• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Umum

Dalam dokumen KAJIAN EKONOMI REGIONAL (Halaman 20-0)

BAB I KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

1. Kondisi Umum

0 1 2 3 4 5 6 7

7,500 8,000 8,500 9,000 9,500 10,000 10,500

TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3

2009 2010

Grafik 1.1

PDRB dan Laju Pertumbuhan Tahunan PDRB Provinsi Lampung

(ADHK 2000)

PDRB Harga Konstan PDRB (yoy) - axis kanan

BAB I – KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

1. KONDISI UMUM

Laju pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) Provinsi Lampung pada triwulan III-2010 mencapai 6,25%, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahunan pada

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,5%. Secara nominal Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Lampung Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000 pada triwulan III-2010 mencapai Rp10.008,7 miliar, meningkat jika dibandingkan dengan PDRB triwulan III-2009 yang mencapai Rp9.419,92 miliar.

Dari sisi permintaan, konsumsi swasta masih mendominasi PDRB Lampung dengan pangsa sebesar 54,08%. Sementara berdasarkan tingkat pertumbuhannya, konsumsi untuk kegiatan investasi mencatatkan pertumbuhan tertinggi, yakni sebesar 16,44% (yoy), diikuti kemudian oleh konsumsi pemerintah dengan besaran pertumbuhan sebesar 7,15%.

Sumber: BPS Provinsi Lampung

miliar Rp %

2 Di sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2010 didukung oleh 3 sektor utama yaitu sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, Sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor bangunan, dan sektor listrik, gas, dan air bersih yang masing-masing tumbuh sebesar 30,1%, 19,5%, dan 12,4%.

2. PERKEMBANGAN PDRB SISI PERMINTAAN

Secara triwulanan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung tercatat meningkat sebesar 3,23% (qtq). Kondisi ini disebabkan oleh peningkatan pada aktivitas ekspor (netto) dan konsumsi pemerintah yang tumbuh signifikan masing-masing sebesar 34,53% (qtq) dan 27,06% (qtq). Panen komoditas perkebunan, harga internasional yang meningkat, serta apresiasi nilai tukar rupiah pada triwulan laporan, memberikan dampak positif pada nilai ekspor komoditas unggulan Lampung, seperti kopi dan CPO. Di sisi pengeluaran pemerintah, terlihat peningkatan yang terjadi lebih disebabkan karena adanya realisasi proyek pemerintah menjelang akhir tahun anggaran. Perilaku ini serupa dengan tahun-tahun sebelumnya ketika realisasi anggaran digenjot pada triwulan III dan IV.

Di samping itu, momentum bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri serta Tahun Ajaran Baru Siswa juga memberikan dampak pada peningkatan konsumsi swasta pada triwulan laporan. Kondisi ini terkonfirmasi oleh data konsumsi tenaga listrik sektor rumah tangga, data volume penjualan kendaraan bermotor, Nilai Tukar Petani (NTP), serta hasil Survei Konsumen yang dilakukan Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung.

Laju kegiatan investasi juga terlihat menunjukkan pertumbuhan positif seiring dengan semakin stabilnya kondisi perekonomian Lampung. Hal ini dapat terlihat dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), outstanding kredit investasi perbankan, penjualan semen, serta nilai impor barang modal.

Tabel 1.1

Perkembangan PDRB Sisi Permintaan

Penggunaan PDRB (% yoy)

