• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menurut penuturan beberapa penduduk yang telah berusia di atas 60 tahun ketika PT ANTAM belum mengeksploitasi nikel di Pulau Gebe hampir seluruh pantai

9. Kondisi Sumberdaya Ekonomi

Perkembangan sumberdaya ekonomi yang diteraah meliputi: pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan, dan kegiatan bukan pertanian. Perkembangan sektor-sektor ini dapat dilihat dari perbandingan selama perusahaan bekerja dalam kapasitas penuh (tahun 1999 – 2002) dengan kegiatan setelah PT ANTAM berhenti beroperasi (tahun 2003) karena perusahaan mulai berhenti melakukan eksploitasi.

9.1. Pertanian

Kontribusi sektor pertanian terhadap ekonomi masyarakat di Pulau Gebe menempati urutan ke tiga setelah tambang dan perikanan (Anonim, 2004). Hasil pertanian tanaman pangan dan perkebunan selama lebih dua puluh tahun telah memberi kontribusi berarti bagi kehidupan masyarakat karena tersedianya pasar lokal dan pasar antar Pulau yang cukup tinggi akibat eksternalitas positif yang muncul dari kegiatan penambangan nikel. Namun di tahun 2002 dan tahun 2003 produksi mulai menurun seiring dengan berkurangnya penduduk Pulau Gebe. Perkembangan produksi perkebunan lima tahun terakhir, dapat dilihat pada Tabel 75.

Tabel 75. Jumlah dan perkembangan produksi komoditi perkebunan di Pulau Gebe (ton)

1999 2000 2001 2002 2003 No Komoditi

Prod. Per. Prod. Per. Prod. Per. Prod. Per. Prod. Per. 1 Kelapa 897.132 - 845.918 -6 859.209 2 859.213 0 859.197 0 2 Pala 39.713 - 34.127 -14 36.817 8 36.975 0,4 37.283 0,8 3 Cengkih 13.125 - 9.121 -31 9.219 0,1 10.973 19 11.156 2 4 Coklat 7.813 - 4.127 -47 4.325 5 4.871 13 5.127 5

Sumber : Data primer setelah diolah

Keterangan : Prod.= Produksi; Per. = Perkembangan (%)

Tabel 75. menunjukan produksi kelapa tahun 2000 menurun sebesar 6% dibanding tahun 1999, produksi tahun 2001 naik sebesar 2%, serta tahun 2002 dan 2003 produksi relatif konstan dibanding tahun 20001. Umumnya daging buah kelapa diolah menjadi kopra, dan minyak kelapa. Produksi komoditi pala tahun 2000 turun sebesar 14% dibanding tahun 1999, selanjutnya tahun 2001 naik sebesar 8 %, tahun 2002 naik sebesar 0,4%, dan tahun 2003 naik sebesar 0,8%. Produksi cengkih tahun 2000 turun sebesar 31% dibanding produksi tahun 1999, tahun 2001 naik sebesar 0,1%, tahun 2002 naik sebesar 19% dan tahun 2003 naik sebesar 2%. Produksi cengkih tahun 2000 menurun sebesar 47%, sedangkan kenaikan produksi yang cukup besar terjadi pada tahun 2002 yaitu 13%. Secara keseluruhan, tahun 1999 hingga tahun 2000 produksi sektor perkebunan tidak berkembang pesat, karena terjadi konflik komunal di wilayah ini. Tahun 2001 hingga 2003 produksi mulai naik seiring dengan mulai kondusifnya keamanan wilayah. Nilai ekonomi perkebunan tahun 2003, disajikan pada Tabel 76.

