• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN

4.4. Kondisi Pertanian

Luas tanah di Desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa ini dikelompokkan menjadi beberapa bagian yaitu tanah sawah, tanah kering, tanah basah tanah perkebunan dan tanah fasilitas umum. Tanah sawah terdiri sawah irigasi ½ teknis 126.00 Ha, sawah tadah hujan 321.00 Ha, sawah pasang surut 30,00 Ha.Tanah kering terdiri dari tegal/ladang 15,47 Ha, pemukiman 167.00 Ha, pekarangan 120.00 Ha. Tanah basah terdiri dari tanah rawa. Tanah pasang surut, tanah lahan gambut, tanah waduk danau. Tanah perkebunan terdiri dari tanah perkebunan rakyat 178.00 Ha, tanah perkebunan negara 350,09 Ha, tanah perkebunan perorangan 178,14 Ha.tanah fasilitas umum terdiri dari tanah lapangan olah raga 1.00 Ha. Tanah perkantoran pemerintah 0,50 Ha. Tanah ruang

publik/taman kota 5.00 Ha. Tempat pemakaman desa/umum 2.00 Ha. Tanah Pembuangan sampah 1.00 Ha. Tanah Bangunan sekolah perguruan tinggi 1.00 Ha.

Untuk lebih jelasnya mengenai potensi pertanian Desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Potensi Penggunaan Lahan Pertanian Desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa.

No. Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha)

1. Sawah Irigasi Teknis 0

2 Tanah sawah 447,00

3 Tanah kering 287,00

4 Tanah perkebunan 178,00

5 Tanah fasilitas umum 21,00

Jumlah 933,00

Sumber: Kantor Desa Baturappe 2016

Berdasarkan tabel 7, menunjukan bahwa desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa memiliki potensi pertanian yang cukup baik dan luas terbukti dari penggunaan lahan dengan luas 933,00 Ha yang sebagian besar digunakan untuk pertanian karena masyarakat desa Baturappe dominan dengan masyarakat petani. Adapun pembagian luas lahan menurut penggunaanya seperti yang di jelaskan pada tabel diatas adalah, sawah irigasi 0 karena menurut data tidak ada sawah irigasi yang terdapat pada desa Baturappe ini, tanah sawah dengan jumlah luas lahan 447,00, tanah kering dengan jumlah luas lahan sebesar 287,00, tanah perkebunan dengan luas lahan sebesar 178,00, tanah fasilitas umum dengan jumlah luas lahan 21,00 jadi jumlah keseluruhan sebesar 399,00 Ha.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Petani

Identitas petani responden menggambarkan suatu kondisi atau keadaan serta status dari petani tersebut. Identitas petani responden tersebut yang di uraikan dalam pembahasan berikut dapat memberikan informasi dari berbagai aspek keadaan petani yang di duga memiliki hubungan karakteristik petani dengan kemampuan petani dalam berusahatani padi sebagai upaya pemenuhan kebutuhan keluarga di Desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa. Informasi-informasi mengenai identitas petani responden sangat penting untuk di ketahui.

Berbagai aspek karakteristik dapat di lihat dari segi umur, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan pengalaman dalam berusahatani padi.

5.1.1 Umur Petani Responden

Umur sangat berpengaruh terhadap kegiatan usaha tani, terutama dalam kemampuan fisik dan pola fikir.Umumnya petani (penduduk) yang berusia lebih muda cenderung lebih berani mengambil resiko jika di bandingkan dengan petani ( penduduk) berusia tua.Tingkat umur merupakan salah satu faktor yang menentukan bagi petani padi khususnya petani yang menerapkan sistem tanam jajar legowo karena yang muda akan lebih mudah menyerap pengetahuan tentang inovasi baru seperti sistem tanam jajar legowo ini.Umur sangat mempengaruhi kemampuan fisik dan cara berfikir sehingga mempengaruhi dalam pengambilan keputusan dan daya serap informasi pengetahuan dan penyuluhan.

