• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1Bawang Merah

GAMBARAN UMUM DESA KUPU

4.2 Kondisi Pertanian

Umumnya petani di lokasi penelitian menjadikan padi dan bawang merah sebagai tanaman utama yang mereka budidayakan. Mereka juga menanam tanaman cabe, kacang panjang (untuk jenis sayuran), ubi dan jagung (untuk jenis tanaman palawija) sebagai selingan atau sela di tanaman bawang merah maupun padi.

Disamping bercocok tanamam di sawah, masyarakat setempat juga ada yang beternak. Ternak yang dikembangan cukup beragam meskipun dalam skala yang masih relative kecil, seperti : kambing, ayam, kuda, angsa, kucing . Adapun populasi ternak yang dikembangkan adalah kambing sebanyak 324 ekor, ayam sebanyak 2398 ekor, kuda sebanyak 5 ekor, angsa dan kucing masing-masing sebanyak 14 ekor dan 85 ekor.

Berdasarkan data dari monografi desa Tahun 2013, pertanian di Desa Kupu dinilai maju, hal ini terlihat dari produksi hasil-hasil pertanian khususnya untuk bawang merah yang cukup tinggi. Adanya kelompok-kelompok tani di desa

tersebut telah mampu meningkatkan tingkat produksi dan kesejahteraan petani setempat. Di Desa Kupu terdapat lima kelompok tani yang masing-masing telah mengikuti SLPHT (sekolah lapang pengendalian hama terpadu), yakni kelompok tani Sumber Rejeki, Mekar Tani, Sumber Pangan, Sumber Makmur, Mulya Tani.

4.2.1 Usahatani Bawang Merah di Desa Kupu

Kegiatan budidaya atau usahatani di Desa Kupu dimulai dari pengolahan tanah, pemupukan, penanaman dan pemeliharaan tanaman. Pembibitan merupakan salah satu kegiatan di luar usahatani, yang menjadi kegiatan rutin petani setelah panen. Pembibitan adalah mengusahakan pertanaman yang hasilnya diarahkan untuk digunakan sebagai bahan untuk ditanam kembali pada pertanaman yang akan datang. Tarigan (1997) menyatakan bahwa pembibitan merupakan syarat yang mutlak untuk menghasilkan bibit yang bermutu.

Dalam hal pengadaan bibit, di Desa Kupu umumnya dilakukan oleh petani sendiri. Petani di desa setempat mengadakan pemilihan secara langsung terhadap hasil produksi yang dihasilkan dari lahannya. Bibit yang baik petani biasanya melakukan pengamatan terhadap tanaman yang akan dijadikan bibit selama pertumbuhannya, jadi sebelum panen telah dilakukan seleksi terhadap tanaman (umbi) yang akan dijadikan bibit. Hasil seleksi selama pertumbuhan tersebut petani akan mendapatkan bibit-bibit yang mempunyai sifat-sifat yang baik seperti tahan terhadap serangan hama, mempunyai anakan yang banyak dan dapat menghasilkan umbi yang besar-besar. Petani lebih menyukai umbi bibit dengan ukuran sedang dan kebanyakan petani Brebes menggunakan bibit bima. Penyimpanan umbi untuk bibit dilakukan selama 50–60 hari setelah tanam. Bibit

yang akan dijadikan bibit diolesi Dhitan untuk mencegah serangan jamur sebelum disimpan di tempat penyimpanan. Cara penyimpanan umbi biasanya dilakukan petani dengan menggantungkan umbi bibit yang sudah diikat di atas para-para dapur atau disimpan di gudang. Umbi bibit yang telah disimpan sejak panen, dan tunasnya sudah sampai ke ujung umbi maka sudah siap untuk ditanam.

Usahatani bawang merah dimulai dengan kegiatan pengolahan tanah yang pada dasarnya dimaksudkan untuk menciptakan lapisan olah yang gembur dan cocok untuk budidaya tanaman bawang merah selain itu juga untuk memperbaiki drainase, meratakan permukaan tanah, dan mengendalikan gulma. Pengolahan tanah yang dilakukan pada petani Gapoktan Maju Bersama terdiri dari empat tahap, yaitu : pembuatan bedengan dan saluran air (nyolok), pengolahan tanah tahap I (ngungkab pertama), pengolahan tahap II (ngungkab kedua), dan penggemburan (necrek). Pada tanah bekas tanaman padi pengolahan tanah harus melalui keempat tahapan di atas, sedangkan untuk tanah bekas tanaman bawang merah cukup melakukan tahap tiga dan tahap empat.

