• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI PETANI TERHADAP PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO PADA USAHATANI PADI DI DESA BATURAPPE KECAMATAN BIRING BULU KABUPATEN GOWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERSEPSI PETANI TERHADAP PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO PADA USAHATANI PADI DI DESA BATURAPPE KECAMATAN BIRING BULU KABUPATEN GOWA"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI PETANI TERHADAP PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO PADA USAHATANI PADI

DI DESA BATURAPPE KECAMATAN BIRING BULU KABUPATEN GOWA

KASMIATI 105960120812

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2016

(2)

PERSEPSI PETANI TERHADAP PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO PADA USAHATANI PADI SAWAH DI DESA BATURAPPE

KECAMATAN BIRING BULU KABUPATEN GOWA

KASMIATI 105960120812

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata satu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2016

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Persepsi Petani Terhadap Penerapan Sistem Tanam Jajar Legowo pada Usahatai Padi di Desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa

Nama : KASMIATI

Stambuk : 105960 1208 12

Konsentrasi : Penyuluhan Pertanian Program Studi : Agribisnis

Fakultas : Pertanian

Disetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Ir Hj Siti Wardah M,Si Dewi Sartika S.TP, M,Si

Diketahui

Dekan Fakultas Pertanian Ketua Prodi

Agribisnis

Ir. Saleh Molla, M.M. Amruddin S.Pt,.M.Si

(4)

PENGESAHAN KOMISI PENGUJI

Judul : Persepsi Petani Terhadap Penerapan Sistem Tanam Jajar

Legowo Pada Usahatani Padi di Desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa.

Nama : Kasmiati

Stambuk : 1059601208 12 Konsentrasi : Penyuluhan Pertanian Program Studi : Agribisnis

Fakultas : Pertanian

KOMISI PENGUJI

Nama Tanda Tangan

1. Ir Hj Siti Wardah M.Si Pembimbing I 2. Dewi Sartika S.TP.M.Si

Pembimbing II 3. Dr Irwan Mado M.P

Penguji I

4. Amanda Pattapuri F, SP,MP Penguji II

Tanggal Lulus...

(5)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ Persepsi Petani Terhadap Penerapan sistem Tanam Jajar Legowo Pada Usahatani Padi di Desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa” adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.

Makassar April 2016 KASMIATI

105960120812

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepda hambaNya. Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah SAW beserta para keluarga, sahabat, dan para pengikutnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul”

Persepsi petani terhadap penerapan sistem tanam jajar legowo pada usahatani padi di Desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan serta motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Ir Hj Siti Wardah M.Si selaku pembimbing I dan Dewi Sartika S.TP.M.Si selaku pembimbing II yang selalu senantiasa mengarahkan dan mengajarkan serta selalu meluangkan waktu dalam membimbing saya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

2. Bapak Ir. Saleh Molla, M.M selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Amruddin, S.Pt., M.Si selaku ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

(7)

4. Kedua orangtua ayahanda Makmur Dg Sujju dan ibunda Sitti Dg sangnging dan segenap keluarga yang senantiasa memberikan bantuan, baik moril maupun material sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Seluruh Dosen Jurusan Agribisnis di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada penulis.

6. Kepada pihak pemerintah kabupaten Gowa khususnya kepada Bupati Gowa yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di daerah tersebut.

Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan skripsi ini, semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan. Semoga kristal-kristal Allah senantiasa tercurahkan kepada kita semua, amin.

Makassar, Mei 2016

KASMIATI

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 4

1.3.Tujuan Penelitian ... 5

1.4.Manfaat Penelitian ... 5

II . TINJAUAN PUSTAKA... 6

2.1.Usahatani Padi ... 6

2.2.Sistem Tanam Jajar Legowo ... 7

2.3.Pengetahuan Petani ... 9

2.4.Persepsi ... 10

2.5.Kerangka Pemikiran... 15

III . METODE PENELITIAN... 16

(9)

3.1.Tempat Dan Waktu Penelitian ... 16

3.2.Teknik Penentuan Sampel... 16

3.3.Jenis Dan Sumber Data ... 16

3.4.Teknik Pengumpulan Data... 17

3.5.Teknik Analisis Data... 18

3.6.Defenisi Operasional... 10

IV . GAMBARAN UMUM LOKASI... 22

4.1.Letak Geografis... 22

4.2.Kondisi Demografis ... 23

4.2.1.Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin... 23

4.2.2.Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian... 24

4.2.3.Penduduk berdasarkan tingkat pendidikan ... 27

4.2.4.Penduduk berdasarkan status perkawinan. ... 28

4.3 Sarana Dan Prasarana... 30

4.4. Kondisi Pertanian... 31

V . HASIL DAN PEMBAHASAN... 34

VI . PENUTUP ... 52

6.1. Kesimpulan ... 53

6.2. Saran ... 53 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP DOKUMENTASI

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

1. Tabel 1. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin Desa

Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa. ... 24 2. Tabel 2. Jumlah penduduk berdasarkan umur Desa Baturappe

Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa... 24 3. Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di

Desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa ... 25 4. Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Desa Baturappe Kecamtan Biring Bulu Kabupaten Gowa ... 27 5. Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Perkawinan

Desa Baturappe Kecamtan Biring Bulu Kabupaten Gowa ... 29 6. Tabel 6. Sarana dan Prasarana Desa Baturappe Kecamatan

Biring Bulu Kabupaten Gowa... 30 7. Tabel 7. Potensi Penggunaan Lahan Pertanian Desa Baturappe

Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa... 32 8. Tabel 8. Identitas responden yang tidak menggunakan sistem

tanam jajar legowo pada usahatani padi berdasarkan tingkat

umur di Desa Baturappe... 35 9. Tabel 9. Identitas responden yang menggunakan sistem

tanam jajar legowo pada usahatani padi berdasarkan tingkat

umur petani di Desa Baturappe ... 36 10. Tabel 10. Identitas responden yang tidak menggunakan

sistem tanam jajar legowo pada usahatani padi berdasarkan

tingkat pendidikan petani di Desa Baturappe ... 37 11. Tabel 11. Identitas responden yang menggunakan sistem

tanam jajar legowo pada usahatani padi berdasarkan tingkat

pendidikan petani di Desa Baturappe... 38 12. Tabel 12. Identitas responden yang tidak menggunakan sistem

tanam jajar legowo pada usahatani padi berdasarkan pengalaman

(11)

di Desa Baturappe ... 40 13. Tabel 13. Identitas responden yang menggunakan sistem tanam

jajar legowo pada usahatani padi berdasarkan pengalaman di Desa

Baturappe ... 41 14. Tabel 14. jumlah tanggungan keluarga yang tidak menggunakan

sistem tanam jajar legowo di Desa Baturappe Kecamatan

Biring Bulu Kabupaten Gowa... 42 15. Tabel 15. jumlah tanggungan keluarga yang menggunakan

sistem tanam jajarlegowo di Desa Baturappe Kecamatan

Biring Bulu Kabupaten Gowa... 43 16. Tabel 16. jumlah luas lahan responden yang tidak menggunakan

sistem tanam jajarlegowo di Desa Baturappe Kecamatan

Biring Bulu Kabupaten Gowa... 44 17. Tabel 17. jumlah luas lahan responden yang menggunakan

sistem tanam jajarlegowo di Desa Baturappe Kecamatan

Biring Bulu Kabupaten Gowa... 44 18. Tabel 18 .hasil analisis skoring berdasarkan pendapat/

pernyataan responden di Desa Baturappe Kecamatan Biring

Bulu Kabupaten Gowa ... 45

(12)

I . PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peningkatan produktivitas usahatani tanaman padi sangat dibutuhkan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pangan rakyat Indonesia. Dimana padi merupakan bahan makanan pokok masyarakat Indonesia. Untuk itu Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian menciptakan komponen teknologi PTT yaitu pengelolaan tanaman terpadu yang terdiri dari varietas unggul, persemaian, bibit muda, sistem tanam legowo 4:1, pemupukan berimbang, penggunaan bahan organik, pengendalian hama penyakit, panen dan pasca panen. Kesinergisan komponen PTT tersebut mampu meningkatkan produktifitas padi.

Dalam upaya peningkatan hasil dilakukan penelitian dan pengkajian teknik penataan populasi tanaman dalam satuan luas lahan tertentu. Teknik ini banyak dilaksanakan oleh petani di daerah Jawa yang disebut dengan sistem tanam jajar legowo. Legowo berasal dari bahasa Jawa, yaitu lego = lega/luas dan dowo = memanjang, artinya sistem tanam jajar dimana antara barisan tanaman padi terdapat lorong yang kosong yang lebih lebar dan memanjang sejajar dengan barisan tanaman padi (Taher A, 2000 ).