Pembagian golongan umur petani yang tidak menggunakan sistem tanam jajar legowo dibagi menjadi tiga interval umur, yaitu umur 28-35 tahun, 36-45 tahun, dan 46-60 tahun. Umur petani yang menjadi responden yang paling mudah adalah petani yang berusia 28 tahun sedangkan yang paling tua adalah petani dengan usia 57 tahun. Sementara pembagian golongan umur petani yang menggunakan sistem tanam jajar legowo dibagi menjadi tiga bagian umur, yaitu 20-30 tahun, 31-40 tahun dan 41-50 tahun.

Petani yang relatif tua, mempunyai kapasitas pengolahan usahatani yang lebih matang dan memiliki banyak pengalaman. Umur petani responden bervariasi sehingga untuk mengetahui tingkatan umur dari masing-masing responden diklasifikasikan berdasarkan tingkat umur petani responden. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Identitas Responden Yang Tidak Menggunakan Sistem Tanam Jajar Legowo Pada Usahatani Padi Berdasarkan Tingkat Umur Petani.

No Umur Responden ( Tahun ) Jumlah Persentase (%)

1 28-35 3 23,08 %

2 36-45 4 30,76 %

3 46-60 6 46,15 %

Jumlah 13 100%

Sumber: Data primer setelah diolah 2016

Dari Tabel 8, menunjukan bahwa klasifikasi umur responden petani yang tidak menggunakan sistem tanam jajar legowo terbanyak pada usia 46-60 tahun sebanyak 6 orang dengan persentase sebesar 46,15%, usia 36-45 tahun sebanyak 4 orang dengan persentase sebesar 30,76%, usia 28-35 tahun sebanyak 3 orang

dengan persentase sebesar 23,08%, umur petani yang termasuk kurang produktif dalam berusahatani padi yaitu umur 46-60 sebanyak 6 orang dengan persentase 46,15 %.

Dibawah ini dapat dilihat mengenai klasifikasi umur petani responden yang menggunakan sistem tanam jajar legowo pada usahatani padi di Desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa.

Tabel 9. Identitas Responden Yang Menggunakan Sistem Tanam Jajar Legowo Pada Usahatani Padi Berdasarkan Tingkat Umur Petani.

No Umur Responden Jumlah Persentase (%)

1 20-30 4 40 %

2 31-40 3 30 %

3 41-50 3 30 %

Jumlah 10 100%

Sumber: Data primer setelah diolah 2016

Dari Tabel 9. menunjukan bahwa klasifikasi umur responden petani yang menggunakan sistem tanam jajar legowo terbanyak pada usia 20-30 tahun sebanyak 4 orang dengan persentase sebesar 40%, usia 31-40 tahun sebanyak 3 orang dengan persentase sebesar 30%, dan usia 41-50 tahun sebanyak 3 orang dengan persentase sebesar 30% umur petani yang termasuk kurang produktif dalam berusahatani padi yaitu umur 41-50 sebanyak 3 orang dengan persentase 30 %.

5.1.2 Tingkat pendidikan responden

Tingkat pendidikan responden juga sangat mempengaruhi pola pengolahan usaha tani. pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan pola pikir petani dalam pengembangan usahanya terutama dalam menyerap dan mengaplikasikan strategi dan inovasi baru dalam rangka pencapaian tingkat produksi yang optimal.

semakin tinggi tingkat pengetahuan responden terhadap usahatani sistem tanam jajar legowo pada usahatani padi maka semakin tinggi pula penggunaannya.

Untuk lebih jelasnya mengenai tingkat pendidikan responden petani yang menggunakan sistem tanam jajar legowo dan yang tidak menggunakan sistem tanam jajar legowo di Desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa dapat dilihat pada Tabel 10:

Tabel 10.Identitas Responden Yang Tidak Menggunakan Sistem Tanam Jajar Legowo Pada Usahatani Padi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Petani.

