• Tidak ada hasil yang ditemukan

D Dokumentasi: Krisma Lekitoo,

B. Kondisi Sosio-Geografis

Kabupaten Teluk Wondama merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Papua Barat hasil pemekaran dari Kabupaten Manokwari yang terbentuk pada tanggal 12 April 2003 berdasarkan UU Nomor 26 Tahun 2002. Kabupaten tersebut terletak pada “leher burung” pulau Papua dengan koordinat geografis 0°15’00” - 3°25’00”Lintang Selatan dan 132°35’00” - 134°45’00” Bujur Timur dengan luas 1.440.074 ha dengan rincian 662.786 ha luas daratan dan 778.288 ha luas perairan. Wilayah Kabupaten Teluk Wondama memiliki iklim tropika basah dengan ciri-ciri curah hujan yang tinggi yaitu berkisar antara 1.400–4.900 mm per tahun dengan penyebaran merata sepanjang tahun dan suhu udara berkisar antara 22,9°-33,0°C. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember yang mencapai 162 mm/bulan (BNPB, 2011).

Secara administratif Kabupaten Teluk Wondama memiliki batas-batas sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Distrik Ransiki Kabupaten Manokwari;

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Distrik Yaur Kabupaten Nabire;

- Sebelah Timur berbatasan dengan Distrik Yaur Kabupaten Nabire dan Teluk Cenderawasih;

- Sebelah Barat berbatasan dengan Distrik Idoor dan Kuri Kabupaten Teluk Bintuni.

Sejarah penulisan atau penyebutan “Wandamen” berasal dari publikasi para penulis asing yang menuliskan Wondama-man, untuk menyebutkan keberadaan penduduk lokal yang berada di Wondama. Secara entimologi Wondama berasal dari bahasa Wamesa “Won”artinya orang yang ditakdirkan atau ditentukan dan “Dama” artinya datang dan mendiami tanah dan negerinya. Secara harafiah Wondama berarti manusia yang dipilih untuk tinggal dan membangun tanah dan negerinya.

Sejarah asal-usul etnis Wondama berasal dari kepercayaan tradisional Cargo cults, yang telah dipercaya turun temurun dan sudah ada sebelum agama Kristen masuk di Wondama. Pola kepercayaan tradisional Cargo cults terdiri dari : Okultisme, animismedan mitos. Etnis Wondama terdiri dari Suku Wamesa, Kuri, Miere, Mairasi (Toro), Ambumi, Dusner, Roon dan Sough.

Sistem kepemimpinan tradisional Suku Wondama merupakan sistem kepemimpinan campuran (Mansoben, 1995). Sistem kepemimpinan campuran ini merupakan sistem yang memiliki sifat pewarisan kedudukan yang terdapat dalam sistem kepemimpinan raja dan Ondoafi, dan sifat pencapaian kedudukan pemimpin yang terdapat pada sistem kepemimpinan pria berwibawa (bigman). Tipe kepemimpinan campuran diperoleh pada tingkat stratifikasi sosial yang rendah dan sifatnya ditentukan oleh waktu dan tempat. Untuk mencapai kedudukan sebagai seorang pemimpin campuran bisa

berubah-ubah menurut situasi dan kondisi daerah setempat. Untuk menjadi pemimpin pada masa keadaan relatif kondusif damai dan makmur, kriteria bagi seorang pemimpin didasarkan atas keturunan, jadi kedudukan pemimpin diemban oleh seseorang yang berketurunan pendiri kampung (berlaku sifat pewarisan kedudukan pemimpin). Sebaliknya jika berada pada situasi tidak kondusif, ketika masyarakat mengalami kesulitan, misalnya kelaparan karena musim kering yang berkepanjangan, wabah penyakit yang menyerang, bahaya karena diserang musuh atau penduduk sedang dilanda dekadensi moral akibat proses akulturasi, maka kriteria pemimpin tidak lagi didasarkan pada keturunan, tetapi diutamakan kepada kemampuan atau kecakapan seseorang untuk menjadi pemimpin. Dalam keadaan demikian individu-individu dengan kacakapan tertentu akan tampil ke depan untuk menjadi pemimpin masyarakatnya dalam usaha mengatasi situasi yang dihadapi.

