• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi sosial politik dan masyarakat a.Kondisi sosial politik

H. Sistematika Pembahasan

3. Kondisi sosial politik dan masyarakat a.Kondisi sosial politik

Imam Syâfi’î hidup pada zaman pemerintahan Bani Abbassiyah. Situasi politik pada masa Abbasiyah, jabatan penting di pemerintahan didominasi oleh orang-orang Persia. Beliau lahir zaman di masa Pemerintahan Abu Ja’far al-Manshur ( 137 -159 H / 754- 774 M ), masa inilah pusat pemerintahan dipindahkan ke Bagdad tahun 762 M. Pembangunan kota ini diselesaikan dalam waktu 4 tahun untuk mencari wilayah yang lebih aman, dengan biaya sebesar 4.883.000 dan kira-kira 100.000 orang arsitek dan tukang.34 Suatu pembangunan yang sangat luar biasa untuk zaman itu.

Walau cukup banyak gejolak dan sikap al-Mansur yang keras kepada rival politiknya maka namun masa ini kondisi bidang politik cukup stabil dan maju. Khalifah ini berhasil memadamkan beberapa pemberontakan pada masa kepemimpinannya35. Imam Syâfi’î berusia 9 tahun saat Abu Ja’far al-Manshur digantikan oleh al Mahdi yang dikenal bersifat lunak terhadap rival politiknya dan lebih dermawan. Dia sangat baik pada kaum miskin dan melarat. Dia membebaskan orang-orang dari penjara kecuali orang yang melakukan kejahatan yang membahayakan. Sekolah-sekolah dan mesjid-mesjid yang ada di kota-kota penting diperbesar. Dia menetapkan tunjangan bagi penderita kusta dan orang-orang miskin.36 Sikap Al Mahdi sebagai penguasa membuat periode ini identik dengan sebuah negara yang aman dan kekayaan negara bertambah. Masa ini kelompok mawalli yang berasal dari budak dimerdekakan. Ketika berumur 19 tahun, Muhammad al

34Syed Mahmudunnasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya,( Bandung : Remaja Rosdakarya : 2005 ) cet ke-4, h. 218.

35 M.Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam ( Yogyakarta : Pustaka Book Publisher,2009 ) cet ke-2, h.146.

Mahdi digantikan oleh Musa al Mahdi ( 169-170 H/ 785-786 M ) ia merupakan putra dari khalifah al-Mahdi yang hanya menjabat selama tiga bulan.

Kekhalifahan lalu digantikan oleh Harun al-Rasyid ( 170- 194 H/ 786-809 M ) . Pada masa ini Abbasiyah memasuki era yang gemilang. Pemerintahannya penuh dengan peristiwa-peristiwa besar dan yang menunjukkan keagungan Islam. Harun Ar-Rasyid melakukan hubungan diplomasi dengan beberapa negara diantaranya raja Cina. Harun Ar-Rasyid juga dikenal dengan sebagai khalifah yang cendiakiawan karena memiliki wawasan yang sangat luas terutama tentang sejarah, bahasa dan kesusastraan Arab. Dia juga memiliki cita rasa yang tinggi terhadap syair dan bahasa sehingga dikatakan bahwa pengetahuan Ar-Rasyid adalah pengetahuan para ulama.37

Kecintaan Harun Ar-Rasyid kepada ilmu pengetahuan berpengaruh kepada ulama-ulama yang hidup pada masanya termasuk Imam Syâfi’î karena dukungan penguasa terhadap ilmu pengetahuan menjadi faktor pendukung utama kemajuan ilmu pengetahuan. Pada masa kepemimpinannya Bagdad dikenal sebagai pusat ilmu pengetahuan internasional. Dalam sejarah kota tersebut belum pernah terjadi gerakan cinta ilmu dan pemikiran yang begitu dashyat kecuali di masanya.

Harun Ar-Rasyid digantikan oleh al-Amin ( 194-198 H/ 809- 813 M ) dan selanjutnya digantikan al Makmun ( 198- 218 H/ 813-833 M ) 38 Khalifah Al-makmun cenderung berpihak pada unsur Persia. Hal ini memberi keuntungan pada ilmu pengetahuan dengan dilakukan penerjemahan buku-buku filsafat secara besar-besaran,

37Syauqi Abu Khalil, , Harun Ar-Rasyid, Amir para Khalifah dan raja teragung di dunia ( Jakarta : Pustaka Al-Kautsar , 2006 ) h, 57.

38Jaih Mubarok , Modifikasi hukum Islam , studi tentang Qawl Qadim dan Qawl Jadid, ( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2002 ) cet, ke-1 h. 2.

di antaranya dilakukan oleh Hunain ibn Ishaq yang menerjemahkan dua puluh buku galen ke dalam bahasa Syria dan empat belas buku lainnya ke bahasa Arab. 39 Secara umum situasi politik dinasti Abbasiyah pada hidup Imam Syâfi’î saat itu kondusif dan stabil kecuali pada masa al-Amin dan Al- Makmun terjadi sedikit pergolakan. Kestabilan kondisi politik pada masa hidupnya membuat Imam Syâfi’î tidak mengalami kendala dalam mencari ilmu dan mengajarkannya karena situasai politik dan sosial akan mempengaruhi pola pikir ulama pada masanya.

Kebijakan politik yang menyangkut bidang keilmuan dan fiqh sikap pemerintah tergolong baik. Hal ini sangat terlihat pada masa pemerintahan Harun ar-Rasyid karena khalifah sendiri dikenal dekat dengan ulama.

