• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III Tanggung Jawab Ayah Terhadap Nafkah Anak Setelah

3. Kondisi Sosial

Sebagai masyarakat sosial, hampir masyarakat Desa Tengaran saling mengenal satu sama lain, walaupun jarak antara dusun satu dengan yang lain sangat jauh.

Salah satunya di Dusun Krajan, yang masih masuk wilayah Desa Tengaran ini kerukunan antar tetangganya sangat baik, minimal sebulan sekali pasti ada pertemuan RT khusus untuk bapak-bapak. Dalam

pertemuan tersebut, acaranya diantaranya tahlilan, barjanji/tiba‟an,

sholawat nariyah. Selain itu dalam setiap pekan juga ada pertemuan

khusus ibu-ibu dalam acara yasinan.

Ketika memperingati hari besar Islam, masyarakat setempat dalam mempertemukan dan mempersatukan warganya biasanya diadakan

banca‟an atau makan bersama di musholla/masjid setempat dengan

membawa nasi atau sajian yang lain.

Ketika dalam satu keluarga mendapat musibah atau ada suatu hajatan, masyarakat berduyun-duyun untuk membantu guna meringankan musibah dan terlaksananya hajatan tersebut. Ditambah lagi ketika ada kerja bakti di lingkungan sekitar Desa Tengaran, maka masyarakat Desa Tengaran dengan sukarela melaksanakannya dengan bergotong royong, sesuai dusunnya masing-masing.

Adat yang masih berlaku antar warga Dusun di Desa Tengaran

adalah sadranan atau ritual tradisional, seperti mengadakan jamuan

62

dalam setahun. Dan sedekah kubur, biasanya dilaksanakan pada bulan

Ruwah atau Sya‟ban di pemakaman desa setempat.

4. Kondisi Ekonomi

Perekonomian masyarakat Desa Tengaran yang mayoritas adalah buruh tani dan menggantungkan hidup dari hasil tani yang mereka kerjakan di ladang milik orang lain. Pada saat tidak musim biasanya masyarakat ada yang bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun ada juga yang bekerja sebagai buruh bangunan di kota-kota tertentu seperti Jakarta dan Semarang.

Kondisi rumah yang rata-rata dari tembok ( bata merah ), kamar mandi dan wc yang sudah berbahan dasar batako, lantai yang sudah berbahan keramik, kondisi jalan yang rata-rata sudah aspal, dan penduduk yang rata-rata yang sudah memiliki kendaraan bermotor menandakan bahwa ekonomi masyarakat tersebut sudah cukup makmur.

B. Identitas Keluarga Yang Bercerai Di Desa Tengaran, Kecamatan Tengaran

Dalam penelitian ini penulis hanya menemukan dua keluarga yang bercerai di Desa Tengaran, Kecamatan Tengaran yakni sebagai berikut:

1. Profil keluarga dari ibu Mawar (nama samaran)

a. Identitas Keluarga

Nama Ibu : Mawar

Umur : 39 tahun

63

Pendidikan terakhir : SD

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Nama Anak Pertama : Ahmad

Umur : 20 tahun

Sekolah : SMA Mbelang Ampel

Kelas : 3

Nama Anak Kedua : Dwi Septi

Umur : 16 tahun

Sekolah : MAN Tengaran

Kelas : 2

Nama Anak Ketiga : Risti setya

Umur : 9 tahun

Sekolah : SDN Tengaran

Kelas : 4

Nama Ayah : Aris Munandar

Umur : 45 tahun

Alamat : Sruwen, Kecamatan Tengaran

Pendidikan terakhir : SMP

64

b. Latar Belakang Ekonomi Keluarga Ibu Mawar

Mawar adalah seorang ibu rumah tangga yang dikaruniai tiga orang anak dari ayah yang bernama Aris Munandar. Mereka berdua menikah pada tahun 1996, dan bercerai pada tahun 2013 karena adanya beberapa konflik. Namun dalam perceraian itu, mereka berdua dikaruniai tiga orang yang semuanya ikut dengan pihak ibu, anak pertama yang diberi nama Ahmad yang sekarang sudah duduk di bangku SMA kelas tiga, dan anak yang kedua yang bernama Dwi dan sekarang duduk dikelas dua MAN. Usia Ahmad dan Dwi hanya terpaut empat tahun, kemudian dengan anak yang ketiga yaitu Risti Setya yang sekarang berusia sembilan tahun dan sudah duduk di kelas empat SD.