Pulau Yop adalah salah satu pulau yang terdapat di Kabupaten Teluk Wondama. Secara administrasi, Pulau Yop termasuk wilayah Distrik Windisi. Jika ditempuh dengan menggunakan kendaraan laut dari ibu kota kabupaten, waktunya sangat relatif tergantung cuaca (gelombang laut), jenis transportasi dan kecepatan motor laut yang digunakan. Jika menggunakan perahu semang dengan motor 15 PK, waktu yang ditempuh 2 jam (tanpa gelombang) dan 2 jam 30 menit sampai 4 jam jika gelombang. Jika menggunakan perahu semang (longboat) dengan motor 40 PK, waktu yang ditempuh 1 jam (tanpa gelombang) dan 1 jam 30 menit sampai 2 jam jika gelombang. Jika menggunakan

speedboatdengan motor 40 PK, waktu yang ditempuh 1 jam (tanpa gelombang) dan I Jam 30 menit sampai 2 jam jika gelombang. Jika menggunakan speedboat dengan motor 80 PK, waktu yang ditempuh 30 menit sampai 45 menit (tanpa gelombang) dan 1 jam sampai 1 jam 30 menit jika gelombang.

Posisi Pulau Yop Meos yang melintang pada bagian permukaan Teluk Wondama menyebabkan masyarakat Wondama percaya dan selalu menghubungkan posisi letak pulau tersebut dengan cerita mitos Kuri dan Pasai. Cerita mitos Kuri dan Pasai mengisahkan tentang dua orang raksasa bersaudara (kakak dan adik) yang bernama Kuri dan Pasai. Ke dua raksasa ini akhirnya berkelahi atau berperang karena adanya selisih paham yang disebabkan karena tipu muslihat di antara keduanya. Akhirnya Pasai meninggalkan Kuri dan pergi ke sebelah Barat. Pasai berjanji akan kembali ke Wondama dengan membawa ilmu pengetahuan serta benda-benda lainnya. Sementara Kuri tinggal di tempatnya di Inggorosai (Wondama) dan meninggal akibat tipu muslihat orang Maniwak (orang-orang kerdil yang tinggal di Miei) hanya karena keinginannya memakan sagu. Secara umum dari mitos ini masyarakat asli Wondama percaya bahwa apabila Pasai datang kembali (pulang) ke Wondama maka Pulau Yop Meos akan bergerak menutup Teluk Wondama yang dianggap sebagai pintu masuk ke Kabupaten Wondama sehingga orang Wondama yang berada di luar Wondama tidak bisa pulang atau kembali lagi ke Wondama.

Mansoben (1995), membagi sistem mata pencaharian suku- suku di Papua atas empat zona yang masing-masing menunjukkan diversifikasi terhadap sistem mata pencaharian mereka berdasarkan kebudayaannya. Ke empat zona ekologi tersebut adalah :

1. Zona ekologi rawa, daerah pantai dan muara sungai (Swampy Area, Coastal and Riverine);

2. Zona ekologi daerah pantai dan hutan pantai (Coastal Lowland Areas);

3. Zona ekologi kaki-kaki gunung serta lembah kecil (Foothills and Small Valleys);

4. Zona ekologi pegunungan tinggi (Highlands).

Secara umum Kampung Yop Meos termasuk dalam zona ekologi kedua yaitu daerah pantai dan hutan pantai dengan mata pencaharian utama adalah berladang berpindah dan mata pencaharian pendamping yaitu menangkap ikan di sungai dan di laut.

Gambar 9.

Lokasi Pulau Yop Meos di KabupatenTeluk Wondama

Dokumen terkait