I-09 II-09 III-09 IV-09 I-10 II-10 III-10

Konsumsi Swasta 5.87 5.90 4.64 3.65 5.76 6.21 6.46

Konsumsi Pemerintah 4.83 3.66 3.09 0.78 3.66 3.24 7.15

Investasi 0.27 4.50 5.66 3.68 12.68 11.54 16.44

Ekspor Netto -71.13 -2.82 4.36 145.37 62.02 -48.15 -38.67

PDRB 4.27 5.96 5.98 3.97 5.89 5.50 6.25

Sumber: BPS Provinsi Lampung

3

Konsumsi Swasta (qtq) - axis kanan

2,450

Jumlah Pelanggan dan Konsumsi Listrik Sektor Rumah Tangga

KwH Terjual Pelanggan - axis kanan

2.1. Konsumsi

Pertumbuhan konsumsi swasta sebesar 6,46% (yoy) atau 4,35% (qtq) diperoleh dari konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba. Hasil pantauan berbagai indikator konsumsi menunjukkan adanya tren peningkatan yang terus berlanjut. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), konsumsi listrik sektor rumah tangga, serta volume penjualan kendaraan bermotor mengkonfirmasi indikasi adanya aktivitas konsumsi yang meningkat pada triwulan III-2010.

Sesuai data jumlah pelanggan dan konsumsi tenaga listrik triwulan III-2010 yang dirilis oleh PT PLN Wilayah Lampung, terdapat peningkatan pelanggan sektor rumah tangga sebesar 1,44% dibanding triwulan sebelumnya. Peningkatan Tarif Dasar Listrik (TDL) pada Agustus 2010, secara umum relatif tidak terlalu berpengaruh pada tingkat konsumsi tenaga listrik oleh sektor rumah tangga, bahkan jumlah konsumsi tenaga listrik cenderung masih terus menunjukkan peningkatan.

Data volume penjualan kendaraan bermotor juga menunjukkan fenomena serupa, terlihat pada triwulan III-2010 terjadi peningkatan penjualan sebesar 21,4%, dari 61.094 unit menjadi 74.154 unit. Dari indikator rata-rata bulanan jumlah objek pajak kendaraan bermotor tercatat menunjukkan peningkatan dari 100.760 unit menjadi 122.967 unit (qtq) yang berarti bahwa konsumsi barang tahan lama (durable goods) mengalami peningkatan.

Sumber : BPS Provinsi Lampung Sumber : PT PLN Wilayah Lampung

miliar Rp %

ribu KwH ribu

4

TOTAL Roda 2 Roda 4 - axis kanan

90

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep

Tw I Tw II Tw III

Indikator pertumbuhan konsumsi swasta yang lain adalah NTP serta optimisme masyarakat terhadap kondisi perekonomian. Pada triwulan III-2010, terlihat NTP menunjukkan peningkatan sebesar 1,37% (qtq). Kenaikan NTP tersebut terutama diakibatkan oleh adanya kenaikan harga komoditas pada subsektor tanaman pangan, tanaman perkebunan rakyat dan peternakan. Sementara itu, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) masih berada pada level optimis meskipun cenderung mengalami penurunan dibandingkan triwulan II-2010 (Hasil Survei Konsumen Bank Indonesia Bandar Lampung).

Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Lampung

Sumber : BPS Provinsi Lampung Sumber : Bank Indonesia Bandar Lampung unit

unit unit unit

5

Konsumsi Pemerintah (qtq) - axis kanan

2,000

Jan-10 Feb-10 Mar-10 Apr-10 Mei-10 Jun-10 Jul-10 Agt-10 Sep-10

juta Rp

Grafik 1.9

Perkembangan Giro Perbankan di Lampung

Konsumsi pemerintah mengalami peningkatan yang cukup signifikan sebesar 27,06% (qtq) atau 7,15% (yoy). Kondisi tersebut beberapa diantaranya merupakan dampak mulai direalisasikannya beberapa pengeluaran rutin pemerintah dan juga investasi pemerintah (proyek pembangunan). Salah satu indikasinya adalah penurunan giro perbankan sebesar 7,67% (qtq) sebagai akibat dari pencairan giro pemerintah pusat pada perbankan di Lampung.

