• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Umum Inflasi di Negara-Negara ASEAN+6

Pada penelitian ini dilakukan eksplorasi data yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum yang disajikan secara sistematis mengenai fakta- fakta dan hubungan antar fenomena atau variabel yang akan diamati. Pembahasan dimulai dengan memberikan gambaran kondisi perkembangan inflasi di negara- negara ASEAN+6. Tabel 4.1. di bawah ini menyajikan rata-rata perkembangan inflasi di kawasan ASEAN+6 pada periode 2000-2004 dan periode 2005-2009.

Tabel 4.1. Rata-Rata Perkembangan Inflasi di Negara-Negara ASEAN+6 Periode 2000-2004 dan Periode 2005-2009

Negara Rata-Rata Inflasi 2000-2004 Rata-Rata Inflasi 2005-2009 Indonesia 7.99* 9.27* Malaysia 1.45 2.92 Filipina 4.64* 5.85* Singapura 0.83 2.13 Thailand 1.70 3.21 Cina 1.05 2.64 Jepang -0.52 0.01 Korea 3.24* 3.00 Australia 3.39* 2.94 India 3.93* 7.13* New Zealand 2.39 2.97 Rata-Rata Inflasi ASEAN+6 2.73 3.82

Keterangan: *tingkat rata-rata inflasi negara di atas rata-rata inflasi ASEAN+6. Sumber:World Bank 2011, diolah.

Tabel 4.1. menjelaskan bahwa rata-rata tingkat inflasi di negara-negara ASEAN+6 berbeda-beda selama periode 2000-2004 dan periode 2005-2009. Jika

data pada Tabel 4.1. disajikan dalam bentuk gambar, maka didapatkan hasil seperti gambar di bawah ini. Berdasarkan Gambar 4.1. dan Tabel 4.1., diperoleh informasi bahwa pada periode 2000-2004 Negara Indonesia, Filipina, Korea, Australia, dan India memiliki rata-rata inflasi di atas rata-rata inflasi ASEAN+6. Sedangkan negara Malaysia, Singapura, Thailand, Cina, Jepang, dan New Zealand memiliki rata-rata tingkat inflasi di bawah rata-rata inflasi ASEAN+6 pada periode 2000-2004.

Keterangan:

Pada periode 2005-2009, negara-negara yang memiliki rata-rata tingkat inflasi di atas rata-rata inflasi ASEAN+6 cenderung sama seperti periode 2000- 2004 yaitu, Indonesia, Filipina, dan India. Negara Australia dan Korea mengalami

-2 0 2 4 6 8 10

rata-rata Inflasi 2000-2004 rata-rata Inflasi 2005-2009

Negara IDN MYS PHL SGP THA CHN JPN KOR AUS IND NZL

Rata-Rata Inflasi ASEAN+ 6 Periode 2000-2004 Rata-Rata Inflasi ASEAN+ 6 Periode 2005-2009

Sumber:World Bank 2011, diolah.

Gambar 4.1. Rata-Rata Perkembangan Inflasi Negara-Negara ASEAN+6 Periode 2000-2004 dan 2005-2009 (dalam Persentase)

perubahan, dimana tingkat rata-rata inflasi kedua negara tersebut pada periode 2005-2009 berada di bawah rata-rata inflasi ASEAN+6 bersama dengan negara lainnya, yaitu Malaysia, Singapura, Thailand, Cina, Jepang, dan New Zealand. Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan negara-negara yang memiliki rata-rata tingkat inflasi di atas rata-rata inflasi ASEAN+6 cenderung memiliki tingkat inflasi yang tinggi pada tahun 2000-2009. Seperti halnya negara Indonesia, Filipina, dan India memiliki rata-rata tingkat inflasi di atas rata-rata inflasi ASEAN+6 selama dua periode (2000-2004 dan 2005-2009). Begitu juga sebaliknya, negara-negara yang memiliki rata-rata inflasi di bawah rata-rata inflasi ASEAN+6 cenderung memiliki inflasi yang rendah pada tahun 2000-2009.

