• Tidak ada hasil yang ditemukan

Danau Laut Tawar secara geografis terletak di 4°20’ 0” - 4°40’ 0” LU dan 96°46’ 0” - 97° 0’ 0” BT, dengan luas perairan sebesar 5.472 Ha dan kedalaman rata-rata 51,13 meter. Total luas kawasan Danau Laut Tawar sendiri mencapai 24983 Ha. Secara administratif Danau Laut Tawar masuk ke dalam wilayah empat kecamatan, yaitu: Kecamatan Lut Tawar, Kecamatan Bebesen, Kecamatan Kebayakan, dan Kecamatan Bintang (Gambar 4). Berikut adalah tabel data luas kecamatan, kepadatan, dan persebaran penduduk pada kawasan Danau Laut Tawar ( Tabel 8 ).

Danau ini memanjang dari arah barat ke timur, sisi utara dan selatan berbentuk perbukitan hutan yang di sebagian lerengnya terdapat permukiman-permukiman penduduk. Di ujung barat danau terdapat Kawasan Perkotaan Takengon yang merupakan Ibukota Kabupaten Aceh Tengah.

Suku Gayo merupakan masyarakat adat yang tinggal di hampir seluruh kabupaten Aceh Tengah. Suku Gayo sendiri terbagi atas empat sub etnik, yaitu Gayo Deret, Gayo Laut, Gayo Kalol, dan Gayo Lues. Suku Gayo Laut adalah suku yang dominan mendiami daerah di sekitar kawasan Danau Laut Tawar. Kawasan Danau Laut Tawar sendiri merupakan kawasan danau terbesar di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Kelembagaan secara adat di setiap daerah Aceh Tengah ini diatur oleh suatu badan yang dinamakan sarakopat. Adapun fungsi dari lembaga adat tersebut adalah sebagai alat kontrol, keamanan, ketenteraman, kerukunan, dan ketertiban masyarakat antara lain; menyelesaikan masalah sosial kemasyarakatan, dan penengah sengketa yang timbul dalam masyarakat. Selain berperan sebagai lembaga adat, sarakopat juga berperan sebagai lembaga pemerintahan di Aceh Tengah. Hal itu ditegaskan dalam Qanun Kabupaten Aceh Tengah Nomor 09 Tahun 2002 pasal 9 yaitu:

1. Sarakopat berkedudukan sebagai wadah aparatur pemerintahan Gelong

Preje, kecamatan, pemerintahan kampung sebagai wadah

bermusyawarah/mupakat yang terdiri reje (raja), imem (imam), petue

(petua), dan rayat (rakyat) genap mufakat. 2. Sarakopat mempunyai tugas;

a. Menampung dan menyalurkan pendapat masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan.

b. Menyelesaikan perselisihan berdasarkan hukum adat, adat-istiadat dan kebiasaan-kebiasaan dalam kurun waktu paling lama 3 bulan.

c. Menciptakan hubungan yang harmonis dan demokratis serta objektif dalam menyelesaikan permasalahan.

d. Untuk menjalankan tugas sebagaimana dalam pasal 9 sarakopat

melaksanakan kegiatan-kegiatan penyelidikan, pendataan, membuat berita acara.

22

Tabel 7 Kepadatan dan Persebaran Penduduk Menurut Kecamatan

No. Kecamatan Luas ( km² ) Jumlah

Penduduk Kepadatan Penduduk Persebaran Penduduk 1. Lut Tawar 99,56 18.858 189 10,23 2. Bebesen 47,19 36.060 764 19,57 3. Kebayakan 56,34 14.742 262 8,00 4. Bintang 429,00 8.929 21 4,84

Sumber : BPS Kabupaten Aceh Tengah (2013)

Berikut adalah Skema Struktur Organisasi Pemerintahan Sarakopat

adalah sebagai berikut (Gambar 5).