Introduksi sistem tanam jajar legowo adalah salah satu inovasi teknologi yang memberikan dampak bagi peningkatan produktivitas padi karena dapat meningkatkan jumlah gabah/malai padi sawah dibandingkan sistem lain. Selain itu pada sistem tanam jajar legowo, dimana setiap tanaman mempunyai ruang

(13)

kosong yang cukup sehingga mengurangi persaingan terhadap cahaya, udara dan air, kondisi ini menyebabkan pembentukan biji dapat terjadi dengan sempurna (Arafah 2006).

Tanam jajar legowo merupakan salah satu strategi yang dapat di gunakan pada usahatani padi yang dapat meningkatkan produksi serta memberikan kemudahan dalam aplikasi pupuk dan pengendalian organisme penggangu tanaman. Jajar legowo merupakan cara tanam dengan beberapa barisan tanaman kemudian diselingi oleh 1 baris kosong dimana jarak tanam pada barisan pinggir

½ kali jarak tanaman pada baris tengah. Ada beberapa tipe cara tanam jajar legowo yang umum dilakukan yaitu ; tipe legowo 2:1; 3:1; 4:1; 5:1; 6:1 dan tipe lainnya. Disamping itu sistem ini memberikan ruang yang luas (lorong) dan sangat cocok dikombinasikan dengan pemeliharaan ikan (mina padi legowo).

Prinsip dari sistem tanam jajar legowo adalah pemberian kondisi pada setiap barisan tanam padi untuk mengalami pengaruh sebagai tanaman barisan pinggir.

Umumnya tanaman pinggir menunjukkan hasil lebih tinggi daripada tanaman di bagian dalam barisan. Tanaman pinggir juga menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik karena kurangnya persaingan tanaman antar barisan.

Potensi Kabupaten Gowa yang sesungguhnya adalah sektor pertanian.

Pekerjaan utama penduduk kabupaten yang pada tahun 2000 lalu berpendapatan per kapita Rp. 2,09 juta ini adalah bercocok tanam, dengan sub sektor pertanian tanaman pangan sebagai andalan. Sektor pertanian memberi kontribusi sebesar 45% atau senilai Rp. 515,2 miliar. Lahan persawahan yang tidak sampai 20%

(14)

(3,640 hektare) dari total lahan kabupaten mampu memberikan hasil yang memadai. Potensi pertanian tanaman pangan yang dimiliki Kabupaten Gowa menempatkan daerah ini pada posisi yang sejajar dengan daerah tingkat II lainnya di Sulawesi Selatan. Daerah ini memiliki areal persawahan seluas 28.828 Ha dengan potensi Irigasi seluas 16.773 Ha baku sawah, atau sekitar 56% dari luas persawahan yang ada. Khusus usahatani padi paling dominan diusahakan oleh masyarakat petani yang ada di Dusun Baturappe Desa Baturappe Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa.

Desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa ini memiliki luas lahan persawahan yang sangat luas untuk mengembangkan usahatani padi akan tetapi hasil produksi padi masih belum bagitu berkembang pesat di karenakan sistem pertaniannya masih sistem tradisional atau sistem tanam tegel pada usahatani padi. Walaupun inovasi sistem jajar legowo sudah cukup lama di deseminasikan di Desa ini namun sampai saat ini penggunaannya masih belum luas sehingga mengakibatkan kondisi pertaniannya kurang berkembang.

Walaupun petani di Desa Baturappe banyak yang menggantungkan hidupnya dengan berusahatani padi. Akan tetapi produksi padi masih rendah dikarenakan petani belum mampu menerapkan kombinasi input yang tepat serta kurangnya penggunaan teknologi yang baik. Hal ini berdampak terhadap tingkat pendapatan petani padi, di mana pendapatan yang diterima masih relatif kecil sedangkan biaya yang dibutuhkan sangat besar untuk pemenuhan faktor-faktor produksi seperti

(15)

pembelian bibit, pupuk, upah tenaga kerja dan sewa lahan bagi petani yang tidak menpunyai lahan sendiri.

Desa Baturappe merupakan daerah dataran tinggi yang di kelilingi dengan lahan pertanian yaitu, perkebunan dan sawah untuk usahatani padi, sehingga sangat menunjang untuk penerapan sistem tanam jajar legowo dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas usahatani padi.

Melihat kondisi usahatani padi di Desa Baturappe yang sampai saat ini masih belum membawa perubahan yang pesat bagi petani pada hal memiliki luas lahan persawahan yang cukup untuk meningkatkan pendapatan dan mensejahterahkan hidup petani membuat saya selaku peneliti ingin membatu kelompok tani untuk menerapkan suatu teknologi dan memberikan motivasi yang bisa dan mampu membawa perubahan bagi masyarakat petani dan salah satu teknologi yang dapat di terapkan pada usahatani padi adalah mengarah pada sistem tanam, yaitu sistem tanam jajar legowo.

Pengkajian ini bertujuan mengetahui persepsi petani terhadap inovasi teknologi sistem tanam jajar legowo, dan sejauh mana dapat diterima masyarakat petani di Desa Baturappe Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa, serta permasalahan yang menyebabkan inovasi teknologi ini belum begitu di terapkan oleh masyarakat petani.

1.2 . Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah persepsi petani

(16)

terhadap penerapan sistem tanam jajar legowo pada usahatani padi sawah di Desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa.

1.3 . Tujuan Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui persepsi petani terhadap penerapan sistem tanam jajar legowo pada usahatani padi sawah Di Baturappe Desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa.

1.4 . Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Untuk melihat dan mengetahui sejauh mana petani menggunakan sistem tanam jajar legowo pada usahatani padi.

2. Bagi peneliti dapat memahami lebih jauh tentang sistem tanam jajar legowo yang dapat meningkatkan produktivitas usahatani padi.

3. Bagi petani, peneliti dapat memberikan banyak pengetahuan tentang inovasi teknologi sistem tanam jajar legowo yang akan meningkatkan produksi.

(17)

II . TINJAUAN PUSTAKA

2.1 . Usahatani Padi

Tanaman padi dapat hidup baik didaerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki per tahun sekitar 1500 -2000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi 23 °C.

Tinggi tempat yang cocok untuk tanaman padi berkisar antara 0 -1500 m dpl.sedangkan, tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam jumlah yang cukup. Padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara 18 -22 cm dengan pH antara 4 -7 (Anonim, 2007).

Menurut Prawirokusumo (2000), ilmu usahatani merupakan ilmu terapan yang membahas atau mempelajari bagaimana membuat atau menggunakan sumberdaya secara efisien pada suatu usaha pertanian, peternakan, atau perikanan.

Selain itu, juga dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana membuat dan melaksanakan keputusan pada usaha pertanian, peternakan, atau perikanan untuk mencapai tujuan yang telah disepakati oleh petani/peternak tersebut.

Menurut Soekartawi (1995), bahwa ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu

(18)

tertentu. Ilmu usahatani adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan orang melakukan pertanian dan permasalahan yang ditinjau secara khusus dari kedudukan pengusahanya sendiri atau Ilmu usahatani yaitu menyelidiki cara-cara seorang petani sebagai pengusaha dalam menyusun, mengatur dan menjalankan perusahaan itu (Adiwilaga., 1982).

2.2 . Sistem Tanam Jajar Legowo.

Dalam upaya meningkatkan hasil telah dilakukan penelitian tentang pengkajian teknik penataan populasi tanaman dalam satuan luas lahan tertentu.

Teknik telah banyak dilakukan oleh petani di Jawa yang disebut dengan sistem jajar legowo. Legowo berasal dari bahasa jawa yaitu “lego : lega” dan “dowo : memanjang”. Jadi artinya adalah sistem tanam jajar dimana antara barisan tanaman padi terdapat lorong kosong yang lebih lebar dan memanjang sejajar dengan barisan (Anonimous, 2000). Cara tanam jajar legowo merupakan cara tanam padi berbaris lurus yang diatur sedemikian rupa sehingga terdapat lorong yang terbuka lebar (alley) yang lebih lebar dibandingkan dengan sistem tanam tegel simetris. Jarak tanam dalam barisan di kiri kanan lorong diperapat, sehingga populasi tanaman tidak berkurang bahkan dapat lebih besar jumlahnya jika dibanding dengan populasi tanaman pada cara tanam tegel simetris.

Barisan tanaman pada jajar legowo ini dikembangkan berdasarkan pemanfaatan adanya pengaruh baris pinggir. Pada umumnya dalam pertanaman padi petani menggunakan tanam sistem tegel simetris. Pada tanam sistem tegel simetris ini tanaman padi di daerah tepi mempunyai produksi yang lebih tinggi

(19)

bila dibandingkan dengan tanaman dalam baris berikutnya yang lebih dalam.

Dasar pemikiran tersebut mengarah pada pemikiran untuk membuat tanaman padi seperti pada tanaman pinggir. Dengan demikian pada sistem legowo 2 baris, semua rumpun padi tersebut memperoleh manfaat dari pengaruh tanaman pinggiran (border effect) sehingga mempunyai hasil produksi lebih tinggi (Anonimous, 1995).