Tabel 76. Nilai ekonomi hasil perkebunan tahun 2003 di Pulau Gebe

No Komoditi Produksi (kg) Harga/Kg Nilai Ekonomi

(Rp) (Rp) 1 2 3 4 Kelapa (Kopra) Cengkih Pala Coklat (Cacao) 859.197 11.156 37.283 5.127 1.875 17.500 20.000 9.000 1.610.994.375,- 195.230.000,- 745.660.000,- 46.143.000,- J u m l a h 2.598.027.375,-

Tabel 76. Total nilai ekonomi sektor perkebunan sebesar Rp 2.008 milyar, komoditi Kopra memberi kontribusi sebesar Rp 1.610 milyar, pala sebesar Rp 0,74 milyar, cengkih Rp 0,19 milyar dan coklat Rp 0,046 milyar.

Hasil perkebunan masyarakat Pulau Gebe, selain memiliki pasar lokal juga dapat menjangkau pasar antar pulau, regional dan nasional. Untuk jenis kelapa yang sudah diproses menjadi kopra, cengkih, pala (buah dan fuli), dan coklat pemasarannya dapat meliputi pasar antar Pulau, pasar regional, dan pasar nasional (Surabaya dan Makassar).

Selain perkebunan, masyarakat juga mengusahakan tanaman pangan (ketela pohon, jagung, ketela rambat, kacang-kacangan dan sayur-sayuran) seperti pada Tabel 77.

Tabel 77. Jenis dan volume produksi tanaman pangan di Pulau Gebe

1999 2000 2001 2002 2003 Prod. Per. Prod. Per. Prod. Per. Prod. Per. Prod. Per. Ketela pohon 62 197 - 60 131 -0,3 59 008 -2 58 176 -1 57 080 -2 Jagung 14 512 - 12 141 -16 11 090 -9 11 210 1 9 112 -19 Ketela Rambat 18 713 - 16 718 -11 16 700 -0,01 15 901 -5 14 312 -10 Kacang 17 561 - 15 002 -15 16 709 11 16 713 0 13 164 -21 Sayur 47 056 - 40 011 -15 42 619 7 42 513 -0,2 37 151 -13

Sumber : Data primer setelah diolah (2003)

Keterangan : Prod.= Produksi; Per. = Perkembangan (%)

Tampilan Tabel 77. menunjukan volume produksi tanaman pangan (ketela pohon, jagung, ketela rambat, kacang dan sayur) pada tahun 2000 menurun antara 0,3% sampai 15%. Produksi tahun 2001 untuk ketela pohon, jagung dan ketela rambat menurun masing-masing (2%, 9%, dan 0,01%), sedangkan kacang dan sayur masing-masing meningkat sebesar 11% dan 7%. Pada tahun 2002 umumnya produksi tanaman pangan menurun, hanya jagung yang meningkat sebesar 1%, sedangkan tahun 2003 seluruh jenis komoditi tanaman pangan menurun dari 2% sampai 21%. Nilai ekonomi tanaman pangan selama tahun 2003 disajikan pada Tabel 78.

Tabel 78. Nilai ekonomi hasil pertanian tanaman pangan tahun 2003 di Pulau Gebe

No Komoditi Produksi (ton) Harga/Kg Nilai Ekonomi

(Rp) (Rp) 1 2 3 4 5 Ketela pohon Jagung Ketela Rambat Sayuran Kacang kacangan 57 080 9 112 14 312 37 151 13 164 1 250 1 500 1 350 1 750 1 100 71 350 000,- 13 668 000,- 19 321 200,- 65 014 250,- 14 480 400,- J u m l a h 183 833 850,-

Sumber : Data primer setelah diolah (2003)

Tabel 78. menunjukan pertanian tanaman pangan yang memberi kontribusi terbesar adalah: ketela pohon dan sayur-sayuran, disusul ketela rambat, kacang kacangan dan jagung. Produksi lokal hasil pertanian tanaman pangan mendapat saingan dari produk yang berasal dari Sulawesi Utara (Bitung).

Hasil pertanian tanaman pangan selama ini Pulau Gebe hanya dapat menjangkau pasar lokal Pulau Gebe, namun demikian dengan potensi lahan yang tersedia jika pengelolaannya dilakukan secara intensif dengan menggunakan input dan tekhnologi pertanian yang maju, hasilnya memiliki prospek pemasaran antar pulau dan regional.