Sumber: Syukri(2006)

Gambar 5 Skema Struktur Organisasi Sarakopat Lebe

Biden Hariye

Kejurun Belang

Hukum Adat Reje ( Raja ) Reje ( Raja ) Reje ( Raja )

Bedel Sekolat

Rakyat

Genap Mufakat Banta ( Sekretaris Reje )

Penghulu Uten Penghulu Umer Penghulu Lut Pawang Deret Penghulu Rerak RakyatUmum Data Sekunder Keterangan Arah komando

23

DATA

Karakteristik Kearifan Lokal Kawasan Danau Laut Tawar Karakteristik kearifan lokal kawasan Danau laut Tawar yang berada pada empat kecamatan yaitu kecamatan Lut Tawar, Bebesen, Kebayakan, dan Bintang merupakan dasar dalam analisis kearifan lokal. Ada dua aspek karakteristik kearifan lokal yang diuraikan, yaitu aspek kearifan lokal dan bio-fisik.

Aspek Kearifan Lokal a. Tata Kelola

Tanah Gayo kabupaten Aceh Tengah mempunyai lembaga-lembaga adat yang selalu hidup dan berkembang dalam masyarakat, tetap dipertahankan, dimanfaatkan, dipelihara, diberdayakan sesuai dengan hukum adat yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Lembaga adat tersebut merupakan suatu wadah untuk menampung aspirasi masyarakat dan sebagai wadah bermusyawarah tentang hal-hal masyarakat yang berkaitan dengan adat dan budaya.

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, terdapat lembaga yang bernama

sarakopat yang berfungsi mengontrol keamanan, ketenteraman, dan ketertiban masyarakat Gayo melalui adat istiadat, begitu juga untuk pengelolaan kawasan Danau Laut Tawar. Sarakopat mengatur sistem pengelolaan pertanian masyarakat, perikanan, peternakan, hutan, dan hewan. Sistem pengelolaan dipimpin oleh satu orang yang berwenang disetiap kampung, untuk pertanian Kejerun Belang dan Penghulu Rerak, perikanan

Penghulu Lut, peternakan Penghulu Uwer, hutan Penghulu Uten, dan hewan

Pawang Deret. Pemimpin dari setiap elemen tersebut mempunyai wewenang penuh untuk menyelenggarakan musyawarah dengan masyarakat terkait dalam pengelolaan sumberdaya pada kawasan.

Mengingat betapa pentingnya fungsi dari peranan sarakopat terdapat hukum adat yang mengatur untuk menjadi bagian dari sarakopat. Adapun syarat-syarat menjadi pengurus sarakopat menurut ketentuan hukum adat di Tanah Gayo adalah ( Syukri 2006 );

1. Beragama Islam

2. Akalnya dalam, ilmunya banyak, pikirannya luas 3. Amanah, jujur, setia, pengasih

4. Mempunyai harta, suka membantu, dan menolong

5. Adil, benar, menakar tidak lebih dan kurang, menimbang tidak berat sebelah.

Para leluhur, tokoh adat, tokoh ulama dan tokoh masyarakat termasuk tokoh pemerintahan menetapkan lima syarat-syarat menjadi

sarakopat tersebut mencita-citakan terwujudnya pelaksanaan syariat Islam dan adat-istiadat/budaya Gayo, keadilan dan kesejahteraan rakyat melalui kekuasaan politik dan pemeritahan. Syarat lain menjadi sarakopat adalah “Berani karena benar, takut karena salah”. Sarakopat harus berani dalam peperangan, dan bijaksana dalam mengorganisir dan melindungi masyarakat, hewan, dan lain-lain, dan dalam segala tindakan bertujuan untuk melaksanakan syariat dan adat.

24

b. Sistem Nilai

Sistem nilai yang selalu berkembang dan dijaga oleh masyarakat Tanah Gayo dan provinsi Aceh sampai saat ini adalah Syariat Islam. Syariat Islam adalah hukum atau peraturan Islam yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat muslim. Provinsi Aceh diberi keistimewaan untuk menegakkan hukum Syariat Islam ini pada tahun 1999 yang dijelaskan pada UU No. 44 tahun 1999 mengenai keistimewaan Aceh. Undang-undang ini menjadi dasar awal penerapan hukum Syariat Islam di Aceh. Hal ini ditetapkan karena melihat dari sejarah Aceh yang dari dulu sudah menetapkan hukum Syariat Islam ini sebagai landasan untuk kehidupan sehari-hari.