Didalam usahatani padi sawah ada beberapa taknik penerapan tanam jajar legowo yang perlu diperhatikan yaitu:

2.3.1 Pembuatan baris Tanam

Lahan sawah yang sudah siap ditanami, 1-2 hari sebelum tanam, air dibuang dari lahan sehingga lahan dalam keadaan macak-macak. Tujuan dari pembuangan air adalah untuk dapat membentuk garis-garis tanam secara jelas.

Dengan menggunakan alat pembuat garis jajar legowo 2:1 dengan menggunakan atajale, dibuat garis tanam 40 cm x (20 cm x 10 cm) dengan cara menarik atajale 2:1 pada lahan sawah yang akan ditanami. Arah baris tanam sebaiknya sesuai dengan arah aliran air pengairan. Atajale 2:1 adalah alat bantu dalam system tanam jajar legowo 2:1 merupakan modifikasi dari geretan sebelumnya dilakukan untuk menjaga agar jarak tanam antar barisan dan dalam barisan tanaman dapat konsisten sehingga tambahan populasi 30% yang diharapkan tercapai.

2.3.2 Tanam.

Bibit padi umur kurang dari 21 hari sebanyak 1-3 bibit ditanam pada perpotongan garis-garis yang terbentuk, dengan cara maju atau mundur sesuai

(20)

kebiasaan regu tanam, menghadap pada jarak yang rapat. Hal ini untuk menghindari tidak terpenuhinya target tambahan populasi tanaman atau rumpun karena kesalahan regu tanam.

2.3 . Pengetahuan Petani.

Petani dalam menerima suatu informasi baik bersifat inovasi maupun yang lainnya erat kaitannya terhadap pengetahuan atas hal-hal tersebut, sehingga keputusan/tindakan yang diberikan merupakan atas pengetahuan adopters (petani).

Pengetahuan merupakan suatu tahapan pada saat seseorang atau sejumlah orang mengetahui adanya teknologi dan memperoleh pemahaman tentang cara berfungsinya. Bagaimana cara orang atau sekelompok orang memperoleh pengetahuan tentang inovasi itu dapat bersifat aktif maupun pasif.

Menurut Roudhonah (2007). bahwa pengetahuan merupakan suatu penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang dimaksudkan oleh komunikator. Pada dasarnya perilaku petani sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, kecakapan dan sikap mental petani itu sendiri. Tetapi kondisi dimana tingkat kesejahteraan hidup petani dan keadaan lingkungan mereka tinggal dapat dikatakan masih menyedihkan, menyebabkan pengetahuan dan kecakapannya tetap berada dalam tingkatan rendah dan keadaan seperti ini tentu akan menekan sikap mentalnya.

Untuk mengukur tingkat pengetahuan petani khususnya dalam hal budidaya padi sistem tanam legowo dapat diketahui dengan beragam kriteria yang

(21)

terkait dengan sistem legowo, adapun beberapa kriteria yang terdapat dalam sistem legowo diantaranya :

1. Petani dapat memberikan penjelasan mengenai sistem legowo.

2. Mengetahui usia bibit yang baik digunakan dalam sistem legowo.

3. Dapat mengetahui waktu-waktu yang tepat dalam melakukan

penyiangan padi yang dilakukan 2 kali selama musim tanam berlangsung yaitu pada waktu 14 HST dan 42 HST.

4. Mengetahui pemberian pupuk yang tepat dilakukan sebanyak 2 kali selama musim tanam berlangsung yaitu 15 HST dan 45 HST dan sesuai dengan takaran yang dibutuhkan oleh tanaman. Mengetahuai pemberantasan dan pengendalian OPT pada tanaman.

2.4 . Persepsi

Persepsi dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihatsesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.

Menurut Swastha,(2000), persepsi adalah proses internal yang kita lakukan untuk memilih, mengevaluasi dan mengorganisasikan rangsangan dari lingkungan eksternal, dengan kata lain persepsi adalah cara kita mengubah energi- energi fisik lingkungan kita menjadi pengalaman yang bermakna. Persepsi adalah juga inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat, tidak mungkin kita

(22)

berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang menentukan kita memilih pesan dan mengabaikan pesan yang lain.

Persepsi pada hakikatnya adalah merupakan proses penilaian seseorang terhadap obyek tertentu. Menurut Young (2002) persepsi merupakan aktivitas mengindera, mengintegrasikan dan memberikan penilaian pada obyek-obyek fisik maupun obyek sosial, dan penginderaan tersebut tergantung pada stimulus fisik dan stimulus sosial yang ada di lingkungannya. Sensasi-sensasi dari lingkungan akan diolah bersama-sama dengan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya baik hal itu berupa harapan-harapan, nilai-nilai, sikap, ingatan dan lain-lain. Sedangkan menurut Walgito (1990) menyatakan bahwa persepsi merupakan proses psikologis dan hasil dari penginderaan serta proses terakhir dari kesadaran, sehingga membentuk proses berpikir.

Persepsi adalah suatu proses aktivitas seseorang dalam memberikan kesan, penilaian, pendapat, merasakan dan menginterpretasikan sesuatu berdasarkan informasi yang ditampilkan dari sumber lain (yang dipersepsi). Melalui persepsi kita dapat mengenali dunia sekitar kita, yaitu seluruh dunia yang terdiri dari benda serta manusia dengan segala kejadian-kejadiannya (Meider, 2011). Dengan persepsi kita dapat berinteraksi dengan dunia sekeliling kita, khususnya antar manusia. Dalam kehidupan masyarakat petani interaksi antara petani dengan penyuluh, antara petani dengan petani lainnya. Adanya interaksi antar komponen yang ada di daerah masyarakat petani menjadikan masing-masing komponen (petani dan penyuluh) akan saling memberikan tanggapan, penilaian dan

(23)

persepsinya. Adanya persepsi ini adalah penting agar dapat menumbuhkan komunikasi aktif, sehingga dapat meningkatkan kapasitas dalam berusahatani.

Sedangkan menurut Young respons adalah tanggapan seseorang terhadap stimulus yang dihadapinya, yang terjadi setelah memberikan persepsi terhadapnya.

Persepsi menunjukkan adanya aktivitas merasakan, menginterpretasikan dan memahami objek-objek baik fisik maupun sosial. Faktor interpretasi meliputi cara-cara dimana organisme sebagai suatu kesatuan yang aktif dan dinamis mengorganisasikan persepsinya. disamping itu meliputi pengalaman masa lalunya pula (Humsona, 2008).Jadi kesimpulan mengenai respon petani terhadap penerapan tanam jajar legowo pada usahatani padi sawah yaitu: merupakan reaksi atau tanggapan responden terhadap stimulus, yaitu pesan atau materi yang diterima dalam pembinaan, yang dilihat dari persepsi, motivasi, pengetahuan, sikap, ketrampilan dan partisipasi. Respon petani dapat dikatakan positif apabila petani mau menerima dan menerapkan inovasi yang dikenalkan penyuluh.

Persepsi petani terhadap penerapan sistem tanam jajar legowo ini pada umumnya ada dua persepsi yaitu positif dan negatif. Apabila masyarakat petani merespon dengan baik atau positif artinya masyarakat dapat menerima dengan apa yang telah di terapkan penyuluh pertanian. Namun jika masyarakat merespon kurang baik atau negatif artinya masyarakat kurang menerima sistem yang telah di terapkan. Dalam penerapan tanam jajar legowo pada usahatani padi sawah di Dusun Baturappe Desa Baturappe Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa ada

(24)

dua kemungkinan yang dapat dihasilkan oleh penyuluh yaitu diterima atau ditolak.

2.4.1 Terima

Penerapan tanam jajar legowo pada usahatani padi sawah dapat diterima oleh masyarakat petani karena sistem tanam legowo merupakan salah satu komponen PTT pada padi sawah yang apabila dibandingkan dengan sistem tanam lainnya memiliki keuntungan.

1. Terdapat ruang terbuka yang lebih lebar diantara dua kelompok barisan tanaman yang akan memperbanyak cahaya matahari masuk kesetiap rumpun tanaman padi, sehingga meningkatkan fotosintesis yang berdampak pada peningkatan produktivitas tanaman

2. Sistem tanaman berbaris ini memberi kemudahan petani dalam pengelolahan usahataninya seperti: pemupukan susulan, penyiangan, pelaksanaan pengendalian hama dan penyakit (penyemprotan). Disamping itu juga lebih mudah dalam mengendalikan hama tikus.

3. Meingkatkan jumlah tanaman pada kedua bagian pinggir untuk setiap set legowo, sehingga berpeluang untuk meningkatkan produktivitas tanaman akibat peningkatan populasi.

4. Sistem tanam berbaris ini juga berpeluang bagi pengembangan sistem produksi padi ikan ( mina padi ) atau parlebek ( kombinasi padi, ikan dan bebe )

5. Meningkatkan produktivitas padi hingga mencapai 10-15 %.

(25)

6. Populasi rumpun tanaman lebih banyak bila dibandingkan dengan cara tanam biasa.

7. Memudahkan pemeliharaan, seperti pemupukan, penyiangan dan pengendalian hama penyakit, terutama hama tikus (Anonymous, 1999).

