• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Program Keluarga Berencana Sulawesi Utara

Salah satu cara menekan angka fertilitas di Sulawesi Utara ini adalah dengan cara merencanakan jumlah anak. Perencanaan jumlah anak dapat dilakukan dengan menggunakan alat/cara KB. Tujuan program keluarga berencana oleh pemerintah adalah agar keluarga sebagai unit terkecil kehidupan bangsa diharapkan menerima Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) yang berorientasi pada pertumbuhan yang seimbang. Perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan kelahiran bisa dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran seperti kondom, spiral, IUD, dan sebagainya.

Gambar 7. Contraseptive Prevalency Rate (CPR) menurut Klasifikasi Wilayah, tahun 2015

Sumber : SUPAS2015

Contraceptive Prevalency Rate (CPR) atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Angka Pemakaian Kontrasepsi di Sulawesi Utara cukup tinggi. Sebanyak 65,44 persen pasangan usia subur di Sulawesi utara memakai/menggunakan alat/cara KB, baik cara modern maupun cara tradisional. Cara modern yang dimaksud adalah sterilisasi wanita, sterilisasi pria, IUD/AKB/Spiral, Suntikan, Implant, Pil, Kondom, dan metode modern lainnya. Sedangkan cara tradisional yang dimaksud seperti metode menyusui, pantang berkala, senggama terputus, dan metode tradisional lainnya.

Di Sulawesi Utara, persentase pasangan usia subur di daerah perdesaan yang menggunakan kontrasepsi lebih banyak jika dibandingkan daerah perkotaan. Di daerah perdesaan sekitar 69,08 persen, sedangkan diperkotaan hanya sekitar 61,52 persen. Hal tersebut mungkin terjadi karena penduduk perkotaan cenderung lebih tinggi tingkat pendidikannya sehingga

Kota Desa Kota+Desa

61,52

69,08

65,44

pengetahuan tentang efek samping alat KB lebih baik. Pada akhirnya akan lebih selektif dalam memilih alat KB yang akan digunakan.

Jika diamati menurut Kabupaten/Kota, CPR tertinggi adalah Kabupaten Minahasa. Kemudian wilayah dengan CPR tertinggi kedua adalah Kabupaten Minahasa Tenggara. Berturut- turut CPR kedua wilayah tersebut adalah 72,67 persen dan 71,98 persen. Sedangkan 2 wilayah dengan CPR terendah adalah Kota Bitung dan Kabupaten Kepulauan Talaud. CPR kedua wilayah tersebut berturut-turut adalah 57,74 persen dan 57,82 persen.

Sudah disebutkan diatas bahwa Kabupaten Kepulauan Sangihe memiliki indikator fertilitas yang relatif lebih baik dibandingkan wilayah lain, seperti rata-rata usia perkawinan pertama dan persentase wanita yang menikah dini. Tetapi jika dilihat dari CPR-nya, terlihat kontradiktif. CPR Kabupaten Kepulauan Sangihe hanya sebesar 61,78 persen.

Tabel 3.2.1. Contraseptive Prevalency Rate (CPR) menurut Kabupaten/Kota, tahun 2015 Kabupaten/Kota Alat/cara KB Modern Tradisional (1) (2) (3) [7101] Bolaang Mongondow 70,26 0,70 [7102] Minahasa 71,02 1,65 [7103] Kepulauan Sangihe 61,28 0,50 [7104] Kepulauan Talaud 57,14 0,68 [7105] Minahasa Selatan 68,45 0,77 [7106] Minahasa Utara 64,90 1,13

[7107] Bolaang Mongondow Utara 66,97 0,74

[7108] Siau Tagulandang Biaro 67,05 0,59

[7109] Minahasa Tenggara 71,02 0,96

[7110] Bolaang Mongondow Selatan 69,49 0,61

[7111] Bolaang Mongondow Timur 64,90 0,08

[7171] Manado 57,39 2,09 [7172] Bitung 57,27 0,47 [7173] Tomohon 62,09 0,63 [7174] Kotamobagu 63,63 0,26 [7100] Sulawesi Utara 64,40 1,04 Sumber : SUPAS2015

http://sulut.bps.go.id

Perempuan Usia Subur yang pernah Kawin di Sulawesi Utara lebih memilih cara suntik sebagai alat/cara KB-nya yaitu sebanyak 47,01 persen. Pilihan kedua pengguna alat/cara KB di Sulawesi utara adalah Pil KB yaitu sebanyak 23,41 persen. Alat/cara KB MOW, MOP dan Kondom hanya sedikit digunakan oleh pasangan usia subur Sulawesi Utara. Di Sulawesi Utara, juga masih ada 1,59 persen pasangan usia subur yang menggunakan alat / cara KB tradisional. Kebanyakan pengguna alat/cara KB tradisional ini menggunakan cara pantang berkala.