No Tingkat pendidikan responden Jumlah Persentase %

1 Tamat SD/Sederajat 6 46,16 %

2 Tamat SLTPsederajat 1 7,70 %

3 Tamat SMA/Sederajat 4 30,76 %

4 Tamat S-1/Sederajat 2 15,38 %

Jumlah 13 100 %

Sumber: Data primer setelah diolah 2016

Berdasarkan tabel 10, menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani responden yang tidak menggunakan sistem tanam jajar legowo pada usahatani padi yang tamat SD/sederajat sebanyak 6 orang dengan persentase 46,16%, Tamat SLTP/sederajat sebanyak 1 dengan persentase 7,70 %, Tamat SMA/Sederajat

sebanyak 4 orang dengan persentase 30,76 %, dan yang Tamat S-1/Sederajat sebanyak 2 orang dengan persentase 15,38 %.

Berikut ini akan dijelaskan tingkat pendidikan responden yang menggunakan sistem tanam jajar legowo pada usahatani padi di Desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa.

Tabel 11.Identitas Responden Yang Menggunakan Sistem Tanam Jajar Legowo Pada Usahatani Padi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Petani.

No Tingkat pendidikan responden Jumlah Persentase %

1 Tamat SD/Sederajat 1 10 %

2 Tamat SLTPsederajat 3 30 %

3 Tamat SMA/Sederajat 2 20 %

4 Tamat S-1/Sederajat 4 40 %

Jumlah 10 100 %

Sumber: Data primer setelah diolah 2016

Berdasarkan Tabel 11, menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani responden yang menggunakan sistem tanam jajar legowo pada usahatani padi yang tamat SD/sederajat sebanyak 1 orang dengan persentase 10%, Tamat SLTP/sederajat sebanyak 3 dengan persentase 30 %, Tamat SMA/Sederajat sebanyak 2 orang dengan persentase 20 %, dan yang Tamat S-1/Sederajat sebanyak 4 orang dengan persentase 40 %.

5.1.3 Pengalaman Responden Berusahatani Padi

Pengalaman berusaha tani dapat di artikan sebagai sesuatu yang pernah di jalani, dirasakan, ditanggung, oleh petani dalam menjalankan kegiatan usahatani dengan mengerahkan tenaga, pikiran, atau badan untuk mencapai tujuan

usahatani, yaitu memperoleh pendapatan bagi kebutuhan hidup petani dan kesejahteraan keluarganya.

Pengalaman berusaha tani dapat menunjukkan keberhasilan seseorang dalam mengola lahan usahatani padi terutama pengalaman dalam penggunaan sistem tanam jajar legowo. Sebab dapat menjadi pedoman pada masa yang akan datang. Mereka yang masih berusia muda relatif belum berpengalaman, sehingga untuk mengimbangi kekuranganya dia perlu dinamis sebaliknya mereka yang sudah berusia tua banyak berpengalaman dalam berusaha sehingga sangat berhati-hati dalam bertindak.

Pengalaman berusaha bagi responden dalam penelitian ini adalah pengalaman mereka dalam mengolah lahan pertanian baik yang menggunakan sistem tanam jajar legowo maupun yang tidak menggunakan sebagai suatu kebutuhan keluarga dan mendatangkan keuntungan secara finansial.

Tabel 12. Identitas Responden Yang Tidak Menggunakan Sistem Tanam Jajar Legowo Pada Usahatani Padi Berdasarkan Pengalaman.

No Pengalaman Berusahatani ( Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 0 – 10 4 30,76 %

2 11 – 20 5 38, 46 %

3 21 – 30 3 23,07 %

4 31 – 40 1 7,70 %

Jumlah 13 100 %

Sumber: Data primer setelah diolah 2016

Berdasarkan Tabel 12, menunjukkan bahwa pengalaman responden dalam berusahatani padi 0-10 tahun sebanyak 4 orang dengan persentase 30,76%

pengalaman 11-20 tahun sebanyak 5 orang dengan persentase 38,45 %,

Pengalaman 21-30 Tahun sebanyak 3 orang dengan persentase 23,07 %, Pengalaman 31-40 tahun sebanyak 1 orang dengan persentase 7,69 % dengan demikian pengalaman dalam berusahatani padi menunjukan keberhasilan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan keluarga di Desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa. Berdasarakan keterampilan dalam berusahatani yang kurang lebih telah dilakukan selama 11-20 tahun.

