• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP KESAKSIAN ZINA DALAM ISLAM

A. Deskripsi tentang Kesaksian 1.Definisi Kesaksian1.Definisi Kesaksian

3. Pembuktian dan Had Zina

a. Pembuktian Zina

Pembuktian zina menurut hukum Islam sangat ketat karena akibat dari pembuktian tersebut pelaku zina akan mendapatkan had yang keras yaitu dicambuk, diasingkan dan dirajam. Kerasnya had zina mengandung hikmah untuk membuat efek jera kepada orang lain untuk melakukan perbuatan zina karena masalah zina menyangkut persoalan memelihara keturunan yang merupakan salah satu dari lima hal maqashid syariah69 yang harus perhatian mendapat prioritas kaum muslim yaitu memelihara nasab karena hal itulah pelaksanaan hukuman had zina tidak gampang, perlu ada pembuktian zina. Pembuktian bisa berupa pengakuan saksi, indikasi-indikasi tertentu dan lian. Bentuk-bentuk pembuktian zina diantaranya :

1.) Pengakuan Zina

Pembuktian dengan pengakuan menurut sebagian ulama seperti Imam Malik, Syâfi’î , Abu Daud cukup sekali. Karena pengakuan merupakan suatu berita dan berita tidak perlu pengulangan. Disyaratkan dalam pengakuannya terinci dalam mengakui perbuatan agar tidak menimbulkan syubhat. Pengakuan hanya merupakan bukti bagi pelaku zina yang mengaku saja tidak berlaku untuk pasangan zinanya jika dia tidak mengaku.

Abu Hanifah mensyaratkan pengakuan itu harus di depan sidang pengadilan sedangkan menurut Imam Malik, Syâfi’î dan Ahmad pengakuan tersebut harus didepan sidang pengadilan. Menurut Imam Abu Hanifah harus ada 4 kali pengakuan karena diqiyaskan kepada empat orang saksi. Hal ini juga berdasarkan salah satu Hadis 69Maqashid Syariah merupakan tujuan dari pembinaan Islam yang terdiri dari hifdz ad-din, yaitu diwajibkan berperang untuk menjaga agama dari musuh.Hifzd an-Nafs diwajibkan hukum qishas untuk menjaga kemulian manusia. Hifdz al-Aql diharamkan semua benda yang memabukkan seperti narkotika dan khamar. Hifdz al-Mal, adanya pemotongan tangan bagi pencuri dan pengharaman riba dan memakan harta orang lain dengan cara batil.Hifzd an-Nasl yaitu diharamkannya zina dan qadzaf. Untuk menjaga keturunan dan harga diri. Lihat Ahmad al-Mursi Husain Jauhar, Maqashid Syariah fil Islam, terj. Khikmawati ( Jakarta : Amzah, 2009 ) h.xv.

Rasulullah riwayat Ahmad, Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah ra ia berkata : Ada seorang laki-laki yang menghadap Rasullulah SAW di Masjid, kemudian berkata ya Rasulullah, sesungguhnya aku benar-benar telah berzina . Kemudian Rasulullah berpaling sehingga orang itu mengulangi sampai empat kali . Maka setelah ia bersumpah empat kali ia dipanggil oleh Rasul lalu nabi SAW bertanya : apakah engkau mengidap penyakit gila . Ia menjawab “ tidak “. Nabi bertanya lagi “ apakah engkau berzina muhsan ? Ia menjawab “ betul “. Lalu Nabi SAW memerintahkan para sahabat “ bawalah dia lalu rajamlah.

2. ) Pembuktian dengan empat orang saksi berdasarkan surat an-Nûr ayat 4. Saksi harus mengatakan di hadapan hakim bahwa keempatnya secara persis melihat perbuatan zina. Syarat-syarat kesaksian dalam masalah zina sama dengan syarat-syarat saksi dalam perkara lainnya namun kesaksian zina ditambah dengan syarat-syarat-syarat-syarat lain yaitu :

Pertama, orang-orang yang menyaksikan perbuatan zina itu empat orang.