Setelah bercerai dari mantan suami tepatnya pada tahun 2013 ibu mawar pernah bekerja sebagai karyawan pabrik, yang berlokasi tidak jauh dari rumahnya. Semua itu dia lakukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, baik itu kebutuhan anak-anaknya maupun kebutuhan dirinya sendiri (Keterangan dari ibu Darti selaku tetangga, 5 Desember 2016: 13.33 WIB).

Dampak dari perceraian tersebut membuat ibu tiga orang anak ini harus bekerja sendiri demi kelangsungan hidup keluarganya, terutama bagi kebutuhan sehari-hari dia dan anak-anaknya. Karena meskipun sebagian biaya hidup anak-anak masih ditanggung oleh bapak

65

kandungnya tetapi seringkali masih kurang untuk mencukupi biaya pendidikan anak dan pemberian ayah seringkali tidak lancar.

Kebutuhan pokok sehari-hari dan biaya pendidikan anak pada jaman dulu dan sekarang sudah berbeda, kebutuhan pokok yang dulu masih dengan harga terjangkau dan biaya pendidikan masih terbilang murah, sebaliknya dengan kondisi kebutuhan dan biaya pendidikan di jaman sekarang yang jauh lebih mahal.

Anak meminta sesuatu kepada orang tua adalah hal yang wajar, namun dengan kondisi ekonomi yang masih kurang membuat seorang ibu harus berusaha untuk berhemat dan bekerja setiap hari karena nafkah anak tidak selalu diberikan oleh mantan suami.

Ketidaktahuan orang tua terutama mantan suami atau ayah dari anak-anak tersebut terhadap undang-undang yang mengatur tentang perlindungan anak dan pentingnya tanggung jawab orang tua membuat hak-hak anak masih sering terabaikan, hal ini masih sering terjadi dalam keluarga maupun masyarakat.

Hal tersebut membuat seorang ibu yang telah bercerai menjadi pusing, bagaimana agar mantan suami atau ayah dari anak-anaknya tersebut agar selalu melaksanakan kewajiban atau tanggung jawabnya dalam memberikan nafkah kepada anak-anaknya agar tidak terabaikan.

66

c. Sebab perceraian

Dari kasus perceraian orang tua yang terjadi di Desa Tengaran, yakni pada keluarga ibu Mawar disebabkan oleh adanya pihak ketiga (perselingkuhan).

Selingkuh adalah sebuah penghianatan dalam rumah tangga. Semua orang tidak menginginkan orang yang dicintai melakukan perselingkuhan kepada orang lain. Tentu saja hal ini menyebabkan luka dalam yang membekas dihati. Luka karena mereka dihianati akan menyebabkan keputusan dini tanpa pertimbangan terlebih dahulu, yaitu perceraian.

Ibu Mawar menikah dengan mantan suaminya, bapak Aris Munandar pada tahun 1996, kemudian setahun setelah mereka menikah, dikaruniai anak pertama tepatnya pada tahun 1997. Ketika awal menikah sampai anak yang pertama lahir rumah tangga tersebut masih terbilang harmonis, dan ketika anak berusia sekitar empat tahun tepatnya pada tahun 2000, mulailah terjadi konflik di keluarga tersebut. Keretakan hubungan rumah tangga antara ibu mawar dan mantan suami dikarenakan faktor dari luar. Yaitu penghianatan janji kesetiaan diantara pergaulan suami istri dalam pergaulannya, hal ini bisa dibuktikan bahwa seringkali mantan suami berselingkuh dengan beberapa wanita (Keterangan dari ibu Mawar, 5 Desember 2016: 13.33 WIB).

67

Ibu Mawar seringkali mendapat beberapa laporan dari tetangga dekat yang secara tidak sengaja melihat secara langsung mantan suami pergi berduaan dengan perempuan lain di suatu tempat, dan hal ini tidak hanya terjadi sekali bahkan beberapa kali dan bahkan dengan perempuan yang berbeda-beda lagi (Keterangan dari ibu mawar, 5 Desember 2016: 13.33 WIB).

Hal ini terjadi karena salah satu pasangan merasa kecewa atau tidak puas dengan apa yang diharapkan salah satu pasangan. Saat harapan tidak sesuai dengan kenyataan maka sebagian suami atau istri akan memilih jalan pintas untuk mencari pasangan baru yang lebih bisa mewujudkan harapannya.