Walau kondisi politik cukup stabil tetapi Imam Syâfi’î pernah terlibat persoalan politik ketika bekerja sebagai kepala daerah di distrik Najran di Yaman karena permintaan gubenur. Di sana ia menjalankan tugas dengan baik. Dia disenangi banyak orang karena sikapnya yang tegas ,adil dan berpegang pada hukum-hukum syariat dan menutup rapat kesempatan bagi pihak-pihak yang ingin menjilat pejabat. Dia menganjurkan rakyat untuk menentang penguasa yang berlaku zalim terhadap rakyat. Sikap inilah yang membuatnya bermasalah dengan penguasa. di Yaman. Sifat tegas membuat penguasa Yaman kurang nyaman. Untuk mengatasi hal tersebut , mereka menuduh Syâfi’î dan sembilan orang lainnya terlibat dengan gerakan subversif dan ingin menggulingkan pemerintahan yang berkuasa yang menantang kebijakaan politik pemerintahan Abbasiyah, yakni secara

diam mendukung fraksi Alawiyyin dan menganut paham syi’ah.40Dia dibawa ke Bagdad dengan tuduhan menentang Dinasti Abbasiyah. Peristiwa ini terjadi pada masa pemerintahan khalifah Harun Ar Rasyid tetapi dia dimaafkan oleh khalifah setelah terjadi dialog diantara keduanya. Imam Syâfi’î juga mendapat pembelaan dari ulama Hanafiah yang terkenal yaitu Muhammad bin Hasan al Syaibani41. Setelah terjadi negosiasi Imam Syâfi’î diberi jaminan perlindungan dari khalifah namun dia bertekad tidak akan jadi pejabat lagi. Beliau juga ditawarkan menjadi qadhi masa pemerintahan khalifah Al Ma’mun tapi dia menolak.

Pemerintahan Abbasiyah yang mencapai puncak keemasannya di masa hidup Syâfi’î terutama masalah ilmu pengetahuan. Dimasa inilah timbul prakarsa dan usaha pengembangan beragam ilmu, mempelajari filsafat Yunani,kebudayaan Persi dan pengetahuan lain yang mendapat dukungan moril dan materil dari pemerintah. Aktivitas ekonomi pada masa hidup mantap dan terkendali . Hal ini sebagai konsekwensi logis dari kondisi negara yang mapan dan situasi politik yang stabil.

b. Kondisi Masyarakat

Imam Syâfi’î tumbuh besar di pusat kota Jazirah Arabia, yaitu ditengah masyarakat yang hidup dengan semangat kepahlawanan, keberanian, kedermawanan, gemar berolahraga dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi . Karena itu ia tumbuh menjadi laki-laki tangguh, berjiwa besar, penuh percaya diri dan berotak cerdas . Ibunya memutuskan untuk pindah ke Mekah demi kebaikan masa depan . Mekah yang merupakan tanah nenek

40Abdurrahman Asy-Syarqawi, A’immah al-Fiqh al-Tis’ah , ( Bandung : Pustaka Hidayah, 2000 ) Terj.Hamid al Husain, h. 398. Lihat juga Abu Zahrah, Tarikh al-Mazahib al-Fiqhiyyah, ( Jeddah : Al-haramain, tt ) h.410 .

41Bandingkan M.Ali Hasan dalam perbandingan mazhab menyatakan dibela oleh Al Fadel Ibnu

moyang dan tempat para ahli fiqh, satrawan dan penyair . Hal ini dilakukan agar Syâfi’î bisa mengenyam pendidikan dalam berbagai disiplin ilmu .

Pada masa dewasanya Imam Syâfi’ hidup pada masa pemerintahan Bani Abbasiyah. Saat itu pertumbuhan ekonomi mengalami kemajuan pesat karena didukung oleh suhu politik yang stabil karena khalifah Bani Abbas sangat memprioritaskan pertumbuhan ekonomi. Peningkatan sumber-sumber ekonomi dan infra struktur dengan dibangunnya jalan-jalan, terminal, mercu suar dan pelabuhan-pelabuhan.

Wilayah kekuasaan pemerintahan pada saat itu begitu luas mulai dari Andalusia di Barat sampai India di timur, terorganisir di bawah panji daulah Abbasiyah sebagai komunitas dan kebangsaannya. Mereka memiliki kekhasan yang berbeda satu sama lain dalam aspek ras, karakter dan potensi. Masing-masing mempunyai tradisi, adat kebiasaan dan kecenderungan politik, tempat yang berbeda dan juga berbeda paham keagamaan namun bisa hidup berdampingan dengan suasana damai. Paham keagamaan waktu itu adalah sunni, syi’ah dan kafir dzimmi. Masyarakatnya terdiri dari suku Arab, India , Cina dan lain-lainnya. Suatu komunitas masyarakat yang heterogen namun hidup bersama di bawah pemerintahan Islam.

Kondisi masyarakat pada masa hidupnya adalah masa–masa kejayaan ilmu pengetahuan. Masa ini ditandai dengan kejayaan fiqh dan syariat Islam, kemajuan politik, budaya, sosial. Masa ini merupakan puncak kemajuan dalam bidang sastra, ekonomi, ilmu pengetahuan, pemikiran dan kebudayaan. Indikator kemajuan tersebut antara lain terlihat dari mobilitas yang tinggi dalam berbagai bidang kehidupan.