8. juga dapat dikembangkan usaha mina padi azolla (Anonymous, 2000).

2.4.2 Tolak

Dalam penerapan tanam jajar legowo pada usahatani padi sawah dapat ditolak petani karena tanam jajar legowo selain memiliki banyak kelebihan juga memiliki kekurangan seperti:

1. Sistem tanam jajar legowo akan membutuhkan banyak tenaga dan waktu tanam yang lebih lama

2. Sistem tanam jajar legowo juga akan membutuhkan benih dan bibit lebih banyak karena adanya penambahan populasi

3. Pada barisan kosong jajar legowo akan ditumbuhi lebih banyak rumput/gulma

4. Sistem tanam jajar legowo yang diterapkan pada lahan yang kurang subur akan meningkatkan jumlah penggunaaan pupuk tetapi masih dalam tingkat signifikasi yang renda

5. Dengan membutuhkan waktu, tenaga dan benih yang banyak maka membutuhkan biaya yang banyak pula dibandingkan dengan budi daya tanpa menggunakan sistem tanam jajar legowo.

(26)

2.5 . Kerangka Pemikiran

Salah satu sub sektor pertanian yang merupakan salah satu komoditi tanaman pangan adalah tanaman padi. Padi merupakan jenis komoditi tanaman yang paling banyak di usahakan oleh masyarakat petani yang ada di Dusun Baturappe Desa Baturappe Kecamatan Biring-bulu Kabupaten Gowa. Salah satu teknologi yang telah di terapkan di daerah ini dalam mengusakan tanaman padi adalah sistem tanam jajar legowo dengan tujuan penerapan jajar legowo ini dapat meningkatkan produktivitas serta penghasilan/pendapatan petani.

Persepsi merupakan aktivitas seseorang dalam memberikan penilaian dan pendapat tentang sesuatu berdasarkan informasi yang di terima atau di tampilkan oleh sumber lain, seperti persepsi petani terhadap sistem tanam jajar legowo yang di terapkan oleh suatu kelompok tani pada usahatani padi.

Gambar : Kerangka pemikiran persepsi petani terhadap penerapan sistem tanam jajar legowo pada usahatani padi sawah Di Desa Baturappe Kec Biring Bulu Kab Gowa.

Petani padi

Usahatani padi

Tanam Jajar legowo

Bukan tanam jajar legowo

Persepsi

(27)

III . METODE PENELITIAN

3.1 . Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini di laksanakan di Desa Baturappe Kacamatan Biring-bulu Kabupaten Gowa dan waktu penelitian dilaksanakan bulan Maret sampai April 2016. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Baturappe yang ada di Kecamatan Biring Bulu dengan pertimbangan dan alasan karena desa ini memiliki potensi pertanian yang cukup tinggi salah satunya adalah usahatani padi.

3.2 . Teknik Penentuan Sampel

Populasi di ambil dari seluruh petani padi sawah di Desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa sebanyak 115 orang. Yang terdiri dari 50 orang yang menggunakan sistem jajar legowo dan 65 orang yang tidak menggunakan jajar legowo. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sengaja ( Purposive sampling ). Jadi petani yang terpilih adalah 20%

yang menggunakan sistem jajar legowo yakni 10 orang dan 20% yang tidak menggunakan sistem jajar legowo yakni 13 orang. Jadi jumlah keseluruhan sebanyak 23 orang. Hal ini sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikanto apabila populasi kurang dari 100 maka lebih baik di ambil semua, tetapi bila lebih besar lebih baik di ambil antara 10% - 25 %.

3.3 . Jenis Dan Sumber Data

Adapun jenis data dalam penelitian ini adalah:

1. Data Primer.

(28)

Data primer adalah data empirik diperoleh secara langsung dari responden dan atau informan kunci dengan menggunakan daftar pertanyaan (angket) dan wawancara langsung untuk mendapatkan data-data dari petani.

2. Data Sekunder.

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelusuran dan penelahaan studi-studi dokumen yang terdapat di tempat penelitian dan yang ada hubungannya dengan masalah-masalah yang diteliti. Data sekunder yang dikumpulkan antara lain meliputi, gambaran umum mengenai desa penelitian, keadaan geografis dan kependudukan, status dan stuktur kepemilikan tanah.

3.4 . Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah akan dilakukan dengan tiga metode pengumpulan data kualitatif yaitu :

1. Observasi.

Observasi/ pengamatan adalah teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek yang akan diteliti.

2. Wawancara.

Wawancara adalah pengumpulan data dengan menggunakan teknik wawancara mendalam atau antara peneliti dan informan yang dilakukan untuk mendapatkan keterangan lebih lengkap dan jelas. Pengumpulan data yang dibimbing oleh pedoman wawancara yang sudah dipersiapkan. Teknik ini disertai pencatatan konsep, gagasan, pengetahuan informan yang dilakukan lewat tatap muka.

(29)

3. Dokumentasi.

Merupakan salah satu cara memperoleh data dengan sejumlah dokumentasi yang berasal dari dinas dan instansi terkait, selain itu menghimpun dan merekam data yang bersifat dokumentati.

3.5 . Teknik Analisis Data

Analisis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan menggunakan alat analisis Scoring dengan pemberian nilai terhadap sifat dari parameter terhadap suatu perkiraan kejadian.

1. menilai kelestarian (sering secara kualitatif) contoh dan kasus-kasus yang disediakan

2. memberikan skor untuk masing-masing kasus/contoh (berdasarkan indikator tertentu)

3. menetapkan skor rata-rata untuk semua kasus yang dijadikan bukti dan yang berkaitan dengan indikator dalam kriteria tertentu

4. mengalikan skor rata-rata dengan faktor bobot dalam K&I sosial; dan

5. merata-ratakan nilai yang diperoleh dalam langkah di atas, yang ditentukan untuk setiap kriteria, untuk memberikan nilai bagi prinsip, dan akhirnya

untuk set K&I sosial secara keseluruhan.

3.5.1 Cara Pemberian Skor

Pada halaman-halaman berikut ini, kami mulai dengan berbagai prinsip,kriteria dan indikator dalam acuan K&I CIFOR yang terkait dengan isu- isu sosial, Dalam K&I sosial, kami telah memberikan bobot (persentase) untuk

(30)

masing-masing prinsip; dan kami membagi persentase tersebut untuk masing- masing prinsip dan kemudian membaginya lagi ke dalam bobot kriteria.

Bobot ini diletakkan dalam tanda kurung setelah masing-masing prinsip (total) dan masing-masing kriteria (bagian dari bobot total untuk prinsip). Bobot ini diberikan berdasarkan perkiraan kualitatif tim kami di lapangan yang menguji kriteria dan indikator serta metode untuk menilai bobot ini di berbagai negara.

Bobot ini mungkin perlu disesuaikan dengan keadaan lapangan yang berbeda.

Kami menyarankan para pengguna untuk tidak memperlakukan skor dan bobot ini sebagai nilai mutlak.

Pemberian skor dan bobot yang kami hasilkan mewakili perkiraan terbaik tentang bagaimana menilai persepsi/pendapat pada saat ini.Bagian berikut ini menjelaskan cara memberikan skor untuk kesimpulan kualitatif, dalam bagian (II) kami tunjukkan bagaimana membuat lembar isian induk K&I – suatu alat untuk tetap melacak bahan-bahan dari kasus yang Anda gunakan, untuk membantu agar Anda melakukan penilaian terhadap masing-masing indikator, sampai anda mencapai skor akhir dalam penilaian Anda. Kami juga menyajikan contoh-contoh atau berbagai kasus yang telah diberi skor:

Yaitu pemberian nilai berupa angka pada jawaban pertanyaan untuk memperoleh data kuantitatif. Dalam penelitian ini urutan pemberian skor berdasarkan tingkatan jawaban yang diterima dari responden yaitu.

1. Untuk jawaban setuju mendapat skor 3 2. Untuk jawaban kurang setuju mendapat skor 2

(31)

3. Untuk jawaban tidak setuju mendapat skor 1

Untuk menganalisis data yang diperoleh dari responden maka kriteria yang digunakan adalah setuju, kurang setuju dan tidak setuju. Penentuan kriteria dengan menggunakan metode scoring yaitu:

Skor tertinggi – skor terendah Banyaknya kategori

= 3 – 1= 2

= 2/3 = 0, 667

Kriteria setuju = 2,34 – 3,00 Kriteria kurang setuju = 1,668- 2,33 Kriteria tidak setuju = 1,00 – 1,667

Dalam penelitian ini urutan pemberian skor yaitu pengelompokan atas jawaban-jawaban yang teratur dan teliti kemudian dihitung dan dijumlahkan dan disajikan dalam bentuk tabel. Berdasarkan tabel tersebut setelah diolah diperoleh hasil tentang persepsi petani terhadap penerapan sistem tanam jajar legowo pada usahatani padi.

