• Tidak ada hasil yang ditemukan

RIWAYAT HIDUP

5.1 Kondisi Umum Desa Kemukten .1 Letak Geografis

Desa Kemukten secara administratif terletak di Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13 desa yaitu Desa Kersana, Ciampel, Cigedog, Cikandang, Kubang Pari, Pende, Keradenan, Krama Sampang, Sukamaja, Sindangjaya, Jakapura, Limbangan dan Kemukten. Jumlah penduduk Kecamatan Kersana terdiri dari 31.625 jiwa penduduk laki-laki dan 31.173 jiwa penduduk perempuan.

Desa Kemukten terdiri dari 26 RT dan 5 RW. Luas wilayah Desa Kemukten adalah 161.606 ha/m2. Desa Kemukten memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Desa Sengon, Kecamatan Tanjung Sebelah Selatan : Desa Kersana, Kecamatan Kersana Sebelah Timur : Desa Limbangan. Kecamatan Kersana Sebelah Barat : Desa Kersana, Kecamatan Kersana

Jumlah penduduk Desa Kemukten sebesar 4.493 jiwa dengan penduduk laki-laki sebesar 2.148 jiwa dan penduduk perempuan sebesar 2.345 jiwa. Mayoritas penduduk Desa Kemukten adalah petani dan buruh tani. Jumlah petani di Desa Kemukten sebesar 592 jiwa dan buruh tani sebesar 787, yang lainnya adalah Pegawai Negeri Sipil, TNI dan Karyawan Swasta.

Desa Kemukten memiliki suhu rata-rata 330C dan curah hujan rata-rata sebesar 8 Mm/hari pada tahun 2010, sedangkan pada tahun 2009 suhu udara

rata-rata di Desa Kemukten adalah 320C dan curah hujan rata-rata sebesar 6 Mm/hari. Hal ini menunjukkan adanya perubahan suhu dan curah hujan di Desa Kemukten yang berpengaruh terhadap kondisi lingkungan terutama kondisi pertanian di Desa Kemukten. Penggunaan lahan di Desa Kemukten berupa lahan persawahan seluas 117.640 ha/m2, lahan pemukiman seluas 36.100 ha/m2, dan lahan untuk sarana dan prasarana lainnya seluas 7.866 ha/m2. Penduduk Desa Kemukten yang mayoritas bermata pencaharian petani, hidupnya sangat bergantung terhadap pertanian. Sebagian besar petani di Desa Kemukten menanam bawang merah sebagai salah satu komoditas pertanian unggulan di Kabupaten Brebes. Kondisi lingkungan lahan yang kering dengan pancaran sinar matahari yang cukup, membuat Desa Kemukten menjadi daerah yang cocok untuk penanaman bawang merah. Perubahan suhu dan curah hujan akan mempengaruhi pertanian dan pendapatan petani di Desa Kemukten.

5.1.2 Kondisi Pertanian di Desa Kemukten

Petani di Desa Kemukten pada umumnya menanam jenis komoditas tanaman yang cocok ditanam di daerah kering, seperti bawang merah, jagung, cabai dan padi sawah. Tahun 2009 luas tanam bawang merah yaitu 74 ha, padi sawah 30 ha, dan jagung 5 ha, sedangkan pada tahun 2010 luas tanam bawang merah menjadi 65 ha, padi sawah 52 ha dan jagung 11 ha.

Jenis tanah sawah yang ada di Desa Kemukten yaitu sawah irigasi teknis seluas 114.140 ha/m2, sawah tadah hujan seluas 3.500 ha/m2dan tidak ada jenis tanah tegalan. Adanya perubahan iklim antara tahun 2009 dan 2010 menyebabkan perubahan produktivitas bawang merah di tingkat desa maupun di tingkat kecamatan. Tabel 5 menunjukkan adanya perubahan luas panen, produksi dan

produktivitas bawang merah di Kabupaten Kersana dari tahun 2003 hingga 2010 yang menggambarkan adanya penurunan yang cukup signifikan dari tahun ke tahunnya di Kecamatan Kersana dan Desa Kemukten merupakan salah satu penyumbang produksi bawang merah terbesar di Kecamatan Kersana.