Sumber : BPS Provinsi Lampung Sumber : LBU dan LBUS

2.2. Investasi

Kegiatan investasi pada triwulan III-2010 menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik, yaitu mencapai 6,47% (qtq) atau 16,60% (yoy). Hal ini sejalan dengan realisasi penyaluran kredit investasi perbankan yang tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 43,41% (yoy). Indikasi lain pertumbuhan investasi pada triwulan ini juga terlihat dari nilai impor bahan baku penolong dan penjualan semen yang menunjukkan peningkatan masing-masing sebesar 58,44% (yoy) dan 24,4%(yoy).

Sementara itu, berdasarkan data BPMD Provinsi Lampung, sampai dengan akhir triwulan III-2010, rencana investasi Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang masuk ke Provinsi Lampung tercatat sebesar Rp 1.869,5 miliar. Kondisi ini menunjukkan bahwa Provinsi Lampung masih diyakini memiliki banyak potensi investasi untuk dikembangkan.

miliar Rp %

6

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (qtq) - axis kanan

(5)

Kredit Investasi Kredit Investasi (qtq) - axis kanan

2.3. Ekspor-Impor

a. Ekspor

Aktivitas ekspor luar negeri terus menunjukkan perbaikan secara nilai maupun volume, setelah sempat terkoreksi pada awal tahun 2010. Ekspor Provinsi Lampung ke luar negeri hingga akhir triwulan III-2010 tercatat menunjukkan peningkatan sebesar 19,9% (qtq) atau 9,0% (yoy). Peningkatan aktivitas ekspor Provinsi Lampung juga tercermin pada statistik volume bongkar muat barang dan petikemas melalui Pelabuhan Panjang Lampung yang dikelola oleh Pelindo II. Kegiatan muat dalam perdagangan luar negeri mencapai 1.168.138 ton atau menunjukkan peningkatan sebesar 24,85% (qtq).

0

Sumber : BPS Provinsi Lampung Sumber : LBU dan LBUS

ribu USD

miliar Rp juta Rp %

Sumber : Direktorat Statistik dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia

7

Total Nilai Ekspor Nilai Ekspor (qtq) - axis kanan

-202468

Harga Rata-Rata Triwulanan (qtq) - axis kanan -20

Harga Rata-Rata Triwulanan (qtq) - axis kanan

Komoditas kopi, teh dan rempah-rempah mendominasi pangsa ekspor Lampung sebesar 32,57%, kemudian diikuti oleh lemak dan minyak hewan/nabati. Panen komoditas perkebunan serta harga internasional yang meningkat pada triwulan laporan memberikan dampak positif pada nilai ekspor kedua komoditas unggulan tersebut.

Pada triwulan III-2010 (bulan Agustus 2010) tercatat peningkatan ekspor komoditas kopi, teh dan rempah-rempah sebesar 75,21% (qtq), sedangkan peningkatan ekspor komoditas lemak dan minyak hewan/nabati sebesar 30,54% (qtq).

Sumber : Bloomberg (diolah)

Sumber : Direktorat Statistik dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia

ribu USD %

%

8

2%

15%

53%

1%

29%

Grafik 1.16

Pangsa Negara Tujuan Ekspor Lampung Triwulan III-2010 Afrika Amerika Asia Australia Eropa

Negara tujuan utama ekspor Lampung pada triwulan laporan adalah Amerika Serikat, dengan pangsa sebesar 12,1% dari total ekspor, meningkat tipis dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 11,43%. Peningkatan tersebut memberikan indikasi bahwa perekonomian Amerika Serikat berangsur membaik. Tujuan utama ekspor selanjutnya adalah Jepang, yaitu dengan pangsa sebesar 11,75%. Sementara itu, RRC yang menduduki pangsa ekspor terbesar ketiga mengalami penurunan dari 11,15%

pada triwulan sebelumnya menjadi 7,19%.