Akibat campur tangan pihak ketiga menimbulkan perasaan benci dan juga marah terhadap istri yang dikhianati. Di lain pihak anak-anak yang telah lahir dari perkawinan itu juga menunjukkan kecenderungan yang sama, yaitu perasaan marah dan sedih. Perasaan marah ditunjukkan pada orang tua mereka yang melakukan penghianatan, sedangkan perasaan sedih ditunjukkan pada orang tua yang menjadi korban penghianatan. Sehingga kehidupan keluarga yang dibinanya tidak harmonis lagi. Akhirnya suami istri memutuskan lebih baik untuk bercerai daripada melanjutkan kehidupan berkeluarga.

Menurut Ahmad penyebab perceraian antara ibu dan ayahnya

68

Karena ayah itu jarang pulang ke rumah tanpa memberi kabar. Jadi kalau ayah pulang, ibu sering marah-marah. Ternyata setelah diketahui bahwa ayah itu sering jalan bersama dengan perempuan lain (Wawancara dengan Ahmad, 5 Desember 2016: 13.33 WIB).

d. Pola Pemberian Nafkah Anak oleh Ayah

Pola pemberian nafkah anak yang terjadi pada ketiga anak ibu Mawar diberikan secara berbelit-belit dan kurang sepenuhnya dilaksanakan. Setelah terjadi perceraian diantara ibu Mawar dengan mantan suaminya, sebut saja Ahmad dia adalah anak pertama dari ibu Mawar, yang sekarang tinggal bersama ibu dan kedua adiknya yaitu Risti dan Dwi septi. Bersama ibu dan kedua adiknya, Ahmad menjalani hidup bersama tanpa kehadiran ayah. Ahmad yang sekarang sudah duduk di bangku kelas tiga SMA, kemudian adiknya Dwi Septi duduk di kelas dua MAN, dan adiknya yang paling kecil baru duduk di bangku kelas empat SD. Sedangkan ayahnya sekarang tinggal dengan istrinya yang baru, yakni dirumah kakek (orang tua kandung ayah) yaitu di desa Sruwen.

Setelah ayah dan ibunya berpisah, kini Ahmad harus belajar hidup lebih mandiri. Segala aktivitas harian dirumahnya ia lakukan bersama dengan ibu dan kedua adiknya. Segala tugas-tugas dirumah ia lakukan bersama ibu dan kakaknya mengingat perpisahannya dengan ayahnya.

Setelah perceraian antara kedua orangtuanya, ia menyadari bahwa keuangan keluarga menjadi semakin ketat. Hal ini membuat ia dalam

69

kesehariannya harus hidup berhemat. Untuk membeli suatu barangpun ia harus banyak pertimbangan dalam pengeluarannya. Ia mulai meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang berujung pada pemborosan, seperti seringnya jajan di luar rumah.

Ibunya menyadari bahwa ia dan ketiga anaknya sekarang sudah tidak tinggal lagi bersama mantan suami (ayah). Ibu menyadari bahwa sebelumnya ada mantan suami atau ayah yang bekerja mencari nafkah untuk keluarga, namun sekarang sudah berubah. Untuk biaya membayar listrik, air sehari-hari, tentunya tidak mungkin mengagantungkan biaya hidup dari mantan suaminya lagi. Pada kondisi demikian, ibu yang sebelumnya tidak bekerja, ia harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Akhirnya selang beberapa bulan setelah perceraian dengan mantan suami, ibu Mawar memutuskan mencari lapangan pekerjaan baru yang tersedia. Dalam beberapa bulan berjalan, akhirnya ibu Mawar mendapatkan pekerjaan di sebuah pabrik mebel yang terletak di daerah Noberejo Salatiga. Ibu Mawar bekerja sebagai karyawan pabrik selama kurang lebih tiga tahun, semenjak Ahmad masih duduk di bangku SMA kelas satu.

Pada kondisi yang demikian, mengubah kegiatan aktivitas keseharian ia dan adik-adiknya. Yang semula dikerjakannya bersama ibu, sekarang hanya dilakukannya bersama kedua adiknya. Mulai dari memasak, mencuci baju, menyetrika, membersihkan halaman rumah, dan lain sebagainya. Hal ini merubah keseharian anak untuk hidup lebih aktif dalam segala hal kegiatan dirumah.