3.6 . Defenisi Operasional

1. Usahatani adalah suatu kegiatan dalam mengkoordinir faktor-faktor produksi.

2. Petani adalah orang yang mengusahakan/mengelolah usaha pertanian

3.Tanam jajar legowo adalah suatu jarak tanam yang diselingi dengan satu barisan kosong yang memanjang.

(32)

4.Persepsi adalah suatu pandangan seseorang terhadap sesuatu yang di temui di lapangan.

5.Penduduk adalah masyarakat yang mengusahakan tanaman padi sebagai upaya pemenuhan kebutuhan keluarga.

6. Responden adalah penduduk yang mengelola usahatani padi baik yang menggunakan sistem tanam jajar legowo maupun yang tidak menggunakan.

7. Analisis scoring adalah suatu alat untuk memperhitungkan dan menggabungkan beberapa rasio-rasio untuk memperoleh scor terhadap jawaban.

(33)

IV . GAMBARAN UMUM LOKASI

4.1 Letak Geografis

Desa Baturappe merupakan salah satu Desa di Kecamatan Biring Bulu.

dengan Luas wilayah Desa Baturappe 940,50 Ha dengn pembagian luas wilayah menurut penggunaan, luas wilayah pemukiman 167,00 Ha, luas persawahan 447,00 Ha, luas perkebunan 178,00 Ha, luas kuburan 2,00 Ha, Luas taman 5,00 Ha luas pekarangan 120,00 Ha, perkantoran 21,00 Ha dan luas prasarana lainnya 21,50 Ha .Secara administrasi desa Baturappe memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

 Disebelah utara berbatasan dengan kelurahan Malakaji Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa

 Disebelah selatan berbatasan dengan desa Garing Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa

 Disebelah timur berbatasan dengan Desa Tanete Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa.

 Disebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Takalar.

Desa Baturappe adalah salah satu desa di kecamatan Biring Bulu yang beriklim tropis dengan curah hujan 1.182,00 mm dengan jumlah bulan hujan 6 bulan dengan suhu rata-rata harian 28 0C dengan ketinggian di atas permukaan laut 7 mdpl.

(34)

Jarak Desa ini ke ibu Kota Kecamatan yaitu Biring Bulu Sekitar 3.00 Km dengan lama jarak tempuh ke ibukota kecamatan dengan kendaraan bermotor 1 jam sedangkan lama jarak tempuh ke ibu kota kecamatan dengan berjalan kaki atau kendaraan non bermotor 6.00 Jam Sementara kendaraan umum ke ibu kota kecamatan 0.00 Unit. Lama jarak tempuh ke ibu kota Kabupaten dengan kendaraan bermotor 1,50 Jam Dan lama jarak tempuh ke ibu kota Kabupaten dengan berjalan kaki atau kendaraan non bermotor 24 Jam.

4.2 . Kondisi Demografi

Aspek kependudukan merupakan hal paling mendasar dalam pembangunan khususnya di wilayah Desa Baturappe. Dalam nilai universal penduduk merupakan pelaku dan sasaran pembangunan sekaligus yang menikmati hasil pembangunan. Dalam kaitan peran penduduk tersebut, kualitas mereka perlu ditingkatkan dan pertumbuhan serta mobilitasnya harus dikendalikan. Jumlah penduduk yang besar tidak hanya menjadi modal pembangunan, akan tetapi dapat juga menjadi beban, bahkan dapat menimbulkan berbagai permasalahan seperti kebutuhan akan lapangan kerja, kebutuhan perumahan, pendidikan dan sebagainya. Selain itu komposisi penduduk yang tidak seimbang antara jumlah penduduk muda dengan usia produktif dapat menyebabkan rendahnya produktifitas. Begitu pula dengan persebaran penduduk yang tidak merata dapat menimbulkan berbagai permasalahan.

(35)

4.2.1 Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Penduduk merupakan hal yang sangat penting dalam suatu negara, suatu penduduk yang menempati suatu tempat/desa akan sangat menentukan kemajuan desa tersebut, dalam dunia kerja jenis kelamin sangat menentukan keberhasilan suatu usaha tersebut. Penduduk desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa dapat dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, komposisi usia penduduk, jenis pekerjaan/mata pencaharian, dan tingkat pendidikan.

Tabel 1. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin Desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa 2013.

No Jenis kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Laki-laki 1.024 48,78 %

2 Perempuan 1.075 51,22 %

Total 2.099 100 %

Sumber: Kantor Desa Baturappe 2016

Tabel 2. Jumlah penduduk berdasarkan umur Desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa 2013.

No Rekapitulasi Laki-laki Perempuan Total

1 Usia ≤7 tahun 84 92 176

2 7<=Usia ≤19 Tahun 223 230 453

3 19<=Usia ≤ 56 Tahun 568 617 1.185

4 Usia ≥=56 Tahun 149 136 285

Total 1.024 1.075 2.099

Sumber: Kantor Desa Baturappe 2016

Berdasarkan Tabel 1, menunjukkan bahwa penduduk desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa 2013 jumlah penduduk laki-laki

(36)

sebanyak 1.024 jiwa dengan persentase 50 %, sedangkan jumlah penduduk perempuan sebanyak 1.075 jiwa dengan persentase 50%. Mayoritas penduduk Desa Baturappe beragama islam.

4.2.2 Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Sumber pendapatan masyarakat di Desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa tergolong berbeda-beda, seseorang yang mata pencahariannya baik, maka pendapatan yang diperolehnya pun semakin baik pula begitupun sebaliknya. Apabila mata pencahariannya kurang baik maka pendapatan yang diperoleh juga sedikit atau kurang baik.

Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian Desa Baturappe Kecamata Biring Bulu Kabupaten Gowa dapat dilihat pada tabel 3.

Berdasarkan Tabel 3, jumlah penduduk Desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa berdasarkan mata pencaharian yaitu anggota legislatif sebanyak 1 orang, yang belum bekerja sebanyak 227 orang, bidan swasta sebanyak 1 orang, buruh tani sebanyak 17 orang, ibu rumah tangga sebanyak 471 orang, karyawan honorer sebanyak 11 orang, karyawan perusahaan swasta sebanyak 2 orang, pegawai negri sipil sebanyak 3 orang, pelajar sebanyak 395 orang, pengusaha skala kecil menengah dan besar sebanyak 16 orang, perangkat desa sebanyak 2 orang.petani sebanyak 729 orang, peternak sebanyak 1 orang.

(37)

Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa 2013

No Jenis Pekerjaan Laki-laki

(orang)

Perempuan ( Orang)

Jumlah

1 Anggota legislatif 1 0 1

2 Belum bekerja 106 121 227

3 Bidang swasta 0 1 1

4 Buruh tani 6 11 17

5 Guru Swasta 2 1 3

6 Ibu rumah tangga 7 464 471

7 Karyawan honorer 6 5 11

8 Karyawan perusahaan swasta 2 2 4

9 Polri 2 0 2

10 Pedagang keliling 2 1 3

11 Pegawai negri sipil 10 4 14

12 Pelajar 185 210 395

13 Pelaut 15 1 16

14 Pengusaha skala kecil, menengah dan besar

0 2 2

15 Perangkat desa 2 2 2

16 Petani 555 174 729

17 Peternak 1 0 1

18 Supir 3 0 3

19 TNI 3 0 3

20 Tidak mempunyai pekerjaan 62 43 105

21 Tukang batu 6 1 7

22 Tukang kayu 2 0 2

23 Usaha jasa pengarah tenaga kerja 0 1 1

24 Wiraswasta 23 2 25

Total 2.099

Sumber: Kantor Desa Baturappe 2016

(38)

Supir sebanyak 3 orang, TNI sebanyak 3 orang, tidak mempunyai pekerjaan tetap sebanyak 105 orang, tukang batu sebanyak 7 orang, tukang kayu sebanyak 2 orang, usaha jasa pengarah tenaga kerja sebanyak 1 orang.

4.2.3 Penduduk berdasarkan tingkat pendidikan

Pendidikan adalah salah satu hal penting dalam memajukan tingkat kesejahteraan pada umumnya dan tingkat perekonomian pada khususnya. dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka akan mendongkrak tumbuhnya keterampilan kewirausahaan dan pada giliranya akan mendorong munculnya lapangan pekerjaan baru. dengan demikian akan membantu program pemerintah untuk pembukaan lapangan kerja berguna untuk mengatasi pengangguran. Pendidikan akan biasanya mempertajam sistematika pikir atau pola pikir individu, selain itu akan mempermudah menerima informasi yang lebih maju. di bawah ini tabel yang menunjukkan tingkat rata-rata penduduk warga Desa Baturappe.