Berikut ini dapat dilihat pengalaman berusahatani padi yang menggunakan sistem tanam jajar legowo di Desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa berdasarkan pengalaman.

Tabel 13. Identitas Responden Yang Menggunakan Sistem Tanam Jajar Legowo Pada Usahatani Padi Berdasarkan Pengalaman.

No Pengalaman Berusahatani ( Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 0 – 10 7 70 %

2 11 – 20 2 30 %

3 21 – 30 1 10 %

Jumlah 10 100 %

Sumber: Data primer setelah diolah 2016

Berdasarkan Tabel 13, menunjukkan bahwa pengalaman responden dalam berusahatani padi 0-10 tahun sebanyak 7 orang dengan persentase 70 % pengalaman 11-20 tahun sebanyak 2 orang dengan persentase 20 %, Pengalaman 21-30 Tahun sebanyak 1 orang dengan persentase 10 %, dengan demikian pengalaman dalam berusahatani padi dapat menunjukan keberhasilan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan keluarga di Desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu

Kabupaten Gowa. Berdasarakan keterampilan dalam berusahatani yang kurang lebih telah dilakukan selama 0-10 tahun.

5.1.4 Jumlah Tanggungan Keluarga Responden

Tanggungan keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam melakukan kegiatan usaha taninya.Semakin banyak anggota keluarga yang yang di tanggung, maka semakin besar pula tuntutan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Disisi lain semakin banyak tanggungan keluarga, akan membantu meringankan kegiatan usaha tani yang di lakukan, karena sebagian besar petani masih menggunakan tenaga keluarga.

Untuk lebih jelasnya berikut ini akan menjelaskan jumlah tanggungan keluarga responden petani baik yang menggunakan sistem tanam jajar legowo maupun yang tidak menggunakan sistem tanam jajar legowo di Desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa.

Tabel 14.jumlah Tanggungan Keluarga Yang Tidak Menggunakan Sistem Tanam Jajar Legowo.

No Jumlah Tanggungan Keluarga ( orang) Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 1 – 3 3 23,07

2 4 – 5 8 61,53

3 6 – 7 2 15,38

Jumlah 13 100%

Sumber: Data primer setelah diolah 2016

Dari Tabel 14, menunjukkan bahwa responden memiliki tanggungan keluarga terbanyak yaitu 4-5 sebanyak 8 orang responden dengan peresentase

61,53% dan jumlah responden yang memiliki tanggungan keluarga lebih sedikit antara 6-7 responden yaitu sebanyak 2 orang responden dengan persentase 15,38

%.

Berikut ini akan menjeleskan jumlah tanggungan keluarga yang menggunakan sistem tanam jajar legowo di Desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa.

Dari Tabel 15 , menunjukkan bahwa responden yang memiliki tanggungan keluarga terbanyak yaitu 1-3 sebanyak 7 orang responden dengan peresentase 70

% dan jumlah responden yang memiliki tanggungan keluarga lebih sedikit antara 6-7 orang responden yaitu sebanyak 1 orang responden dengan persentase 10 %.

Tabel 15.jumlah Tanggungan Keluarga Yang Menggunakan Sistem Tanam Jajar Legowo.

No Jumlah Tanggungan Keluarga ( orang) Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 1 – 3 7 70

2 4 – 5 2 20

3 6 – 7 1 10

Jumlah 10 100%

Sumber: Data primer setelah diolah 2016

5.1.5 Jumlah Luas Lahan Responden

Lahan sebagai tempat berlangsungnya aktifitas bercocok tanam merupakan salah satu faktor produksi di dalam usahatani. Luas lahan usahatani yang di usahakan oleh setiap petani/responden bervariasi, dimana petani yang

memiliki lahan yang lebih luas akan cenderung memperoleh produksi yang lebih besar dan luas lahan yang kecil akan memperoleh produksi yang lebih kecil pula.