Tabel 5. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Bawang Merah di Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes Tahun 2003-2010 Tahun Luas Panen

(ha) Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha) Perubahan (ton) 2003 251 8088,0 32,2 -2004 230 2040,4 8,9 -23,3 2005 334 2808,5 8,4 -0,5 2006 400 3050,3 7,6 -0,8 2007 727 6090,7 8,4 0,8 2008 639 7792,2 12,2 3,8 2009 975 11567,6 11,9 -0,3 2010 480 5383,0 11,2 -0,7

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kab. Brebes 5.2 Karakteristik Umum Responden

Karakteristik umum responden di Desa Kemukten diperoleh berdasarkan survei yang dilakukan terhadap 44 orang petani yang mewakili rumah tangga. Karakteristik responden ini dilihat dari beberapa variabel yang meliputi usia, pendidikan formal, jumlah tanggungan keluarga, lama bertani serta luas dan status kepemilikan lahan.

5.2.1 Usia

Responden memiliki tingkat usia yang bervariasi yaitu dari 31 tahun hingga 67 tahun. Usia responden sebagian besar berada pada kisaran 35-45 tahun sebanyak 41% dan 46-55 tahun sebanyak 36% yang merupakan usia produktif petani. Responden dengan usia kurang dari 35 tahun sebanyak 11% dan usia lebih dari 65 tahun sebanyak 0,5%.

Tabel 6. Usia Responden di Desa Kemukten Tahun 2011 Usia (tahun) Jumlah Responden (orang) Presentase (%) <35 5 11 35-45 18 41 46-55 16 36 56-65 3 11,5 >65 2 0,5

Sumber : Data Primer (diolah), 2011 5.2.2 Pendidikan Formal Terakhir

Tingkat pendidikan responden di Desa Kemukten masih tergolong rendah. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya responden yang memiliki pendidikan terakhir Sekolah Dasar (SD) sebanyak 75% dan yang tidak tamat SD sebanyak 2%. Sementara yang berpendidikan terakhir SLTP dan SLTA masing-masing hanya sebanyak 14% dan 7%, sedangkan yang berpendidikan setingkat Perguruan Tinggi sebanyak 2%.

Tabel 7. Pendidikan Formal Terakhir Responden Desa Kemukten Tahun 2011

Tingkat Pendidikan Jumlah Responden (orang) Presentase (%) SD 33 75 SLTP 6 2 SLTA 3 14 Perguruan Tinggi 1 7 Tidak Sekolah 1 2

Sumber : Data Primer (diolah), 2011

5.2.3 Jumlah Tanggungan Keluarga

Salah satu karkteristik responden adalah mewakili rumah tangga, maka dari itu, responden memiliki tanggungan keluarga. Tanggungan keluarga responden ditentukan dari jumlah anggota rumah tangga yang terdiri dari istri, anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama di dalam satu rumah.

Responden yang memiliki jumlah tanggungan di bawah 3 orang sebanyak 25%, responden yang memiliki jumlah tanggungan antara 3-5 orang sebanyak 71% dan sisanya sebanyak 4% responden memiliki tanggungan di atas 5 orang.

Tabel 8. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden Desa Kemukten Jumlah Tanggungan (orang) Jumlah Responden (orang) Presentase (%) < 3 11 25 35 31 71 >5 2 4

Sumber : Data Primer (diolah), 2011 5.2.4 Pengalaman Berusahatani

Responden umumnya telah bertani dalam kurun waktu yang relatif lama. Responden yang bertani kurang dari 10 tahun hanya sebanyak 7%, sedangkan responden yang telah lama bertani antara 10-20 tahun sebanyak 39%, antara 21-30 tahun sebanyak 41% dan sisanya sebanyak 14% telah bertani lebih dari 30 tahun. Lamanya masa bertani dapat menjadi salah satu indikator bahwa responden dapat merasakan terjadinya perubahan iklim dalam beberapa kurun waktu terakhir. Tabel 9. Pengalaman Berusahatani Responden Desa Kemukten

Pengalaman Berusahtani (tahun) Jumlah Responden (orang) Presentase (%) <10 3 7 1020 17 39 2130 18 41 >30 6 14