Inflasi yang tinggi di suatu negara jelas akan menyebabkan dampak negatif bagi perekonomian negara tersebut. Hal itu dikarenakan variabel makroekonomi ini memiliki kekuatan dalam menurunkan kesejahteraan masyarakat dan juga mampu memengaruhi distribusi pendapatan, serta alokasi faktor produksi suatu negara. Semua negara di dunia, termasuk negara-negara ASEAN+6 akan berusaha untuk menekan tingkat inflasi serendah mungkin dan mencapai tenaga kerja penuh. Sehingga kebijakan-kebijakan yang diterapkan diarahkan kepada pencapaian inflasi yang rendah dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

Inflasi yang rendah biasanya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, sedangkan inflasi yang tinggi atau hiperinflasi dapat membahayakan pertumbuhan ekonomi. Gambar 4.2. merupakan perbandingan perkembangan rata-rata pertumbuhan ekonomi dan rata-rata inflasi di negara-negara ASEAN+6. Dari gambar tersebut terlihat bahwa pada periode 2000-2004 pertumbuhan ekonomi di

Negara Malaysia, Singapura, Thailand, Cina, Jepang, Korea, New Zealand, dan India tidak diikuti oleh tingginya tingkat inflasi. Hal tersebut dapat terlihat dari nilai rata-rata tingkat inflasi negara-negara tersebut lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi pada periode 2000-2004. Lain halnya dengan Negara Indonesia, Filipina, dan Australia, dimana pertumbuhan ekonomi di negara-negara tersebut diikuti oleh tingginya tingkat inflasi atau dengan kata lain nilai rata-rata inflasi negara lebih besar dibandingkan dengan nilai rata-rata pertumbuhan ekonomi.

Sumber: World Bank 2011, diolah.

Gambar 4.2. Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Inflasi di Negara-Negara ASEAN+6 Periode 2000-2004 (dalam Persentase)

Pada Gambar 4.3. menampilkan rata-rata pertumbuhan ekonomi dan rata- rata tingkat inflasi di negara-negara ASEAN+6 pada periode 2005-2009. Pertumbuhan ekonomi Negara Indonesia, Filipina, Australia, Thailand, Malaysia, dan New Zealand diikuti dengan tingkat inflasi yang tinggi. Untuk Negara

Pert umbuhan Ekonomi GDP Perkapit a

In fl a s i 9 8 7 6 5 4 3 2 1 8 7 6 5 4 3 2 1 0 -1 Variable

INF FIL * Growth FIL INF SING * Growth SING INF THAI * Growth THAI INF CINA * Growth CINA INF JPN * Growth JPN INF KOR * Growth KOR INF AUS * Growth AUS INF IND * Growth IND INF NEW * Growth NEW INF INA * Growth INA INF MAL * Growth MAL

Singapura dan Cina pertumbuhan ekonomi negara tersebut tidak diikuti oleh tingginya inflasi, dimana nilai rata-rata inflasi lebih kecil dibandingkan dengan nilai rata-rata pertumbuhan ekonomi. Negara lainnya seperti Jepang, Korea, dan India cenderung memiliki rata-rata inflasi dan pertumbuhan ekonomi berada pada tingkat yang relatif sama atau tidak berbeda jauh pada periode 2005-2009.

Sumber: World Bank 2011, diolah.

Gambar 4.3. Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Inflasi di Negara-Negara ASEAN+6 Periode 2005-2009 (dalam Persentase)

Penjelasan di atas telah memberikan informasi bahwa kondisi inflasi dan pertumbuhan ekonomi di negara-negara ASEAN+6 masih relatif beragam. Terkait dengan kerjasama moneter dan keuangan yang diarahkan kepada integrasi ekonomi, jelas saja negara-negara ASEAN+6 masih belum cukup untuk mencapai tahapan tertinggi penyatuan mata uang tunggal akibat belum seragamnya kondisi perekonomian diantara masing-masing anggota. Namun, peluang kawasan ASEAN+6 untuk dapat memenuhi konvergensi makroekonomi (dalam hal ini

Pert umbuhan Ekonomi GDP Perkapit a

In fl a s i 12 10 8 6 4 2 0 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 Variable

INF FIL * Grow th FIL INF SING * Grow th SING INF THAI * Grow th THAI INF CINA * Grow th CINA INF JPN * Grow th JPN INF KOR * Growth KOR INF AUS * Growth AUS INF IND * Grow th IND INF NEW * Grow th NEW INF INA * Grow th INA INF MAL * Growth MAL

inflasi) sangatlah terbuka. Tingkat inflasi yang rendah dan stabil akan menjadi kunci kesuksesan ASEAN+6 untuk dapat memenuhi salah satu kriteria konvergensi dalam Optimum Currency Area (OCA). Dalam jangka panjang, diharapkan perkembangan kerjasama yang terjadi di kawasan saat ini, dengan cakupan yang lebih luas, serta didukung oleh konsistensi dari pertumbuhan ekonomi anggota dan seluruh elemen ekonomi dapat memberikan harapan besar untuk menjadikan kawasan ini sebagai suatu uni moneter regional dan pendorong perekonomian di kawasan Asia.

4.2 Hubungan Inflasi dengan Output Gap dan Suku Bunga Nominal

Dokumen terkait