Berikut ini akan menjelaskan luas lahan responden baik yang menggunakan sistem tanam jajar legowo maupun yang tidak menggunakan sistem tanam jajar legowo di Desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa.

Tabel 16. Jumlah Luas Lahan Responden Yang Tidak Menggunakan Sistem Tanam Jajar Legowo.

No Luas lahan (Ha) Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 1 – 2 10 76,92 %

2 3 – 4 3 23,08 %

Jumlah 13 100%

Sumber: Data primer setelah diolah 2016

Berdasarkan Tabel 16, menunjukkan bahwa luas lahan responden petani padi yang tidak menggunakan sistem tanam jajar legowo 1-2 Ha sebanyak 10 orang dengan persentase sebesar 76,92 %, dan luas lahan 3-4 Ha sebanyak 3 orang dengan persentase sebesar 32,07 %.

Berikut ini akan menjelaskan luas lahan responden petani yang menggunakan sistem tanam jajar legowo di Desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa.

Dari Tabel 17, menunjukkan bahwa luas lahan responden petani padi yang menggunakan sistem tanam jajar legowo 1-2 Ha sebanyak 8 orang dengan persentase sebesar 80 %, dan luas lahan 3-4 Ha sebanyak 2 orang dengan persentase sebesar 20 %

Tabel 17. Jumlah Luas Lahan Responden Yang Menggunakan Sistem Tanam Jajar Legowo.

No Luas lahan (Ha) Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 1 – 2 8 80 %

2 3 – 4 2 20 %

Jumlah 10 100%

Sumber: Data primer setelah diolah 2016

Persepsi petani terhadap penerapan sistem tanam jajar legowo di Desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa dianalisis dengan menggunakan metode scoring yaitu Pemberian angka-angka tertentu terhadap kolom-kolom tertentu yang menyangkut keterangan tertentu pula atau proses pemberian skor tertentu terhadap aneka ragam jawaban dari kuisioner untuk dikelompokan dalam kategori yang sama.

Skoring bertujuan untuk menyederhanakan jawaban responden Baik yang menggunakan sistem tanam jajar legowo pada usahatani padi maupun yang tidak menggunakan sistem tanam jajar legowo di Desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa. Yaitu dengan cara pemberian nilai berupa angka pada jawaban pertanyaan untuk memperoleh data kuantitatif. Dalam penelitian ini urutan pemberian skor yaitu pengelompokan data atas jawaban-jawaban dengan teratur dan teliti, kemudian dihitung dan di jumlahkan dan di sajikan dalam bentuk tabel.

Berikut ini adalah data yang telah di identifikasi karakteristik pendapat/pernyataan responden berdasarkan hasil wawancara dari

penduduk/petani padi di Desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa.

Tabel 18. Hasil Analisis Skoring Responden Berdasarkan Pendapat/pernyataan di Desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kab Gowa

No Keterangan Nilai

Rata-rata

Kriteria 1 Sistem pengolahan lahan pada sistem tanam jajar

legowo mudah diterapkan

2,69 Setuju

2 Sistem tanam jajar legowo bisa diterapkan di tanah tkontur apa saja.

2,13 Kurang

setuju 3 Tidak ada kriteria bibit tertentu yang harus

diterapkan pada sistem tanam jajar legowo.

2,39 Setuju

4 Sistem penanaman pada padi sistem tanam jajar legowo mudah dilakukan.

2,69 Setuju

5 Proses pemupukan mudah dilakukan pada padi jajar legowo

2,95 Setuju

6 Pengendalian hama dan penyakit mudah dilakukan pada pola tanam jajar legowo

2,95 Setuju

7 Adanya jarak tanam pada sistem tanam jajar legowo menyebabkan hama dan penyakit tidak mudah legowo lebih besar dibandingkan sistem tanam lain.