Terkait dengan pemanfaatan pada kawasan Danau Laut Tawar sendiri, Tanah Gayo lebih memprioritaskan kepada wewenang yang diberikan kepada sarakopat untuk melaksanakan dan membuat peraturan yang telah dimusyawarahkan dengan rakyat kampung sekitar. Peraturan mengenai wewenang tersebut telah dicantumkan pada Qanun Kabupaten Aceh Tengah No. 4 tahun 2011 pasal 1 ayat 15 yang menjelaskan bahwa Qanun kampung adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh

Rakyat Genap Mufakat dan Reje. Reje adalah pemimpin dari suatu kampung yang telah dipilih secara musyawarah oleh masyarakat kampung. Rakyat Genap Mufakat adalah unsur sarakopat yang dipilih secara musyawarah oleh masyarakat kampung setempat yang terdiri banyak unsur masyarakat kampung sendiri. Reje dan Rakyat Genap Mufakat yang telah dipilih, nantinya akan menampung pikiran beserta ide masyarakat dan didiskuiskan dengan para pawang, pennghulu, dan kejurun untuk menetapkan peraturan baru dalam mengelola kawasan Danau Laut Tawar. Sistem dan peraturan yang mereka buat tidak bersifat kekal, karena setiap pergantian unsur

sarakopat peraturan tersebut akan dievaluasi. c. Tata Cara atau Prosedur

Masyarakat Tanah Gayo memiliki perilaku memanfaatkan alam disekitarnya untuk bertahan hidup. Perilaku mereka yang memanfaatkan alam ini dapat tercermin dari berbagai aspek tata cara kehidupan mereka, mulai dari bentuk rumah, pemanfaatan lahan, dan pemanfaatan Danau Laut Tawar sendiri. Kejurun Belang sebagai salah satu perangkat pemerintah kampung, memiliki kelebihan tersendiri, mereka sangat berperan untuk menentukan waktu bersawah dan mengusahakan agar hama tidak merusak padi. Mereka memiliki ilmu falak tentang peredaran matahari dan bintang serta ilmu tentang tumbuhan, ikan, dan supernatural.

Menurut kejurun belang wilayah Kebayakan Tgk. H. M. Kasan Aman Ismail Rebegedung, maju mundur pergeseran waktu musim hujan tiap tahun berproses selama lima belas hari. Hujan mulai turun biasanya pada bulan Agustus dan setiap enam tahun hujan turun secara normal dan enam bulan berikutnya akan berkurang. Untuk mengetahui hujan akan turun, pada akhir bulan Juli pukul empat pagi nampak di langit bagian timur setinggi segalah, gugusan bintang yang disebut bintang padi, karena menyerupai susunan butir pada timur ke barat dan dari selatan ke utara.

25 Susunan bintang itu dapat diperkirakan awan berkabut atau tidak. Bintang pertama dari timur tanda berkabut, demikian pula bintang dari selatan ke utara, bintang pertama tanda berkabut, bintang kedua terang dan bintang ketiga berkabut.

Bintang selatan-utara terbit selama tiga malam berturut-turut, menandakan waktu menabur bibit padi sudah dapat dimulai delapan hari kemudian. Beberapa bulan kemudian, bintang timur-barat tersebut terbit berturut-turut selama tiga malam pula, pertanda akan terjadi kemarau panjang dan ketika itu padi sudah dapat dipanen. Bila bintang tersebut terbit berselang hari, pertanda bahwa hujan akan turun lima hari kemudian. Gugusan bintang biasanya hilang atau tidak tampak lagi pada bulan Mei pada ketinggian lebih kurang setinggi keberadaan matahari pada pukul delapan pagi.