Jika orang-orang yang memberikan kesaksian itu kurang dari empat orang, maka tuduhan mereka dianggap tidak sah. Bagi penganut mazhab Hanafi, Imam Malik, Mazhab Syâfi’î dan Imam Ahmad berpendapat bahwa mereka yang kurang dari empat orang harus dihukum. Dasarnya ialah sesuai dengan petunjuk yang dilakukan oleh Umar Bin Khattab yang menghukum Abu Bakrah, Nafi' dan Syibl karena mereka menuduh Mughirah berzina.

Kedua mengetahui peristiwa secara terperinci dan secara langsung

Kesaksian zina ini menuntut para saksi harus mengetahui secara terperinci peristiwa perzinaan dan menyaksikan secara langsung tindak pidana tersebut

sebagaimana definisi dari zina tersebut. Saksi mengetahui dengan jelas bahwa perzinaan itu benar-benar terjadi70

Menurut Imam Abu Hanifah jika saksi hanya mendengar dari orang lain maka kasus ini akan menimbulkan syubhat. Jika ada syubhat had zina tidak dapat dilakukan.

Ketiga saksi menggunakan kata kata yang jelas.

. Kesaksian itu jelas disampaikan tidak berupa kata-kata sindiran yang tidak dipahami maksudnya.

Keempat memberikan kesaksian dalam satu tempat,71

Mengenai perkara ini para pengikut mazhab Imam Syâfi’î, Daud Zahiri tidak mensyaratkan hal ini. Baik persaksian itu diberikan oleh para saksi secara serentak dan dalam satu majlis atau secara terpisah dalam majlis yang terpisah-pisah, semuanya dapat diterima. Sebab Allah SWT hanya menyebutkan kata-kata kesaksian (syahadah) tidak menyebutkan kata-kata tempat. Lagi pula kesaksian-kesaksian yang diberikan mereka dapat diterima, jika satu sama lain bersesuaian walau tempatnya terpisah.

Menurut Syâfi’î tidak menjadi persoalan jika tempat memberikan kesaksian berbeda dan kesaksian tetap diterima. Hal ini merupakan tindakan untuk menyucikan kaum muslim dari dosa jika telah sempurna kuorum kesaksian menurut ijtihad hakim dan sesuatu yang

70Abdurrahman Aljazairy, Kitabul Fiqhi A’la Mazhab Arba’ah, ( Beirut : Dar al-Kitab al- Imliyah, 1999) jilid 5 h.26

71Menurut Abu Hanifah dan Imam Maliki disyaratkan saksi yang empat itu ada dalam satu tempat dan berkumpul dalam satu waktu. Jika itu tidak terpenuhi maka tidak diterima kesaksiannya. Lihat Abdurrahman Jazairy , Kitabul Fiqhi A’la Mazhabib Arba’ah , Juz 5 ( Beirut Darul khatab al-Imliyah 1999) h. 67

dipandang baik bagi kaum muslim dalam agama mereka dan dunia mereka. Menurut Hanafi, Maliki dan Hambali disyaratkan kesaksian zina itu ditempat yang sama.

Ulama juga berbeda pendapat tentang apakah kesaksian tentang perzinaan itu terjadi ditempat dan waktu yang sama. Menurut Hanafi dan Maliki mengharuskan kesaksian itu pada tempat yang sama dan disyaratkan untuk menghadirkan empat orang

Kelima peristiwa tersebut masih baru terjadi

Imam Abu Hanifah mensyaratkan diterimanya persaksian jika jarak waktu antara peristiwa yang terjadi dengan persaksian tidak terlalu jauh. Karena memberikan kesaksian yang terlalu lama menimbulkan keraguan. Abu Hanifah memberi batas waktu enam bulan untuk memberikan kesaksian. Imam Malik, Syâfi’î dan Zhahiri tidak memberikan batasan.