70

Dalam hal pemberian nafkah oleh ayah terhadap anaknya setelah perceraian dilaksanakan secara berbelit-belit. Ini dibuktikan dengan pemberian nafkah ayah yang berangsur-angsur serta kurang lancar. Biasanya uang diberikan ayahnya seminggu sekali. Pemberian itupun tidak akan diterimanya terkecuali ia meminta terlebih dahulu. Dalam hal meminta nafkah kepada ayah harus didahului dengan permintaan yang sedikit memaksa.

Dalam hal permintaan, belum tentu saat itu juga Ahmad dan adiknya, Risti meminta akan langsung diberikan. Seringkali ayah akan menunda-nunda pemberiannya hingga berminggu-minggu. Dalam hal ini ayah beralasan bahwa belum punya uang untuk diberikan kepada anaknya. Dengan janji bahwa ayah akan memberikan uang pada minggu berikutnya.

Menurut ibu mawar dalam sesi wawancara menjelaskan mengenai tanggung jawab mantan suaminya dalam memberikan nafkah setelah

perceraian sebagai berikut, “ Bapaknya itu hanya akan memberikan uang kalau anak-anak memintanya terlebih dahulu. Biasanya Dwi Septi dan adiknya meminta secara langsung ke rumah ayahnya di Sruwen. Anak-anak biasanya memintanya dalam setiap pekan sekali, setiap kali meminta uang sama bapaknya belum tentu anak-anak mesti diberi. Kalaupun diberi seringnya hanya bekisar Rp. 20.000,00 saja perminggu untuk Risti, dan Rp. 50.000,00 perminggu untuk anaknya Ahmad, itupun sering gak lancar. Dan biasanya uang itu digunakan hanya cukup untuk uang saku saja, dan kebutuhan lain seperti buku-buku, tas dan perlengkapan lainnya diberi sama

71

pakde (kakak kandung ayah) yang pekerjaannya sebagai pemborong. Lain halnya dengan Dwi Septi yang semua biaya pendidikan, dari mulai uang saku dan SPP dan semua keperluan sekolah yang lain ditanggung semua sama pakdenya, tanpa bantuan dari ayahnya sama sekali. Masih syukur mbak kalau dikasih, seringkali anak-anak minta sama bapaknya pulang dengan tangan hampa (Wawancara dengan ibu Mawar, 5 Desember 2016: 13.33WIB).

Menurut Risti anak ketiga dari ibu Mawar dalam sesi wawancara

menjelaskan sebagai berikut, “ Pernah sekali diberi bapak uang Rp.

100.000,00 saya gunakan untuk membeli sepatu saja, seperti tas dan buku dibelikan sama pakde (Wawancara dengan Risti, 5 Desember 2016: 13.33WIB).

Untuk memenuhi kebutuhan ketiga anaknya sehari-hari tentunya uang pemberian dari ayahnya tersebut jauh dari kata cukup. Kembali pada standar biaya hidup anak usia 15-20 tahun di Desa Tengaran, pada anak usia sekolah, bekisar Rp. 600.000,00 perbulan, itupun bagi tiap satu orang anak. Tentunya uang pemberian dari ayahnya masih sangat jauh dari jumlah standar yang telah ditentukan. Hal ini sangat berpengaruh pada kondisi kehidupan ekonomi anaknya.

Mengenai hal tersebut, ibu menyadari bahwa uang pemberian mantan suaminya masih jauh untuk memenuhi kebutuhan hidup anaknya. Oleh karena itu, tindakan ibu yang harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhannya ialah dengan bekerja. Dengan bekerja itulah ibu akan mampu

72

mengurangi beban ekonomi keluarganya. Walaupun ibu harus bekerja seharian di pabrik.

Dengan demikian, pemberian dari pakde dan ibunyalah yang sangat

membantu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, dan biaya

pendidikannya. Sehingga kebutuhan hidup dan biaya pendidikan yang awalnya tidak dapat tercukupi dapat terpenuhi.

e. Upaya Yang Ditempuh Ibu Agar Ayah Melaksanakan Tanggung Jawabnya

Terhadap Nafkah Anak Setelah Perceraian

Akibat perceraian adalah memberikan kewajiban kepada suami untuk menafkahi mantan istri dan anak-anaknya. Dalam pelaksanaannya, seringkali kewajiban ayah tersebut terabaikan. Sehingga mantan istri melakukan tindakan pengingatan kepada mantan suami agar kebutuhan hidup sehari-hari dapat terpenuhi. Dalam kasus perceraian orangtua yang terjadi di Desa Tengaran, yang pertama pada keluarga ibu Mawar, terdapat tindakan ibu dalam mengupayakan tanggung jawab ayah terhadap nafkah anaknya adalah dengan menyuruh dan mengantarkan anak untuk memintanya secara langsung pada ayahnya.