Kejurun belang memberi informasi melalui Harie (hubungan masyrakat) untuk diumumkan kepada warga kampung. Pemerintah kampung berkeliling kampung memberitahukan kepada penduduk mengenai hari dan tanggal hijriyah menabur atau menyemai bibit padi dan empat puluh hari kemudian mulai menanam padi. Hari yang paling tepat untuk menyemai padi adalah hari Selasa. Tengku Anwar, imam kampung Bebesen menyusun syair Gayo tentang peran kejurun belang sebagai berikut:

Urang Gayoni nge turun temurun (Adat orang Gayo turun temurun)

Beta ari silon nge kin peraturen (Berlaku sejak dahulu peraturan)

Ke male bergerak ku buet si tuju (Ketika melakukan suatu perbuatan

Boh idusun urum iperkampungen (Di dusun dan di perkampungan)

Kenge sawah musim ku lah nume (Ketika tiba musim turun

turun ke sawah)

Ara simungengkun le si mulo (Sebagian menjaga anak,

Puren sebagian turun kesawah)

Terang mulo perintah ari kejurun (Menunggu perintah dari kejurun)

Cerak bepetrun ku rakyat si simen (Disampaikan pada semua rakyat) d. Ketentuan Khusus

Mengenai ketentuan khusus pada masyarakat Tanah Gayo, khususnya sekitar kawasan Danau Laut Tawar, terdapat beberapa ketentuan khusus mengenai tempat tinggal atau rumah, pemanfaatan danau dari segi penangkapan ikan, dan pemanfaatan kawasan untuk pertanian dan perkebunan.

Penyangkulen

Penyangkulen merupakan gubuk untuk tangkap ikan depik yang dibuat di daerah sekitar muara sungai yang mengalir ke danau laut tawar. Gubuk ini dulunya merupakan sarana tempat tinggal masyarakat suku Gayo, karena mobilitas penduduk pada saat itu hanya terbatas di perairan sehingga banyak masyarakat suku Gayo tinggal di kawasan perairan. Gubuk ini dibuat dari kayu yang berasal dari jenis-jenis pohon yang tahan air. Bagian pada penyangkulen terdiri dari tiang penyangga (paruk), bambu untuk struktur penyangkulen, jaring, atap gubuk yang terbuat dari daun serule,

26

penahan angin yang terbuat dari daun nau, dan hamparan batu sepanjang 6 s/d 8 meter yang diletakkan di dasar danau. Contoh Penyangkulen dapat dilihat pada Gambar 6, gambar Denah dan Potongan pada Gambar 7.

Sumber : lintasgayo.co.id

Gambar 6 Penyangkulen

Sumber : Wawancara dengan Narasumber

Gambar 7 Denah dan Potongan Penyangkulen

Berdasarkan hasil wawancara dengan pemuka adat Aceh Tengah, yaitu bapak Ibnu Hajar, posisi penempatan penyangkulen ini harus berdekatan dengan sumber aliran air masuk danau karena ikan depik mencari sumber air bersih untuk tempat berkembang biak. Penyangkulen ini harus dibuat pada daerah yang kualitas airnya masih baik, karena menurut kepercayaan masyarakat sekitar Danau Laut Tawar menyebutkan, ikan

27 depik lebih banyak pada daerah danau yang airnya bersih. Gambar 8 adalah Peta Persebaran Kawasan Penyangkulen menurut hasil wawancara dengan narasumber. Penentuan kawasan penyangkulen secara spasial tersebut berdasarkan aliran muara sungai padadanau yang tersebar di kawasan. Jarak penempatannya sendiri menurut bapak Ibnu Hajar yaitu 5 sampai 50 meter kearah tengah danau, untuk kemudahan akses menuju penyangkulen dari daratan. Terdapat beberapa model yang menyerupai penyangkulen yang digunakan masyarakat suku Gayo dalam menangkap ikan, diantaranya

penyelangaten dan penyelamun. Letak perbedaannya adalah lokasi penempatan gubuk dan jenis ikan yang ditangkap. Penyelangaten

ditempatkan di rawa-rawa dengan jenis ikan yang ditangkap adalah ikan relo, dan penyelamun sendiri diletakkan disungai dengan jenis ikan yang ditangkap adalah ikan kepras.