Tabel 3.2.2. Persentase Perempuan Usia Subur Pernah Kawin berumur 15-49 tahun yang Menggunakan Alat/Cara KB menurut jenis Alat/Cara KB dan Klasifikasi Wilayah, tahun

2015

Alat/Cara KB Kota Desa Kota+Desa

Alat / Cara Modern 97,77 98,94 98,41

Sterilisasi Wanita/Pria/MOP/MOW 4,25 3,71 3,96 IUD/AKDR/Spiral 7,82 5,65 6,64 Suntikan 50,40 44,20 47,01 Susuk KB / Implan 11,17 21,47 16,80 Pil 23,32 23,48 23,41 Kondom 0,68 0,26 0,45

Metode Modern Lainnya 0,13 0,17 0,15

Alat / Cara Tradisional 2,23 1,06 1,59

MAL/Metode Menyusui 0,05 0,01 0,03

Pantang Berkala 1,63 0,63 1,08

Senggama Terputus 0,02 0,06 0,04

Metode Tradisional Lainnya 0,52 0,36 0,43

Jumlah 100,00 100,00 100,00

Sumber : SUPAS2015

Persentase perempuan usia subur yang menggunakan alat/cara KB modern di perdesaan lebih banyak dibandingkan dengan perkotaan. Pengguna alat/cara KB Modern di perdesaan sebesar 98,94 persen, di perkotaan sebesar 97,77 persen. Perbedaannya tidak terlalu besar. Sebaliknya, perempuan yang menggunakan alat/cara KB tradisional di perkotaan persentasenya lebih besar dibandingkan perdesaan. Persentase di perkotaan sebesar 2,23 persen, di perdesaan sebesar 1,06 persen.

Tabel 3.2.3. Persentase Perempuan Usia Subur yang Pernah Kawin dan Tidak Menggunakan Alat/Cara KB menurut Karakteristik, tahun 2015

Karakteristik

Alasan Tidak Menggunakan Alat/Cara KB

Alasan Fertilitas Menentang Memakai Alasan Alat/ Cara KB Cerai/ Pisah Lainnya Tidak Tahu

Anak Masih Hidup

< 3 68,67 0,95 11,83 13,84 3,09 1,62 3 43,51 1,22 32,40 14,76 5,41 2,71 4 + 50,92 2,07 29,07 12,66 3,22 2,06 Kelompok Umur 15 – 19 79,80 1,84 0,00 14,89 0,72 2,76 20 – 24 82,24 0,32 4,66 8,34 3,66 0,77 25 – 29 73,67 1,80 10,68 10,78 2,94 0,14 30 – 34 71,56 0,45 8,47 12,58 4,32 2,62 35 – 39 58,39 1,34 21,43 14,78 2,55 1,52 40 – 44 49,70 1,21 24,03 19,40 4,09 1,56 45 – 49 57,31 0,95 20,32 14,85 3,45 3,11 Wilayah Tempat Tinggal Kota 60,53 1,23 17,16 15,30 3,76 2,03 Desa 68,41 0,86 13,95 12,25 3,00 1,53 Sumber : SUPAS2015

Data SUPAS2015 juga menunjukkan 64,18 persen penduduk perempuan pernah kawin yang berusia antara 15 – 49 tahun yang tidak menggunakan alat/cara KB, mempunyai alasan fertilitas. Alasan fertilitas yang dimaksud antara lain jarang bertemu dengan pasangannya, menopause, tidak dapat hamil, baru saja melahirkan, menyusui, kepercayaan, dan ingin punya anak lagi. 13,89 persennya beralasan karena sudah cerai/pisah dengan pasangannya.Ada juga yang beralasan karena faktor alat/cara KB nya, yaitu sebesar 15,67 persen. Faktor alat/cara KB yang dimaksud antara lain karena takut efek samping, alasan kesehatan, tidak nyaman, takut menjadi kurus/gemuk, alat/cara KB yang dipilih terlalu mahal.

Dari berbagai karakteristik yang ada, alasan fertilitas merupakan alasan utama perempuan Sulawesi utara untuk tidak memakai KB. Baik di kelompok anak masih hidup, kelompok umur, maupun wilayah perkotaan dan perdesaan. Akan tetapi, jika alasan fertilitas ini di breakdown lagi,

maka akan muncul beberapa fakta menarik. 48 persen perempuan tidak ber-KB yang mempunyai kurang dari 3 anak masih hidup beralasan masih ingin punya anak lagi. Semakin bertambah jumlah anak, persentase tersebut semakin kecil. Persentase perempuan di wilayah perdesaan lebih banyak yang beralasan masih ingin punya anak lagi dibandingkan perkotaan. Semakin bertambahnya umur perempuan Sulawesi Utara yang tidak memakai KB, maka semakin kecil persentase alasan ingin punya anak lagi. Hal itu menandakan semakin bertambahnya umur, maka semakin kecil keinginan untuk punya anak lagi. Sebaliknya, persentase yang mempunyai alasan karena menopause semakin banyak seiring bertambahnya umur perempuan.

MOBILITAS PENDUDUK

http://sulut.bps.go.id

BAB 4

Mobilitas Penduduk

Dokumen terkait