Ibu menyadari bahwa pendapatan sebulan bekerja hanya mampu memenuhi sebagian kebutuhan pokoknya. Pendapatan ibu hanya mampu untuk membayar listrik, air dan makan sehari-hari. Meskipun biaya pendidikan ketiga anaknya sebagian ditanggung oleh paman (pakde) tetapi untuk uang saku anak sehari-hari masih mengandalkan uang pemberian mantan suaminya.

73

Namun seiring berjalannya waktu, pemberian itu tidak

dilaksanakannya dengan berkesinambungan (konsisten). Hal ini terjadi

karena kebutuhan ayah yang beragam. Sehingga tanggung jawab ayah terhadap nafkah anak tak kunjung dilaksanakannya. Akan tetapi ayah akan memberikan nafkah tersebut pada hari-hari berikutnya.

Namun pada keadaan lain, pemberian nafkah dari mantan suami itu tidak kunjung diberikan. Sehingga upaya ibu untuk mengingatkan ayah untuk memberikan nafkah kepada anaknya yaitu dengan menyuruh dan mengantarkan anak-anaknya untuk memintanya secara langsung. Biasanya anak-anaknya akan datang langsung ke tempat tinggal ayah di Sruwen. Kemudian mereka akan minta uang kepada ayah secara langsung sesuai dengan kebutuhan yang diperlukannya.

Menurut ibu Mawar dalam sesi wawancara menjelaskan sebagai

berikut, “ Saya hanya mengantarkan saja dan menyuruh anak memintanya

secara langsung kepada ayahnya, yang sekarang tinggal di desa Sruwen. Dengan datang ke tempat tinggal bapaknya dan meminta langsung sejumlah uang yang diperlukan anak-anaknya. Hal ini saya lakukan karena kebutuhan pendidikan anak yang semakin mendesak, terutama untuk uang saku anak

sehari-hari, sedangkan nafkah untuk anak-anakya tidak kunjung diberikan „‟

74

f. Faktor Penyebab Tidak Dilaksanakannya Tanggung Jawab Ayah Terhadap

Nafkah Anak Setelah Perceraian

Pola pemberian nafkah anak yang diberikan secara berbelit-belit dan kurang sepenuhnya dilaksanakan bagi ketiga anak ibu Mawar, salah satu faktor penyebabnya adalah karena orang tua laki-laki (ayah) telah menikah lagi dan mempunyai keluarga yang baru. Maka akan sangat sulit bagi orang tua laki-laki (ayah) untuk tetap memberikan nafkah anak karena dengan adanya keluarga yang baru bagi orang tua laki-laki (ayah) kebutuhannya akan semakin bertambah dan tentunya akan sangat berpengaruh terhadap keuangannya tersebut dimana ia harus membiyayai keluarganya yang baru.

Karena orang tua laki-laki (ayah) harus membiyayai keluarganya yang baru, maka ia menjadi kurang atau tidak mampu lagi untuk memberikan nafkah bagi anak yang dilahirkan dalam perkawinan terdahulu. Dalam hal ini orang tua laki-laki (ayah) akan sangat sulit untuk menyisihkan penghasilannya untuk diberikan kepada tiga orang anaknya dari perkawinan sebelumnya (Keterangan dari Jono selaku kakak kandung Ayah, 27 Januari 2017: 14.00 WIB).

2. Profil Keluarga Ibu Melati (nama samaran)

a. Identitas Keluarga

Nama Ibu : Melati

Umur : 31 tahun

Alamat : Desa Tengaran, RT. 08,RW.02

75

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Nama Anak : Muhammad Zaini Abdul Ghani

Umur : 2 tahun

Nama Ayah : Slamet Maryadi

Umur : 33 tahun

Alamat : Desa Tengaran, RT. 03 RW. 01

Pendidikan terakhir : SMP

Pekerjaan : Buruh Bangunan

b. Latar Belakang Ekonomi Keluarga Ibu Melati

Sebelum bercerai dengan mantan suaminya ibu melati adalah seorang ibu rumah tangga. Dan mantan suaminya bekerja sebagai buruh bangunan. Dari pernikahannya dengan mantan suaminya dia dikaruniai satu orang anak yang masih berusia dua tahun. Karena ada beberapa konflik mereka memutuskan untuk bercerai pada tahun 2014.