9.2. Kehutanan

Potensi hasil hutan di Pulau Gebe relatif kecil, namun terdapat beberapa jenis kayu yang memiliki nilai ekonomi tinggi, sebagai perabotan dan bahan bangunan, obat-obatan dan juga bahan rotan. Produksi kehutanan lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 79 .

Tabel 79. Jumlah dan perkembangan produksi komoditi kehutanan di Pulau Gebe

1999 2000 2001 2002 2003 Prod. Per. Prod. Per. Prod. Per. Prod. Per. Prod. Per. Kayu. Bakar 532 - 467 -12 489 5 513 5 468 -9 Kayu Bangunan 379 - 302 -20 319 6 341 7 273 -20 Rotan 259 - 227 -12 201 -11 219 9 173 -21 Obat-obatan 33 - 32 -3 24 25 29 21 26 -10

Sumber : Data primer setelah diolah (2003)

Berdasarkan tampilan data pada Tabel 79, produksi kehutanan tahun 2000 untuk jenis kayu bakar, kayu bahan bangunan, rotan dan obat-obatan seluruhnya menurun antara 3% hingga 20%. Produksi pada tahun 2001 hanya jenis rotan yang menurun sebesar 11%, sedangkan kayu bakar, kayu bahan bangunan, dan obat-obatan seluruhnya mengalami kenaikan. Produksi tahun 2002 seluruh jenis komoditi kehutanan naik dari 5% hingga 21%, dan tahun 2003 produksi kehutanan menurun masing-masing dari 9% hingga 21%. Nilai ekonomi hasil hutan masyarakat Pulau Gebe dapat dilihat pada Tabel 80.

Tabel 80. Nilai ekonomi hasil hutan di Pulau Gebe

No Jenis Jumlah (m3) Harga/m3 (Rp) Nilai Ekonomi (Rp)

1 2 3 Kayu Rotan Obat-obatan Jumlah 741 473 26 317.797 125.000,- 225.000,- 235.170.000,- 59.125.000,- 5.850.000,- 300.145.000,-

Sumber : Data primer setelah diolah (2003)

Tabel 80, menunjukan nilai ekonomi sumberdaya kayu di Pulau Gebe sebesar Rp 235.170 000,- Nilai ini merupakan manfaat langsung yang diusahakan masyarakat. Pemasaran hasil hutan terutama jenis rotan meliputi Ternate, Tidore dan Sulawesi Utara, sedangkan jenis kayu hanya dapat memenuhi pasar permintaan lokal Pulau Gebe, Ternate, Tidore, dan Kota/Desa di pesisir Pulau Halmahera. Kebutuhan kayu sebagai bahan bakar cukup tinggi, karena sebagian besar masyarakat Pulau Gebe masih menggunakan kayu sebagai bahan bakar dalam kegiatan sehari-hari.

9.3. Peternakan

Jenis ternak yang diusahakan masyarakat Pulau Gebe adalah sapi, ayam dan kambing. Berdasarkan hasil wawancara dan verifikasi Pulau Gebe memiliki prospek yang cukup baik untuk pengembangan sektor peternakan. Karena akses tersedia untuk memasarkan hasil ternak ke PT ANTAM di Buli dan perusahaan-perusahaan di pesisir Pulau Papua relatif dekat, jenis dan jumlah ternak yang diusahakan masyarakat Pulau Gebe seperti pada Tabel 81.

Tabel 81. Jumlah jenis ternak dan tingkat perkembangannya di Pulau Gebe

1999 2000 2001 2002 2003 Jenis

Prod. Per. Prod. Per. Prod. Per. Prod. Per. Prod. Per.