2,95 Setuju

10 Hasil produksi padi sistem tanam jajar legowo lebih tinggi dibandingkan sistem tanam lain

2,91 Setuju

11 Sistem tanam jajar legowo membutuhkan biaya operasional yang lebih sedikit dibandingkan sistem lain.

1,78 Kurang

setuju 12 Tenaga kerja yang digunakan lebih sedikit

dibandingkan sistem tanam lain.

1,73 Kurang

setuju

Jumlah 30,63 Setuju

Rata-rata 2,55

Sumber: Data primer setelah diolah 2016

Berdasarkan Tabel 18, dapat dijelaskan bahwa pertanyaan mengenai sistem pengolahan lahan pada sistem tanam jajar legowo mudah diterapkan karena

menurut responden tidak banyak langkah-langkah yang susah pada pengolahan lahan sistem tanam jajar legowo cukup dilakukan 2 kali pembajakan dan 2 kali penggaruan agar memperoleh lumpur yang banyak. Sistem pengolahan lahan padi jajar legowo ini berada pada kriteria setuju dengan nilai rata-rata yaitu 2,69.

Sistem tanam jajar legowo bisa diterapkan pada tekstur tanah apa saja berada pada kriteria kurang setuju dengan nilai rata-rata 2,13 karena sistem tanam jajar legowo tidak dapat direrapka pada sawah bebatuan dan juga tanah pada daerah pegunungan atau daerah dataran tinggi, khususnya di daerah baturappe tidak semua sawah dapat ditanami dengan sistem tanam jajar legowo karena merupakan daerah dataran tinggi dan sedikit berbatu-batu.

Tidak ada kriteria bibit tertentu yang harus diterapkan pada sistem tanam jajar legowo berada pada kriteria setuju dengan nilai rata-rata 2,39, karena sudah banyak bibi berlabel yang dianjurkan untuk digunakan, setiap daerah memiliki bibit yang berlabel jadi semua bibit yang akan digunakan harus bibit yang berlabel sesuai dengan yang dianjurkan daerah setempat, tidak perlu lagi menggunakan bibit yang lain yang belum tentu terjamin kualitasnya.

Sistem penanaman pada sistem tanam jajar legowo mudah dilakukan berada pada kriteria setuju dengan nilai rata-rata 2,69, penanaman padi jajar legowo mudah dilakukan karena hanya memerlukan alat untuk mengukur jarak tanam sesuai yang diinginkan sementara alat yang dibutuhkan tidak begitu sulit untuk didapatkan dimana alat yang diperlukan bisa menggunakan tali, dan cara penggunaan tali untuk mengukur jarak tanam cukup di bentangkan tali dari ujung

tanah dengan rapi dan sesuai dengan jarak yang diinginkan, kemudian arah barisan tanam mengikuti arah aliran air sehingga air mudah untuk mengalir kesetiap sudut-sudut sawah.

Proses pemupukan mudah dilakukan pada padi sistem tanam jajar legowo berada pada kriteria setuju dengan nilai rata-rata 2,95, pemupukan dikatakan mudah dilakukan pada padi jajar legowo karena memiliki barisan kosong sehingga pemupukan bisa dilakukan melalui barisan kosong tersebut sehingga dalam satu kali melangkah dibarisan kosong maka pemupukan bisa lansung dua baris yang terlampaui.

Pengendalian hama dan penyakit mudah dilakukan pada pola tanam jajar legowo berada pada kriteria setuju dengan nilai rata-rata 2,95, dikatakan pengendalian hama mudah dilakukan karena dengan adanya jarak tanam yang teratur pada sistem tanam jajar legowo dan adanya barisan kosong maka memudahkan untuk masuk kedalam sawah tanpa harus takut rumpun tanam terinjak selain itu dengan barisan kosong tersebut juga memudahkan untuk penyemproten pestisida.

Adanya jarak tanam pada padi jajar legowo menyebabkan hama dan penyakit tidak mudah menyebar berada pada kriteria setuju dengan nilai rata-rata 2,56, karena dengan jarak tanam lebar di antara kedua barisan maka perpindahan hama dan penyakit dari barisan satu kebarisan berikutnya mudah dicegah atau di kendalikan sehingga tidak mudah menyebar.