Sumber : Direktorat Statistik dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia

9

Tabel 1.2

Perkembangan Ekspor Komoditas Non Migas Menurut Klasifikasi Harmonized System (HS)

Komoditas Utama Ekspor

Trw I-10 Trw II-10 Jul-10 Aug-10 Pangsa (%) ribu US$ Pangsa

(%) ribu US$ Pangsa

(%) ribu US$ ribu US$

1. Kopi, Teh, Rempah-rempah 46,984,3 9.9 107,417,7 19.0 56,890,5 90,310,9 32.6

2. Bubur Kayu / Pulp 58,881,5 12.4 56,045,8 9.9 9,957,5 18,674,8 6.3

3. Ikan dan Udang 28,988,4 6.1 26,841,0 4.7 9,767,9 13,195,1 5.1

4. Lemak & Minyak Hewan / Nabati 125,546,6 26.3 162,266,0 28.7 36,263,4 68,876,4 23.3

5. Bahan Bakar Mineral 70,826,0 14.9 39,630,4 7.0 18,782,2 17,177,2 8.0

6. Karet dan Barang dari Karet 12,995,1 2.7 21,186,7 3.7 9,807,0 8,295,2 4.0

7. Kayu, Barang dari Kayu 3,267,28 0.7 3,596,5 0.6 401,6 387,0 0.2

8. Hasil Penggilingan 183,5 0.0 27,4 0.0 22,3 823,3 0.2

9. Olahan dari Buah-buahan / Sayuran 23,443,3 4.9 38,150,5 6.7 10,832,6 14,774,2 5.7 10. Ampas / Sisa Industri Makanan 3,867,8 0.8 6,486,3 1.1 1,362,9 2,069,8 0.8

11. Berbagai Makanan Olahan 4,151,7 0.9 3,442,9 0.6 795,7 1,739,7 0.6

12. Minuman 1,365,4 0.3 5,946,1 1.1 1,180,2 3,541,1 1.0

13. Berbagai Produk Kimia 2,343,1 0.5 1,170,5 0.2 189,6 399,5 0.1

14. Kaca & Barang dari Kaca 154,2 0.0 99,7 0.0 98,9 0,0 0.0

15. Olahan dari Tepung 14,9 0.0 14,3 0.0 5,2 296,4 0.1

16. Bahan Kimia Organik 14,005,9 2.9 13,891,4 2.5 4,137,8 3,197,5 1.6

17. Gula dan Kembang Gula 8,314,0 1.7 4,924,0 0.9 4,481,9 5,980,3 2.3

18. Kakao / Coklat 43,680,3 9.2 50,307,5 8.9 9,316,0 5,568,1 3.3

19. Buah-buahan 564,2 0.1 891,4 0.2 166,7 207,9 0.1

20. Sari Bahan Samak & Celup 0,0 0.0 0,0 0.0 0,0 0,0 0.0

21. Lak, Getah dan Damar 960,9 0.2 736,1 0.1 160,6 380,4 0.1

22. Sayuran 3,2 0.0 0,0 0.0 0,0 0,0 0.0

23. Sabun dan Preparat Pembersih 432,8 0.1 669,0 0.1 144,3 185,8 0.1

24. Perekat, Enzim 0,0 0.0 0,0 0.0 0,0 0,0 0.0

25. Mesin-mesin / Pesawat Mekanik 852,9 0.2 872,2 0.2 3,068,4 5,2 0.7

26. Lain-lain 24,930,9 5.2 20,949,9 3.7 8,797,9 9,215,8 4.0

Total 476,758,3 100 565,563,3 100 186,631,1 265,301,7 100

Sumber: Direktorat Statistik Dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia

10

Tabel 1.3

Perkembangan Ekspor Komoditas Non Migas Menurut Negara Tujuan

Sumber: Direktorat Statistik Dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia (diolah)

b. Impor

Aktivitas impor Provinsi Lampung juga menunjukkan fenomena serupa, namun mencatat angka pertumbuhan yang lebih tinggi daripada ekspor. Pertumbuhan nilai impor tercatat sebesar 37,05% (qtq). Hal ini memberi harapan akan adanya peningkatan aktivitas ekonomi yang lebih tinggi di Provinsi Lampung dan diperkirakan juga akan berdampak pada peningkatan aktivitas ekspor pada periode mendatang, karena sebagian besar (88,71%) impor Provinsi Lampung adalah bahan baku penunjang industri.