Sapi 56 - 41 -27 46 12 45 -2 39 -13

Kambing 197 - 143 -27 176 23 169 -4 149 -12 Ayam 723 - 597 -17 691 16 613 -11 583 -5

Sumber : Data primer setelah diolah (2003)

Keterangan : Prod.= Produksi; Per. = Perkembangan (

Tabel 81, produksi peternakan tahun 2000 mengalami penurunan masing-masing ternak: Sapi 27%, Kambing 27% dan Ayam 17%. Tahun 2001 produksi meningkat masing-masing ternak : Sapi 12%, Kambing 23%, dan Ayam 16%. Tahun 2002, produksi peternakan menurun masing-masing Sapi 2%, Kambing 4%, dan Ayam 11%. Tahun 2003 juga produksi menurun masing-masing Sapi 13%, Kambing 12%, dan Ayam 5%.

Tabel 82. Nilai ekonomi hasil peternakan di Pulau Gebe

Jumlah Beras Harga/kg Nilai Ekonom

No Jenis Ternak (ekor) (kg) (Rp) (Rp) 1 2 3 Sapi Kambing Ayam 39 149 583 33.45 21.25 1.75 35 000,- 36 500,- 17 000,- 45.659.250,- 115.568.125,- 17.344.250,- Jumlah 178.571.625,-

Tampilan Tabel 82, nilai ekonomi usaha peternakan tahun 2003 adalah Rp 178.571.625,- Hasil pengamatan di lapangan menunjukan usaha peternakan masih dapat memberikan hasil yang lebih besar, bila skala usaha kegiatan penambangan meningkat atau adanya perluasan akses pasar ke luar Pulau Gebe dan daerah Halmahera Tengah.

Dari tiga jenis ternak yang ada, Ayam mempunyai tingkat permintaan cukup besar karena pasarannya meliputi permintaan lokal dan dapat dijual antar pulau, sedangkan Sapi dan kambing umumnya untuk memenuhi permintaan karyawan perusahaan dan pasar luar Gebe. Penjualan ternak tahun 2000 sulit untuk menembus pasar luar Pulau Gebe, karena konflik komunal yang terjadi sehingga sarana transportasi menjadi lumpuh.

9.4. Perikanan

Hasil wawancara dan pengamatan dibeberapa lokasi penangkapan ikan menunjukan penangkapan ikan cakalang dan ikan tuna dapat mencapai jarak ± 12 mil dari fishing base, sedangkan untuk menangkap ikan pelagis kecil pada jarak ± 3 mil dari garis pantai. Ikan dasar yang diusahakan nelayan Pulau Gebe umumnya diperoleh dari jarak ± 800 meter garis pantai, sedangkan ikan demarsal dalam jarak jangkau ± 3 mil.

Perkembangan produksi perikanan Pulau Gebe tahun 1999 sampai tahun 2003 dapat dilihat pada Tabel 83.

Tabel 83. Produksi ikan Pulau Gebe tahun 1999- 2003

No Tahun Jumlah (ton) Perkembangan (%)

1 1999 7 .985 - 2 2000 8.084 1 3 2001 8.418 4 4 2002 8.653 3 5 2003 8.271 -5 Jumlah 41.411

Tabel 83, menunjukan produksi ikan Pulau Gebe pada tahun 2000 naik sebesar ± 1%, selanjutnya pada tahun 2001 meningkat sebesar 4%, tahun 2002 naik sebesar 3%, dan tahun 2003 turun sebesar 5%. Kurun waktu tahun 2000

sampai tahun 2002 produksi ikan naik dengan persentasi yang cukup besar, hal ini karena pada tahun–tahun tersebut terjadi permintaan ikan yang cukup besar sehubungan dengan eksploitasi awal PT ANTAM di Teluk Buli. Selain itu, meningkatnya produksi ikan karena terjadinya peningkatan sarana dan prasarana produksi, yang tujuannnya untuk mengantisipasi masa menjelang perusahaan berhenti beroperasi. Nilai ekonomi perikanan yang diusahakan masyarakat tahun 2003 dapat dilihat pada Tabel 84.