Keenam saksi hendaklah laki - laki.72

Inilah yang menjadi pembahasan penelitian ini. Jumhur Ulama menyatakan bahwa orang-orang yang berperan sebagai saksi-saksi dalam masalah zina hendaklah semuanya laki-laki hal itu dinyatakan dalam kitab Mausuah Fiqhiyah73

ِءﺎَﻬَﻘُﻔْﻟا ُرﻮُﻬْﻤُﺟ َﺐَﻫَذ

)

ُﺔَﻠِﺑﺎَﻨَﺤْﻟاَو ُﺔﱠﻴِﻌِﻓﺎﱠﺸﻟاَو ُﺔﱠﻴِﻜِﻟﺎَﻤْﻟاَو ُﺔﱠﻴِﻔَﻨَﺤْﻟا

(

ا ِدﻮُﻬُﺷ ﻲِﻓ ِةَرﻮُﻛﱡﺬﻟا ِطاَﺮِﺘْﺷا ﻰَﻟِإ

َﻼَﻓ ، ﻰَﻧﱢﺰﻟ

ْﻢُﻬﱠﻠُﻛ ًﻻﺎَﺟِر اﻮُﻧﻮُﻜَﻳ ْنَأ ﱠﺪُﺑ

Ibnu Hazm mempunyai pendapat yang berbeda,kesaksian perempuan juga dapat diterima dengan syarat dua orang perempuan disamakan dengan seorang laki-laki.

72Said Sabiq, Fiqh al-Sunnah, (Beirut: Dar al-Kitab al- Arabi, 1987), Jilid III, hlm 561

73Kementerian Wakaf dan Urusan Islam Kuwait, Mausuah fiqhiyah , ( Kuwait : Dar Salasil 1427 H) Juz,13 h. 156

Persaksian zina harus dilakukan oleh empat orang saksi laki-laki. Untuk hal ini merupakan kesepakatan jumhur ulama dan mereka tidak menerima kesaksian perempuan dalam zina. Ibnu Hazm menyatakan bahwa kesaksian perempuan dapat diterima dalam zina dengan syarat persaksian satu orang laki-laki sama nilainya dengan kesaksian dua orang perempuan.

Jika dua orang saksi memberikan kesaksian bahwa seseorang telah berzina di suatu tempat, sedangkan dua saksi lain mengatakan mereka telah berzina di tempat lain maka tidak dapat diputuskan had zina atas pelaku zina tersebut. Jika dua orang saksi memberikan kesaksian bahwa seorang laki-laki telah berzina dan perempuan tersebut menurutinya sedangkan dua saksi lain mengatakan bahwa laki-laki itu melakukan perbuatan zina dan perempuan dipaksa maka tidak dapat dilakukan putusan had atas kasus tersebut.74

Nash tentang pembuktian zina mengindikasikan bahwa bagi setiap orang termasuk suami yang menuduh seorang perempuan telah berzina maka wajib baginya menghadirkan 4 orang saksi yang beragama Islam. Dari ayat ini perlu dianalisa dan kajian kajian yang lebih mendalam dan teliti tentang kesaksian empat orang laki-laki yang beragama Islam. Apakah kesaksian empat orang laki-laki ini sebagai syarat hukum , sebagai syarat pembuktian zina atau sebagai syarat hukum sekaligus syarat pembuktian zina. Jika sebagai syarat hukum sekaligus syarat pembuktian maka kesaksian empat orang laki-laki yang beragama Islam menjadi mutlak.Tetapi bagaimana seandainya hanya sebagai syarat pembuktian atau dalam bahasa lainnya hanya untuk sekedar membuktikan

74Imam Abu Ishaq Ibrahim bin Ali Yusuf , Al Tanbih fii fiqhi Asy Syafi’I, ( Semarang : Asy Syifa’, 1992 ) terj Hafidh Abdullah .MA h. 360

apakah telah terjadi zina atau tidak barangkali pembuktiannya tidak harus dengan empat orang saksi laki-laki yang beragama Islam.