Penyangkulen di kawasan Danau Laut Tawar sendiri sudah tidak ditemukan, karena masyarakat sekitar Danau Laut Tawar menangkap ikan dengan jaring, bom, atau senyawa kimia yang hasilnya lebih banyak dibandingkan penyangkulen. Penyangkulen sendiri pengelolaannya lebih intensif dan biaya pembuatan serta perawatan lebih mahal dibandingkan menangkap ikan dengan jaring. Selain itu ikan yang didapatkan dari hasil

penyangkulen tidak terlalu banyak seperti menggunakan jaring sehingga keuntungannya sedikit, sehingga banyak masyarakat sekitar kawasan Danau Laut Tawar tidak mengunakan penyangkulen untuk kegiatan menangkap ikan sehari-hari. Menurut bapak Ibnu Hajar, kondisi lahan yang selalu berubah dan berkembang, menjadi faktor berkurangnya penyangkulen. Konflik yang sempat terjadi di provinsi Aceh juga menjadi salah satu penyebab hilangnya gubuk penangkap ikan khas Suku Gayo ini, karena masyarakat yang dulunya tinggal di penyangkulen merasa tidak aman jika terus melanjutkan hidup dan tinggal di kawasan tersebut.

Gambar 8 Peta Persebaran Kawasan Penyangkulen

Dedisen

Dedisen merupakan struktur yang dibuat dan ditempatkan pada aliran muara sungai danau. Saluran ini digunakan sebagai salah satu sarana masyarakat sekitar kawasan Danau Laut Tawar sebagai penangkap ikan depik. Saluran ini dibuat dari kumpulan batu sebagai lantai aliran air,

28

kemudian perangkap ikan yang masyarakat sekitar menyebutnya sebagai

bubu, kepala saluran dedisen yang dibuat dari kayu dan daun serule untuk menjaga air agar tetap bersih, dan papan untuk menutup bagian atas saluran agar kualitas air tetap bersih dan terjaga. Contoh Komponen Dedisen dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9 Komponen Dedisen

Pada saat musim hujan ikan depik biasanya akan bergerak menuju daerah muara sungai danau untuk melakukan proses perkembangbiakan. Hal ini disebabkan karena daerah muara sungai danau merupakan daerah yang memiliki kualitas air yang baik. Dedisen yang dibuat akan menangkap ikan depik dan ikan yang masuk kedalam dedisen tidak akan bisa keluar lagi. Setelah terkumpul cukup banyak ikan depik di dedisen tersebut, selanjutnya ikan diambil dengan menggunakan gayung atau jaring. Sesuai dengan hasil wawancara dengan bapak Ibnu, keberlangsungan dedisen sendiri dipengaruhi oleh air yang berasal dari setiap sub DAS kawasan danau, maka perlu dilakukan perlindungan di seiap sub DAS kawasan Danau Laut Tawar agar kualitas airdanau tetap terjaga. Gambar 10 adalah Peta Sub DAS Kawasan Danau Laut Tawar.

Dedisen sendiri masih bisa ditemukan di kawasan Danau Laut Tawar. Terdapat dua dedisen yang aliran airnya berasal dari sub DAS empat dan sub DAS lima. Pembuatan dedisen sendiri tidak memerlukan modal yang banyak dan hasil yang didapat juga sangat banyak, apalagi pada saat musim hujan dimana ikan depik banyak mencari muara sungai untuk melakukan proses perkembangbiakan. Namun seiring perkembangan, dedisen semakin susah untuk dicari karena banyak aliran muara sungaidanau yang tidak aktif seperti biasa akibat alih fungsi lahan pada kawasan Danau Laut Tawar, dan aliran muara sungai danau mulai banyak tercemar karena pertambahan pemukiman penduduk, ditambah lagi berkembangnya alat modern yang lebih memudahkan masyarakat untuk menangkap ikan.

29

vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv

30 Sawah

Salah satu kegiatan pemanfaatan lahan yang banyak dilaku oleh masyarakat sekitar kawasan Danau Laut Tawar adalah bersawah. Masyarakat sekitar kawasan Danau Laut Tawar banyak menggunakan lahannya untuk dijadikan tempat untuk menanam padi. Kegiatan pertanian ini sudah dilakukan sejak dulu. Hal ini tercermin dalam pepatah suku Gayo mengatakan pentingnya peranan pertanian sawah dalam kehidupan masyarakat, yaitu ”beras padi tungket imen” dimana artinya bahan

makanan atau kebutuhan pokok yang memadai, akan mengkokohkan iman, sebab keluarga berada dalam situasi aman, tenteram dan harmonis.