Berdasarkan Tabel 4, menunjukkan bahwa jumlah penduduk Desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa berdasarkan tingkat pendidikan yaitu, belum masuk TK/atau kelompok bermain sebanyak 154 orang, Sedang D-1/sederajat sebanyak 2 orang, sedang D-2/sederajat sebanyak 4 orang, sedang D-3/sederajat sebanyak 8 orang, sedang S-1/sederajat sebanyak 9 orang, sedang S-2/sederajat sebanyak 1 orang, sedang S-3 Sederajat sebanyak 1 orang, sedang SD/sederajat sebanyak 245 orang, sedang SLTAsederajat sebanyak 77 orang, sedang SLTP/sederajat sebanyak 97 orang, sedang TK/kelompok bermain sebanyak 27 orang, sedang tamat D-2/sederajat sebanyak 9 orang, sedang tamat

(39)

D-3/sederajat sebanyak 1 orang, tamat D-4/sederajat sebanyak 1 orang, tamat S- 1/sederajat sebanyak 40 orang, tamat SD/sederajat sebanyak 601 orang, tamat SLTA/sederajat sebanyak 152 orang, tamat SLTP/sederajat sebanyak 167 orang, Tidak pernah sekolah sebanyak 386 orang, tidak tamat SD-sederajat sebanyak 112 orang.

Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Desa Baturappe Kecamtan Biring Bulu Kabupaten Gowa 2013.

No Tingkat pendidikan Laki-laki Perempuan jumlah

1 Sebelum masuk TK/kelompok

bermain

71 74 145

2 Sedang D-1/Sederajat 0 2 2

3 Sedang S-1/sederajat 3 5 8

4 Sedang S-2sederajat 0 1 1

5 Sedang SD/sederajat 132 113 245

6 Sedang SLTA/sederajat 29 48 77

7 Sedang SLTP/Sederajat 43 54 97

8 Sedang TK/kelompok bermain 10 17 27

9 Tamat D-2/sederajat 1 3 4

10 Tamat D-3sederajat 4 5 9

11 Tamat D-4/sederajat 0 1 1

12 Tamat S-1/sederajat 296 305 601

13 Tamat SLB/sederajat 1 0 1

14 Tamat SLTA/sederajat 96 60 156

15 Tamat SLTP/sederajat 79 88 167

16 Tidak pernah sekolah 165 220 185

17 Tidak tamat SD/sederajat 62 50 112

Total 2.099

Sumber: Kantor Desa Baturappe 2016

(40)

4.2.4 Penduduk berdasarkan status perkawinan.

Penduduk Desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa berdasarka status perkawinan dapat dilihat lebih jelasnya pada tabel 5.

Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Perkawinan Desa Baturappe Kecamtan Biring Bulu Kabupaten Gowa 2013.

No Lama

perkawinan

Laki-laki Perempuan

Belum (Kawin)

Janda Duda Belum

Kawin

Janda duda Total

1 Usia <7 thn 84 0 0 88 0 4 176

2 7<=usia19 thn

213 1 9 217 1 12 453

3 19<=usia<56 thn

124 11 433 108 31 478 1.185

4 Usia>56 tahun

8 22 119 2 50 84 285

Total 429 34 561 415 82 578 2.099

Sumber: Kantor Desa Baturappe 2016

Berdasarkan Tabel 5, menjelaskan bahwa penduduk Desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa menurut status perkawinan yaitu usia 0- 7 tahun laki-laki yang belum kawi sebanyak 84 orang, duda sebanyak 0 orang dan janda sebanyak 0 orang, sedangkan perempuan belum kawin sebanyak 88 orang, janda sebanyak o orang dan duda sebanyak 4 orang, usia 7-19 tahun yang belum kawin sebanyak 213 orang, Janda sebanyak 1 orang dan duda sebanyak 9 orang, sedangkan perempuan yang belum kawin sebanyak 217 orang, janda 1 sebanyak 1 orang dan duda sebanyak 31 orang, usia 19-56 tahun yang belum kawin sebanyak 124 orang, janda sebanyak 11 orang dan duda sebanyak 433 orang, sedangkan perempuan yang belum kawin sebanyak 108 orang janda sebanyak 31 orang dan

(41)

duda sebanyak 478 orang, Usia 56 tahun keatas laki-laki yang belum kawin sebanyak 8 orang janda sebanyak 22 orang dan duda sebanyak 119 orang sedankan perempuan yang belum kawin sebanyak 2 orang janda sebanyak 50 orang dan duda sebanyak 84 orang.

4.3 Sarana Dan Prasarana

Sarana dan prasarana di Desa Baturappe saat ini dinilai cukup baik dan memadai. Hal ini dapat dilihat dari jenis-jenis sarana yang telah tersedia baik sarana angkutan, sarana pendidikan dan sarana sosial. Sarana dan prasarana di Desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Sarana dan Prasarana Desa Baturappe Kecamtan Biring Bulu Kabupaten Gowa.

No. Sarana dan Prasarana Jumlah

1. Kantor Desa 1

2. Puskesmas Pembantu 1

3. Posyandu 3

4. Gedung SD/sederajat 3

5. Gedung SMP/sederajat 2

6. Gedung TK 1

7. Lembaga Pendidikan Agama 1

8 Masjid 8

9. Jalan Desa 1

10. Sumur Pompa 7

11. Lapangan Sepak Bola 1

Total 29

Sumber: Kantor Desa Baturappe 2016

(42)

Berdasarkan Tabel 6, menunjukan bahwa sarana dan prasarana yang tersedia di Desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa yaitu kantor desa 1 unit yang terletak di dusun baturappe, puskesmas 1 unit yang juga terletak di dusun baturappe, Posyandu 3 unit yang terletak 1 unit di dusun baturappe, 1 unit di dusun bontosuro dan 1 unit di dusun bangkowa, gedung SD/sederajat 3 unit yang 1 unit terletak di dusun baturappe 1unit di dusun bontosuro dan 1 unit di dusun bangkowa , Gedung SMP/sederajat 2 Unit yang terletak 1 unit di dusun baturappe dan 1 unit di dusun bangkowa, gedung TK 1 Unit yang terletak di dusun baturappe, Lembaga pendidikan agama 1 Unit, masjid 8 unit, jalan desa 1 unit, sumur pompa 7 unit, lapangan sempak bola 1 unit.

4.4 Kondisi Pertanian

Luas tanah di Desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa ini dikelompokkan menjadi beberapa bagian yaitu tanah sawah, tanah kering, tanah basah tanah perkebunan dan tanah fasilitas umum. Tanah sawah terdiri sawah irigasi ½ teknis 126.00 Ha, sawah tadah hujan 321.00 Ha, sawah pasang surut 30,00 Ha.Tanah kering terdiri dari tegal/ladang 15,47 Ha, pemukiman 167.00 Ha, pekarangan 120.00 Ha. Tanah basah terdiri dari tanah rawa. Tanah pasang surut, tanah lahan gambut, tanah waduk danau. Tanah perkebunan terdiri dari tanah perkebunan rakyat 178.00 Ha, tanah perkebunan negara 350,09 Ha, tanah perkebunan perorangan 178,14 Ha.tanah fasilitas umum terdiri dari tanah lapangan olah raga 1.00 Ha. Tanah perkantoran pemerintah 0,50 Ha. Tanah ruang

(43)

publik/taman kota 5.00 Ha. Tempat pemakaman desa/umum 2.00 Ha. Tanah Pembuangan sampah 1.00 Ha. Tanah Bangunan sekolah perguruan tinggi 1.00 Ha.

Untuk lebih jelasnya mengenai potensi pertanian Desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Potensi Penggunaan Lahan Pertanian Desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa.

No. Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha)

1. Sawah Irigasi Teknis 0

2 Tanah sawah 447,00

3 Tanah kering 287,00

4 Tanah perkebunan 178,00

5 Tanah fasilitas umum 21,00

Jumlah 933,00

Sumber: Kantor Desa Baturappe 2016

Berdasarkan tabel 7, menunjukan bahwa desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa memiliki potensi pertanian yang cukup baik dan luas terbukti dari penggunaan lahan dengan luas 933,00 Ha yang sebagian besar digunakan untuk pertanian karena masyarakat desa Baturappe dominan dengan masyarakat petani. Adapun pembagian luas lahan menurut penggunaanya seperti yang di jelaskan pada tabel diatas adalah, sawah irigasi 0 karena menurut data tidak ada sawah irigasi yang terdapat pada desa Baturappe ini, tanah sawah dengan jumlah luas lahan 447,00, tanah kering dengan jumlah luas lahan sebesar 287,00, tanah perkebunan dengan luas lahan sebesar 178,00, tanah fasilitas umum dengan jumlah luas lahan 21,00 jadi jumlah keseluruhan sebesar 399,00 Ha.

(44)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Petani

Identitas petani responden menggambarkan suatu kondisi atau keadaan serta status dari petani tersebut. Identitas petani responden tersebut yang di uraikan dalam pembahasan berikut dapat memberikan informasi dari berbagai aspek keadaan petani yang di duga memiliki hubungan karakteristik petani dengan kemampuan petani dalam berusahatani padi sebagai upaya pemenuhan kebutuhan keluarga di Desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa. Informasi- informasi mengenai identitas petani responden sangat penting untuk di ketahui.