3. ) Kehamilan

Kehamilan bagi perempuan yang tak bersuami merupakan bukti perzinaan. Jika dia menikah dan kelahiran anaknya yang terjadi dalam jangka waktu yang kurang dari biasanya. Hal itu bisa membuatnya diberikan hukuman zina kecuali jelas diketahui kehamilannya karena diperkosa maka dia tidak diberikan hukuman had.

b. Had Zina

Bagi pelaku perbuatan zina tidak bisa dibenarkan dan tidak dilaksanakan hukumannya kecuali jika terbukti seorang laki-laki memasukkan kemaluannya kepada kemaluan perempuan. Had zina adalah hukuman yang diberikan kepada orang yang benar-benar melakukan zina. Had tersebut dibedakan menjadi dua yaitu untuk pelaku yang muhsan dan ghairu muhsan.

Dalam al-Quran sanksi zina sifatnya bertahap . Pada permulaan Islam sanksi zina adalah ditahan di rumah sampai mati. Dalilnya surat An-Nisa ayat 15

                       Artinya : dan (terhadap) para perempuan yang mengerjakan perbuatan keji75hendaklah ada empat orang saksi diantara kamu (yang menyaksikannya). kemudian

75Perbuatan keji: menurut jumhur mufassirin yang dimaksud perbuatan keji ialah perbuatan zina, sedang menurut Pendapat yang lain ialah segala perbuatan mesum seperti : zina, homo seks dan yang

apabila mereka telah memberi persaksian, Maka kurunglah mereka (perempuan-perempuan itu) dalam rumah sampai mereka menemui ajalnya, atau sampai Allah memberi jalan lain kepadanya

Ayat ini menyatakan bahwa hukuman bagi pezina perempuan adalah kurungan dalam rumah dan hukuman penghinaan. Kemudian Allah menurunkan had zina dalam surat an-Nur Ini merupakan jalan lain yang dijanjikan Allah dalam surat An-Nisa ayat 15 tersebut. Kemudian datang sanksi berikutnya jilid seratus kali dengan dalil an-Nur ayat 2

                           

Artinya : Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk menjalankan agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah pelaksanaan hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.

Dalam ayat ini dinyatakan bahwa hukuman dera merupakan hukuman bagi pezina laki-laki dan perempuan dan tidak dibedakan antara pezina yang muhsan ( telah menikah ) atau ghairu muhsan ( belum menikah ). Ayat ini menjelaskan tentang had bagi pezina karena kejinya perbuatan ini sehingga pada ayat selanjutnya dijelaskan bahwa perbuatan zina dapat memutuskan hubungan pelakunya dengan kaum muslimin .

Dan sanksi terakhir Hadis Nabi tentang hukuman rajam.

ﱠﻠﻟا ُلﻮُﺳَر َلﺎَﻗ َلﺎَﻗ ِﺖِﻣﺎﱠﺼﻟا ِﻦْﺑ َةَدﺎَﺒُﻋ ْﻦَﻋ

ِﻪ

-ﻢﻠﺳو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺻ

»

ُﻪﱠﻠﻟا َﻞَﻌَﺟ ْﺪَﻗ ﻰﱢﻨَﻋ اوُﺬُﺧ ﻰﱢﻨَﻋ اوُﺬُﺧ

ُﻢْﺟﱠﺮﻟاَو ٍﺔَﺋﺎِﻣ ُﺪْﻠَﺟ ِﺐﱢﻴﱠـﺜﻟﺎِﺑ ُﺐﱢﻴﱠـﺜﻟاَو ٍﺔَﻨَﺳ ُﻰْﻔَـﻧَو ٍﺔَﺋﺎِﻣ ُﺪْﻠَﺟ ِﺮْﻜِﺒْﻟﺎِﺑ ُﺮْﻜِﺒْﻟا ًﻼﻴِﺒَﺳ ﱠﻦُﻬَﻟ

76

sejenisnya. menurut Pendapat Muslim dan Mujahid yang dimaksud dengan perbuatan keji ialah musahaqah (homoseks antara wanita dengan wanita

Artinya : Dari Ubadah bin Shamit berkata Rasulullah SAW. Ambillah dariku, ambillah dariku. Sesungguhnya Allah telah menetapkan keputusan untuk mereka para pezina. Bagi yang belum menikah hukumannya dicambuk seratus kali dan diasaingkan satu tahun.bagi pezina yang telah menikah , dicambuk seratus kali dan dirajam sampai mati.