Topografi kabupaten Aceh Tengah, khususnya sekitar kawasan Danau Laut Tawar sangat mendukung untuk menciptakan sumber makanan pokok yang satu ini. Terletak diatas permukaan laut antara 400 sampai dengan 1500 meter, dimana terdapat jajaran bukit barisan yang mengelilingi kawasan Danau Laut Tawar yang menjadi sumber air bagi pengairan sawahnya. Berikut pada Gambar 11 adalah salah satu sawah yang terdapat di sekitar kawasan Danau Laut Tawar.

Sumber : Dokumentasi pribadi

Gambar 11 Sawah Pada Kawasan Danau Laut Tawar

Sejak dulu kala, orang Gayo telah membangun tamak (bendungan),

kulem (kolam), rerak (tali air primer atau sekunder) dan rerak timur (tali air tertair). Mencetak sawah dalam bentuk tempeh (petak) sawah yan dibatasi

patal (pematang). Petak sawah berukuran 2 – 50 m², untuk tinggi tanahnya tergantung tergantung pada permukaan tanah yang dijadikan petak sawah. Areal sawah biasanya terletak dekat hulu sungai, sumber air, sungai, dan anak sungai yang dimana komponen tersebut dibuat bendungan, kolam, atau tali air.

Membuat bendungan, kolam, atau tali air dan sawah itu sendiri biasanya dilakukan oleh penduduk sara kuru atau sara empu (satu keturunan), dan sara belah atau sara kampung (penduduk satu kampung). Oleh sebab itu, areal perswahan satu keturunan dan satu kampung saling berdekatan. Hak memindahkan ha katas tanah diprioritaskan kepada orang yang satu keturunan atau tetangga letak tanah tersebut.

Kabupaten Aceh Tengah juga terkenal dengan kopi. Mayoritas perkebunan milik warga Aceh Tengah adalah perkebunan kopi. Pada tahun 2010 Kopi Gayo Aceh Tengah mendapatkan sertifikasi Indikasi Geografis oleh Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia. Tercatat 46 ribu hektare kebun kopi di kabupaten Aceh Tengah (Kemenkumham, 2010)

31 Aspek Bio-fisik

a. Topografi

Secara topografi kawasan terestrial Danau Laut Tawar memiliki elevasi 400 sampai dengan 1500 meter diatas permukaan laut. Untuk kawasan perairan danau yang dikelilingi perbukitan ini memiliki kedalaman dari 0 sampai dengan 85 meter. Peta Kontur dan Batimetri Kawasan Danau Laut Tawar dilihat pada Gambar 12.

Berdasarkan peta topografi tersebut dapat dibuat peta kemiringan lahan. Pada tabel 8 dan Gambar 13 merupakan tabel kelas lereng dan Peta Kemiringan Lahan. Kelas lereng ditentukan menjadi lima kelas berdasarkan kriteria penentuan kawasan lindung (SK Mentan No. 837/Kpts/Um/II/1980) yaitu 0-8 % (datar), 8-15 % (landai), 15-25 % (agak curam), 25-40 % (curam), dan >40 % (sangat curam).

Tabel 8 Luas Kelas Lereng Kawasan Danau Laut Tawar

Kelas Lereng Klasifikasi Luas ( ha ) Presentasi Luas ( % )

0-8 % Datar 6202 24,82 8-15 % Landai 1084 4,34 15-25 % Agak Curam 1910 7,64 25-40 % Curam 7339 29,37 >40 % Sangat Curam 8450 33,82 Total 24985 100