Berbagai aspek karakteristik dapat di lihat dari segi umur, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan pengalaman dalam berusahatani padi.

5.1.1 Umur Petani Responden

Umur sangat berpengaruh terhadap kegiatan usaha tani, terutama dalam kemampuan fisik dan pola fikir.Umumnya petani (penduduk) yang berusia lebih muda cenderung lebih berani mengambil resiko jika di bandingkan dengan petani ( penduduk) berusia tua.Tingkat umur merupakan salah satu faktor yang menentukan bagi petani padi khususnya petani yang menerapkan sistem tanam jajar legowo karena yang muda akan lebih mudah menyerap pengetahuan tentang inovasi baru seperti sistem tanam jajar legowo ini.Umur sangat mempengaruhi kemampuan fisik dan cara berfikir sehingga mempengaruhi dalam pengambilan keputusan dan daya serap informasi pengetahuan dan penyuluhan.

(45)

Pembagian golongan umur petani yang tidak menggunakan sistem tanam jajar legowo dibagi menjadi tiga interval umur, yaitu umur 28-35 tahun, 36-45 tahun, dan 46-60 tahun. Umur petani yang menjadi responden yang paling mudah adalah petani yang berusia 28 tahun sedangkan yang paling tua adalah petani dengan usia 57 tahun. Sementara pembagian golongan umur petani yang menggunakan sistem tanam jajar legowo dibagi menjadi tiga bagian umur, yaitu 20-30 tahun, 31-40 tahun dan 41-50 tahun.

Petani yang relatif tua, mempunyai kapasitas pengolahan usahatani yang lebih matang dan memiliki banyak pengalaman. Umur petani responden bervariasi sehingga untuk mengetahui tingkatan umur dari masing-masing responden diklasifikasikan berdasarkan tingkat umur petani responden. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Identitas Responden Yang Tidak Menggunakan Sistem Tanam Jajar Legowo Pada Usahatani Padi Berdasarkan Tingkat Umur Petani.

No Umur Responden ( Tahun ) Jumlah Persentase (%)

1 28-35 3 23,08 %

2 36-45 4 30,76 %

3 46-60 6 46,15 %

Jumlah 13 100%

Sumber: Data primer setelah diolah 2016

Dari Tabel 8, menunjukan bahwa klasifikasi umur responden petani yang tidak menggunakan sistem tanam jajar legowo terbanyak pada usia 46-60 tahun sebanyak 6 orang dengan persentase sebesar 46,15%, usia 36-45 tahun sebanyak 4 orang dengan persentase sebesar 30,76%, usia 28-35 tahun sebanyak 3 orang

(46)

dengan persentase sebesar 23,08%, umur petani yang termasuk kurang produktif dalam berusahatani padi yaitu umur 46-60 sebanyak 6 orang dengan persentase 46,15 %.

Dibawah ini dapat dilihat mengenai klasifikasi umur petani responden yang menggunakan sistem tanam jajar legowo pada usahatani padi di Desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa.

Tabel 9. Identitas Responden Yang Menggunakan Sistem Tanam Jajar Legowo Pada Usahatani Padi Berdasarkan Tingkat Umur Petani.

No Umur Responden Jumlah Persentase (%)

1 20-30 4 40 %

2 31-40 3 30 %

3 41-50 3 30 %

Jumlah 10 100%

Sumber: Data primer setelah diolah 2016

Dari Tabel 9. menunjukan bahwa klasifikasi umur responden petani yang menggunakan sistem tanam jajar legowo terbanyak pada usia 20-30 tahun sebanyak 4 orang dengan persentase sebesar 40%, usia 31-40 tahun sebanyak 3 orang dengan persentase sebesar 30%, dan usia 41-50 tahun sebanyak 3 orang dengan persentase sebesar 30% umur petani yang termasuk kurang produktif dalam berusahatani padi yaitu umur 41-50 sebanyak 3 orang dengan persentase 30 %.

(47)

5.1.2 Tingkat pendidikan responden

Tingkat pendidikan responden juga sangat mempengaruhi pola pengolahan usaha tani. pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan pola pikir petani dalam pengembangan usahanya terutama dalam menyerap dan mengaplikasikan strategi dan inovasi baru dalam rangka pencapaian tingkat produksi yang optimal.

semakin tinggi tingkat pengetahuan responden terhadap usahatani sistem tanam jajar legowo pada usahatani padi maka semakin tinggi pula penggunaannya.

Untuk lebih jelasnya mengenai tingkat pendidikan responden petani yang menggunakan sistem tanam jajar legowo dan yang tidak menggunakan sistem tanam jajar legowo di Desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa dapat dilihat pada Tabel 10:

Tabel 10.Identitas Responden Yang Tidak Menggunakan Sistem Tanam Jajar Legowo Pada Usahatani Padi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Petani.

No Tingkat pendidikan responden Jumlah Persentase %

1 Tamat SD/Sederajat 6 46,16 %

2 Tamat SLTPsederajat 1 7,70 %

3 Tamat SMA/Sederajat 4 30,76 %

4 Tamat S-1/Sederajat 2 15,38 %

Jumlah 13 100 %

Sumber: Data primer setelah diolah 2016

Berdasarkan tabel 10, menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani responden yang tidak menggunakan sistem tanam jajar legowo pada usahatani padi yang tamat SD/sederajat sebanyak 6 orang dengan persentase 46,16%, Tamat SLTP/sederajat sebanyak 1 dengan persentase 7,70 %, Tamat SMA/Sederajat

(48)

sebanyak 4 orang dengan persentase 30,76 %, dan yang Tamat S-1/Sederajat sebanyak 2 orang dengan persentase 15,38 %.

Berikut ini akan dijelaskan tingkat pendidikan responden yang menggunakan sistem tanam jajar legowo pada usahatani padi di Desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa.

Tabel 11.Identitas Responden Yang Menggunakan Sistem Tanam Jajar Legowo Pada Usahatani Padi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Petani.

No Tingkat pendidikan responden Jumlah Persentase %

1 Tamat SD/Sederajat 1 10 %

2 Tamat SLTPsederajat 3 30 %

3 Tamat SMA/Sederajat 2 20 %

4 Tamat S-1/Sederajat 4 40 %

Jumlah 10 100 %

Sumber: Data primer setelah diolah 2016

Berdasarkan Tabel 11, menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani responden yang menggunakan sistem tanam jajar legowo pada usahatani padi yang tamat SD/sederajat sebanyak 1 orang dengan persentase 10%, Tamat SLTP/sederajat sebanyak 3 dengan persentase 30 %, Tamat SMA/Sederajat sebanyak 2 orang dengan persentase 20 %, dan yang Tamat S-1/Sederajat sebanyak 4 orang dengan persentase 40 %.

5.1.3 Pengalaman Responden Berusahatani Padi

Pengalaman berusaha tani dapat di artikan sebagai sesuatu yang pernah di jalani, dirasakan, ditanggung, oleh petani dalam menjalankan kegiatan usahatani dengan mengerahkan tenaga, pikiran, atau badan untuk mencapai tujuan

(49)

usahatani, yaitu memperoleh pendapatan bagi kebutuhan hidup petani dan kesejahteraan keluarganya.

Pengalaman berusaha tani dapat menunjukkan keberhasilan seseorang dalam mengola lahan usahatani padi terutama pengalaman dalam penggunaan sistem tanam jajar legowo. Sebab dapat menjadi pedoman pada masa yang akan datang. Mereka yang masih berusia muda relatif belum berpengalaman, sehingga untuk mengimbangi kekuranganya dia perlu dinamis sebaliknya mereka yang sudah berusia tua banyak berpengalaman dalam berusaha sehingga sangat berhati- hati dalam bertindak.

Pengalaman berusaha bagi responden dalam penelitian ini adalah pengalaman mereka dalam mengolah lahan pertanian baik yang menggunakan sistem tanam jajar legowo maupun yang tidak menggunakan sebagai suatu kebutuhan keluarga dan mendatangkan keuntungan secara finansial.

Tabel 12. Identitas Responden Yang Tidak Menggunakan Sistem Tanam Jajar Legowo Pada Usahatani Padi Berdasarkan Pengalaman.

No Pengalaman Berusahatani ( Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 0 – 10 4 30,76 %

2 11 – 20 5 38, 46 %

3 21 – 30 3 23,07 %

4 31 – 40 1 7,70 %

Jumlah 13 100 %

Sumber: Data primer setelah diolah 2016

Berdasarkan Tabel 12, menunjukkan bahwa pengalaman responden dalam berusahatani padi 0-10 tahun sebanyak 4 orang dengan persentase 30,76%

pengalaman 11-20 tahun sebanyak 5 orang dengan persentase 38,45 %,

(50)

Pengalaman 21-30 Tahun sebanyak 3 orang dengan persentase 23,07 %, Pengalaman 31-40 tahun sebanyak 1 orang dengan persentase 7,69 % dengan demikian pengalaman dalam berusahatani padi menunjukan keberhasilan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan keluarga di Desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa. Berdasarakan keterampilan dalam berusahatani yang kurang lebih telah dilakukan selama 11-20 tahun.