Saat pengolahan tanah, khususnya pada lahan yang masam dengan ph kurang dari 5,6 disarankan untuk memberikan dolomite minimal 2 minggu sebelum tanam. Pemberian Dolomit dilakukan untuk meningkatkan ketersediaan unsur hara. Pada lahan yang digunakan oleh petani Desa Kupu memiliki ph sebesar 6 - 6,5 sehingga tidak perlu dilakukan adanya penambahan Dolomit.

Kegiatan selanjutnya adalah pemberian pupuk dasar. Pupuk dasar yang digunakan oleh petani di desa tersebut menggunakan pupuk Urea dan TSP yang diaplikasikan 2 – 3 hari sebelum tanam dengan cara disebar lalu diaduk secara

merata dengan tanah. Pemupukan ke 2 atau pupuk susulan 1 berupa Urea, Dap dan NPK dilakukan pada umur 10 – 15 hari setelah tanam dan susulan II pada umur 1 bulan sesudah tanam. Penanaman dilakukan sehari setelah pengolahan tanah. Sebelum dilakukan penanaman tanah disiram terlebih dahulu.hal ini bertujuan untuk menciptakan kondisi tanah yang cukup lembab dan memudahkan dalam penanaman. Umumnya penanaman dilakukan pagi hari, yakni pada pukul 06.00–09.00 pagi.

Tahap selanjutnya adalah pemeliharaan tanaman. Kegiatan pemeliharaan tanaman meliputi kegiatan penyiraman, penyiangan, penyemprotan hama/penyakit tanaman, pengambilan telor (larva) hama (nguler), dan penambahan tanah pada dinding bedengan (malem). Penyiraman tanaman dilakukan hingga tanaman berumur 20 – 30 hari. Intensitas penyiraman tergantung kondisi cuaca. Saat musim kemarau (ketiga) penyiraman dilakukan setiap hari, sedangkan pada musim penghujan dilakukan 2 – 3 hari sekali. Intensitas kegiatan penyemprotan dan pengambilan telor/larva hama (nguler) tergantung pada tingkat serangan hama/penyakit tanaman. Penambahan tanah pada dinding bagian atas bedengan (malem) dilakukan dengan tujuan untuk menahan air pada saat penyiraman, sehingga air yang disiramkan akan deserap terlebih dahulu oleh tanaman sebelum jatuh di selokan. Intensitas kegiatan ini dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Pemanenan tanaman bawang merah biasanya tergantung pada bibit yang digunakan. Petani di desa Kupu menggunakan bibit Bima Brebes, sehingga bawang merah yang ditanam dapat dipanen pada umur 60 hari.

4.2.2 Hama dan Penyakit Tanaman Bawang Merah di Desa Kupu

Hama tanaman bawang merah yang banyak merugikan petani di desa Kupu adalah ulat bawang/ulat grayak (Spodoptera exiqua HBN). Daun bawang merah yang terserang hama ini akan tampak berbecak putih memanjang, lalu kemudian layu, berlubang dan di dekat lubang tersebut terdapat kotoran ulat. Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara penyemprotan insektisida yang efektif.

Penyakit tanaman yang paling dominan dan paling banyak merugikan petani bawang merah di Desa Kupu adalah bercak ungu atau trotol (Alternaria porrl) dan Antraknose (Colletotrichum gloesporioidesi Penz). Tanaman bawang merah yang terserang trotol biasanya diawali dengan munculnya bercak putih sampai kelabu pada daun. Selanjutnya bercak tersebut membesar dan berwarna ungu disertai dengan mulai keringnya ujung-ujung daun. Infeksi yang disebabkan oleh trotol ini menyebabkan pembusukan umbi. Pengendalian yang efektif dapat dilakukan dengan menggunakan fungisida seperti Antracol dan Dithane. Penyakit tanaman bawang merah yang lain adalah antraknose. Gejala umum dari tanaman yang terserang otomatis antara lain terbentuknya bercak putih pada daun. Selanjutnya akan membentuk lekukan sehingga menyebabkan daun bawang patah serentak. Pengendalian dapat dilakukan dengan penyemprotan fungisida efektif seperti antracol 70 WP, daconil 75 WP, dan brestan 60.

4.3 Gambaran Umum Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Maju

Dokumen terkait