Dampak dari perceraian tersebut membuat ibu satu orang anak ini harus bekerja sendiri demi kelangsungan hidup keluarganya, terutama bagi kebutuhan sehari-hari dia dan anaknya. Setelah bercerai dengan mantan suaminya ibu Melati memutuskan untuk bekerja sebagai penjahit. Dia bekerja sebagai penjahit di konveksi yang masih berlokasi di wilayah desa Tengaran.

76

Ibu Melati bekerja hanya enam hari dalam seminggu, dari hari senin sampai hari sabtu, sedangkan hari minggunya libur. Dari pekerjaannya itu dia hanya mendapatkan gaji Rp,15.000,00 dalam sehari. Jadi jika di total dalam sebulan dia hanya mendapatkan penghasilan sebesar Rp. 390.000,00 Penghasilan dari hasil menjahit itu hanya cukup digunakan untuk membayar tagihan listrik dan air, dan apabila masih ada sisa dia pergunakan untuk membeli susu untuk anaknya. Akan tetapi sisa dari gajinya itu masih kurang untuk mencukupi kebutuhan yang lainnya seperti makan dan membelikan pakaian anaknya. Untuk kebutuhan makan sehari-hari pun ibu Melati dan anaknya masih dibantu oleh orangtuanya (nenek) (Keterangan dari ibu Melati, 26 Desember 2016: 10.33 WIB ).

c. Sebab-sebab perceraian

Dari kasus perceraian orang tua yang terjadi di Desa Tengaran, yakni pada keluarga ibu Melati disebabkan oleh:

1) Masalah tempat tinggal

Di dalam kehidupan berkeluarga sikap saling pengertian satu dengan yang lainnya akan menunjukkan hubungan keharmonisan dalam rumah tangga. Termasuk pula dalam hal tempat tinggal. Jika tempat tinggal bagi kedua suami istri memberikan kenyamanan pada kedua belah pihak maka kehidupan rumah tangga akan lebih tentram dan harmonis. Tetapi tidak pada ibu Melati dan mantan suaminya.

77

Ibu Melati dan mantan suaminya menikah pada tanggal 06 Mei 2013, setelah menikah mereka memutuskan untuk bertempat tinggal di rumah orang tua Ibu Melati. Mereka berdua tinggal di rumah orang tua selama delapan bulan. Selama pernikahan ibu Melati dan mantan suami telah hidup rukun sebagaimana layaknya suami istri. Dan dikaruniai satu orang anak yang bernama Muhammad Zaini Abdul Ghani.

Namun sejak bulan Juli tahun 2013 ketentraman rumah tangga ibu Melati dan suaminya mulai goyah, yang diwarnai dengan perselisihan dan pertengkaran, yang pertama karena masalah tempat tinggal yakni ibu Melati tidak bisa menetap dirumah orang tua mantan suaminya. Sedangkan mantan suaminya pun tidak bisa tinggal dirumah orang tua ibu Melati. Karena tidak ada yang mau mengalah hal ini yang membuat mereka memutuskan untuk mengakhiri perkawinannya.

Puncak masalahnya yaitu pada bulan Januari tahun 2014, antara ibu Melati dan mantan suami berpisah rumah. Mantan suaminya pulang kerumah orang tuanya yang tak jauh dari tempat tinggal mantan istri tepatnya di dusun Tengaran Kulon yang sebenarnya tak jauh dari tempat tinggal mantan istri, hanya saja beda dusun.

Mantan suaminya pulang ke rumah orang tuanya sampai delapan bulan lamanya dan tidak pernah pulang lagi ke rumah orang

78

tua mantan istrinya. Selama keduanya berpisah rumah, mantan suami tidak pernah memberikan nafkah wajib untuk mantan istri serta tidak pernah mengurusinya lagi. Hal ini yang membuat ibu Melati sudah tidak bisa mempertahankan rumah tangganya kembali, sehingga dia mengajukan gugatan di Pengadilan Agama Salatiga (Keterangan dari Bpk. Amani selaku orang tua kandung ibu, 26 Desember 2016: 10.33 WIB ).

2) Berbeda Keyakinan

Seringkali sebuah perbedaan menyebabkan seseorang

Dokumen terkait