Sumatera Utara untuk tahun 2000 dan 2005 berguna dalam melihat peningkatan aktifitas Kota Medan dan Provinsi Sumatera Utara, dimana terlihat peningkatan pada 6 tahun terakhir.

PETA PDRB DI PROVINSI SUMATERA UTARA Sumber: Bappeda, 2007

Tabel-4.4 Nilai Persentase PDRB Kota Medan Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Tahun 2000–2005

No Lapangan Usaha 2000 2001 2002 2003 2004 2005

1 Pertanian, peternakan &

perikanan 3,13% 3,14% 3,17% 2,96% 2,80% 2,65% 2 Pertambangan dan

penggalian 0,003% 0,003% 0,003% 0,003% 0,003% 0,003% 3 Industri pengolahan 17,00% 17,06% 16,32% 16,07% 15,77% 15,20% 4 Listrik dan air bersih 1,66% 1,71% 1,72% 1,76% 1,71% 1,64% 5 Kontruksi 10,45% 10,25% 10,15% 10,14% 10,68% 10,73% 6 Perdagangan, hotel, dan

restoran 28,24% 27,51% 27,23% 26,66% 26,26% 27,11% 7 Pengangkutan dan

komunikasi 14,43% 15,22% 16,44% 17,25% 18,24% 18,35% 8 Keuangan, persewaan, jasa

perusahaan 14,00% 14,25% 14,23% 14,57% 14,16% 13,88% 9 Jasa-jasa 11,09% 10,87% 10,72% 10,58% 10,38% 10,44%

JUMLAH 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Sumber: Hasil Analisis

Nilai persentase PDRB Kota Medan tahun 2000–2005 menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan tahun 2000 dapat disimpulkan ada beberapa sektor yang mengalami peningkatan yaitu sektor jasa-jasa, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor kosntruksi, serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Ada beberapa sektor yang menurun yaitu sektor pertanian, peternakan, dan perikanan, sektor industri pengolahan, sektor listrik dan air bersih, serta sektor keuangan, persewaan, jasa perusahaan. Tetapi untuk sektor pertambangan dan penggalian tidak mengalami peningkatan (statis).

Tabel-4.5 Kondisi Umum Perekonomian Kota Medan

INDIKATOR MAKRO EKONOMI

No Indikator Satuan Tahun

2005 Tahun 2006 Tahun 2007 1. PERTUMBUHAN EKONOMI % 5,48 6.18 7.02 2. PDRB-BERLAKU TRILIUN RP 136,90 168.68 175.26 3. PDRB KONSTAN 2000 TRILIUN RP 87,89 93.33 100.62

4. PDRB PERKAPITA HARGA BERLAKU JUTA

RP 11,11 13.34 13.73

5. VOLUME EKSPOR JUTA TON 8,17 8.70 8.39

6. NILAI EKSPOR MILYAR

US$ 4,56 5.52 4.45

7. VOLUME IMPOR JUTA TON 3,72 4.40 3.74

8. NILAI IMPOR MILYAR

US$ 1,18 1.46 1.63

9. INFLASI % 22,41 6.11 6.50

Sumber: Bappeda, 2007

Kondisi umum perekonomian Kota Medan untuk tahun 2005, 2006, dan 2007 dapat disimpulkan pertumbuhan ekonomi yang cenderung meningkat. Dimana volume ekspor yang cukup meningkat dan inflasi yang terjadi juga menurun tentunya akan meningkatkan aktifitas ekonomi Kota Medan. Dari peta pertumbuhan ekonomi wilayah di Provinsi Sumatera Utara ternyata Kota Medan mengalami pertumbuhan ekonomi 10,42%. Artinya jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi kabupaten atau kota yang lain ternyata Kota Medan masih menempati posisi atas.

PETA PERTUMBU HAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA UTARA Sumber: Bappeda, 2007

Target pertumbuhan perekonomian Kota Medan dapat digambarkan dari tabel berikut :

Tabel-4.6 Target Pertumbuhan Nilai PDRB Kota Medan Atas Harga Konstan Tahun 2008

No Lapangan Usaha 2008

1 Pertanian, peternakan & perikanan 4,69 % 2 Pertambangan dan penggalian 4,57 %

3 Industri pengolahan 9,22 %

4 Listrik dan air bersih 6,93 %

5 Kontruksi 9,88 %

6 Perdagangan, hotel, dan restoran 7,61 % 7 Pengangkutan dan komunikasi 10,44 % 8 Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan 7,65 %

9 Jasa-jasa 6,33 %

JUMLAH 100 %

Sumber: Bappeda, 2007

Dokumen terkait