Sumber : Data Primer (diolah), 2011

5.2.5 Luas dan Status Kepemilikan Lahan

Status kepemilikan lahan pertanian di Desa Kemukten oleh responden ada yang sebagai pemilik dan ada yang sebagai penyewa. Responden yang memiliki lahan sawah sendiri sebanyak 61% dan sisanya sebanyak 39% menyewa lahan pertaniannya. Luas lahan antar responden juga bervariasi. Sebanyak 34%

responden memiliki luas lahan kurang dari 0.20 hektar, 50% responden memiliki luas lahan antara 0.20-0.50 hektar, sedangkan 11% responden memiliki luas lahan antara 0.51-1.00 hektar dan sisanya sebanyak 5% responden memiliki luas lahan lebih dari 1.00 hektar.

Tabel 10. Luas Lahan Sawah Responden di Desa Kemukten Luas Lahan Sawah

(hektar) Jumlah Responden (orang) Presentase (%) <0.20 15 34 0.200.50 22 50 0.511.00 5 11 >1.00 2 5

Sumber : Data Primer (diolah), 2011

Uraian di atas menunjukkan bahwa karakteristik responden di Desa Kemukten adalah homogen. Hal ini terlihat dari tingkat pendidikan yang mayoritas rendah, sehingga pengetahuan serta pola berpikir antara responden yang satu dengan yang lain relatif sama. Selain itu, dilihat dari status kepemilikan dan luas lahan yang relatif sama yaitu sebagai pemilik dengan luas lahan yang sempit. Hal ini menunjukkan bahwa status sosial antar responden juga homogen. Rata-rata luas lahan responden adalah 3.817 m2atau diantara 0.20 hektar – 0.50 hektar. Jenis petani responden digolongkan ke dalam 2 jenis yaitu petani berlahan luas dan petani berlahan sempit. Petani berlahan luas adalah petani yang luas lahannya berada di atas atau sama dengan rata-rata luas lahan seluruh petani responden. Sedangkan petani berlahan sempit adalah petani yang luas lahan garapannya di bawah rata-rata luas lahan seluruh petani responden. Luas lahan petani responden paling banyak adalah kurang dari 3.817 m2 yaitu sebanyak 29 orang atau sebesar 66% dan sebanyak 34% atau 15 orang memiliki luas lahan di atas atau sama dengan 3.817 m2.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Persepsi Petani Terhadap Perubahan Iklim

Perubahan iklim telah berdampak merugikan bagi petani di Desa Kemukten, Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes. Jumlah petani yang ada di Desa Kemukten sebanyak 592 jiwa dan peneliti mengambil 44 responden. Ada 27 (61%) petani yang memahami mengenai istilah perubahan iklim pada umumnya, sedangkan sebanyak 17 (39%) petani responden tidak mengetahui istilah perubahan iklim. Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara responden yang mengatakan bahwa telah terjadi peningkatan suhu udara dan peningkatan curah hujan. Sebanyak 82% responden memulai masa tanam berasarkan kebiasaan saja yang telah berlaku sejak dulu, sedangkan sisanya sebanyak 18% saja responden yang memulai masa tanam berdasarkan musim.

6.1.1 Persepsi Petani Terhadap Suhu Udara

Suhu udara normal di Kabupaten Brebes yaitu 27,50C. Suhu di Kabupaten Brebes mengalami peningkatan rata-rata sebesar 0,20C selama 10 tahun terakhir. Sebagian responden merasakan terjadinya perubahan suhu udara di Desa Kemukten dari tahun ke tahun. Hal ini terlihat dari sebanyak 42 (95%) responden yang berpendapat telah terjadi peningkatan suhu udara. Penilaian responden tersebut sesuai dengan data yang didapatkan dari BMKG Stasiun Klimatologi Kota Tegal bahwa suhu udara di Kabupaten Brebes dan sekitarnya pada tahun 2010 sebesar 27,90C meningkat sebesar 0,20C dibandingkan tahun 2009 dengan suhu udara 27,70C. Sementara itu, sebanyak 2 responden (5%) saja yang tidak merasakan adanya perubahan suhu.