Pemanenan pada sistem tanam jajar legowo mudah dilakukan berada pada kriteria setuju dengan nilai rata-rata 2,91.

Bulir padi yang dihasilkan pada sistem tanam jajar legowo lebih besar dibandingkan sistem tanam lain berada pada kriteria setuju dengan nilai rata-rata 2,92, bulir padi lebih besar dibandingkan sistem tanam lain karena banyaknya sinar matahari yang di peroleh setiap rumpun tanaman maka proses fotosintesis setiap daun tanaman akan semakin tinggi sehingga kulitas gabah yang dihasilkan juga semakin tinggi dan bulirnya semakin besar.

Hasil produksi padi sistem tanam jajar legowo lebih tinggi dibandingkan sistem tanam lain berada pada kriteria setuju dengan nilai rata-rata 2,91, hasil produksi sistem tanam jajar legowo lebih tinggi dibandingkan sistem tanam lain karena jarak tanam yang teratur maka persaingan tanaman akan unsur hara semakin berkurang, jadi kebutuhan akan unsur hara pada setiap rumpun tanaman dapat terpenuhi dengan baik, selain unsur hara yang banyak diperoleh sistem tanam jajar legowo juga membuat setiap tanaman seakan seperti berada dipinggir semua sehingga proses penyerapan sisnar matahari juga semakin banyak, banyaknya sinar matahari yang diserap maka proses fotosintesis semakin tinggi sehingga bulir padi yang dihasilkan semakin besar pada setiap malai padi maka produksi yang dihasilkan pun semakin tinggi. Peningkatan produksi padi sistem tanam jajar legowo mencapai 15-20 %.

Sistem tanam jajar legowo membutuhkan biaya operasional lebih sedikit dibandingkan sistem lain berada pada kriteria kurang setuju dengan nilai rata-rata

1,78. sistem pengolahan lahan dilakukan pembajakan 2 kali untuk memperoleh lumpur sawah yang banyak dan proses penanaman juga lama karena harus mengukur jarak tanam sebelum melakukan penanaman sehingga banyak biaya yang dibutuhkan karena semakin lama proses pengerjaan maka semakin banyak pula biaya yang dibutuhkan.

Biaya tenaga kerja yang digunakan lebih sedikit dibanding sistem tanam lain berada pada kriteria kurang setuju dengan nilai rata-rata 1,73, pengolahan lahan yang dilakukan pembajakan dan pengapuran dua kali maka memerlukan tenaga kerja yang banyak pula, selain itu penanaman yang yang lama membutuhkan tenaga kerja dari luar keluarga sehingga biaya tenaga kerja menjadi lebih banyak.

Hasil penelitian tentang persepsi petani terhadap penerapan sistem tanam jajar legowo pada usahatani padi di Desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa, dan seluruh pertanyaan ke seluruh responden menunjukan bahwa hasil jawaban yang paling banyak dari 3 kriteria pilihan jawaban yaitu setuju, kurang setuju, dan tidak setuju, dan jawaban yang paling banyak adalah kriteria setuju dengan jumlah 30,63 dan nilai rata-rata sebanyak 2,55. Hasil penelitian tentang persepsi petani termasuk banyak yang menganggap setuju karena dapat meningkatkan produktivitas.

Dari hasil penelitian dilapangan telah dijumpai 23 responden yang terdiri dari 10 responden yang menggunakan sistem tanam jajar legowo dan 13 responden yang tidak menggunakan sistem tanam jajar legowo, dan pandangan

atau persepsi petani baik yang menggunakan maupun yang tidak menggunakan tetap memiliki persepsi setuju namun diantara yang menggunakan dan yang tidak

atau persepsi petani baik yang menggunakan maupun yang tidak menggunakan tetap memiliki persepsi setuju namun diantara yang menggunakan dan yang tidak

Dokumen terkait