Sebaran kelas lereng kawasan ini dari tertinggi sampai terendah adalah lahan dengan kelas lereng >40% (sangat curam) mendominasi dengan presentasi luasan 33,82 % dari total area, kelas lereng 25-40% (curam) dengan presentasi luas 29,37 %. Kelas kemiringan selanjutnya adalah kelas lereng 0-8 % (datar) dengan presentasi luasan 24,82 %, kemudian kelas lereng 15-25 % (agak curam) dengan presentasi luasan 7,64 %. Kelas lereng 8-15 % (landai) dengan presentasi luasan terendah yaitu 4,34 %.

b. Geologi dan Tanah

Berdasarkan data BAPPEDA Kabupaten Aceh Tengah, struktur geologi yang berkembang di willayah Kabupaten Aceh Tengah berupa lipatan-lipatan yang membentuk lembah lipatan yang kemiringan kedua sayapnya menuju ke suatu arah dan saling mendekat (sinklin) kemudian punggung lipatan yang kemiringan kedua sayapnya ke arah saling berlawanan dan saling menjauh (antiklin), serta sesar-sesar (patahan). Arah sesar kurang lebih berarah barat laut - tenggara dan utara - selatan. Sedangkan antiklin mempunyai arah kurang lebih barat - timur. Bentuk lahan (fisiografi) di kawasan Danau Laut Tawar dibentuk oleh jenis formasi meurah buya, formasi rampong, formasi tawar (MPt), satuan telong (Qvtg), dan kelompok pameue. Peta Geologi Kawasan Danau Laut Tawar dapat dilihat pada Gambar 14.

Jenis tanah di kawasan Danau Laut Tawar berdasarkan data BAPPEDA Kabupaten Aceh Tengah adalah tanah aluvial, andosol, grumosol, podsolik coklat, renzina, litosol, dan mediteran. Peta Penyebaran Jenis Tanah pada Kawasan Danau Laut Tawar dapat dilihat pada Gambar 15.

32

Berdasarkan kriteria penentuan kawasan lindung (SK Mentan No. 837/Kpts/Um/II/1980) menurut kepekaannya terhadap erosi, tanah aluvial masuk dalam kriteria tidak peka sehingga tidak mungkin terjadi erosi, tanah mediteran masuk dalam kriteria kurang peka sehingga kemungkinan terjadinya erosi sangat kecil, tanah andosol, grumosol, dan podsolik masuk dalam kriteria peka sehingga kemungkinan terjadi erosi besar, tanah regosol, litosol, dan renzina masuk dalam kriteria sangat peka sehingga kemungkinan terjadi erosi sangat besar.

36

Berdasarkan kriteria penentuan kawasan lindung (SK Mentan No. 837/Kpts/Um/II/1980) menurut kepekaannya terhadap erosi, tanah aluvial masuk dalam kriteria tidak peka sehingga tidak mungkin terjadi erosi, tanah mediteran masuk dalam kriteria kurang peka sehingga kemungkinan terjadinya erosi sangat kecil, tanah andosol, grumosol, dan podsolik masuk dalam kriteria peka sehingga kemungkinan terjadi erosi besar, tanah regosol, litosol, dan renzina masuk dalam kriteria sangat peka sehingga kemungkinan terjadi erosi sangat besar.

c. Iklim

Berdasarkan rekapitulasi data curah hujan dari Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Aceh Tengah, dari tahun 2009 sampai dengan 2014 bahwa rata-rata curah hujan per hari di semua daerah pada kabupaten Aceh Tengah tercatat 9,15 mm dengan jumlah hari hujan 14. Sesuai kriteria penetapan kawasan hutan lindung ( SK Mentan No. 837/Kpts/Um/II/1980 ), dimana intensitas hujan yang didapatkan melalui perhitungan rata-rata curah hujan setahun dibagi dengan jumlah hari hujan setahun senilai 9,15 dan termasuk dalam kategori rendah. Curah hujan rata-rata bulanan tertinggi tercatat pada bulan November yaitu 329,5 mm. Sedangkan curah hujan rata- rata bulanan terendah tercatat pada bulan Juli yaitu 69,07 mm. Gambar 16 adalah Peta Curah Hujan Kawasan Danau Laut Tawar.

Berdasarkan data iklim dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika di stasiun terdekat dengan lokasi kawasan Danau Laut Tawar

Dokumen terkait