Berikut ini dapat dilihat pengalaman berusahatani padi yang menggunakan sistem tanam jajar legowo di Desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa berdasarkan pengalaman.

Tabel 13. Identitas Responden Yang Menggunakan Sistem Tanam Jajar Legowo Pada Usahatani Padi Berdasarkan Pengalaman.

No Pengalaman Berusahatani ( Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 0 – 10 7 70 %

2 11 – 20 2 30 %

3 21 – 30 1 10 %

Jumlah 10 100 %

Sumber: Data primer setelah diolah 2016

Berdasarkan Tabel 13, menunjukkan bahwa pengalaman responden dalam berusahatani padi 0-10 tahun sebanyak 7 orang dengan persentase 70 % pengalaman 11-20 tahun sebanyak 2 orang dengan persentase 20 %, Pengalaman 21-30 Tahun sebanyak 1 orang dengan persentase 10 %, dengan demikian pengalaman dalam berusahatani padi dapat menunjukan keberhasilan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan keluarga di Desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu

(51)

Kabupaten Gowa. Berdasarakan keterampilan dalam berusahatani yang kurang lebih telah dilakukan selama 0-10 tahun.

5.1.4 Jumlah Tanggungan Keluarga Responden

Tanggungan keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam melakukan kegiatan usaha taninya.Semakin banyak anggota keluarga yang yang di tanggung, maka semakin besar pula tuntutan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Disisi lain semakin banyak tanggungan keluarga, akan membantu meringankan kegiatan usaha tani yang di lakukan, karena sebagian besar petani masih menggunakan tenaga keluarga.

Untuk lebih jelasnya berikut ini akan menjelaskan jumlah tanggungan keluarga responden petani baik yang menggunakan sistem tanam jajar legowo maupun yang tidak menggunakan sistem tanam jajar legowo di Desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa.

Tabel 14.jumlah Tanggungan Keluarga Yang Tidak Menggunakan Sistem Tanam Jajar Legowo.

No Jumlah Tanggungan Keluarga ( orang) Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 1 – 3 3 23,07

2 4 – 5 8 61,53

3 6 – 7 2 15,38

Jumlah 13 100%

Sumber: Data primer setelah diolah 2016

Dari Tabel 14, menunjukkan bahwa responden memiliki tanggungan keluarga terbanyak yaitu 4-5 sebanyak 8 orang responden dengan peresentase

(52)

61,53% dan jumlah responden yang memiliki tanggungan keluarga lebih sedikit antara 6-7 responden yaitu sebanyak 2 orang responden dengan persentase 15,38

%.

Berikut ini akan menjeleskan jumlah tanggungan keluarga yang menggunakan sistem tanam jajar legowo di Desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa.

Dari Tabel 15 , menunjukkan bahwa responden yang memiliki tanggungan keluarga terbanyak yaitu 1-3 sebanyak 7 orang responden dengan peresentase 70

% dan jumlah responden yang memiliki tanggungan keluarga lebih sedikit antara 6-7 orang responden yaitu sebanyak 1 orang responden dengan persentase 10 %.

Tabel 15.jumlah Tanggungan Keluarga Yang Menggunakan Sistem Tanam Jajar Legowo.

No Jumlah Tanggungan Keluarga ( orang) Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 1 – 3 7 70

2 4 – 5 2 20

3 6 – 7 1 10

Jumlah 10 100%

Sumber: Data primer setelah diolah 2016

5.1.5 Jumlah Luas Lahan Responden

Lahan sebagai tempat berlangsungnya aktifitas bercocok tanam merupakan salah satu faktor produksi di dalam usahatani. Luas lahan usahatani yang di usahakan oleh setiap petani/responden bervariasi, dimana petani yang

(53)

memiliki lahan yang lebih luas akan cenderung memperoleh produksi yang lebih besar dan luas lahan yang kecil akan memperoleh produksi yang lebih kecil pula.

Berikut ini akan menjelaskan luas lahan responden baik yang menggunakan sistem tanam jajar legowo maupun yang tidak menggunakan sistem tanam jajar legowo di Desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa.

Tabel 16. Jumlah Luas Lahan Responden Yang Tidak Menggunakan Sistem Tanam Jajar Legowo.

No Luas lahan (Ha) Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 1 – 2 10 76,92 %

2 3 – 4 3 23,08 %

Jumlah 13 100%

Sumber: Data primer setelah diolah 2016

Berdasarkan Tabel 16, menunjukkan bahwa luas lahan responden petani padi yang tidak menggunakan sistem tanam jajar legowo 1-2 Ha sebanyak 10 orang dengan persentase sebesar 76,92 %, dan luas lahan 3-4 Ha sebanyak 3 orang dengan persentase sebesar 32,07 %.

Berikut ini akan menjelaskan luas lahan responden petani yang menggunakan sistem tanam jajar legowo di Desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa.

Dari Tabel 17, menunjukkan bahwa luas lahan responden petani padi yang menggunakan sistem tanam jajar legowo 1-2 Ha sebanyak 8 orang dengan persentase sebesar 80 %, dan luas lahan 3-4 Ha sebanyak 2 orang dengan persentase sebesar 20 %

(54)

Tabel 17. Jumlah Luas Lahan Responden Yang Menggunakan Sistem Tanam Jajar Legowo.

No Luas lahan (Ha) Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 1 – 2 8 80 %

2 3 – 4 2 20 %

Jumlah 10 100%

Sumber: Data primer setelah diolah 2016

Persepsi petani terhadap penerapan sistem tanam jajar legowo di Desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa dianalisis dengan menggunakan metode scoring yaitu Pemberian angka-angka tertentu terhadap kolom-kolom tertentu yang menyangkut keterangan tertentu pula atau proses pemberian skor tertentu terhadap aneka ragam jawaban dari kuisioner untuk dikelompokan dalam kategori yang sama.

Skoring bertujuan untuk menyederhanakan jawaban responden Baik yang menggunakan sistem tanam jajar legowo pada usahatani padi maupun yang tidak menggunakan sistem tanam jajar legowo di Desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa. Yaitu dengan cara pemberian nilai berupa angka pada jawaban pertanyaan untuk memperoleh data kuantitatif. Dalam penelitian ini urutan pemberian skor yaitu pengelompokan data atas jawaban-jawaban dengan teratur dan teliti, kemudian dihitung dan di jumlahkan dan di sajikan dalam bentuk tabel.

Berikut ini adalah data yang telah di identifikasi karakteristik pendapat/pernyataan responden berdasarkan hasil wawancara dari

Gambar

Gambar : Kerangka pemikiran persepsi petani terhadap penerapan sistem tanam jajar legowo pada usahatani padi sawah Di Desa Baturappe Kec Biring Bulu Kab Gowa.
Tabel  1.  Jumlah  penduduk  berdasarkan  jenis  kelamin  Desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa 2013.
Tabel 3.  Jumlah  Penduduk  Berdasarkan  Mata  Pencaharian  di  Desa Baturappe Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa 2013
Tabel  4.  Jumlah  Penduduk  Berdasarkan  Tingkat  Pendidikan  Desa Baturappe Kecamtan Biring Bulu Kabupaten Gowa 2013.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bagi kode RDF yang tidak menggunakan node kosong misalnya pada contoh RDF Standar, maka pencarian informasi dapat dilakukan cukup dengan menggunakan kueri

Dalam hal ini bila control valve neutral maka pompa akan mensuplai oli sampai tekanan naik pada batas yang sudah ditentukan kemudian pressure tersebut dimanfaatkan atau

Hasil analisis multivariat menyatakan bahwa ada pengaruh kepuasan kerja yg signifikan/ bermakna terhadap loyalitas perawat dengan nilai p value 0004,erdapat pengaruh

Hipotesis kesembilan dalam penelitian ini yang akan dibahas adalah sebagai berikut: hipotesis kesembilan : diduga intervensi motivasi kerja dapat menambah

Hasil panen umbi-umbian lokal seperti singkong (ubi kayu), ubi jalar, kacang tanah, kimpul atau talas, gadung, garut, ganyong, uwi dan gembili biasanya dikonsumsi

Dan Kepegawaian Setdakab Bagian Organisasi Dan Kepegawaian Setdakab 99 Tepat/Tidak Tepat Bagian Pemerintahan Setdakab Bagian Pemerintahan Setdakab 100 Tepat/Tidak Tepat

Data pengamatan pertambahan diameter batangjambu air madu deli dapat dilihat pada lampiran 9 – 13.Berdasarkan hasil uji beda nyata dengan menggunakan Uji Jarak

Adapun jenis-jenis warna yang sering diaplikasikan pada kain tenun upcycle adalah warna primer yaitu merah biru, dan kuning, warna sekunder yaitu warna hijau, warna