27.0 27.2 27.4 27.3 27.3 27.4 27.2 27.4 27.3 27.7 27.9 26.6 26.8 27.0 27.2 27.4 27.6 27.8 28.0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Suhu rata-rata Suhu normal

230 361 134 84 167 116 0 1 20 8 109 74 255 251 287 308 186 225 92 120 143 118 197 247 0 50 100 150 200 250 300 350 400 C u ra h H u ja n 2009 2010

hujan. Kegagalan panen tersebut diakibatkan oleh hujan yang turun berkepanjangan, sehingga menyebabkan sawah mereka kebanjiran serta banyaknya hama dan penyakit tanaman yang muncul saat musim penghujan. Hal ini memicu terjadinya perubahan pola tanam oleh petani. Jika pada tahun 2009 petani bisa menanam bawang merah sebanyak 3-4 kali dalam setahun, pada tahun 2010 petani hanya bisa menanam 2 kali saja dalam setahun. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi besarnya kerugian akibat gagal panen saat curah hujan mengalami peningkatan, karena biaya yang digunakan untuk memproduksi bawang merah relatif mahal.

6.2 Strategi dan Adaptasi Petani Terhadap Perubahan Iklim

Adaptasi memaksimalkan kemungkinan pendapatan yang diterima petani dan produksi pertanian akibat perubahan iklim. Sebagian besar responden yaitu sebanyak 64% telah melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim, sedangkan sisanya sebanyak 36% tidak melakukan adaptasi dan strategi apapun terhadap perubahan iklim. Adaptasi yang dilakukan responden didasarkan atas pengalaman selama bertani. Bentuk adaptasi dan strategi tersebut antara lain merubah pola tanam berupa mengganti jenis tanaman (70%) dengan tanaman yang lebih tahan terhadap curah hujan yang tinggi, memperbanyak obat-obatan (18%), dan memperbaiki pengolahan tanah (12%) dengan memberikan perlakuan yang lebih intensif.

Sumber : Data Primer (diolah), 20 Gambar 6. Adaptasi d Berdasarkan diagram dalam menghadapi adanya tanaman. Jika petani menan maka dengan adanya perub hanya menanam bawang m diganti menjadi tanaman jag tahan terhadap curah hujan iklim maka petani juga me terjadinya adanya kerugian y

Menurut responden responden dalam melakuka modal. Responden yang ma dan penyakit tanaman denga Harga obat-obatan yang sem faktor penghambat bagi pe karena banyaknya serang Terbatasnya adaptasi dan st

18%

12%

2011

i dan Strategi Petani Terhadap Perubahan Iklim am diatas dapat diketahui adaptasi terbesar dari p ya perubahan iklim yaitu dengan mengganti anam bawang merah sebanyak tiga kali dalam set ubahan iklim dengan meningkatnya curah hujan p

merah hanya sebanyak dua kali dan jenis tan jagung manis karena menurut petani, jagung manis jan yang tinggi. Selain itu, dengan adanya perub elakukan perubahan pola tanam untuk mengantis n yang lebih besar.

n selain kurangnya informasi, faktor yang mengha kan adaptasi dan strategi adalah karena kekura ampu secara finansial dapat mengatasi serangan gan pemberian obat-obatan yang harganya relatif m emakin meningkat dari tahun ke tahun juga merup petani, sedangkan produksi pertanian makin men ngan hama dan penyakit pada tanaman me strategi yang dapat dilakukan responden menunju

70%

12% mengganti jenis tanaman memperbanyak oba obatan memperbaiki pengolahan tanah lim i petani ti jenis setahun, petani anaman is lebih rubahan tisipasi hambat urangan n hama f mahal. rupakan enurun mereka. njukkan obat-h

bahwa peran pemerintah sangat diperlukan dalam mengatasi dampak dari perubahan iklim tersebut. Peran pemerintah tersebut antara lain, memberikan pinjaman lunak dan kredit pertanian, memberikan penyuluhan mengenai perbahan iklim, pengembangan sarana dan prasarana penunjang adaptasi, larangan produk impor, dan lain-lain.

6.3 Estimasi Perubahan Input, Output dan Pendapatan Petani di Desa