Tabel 84. Nilai ekonomi hasil perikanan di Pulau Gebe

No Jenis Ikan Jumlah Harga/kg Nilai Ekonomi

(ton/tahun) (Rp) (Rp) 1 2 3 4 5

Ikan Pelagis Besar Ikan Pelagis kecil Demarsal Udang Cumi-cumi 1.717 2.852 3.217 356 211 5.000,- 5.000,- 5.500,- 6.000,- 6.250,- 8.585.450.000,- 14.260.300.000,- 17.694.215.000,- 2.134.140.000,- 1.319.250.000,- Jumlah 43.993.355.000,-

Nilai ekonomi kegiatan perikanan yang dilakukan masyarakat dan pihak swasta sebesar Rp 43.993 milyar. Kontribusi jenis ikan demarsal sebesar 42%, pelagis kecil 32%, pelagis besar 18%, udang 4% dan cumi-cumi sebesar > 2%. Hasil penangkapan nelayan di jual ke pasar lokal, PT ANTAM yang beroperasi di Teluk Buli, dan daerah sekitar seperti Ternate, Tidore dan desa-desa pesisir Pulau Halmahera, serta ke pesisir pantai Pulau Papua.

Sebagai usaha untuk membantu masyarakat nelayan Pulau Gebe dalam hal pemasaran hasil tangkapan (produksi) ikan oleh PT ANTAM melalui Koperasi Pensiunan karyawan PT ANTAM bekerja sama dengan PT MENERINA BASKHARA, sejak tahun 2005 telah mengoperasikan dua buah kapal di Pulau Gebe dengan tujuan membeli hasil tangkapan nelayan Pulau Gebe. Hasil yang dibeli sebahagiaannya di jual ke pasar antar pulau, ke Pulau Jawa, dan untuk komoditi ekspor. Jenis ikan yang dipasarkan ke perusahaan dan untuk ekspor adalah demarsal dan pelagis besar, dan umumnya masih dalam bentuk ikan segar. Dari aspek pasar ekspor, umumnya hasil perikanan dari wilayah Maluku Utara diminati oleh konsumen negara Jepang, Cina, Singapura dan Taiwan. Perairan Pulau Gebe dengan potensi sumberdaya perikanan sebesar 126.923 ton potensi

lestari, apabila eksploitasi sektor perikanan ini dilakukan secara maksimal dengan penggunaan input yang baik, maka akan dapat memenuhi prospek pasar ekspor.

9.5. Usaha Jasa

Usaha jasa meliputi: jasa transportasi, jasa angkutan umum, rumah makan, pembuatan perahu, pangkas rambut dan tailor. Harga jual perahu perbuah berkisar antara Rp 1.000.000 s/d Rp 1.500.000,-. Pendapatan supir angkutan rata-rata Rp 1.050.000 perbulan, pendapatan angkutan laut Rp 1.350.000 perbulan, dan pendapatan tukang ojek Rp 475.000 per bulan. Nilai ekonomis usaha ini dapat dilihat seperti Tabel 85.

Tabel 85. Nilai ekonomi jasa transportasi dan industri perahu di Pulau Gebe No Jenis Kegiatan Banyak Nilai Ekonomi (Rp) 1

2 3 4

Industri Perahu Angkutan roda empat Angkutan laut Ojek 13 32 63 68 16.250.000,- 403.200.000, 1 020.600.000,- 387.600.000,- Jumlah 1.827.650.000,-

Sumber : data primer setelah diolah (2003)

Total nilai ekonomi Rp1.827.650.000,- pertahun. Usaha-usaha di bidang transportasi memiliki prospek pengembangan yang relatif baik, karena permintaannya cukup besar. Usaha jasa lain dalam lima tahun terakhir meliputi pedagang asongan, usaha rumah makan, pangkas rambut, dan usaha tailor. Hasil perdagangan tahun 2003 sebesar Rp 85.800.000,-, usaha rumah makan Rp 256.000.000, usaha tukang pangkas rambut Rp 29.400.000, usaha bengkel Rp 33.300.000,- usaha tailor Rp 104.400.000,-.

Dokumen terkait