Berdasarkan Hadis ini bila seorang bila seorang perjaka atau perawan berzina (ghairu muhsan)77, maka sanksinya adalah didera seratus kali dan diasingkan selama setahun. Jika seorang muhsan78 berzina maka hukumannya dirajam sampai mati.. Hukuman ini adalah ketentuan Allah yang qath’i yang tidak dapat dikurangi atau ditambah oleh manusia, jika telah terbukti dengan pasti hakim tak perlu berijtihad lagi. Ia wajib menjalankan hukum Allah dan Rasul-Nya yang telah pasti tersebut. Hal ini disebabkan hukuman jilid dan rajam merupakan hak Allah yang tidak boleh diubah oleh manusia.

Penerapan hukuman pengasingan selama satu tahun sebagaimana terdapat dalam Hadis diatas disamping hukuman dera bagi pelaku perzinaan yang belum kawin. Sesuai kandungan Hadis Ubadah di atas hukuman ini telah diterapkan oleh Khulafaur Ar-Rasyidin di zaman mereka, tanpa ada yang membantahnya.

Menurut Imam Malik dan al-Auzai yang diasingkan selama setahun itu hanyalah pihak laki-laki dengan memenjarakannya ditempat pengasingannya sedangkan perempuan tidak boleh diasingkan karena perempuan tidak boleh pergi sendiri tanpa mahram ke tempat lain dikhawatirkan akan menimbulkan fitnah. Menurut Syâfi’î, Imam Ahmad dan Zhahiri hukuman dibuang setahun itu dikenakan pada keduanya. Menurut Hanafiyah hukuman pengasingan tidak wajib dilakukan karena berarti penambahan nash.

77Ghairu Muhsan adalah laki-laki atau perempuan yang dalam keadaan belum bersuami/ belum

beristri . Lihat Ahmat Fathi Bahnisi , Al-Siyasah al-Jina’iyahfi Syariah al islamiyah ( kairo : Dar al-‘Urubah ,

1965 ) h 214

78Muhsan adalah orang yang sudah menikah dan terpelihara . Lihat Sa’di Abu Jaib , Al-Qamus al-Fiqhi ; Lughatan wa istilahan, ( Damaskus : Dâr al-Fikr, 1988 ) h. 91

Perbedaan had antara pelaku zina yang ghairu muhsan dengan dera dan yang muhsan dengan rajam . Hal ini disebabkan orang yang telah melakukan hubungan seksual dalam pernikahan yang sah telah mengetahui jalan yang benar dan suci untuk menyalurkan naluri seksnya, maka penyimpangan yang dilakukannya dengan berzina menunjukkan bahwa fitrahnya telah rusak dan menyimpang karena itu pantas dihukum lebih keras, pezina yang ghairu muhsan terdorong melakukan zina karena nafsu .

Ayat ini menggambarkan ketegasan dan kekerasan dalam menegakkan had zina dan larangan belas kasihan terhadap pelakunya. Di sini juga dijelaskan larangan membatalkan had dan berlemah lembut dalam menegakkannya karena akan menunda penegakan hukuman Allah dan hak Allah.79

Pelaksanaan hukuman ini hendaknya dilakukan di tengah kerumunan orang yang menyaksikan karena lebih efektif untuk menjadikan efek jera dan mempengaruhi jiwa orang-orang yang telah melakukan perbuatan zina dan juga orang-orang yang menyaksikan pelaksanaan hukuman .