11

Barang Konsumsi Bahan Baku Penolong Barang Modal

36%

1%

63%

Grafik 1.19

Pangsa Impor Komoditas Berdasarkan ISIC

Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Manufaktur Sumber : BPS Provinsi Lampung

Pangsa impor bahan baku penolong pada triwulan III-2010 meningkat menjadi 88,71%, lebih tinggi dibandingkan dengan dua triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 85% pada triwulan I-02010 dan sebesar 79,8% pada triwulan II-2010.

Berdasarkan kategori ISIC, impor pada triwulan laporan sebagian besar ditujukan untuk sektor industri dan pengolahan dengan pangsa 63,18%. Adapun komoditas penyumbang utamanya adalah produk kimia yang impornya meningkat dari USD 14.1 juta menjadi USD 26.9 juta (data bulan Juli-Agustus 2010).

Sumber : Direktorat Statistik dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia -50

Impor Barang dan Jasa (qtq) - axis kanan

12

1%

13%

48%

27%

11%

Grafik 1.20 Porsi Negara Pengimpor

Afrika Amerika Asia Australia Eropa

Berdasarkan negara asalnya, sebagian besar komoditas impor Provinsi Lampung berasal dari Australia berupa binatang hidup (sapi bakalan). Pangsa impor dari negara tersebut tercatat mencapai 26,84%. Meskipun pangsa impor dari Australia relatif masih yang tertinggi, namun jika dibandingkan dengan dua triwulan sebelumnya, pangsa impor dari Australia ini tampak terus mengalami penurunan, yakni sebesar 39,87%

pada triwulan I-2010 dan 35,96% pada triwulan II-2010. Hal ini diperkirakan terjadi karena adanya penurunan kuota impor nasional pada semester II-2010.

Sumber : Direktorat Statistik dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia (diolah)

3. PERKEMBANGAN PDRB SISI PENAWARAN

Secara tahunan, pertumbuhan PDRB sebesar 6,3% (yoy) terjadi pada seluruh sektor ekonomi, dengan pertumbuhan terbesar dialami oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 9,8%. Tingginya permintaan masyarakat terhadap pembelian makanan jadi dan sandang dalam rangka puasa dan Hari Raya Idul Fitri mendukung maraknya aktivitas sektor ini.

13

Listrik, Gas & Air Bersih

2.7 10.7 12.4 0.04

Bangunan 4.7 7.8 10.3 0.5

Perdagangan, Hotel dan Restoran 7.8 6.8 9.8 1.55

Pengangkutan & Komunikasi 10 12.7 19.5 1.29

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan

5.2 36.5 30.1 2.51

Jasa-jasa 7.7 4.7 5.8 0.44

PDRB dengan Migas 5.98 3.9 6.25 6.25

Sumber: BPS Propinsi Lampung

*) Kontribusi pertumbuhan tahunan sektor terhadap pertumbuhan ekonomi tahunan Triwulan III-2010

Secara triwulanan, pertumbuhan ekonomi mencapai 3,23% (qtq) dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 8,95%. Adapun sektor yang mengalami penurunan output adalah sektor pertanian

Pertambangan dan Penggalian 9.4 15.29 3.63

Industri Pengolahan 5.86 20.61 3.25

Listrik, Gas & Air Bersih 4.19 3.46 5.79

Bangunan 4.29 7.84 6.72

Perdagangan, Hotel dan Restoran 3.45 1.65 6.33

Pengangkutan & Komunikasi 2.79 3.94 8.95

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 11.33 5.09 6.15

Jasa-jasa 4.06 9.39 5.14

PDRB dengan Migas 0.91 4.61 3.23

Sumber: BPS Propinsi Lampung

14

Diantara 9 sektor ekonomi, sektor pertanian masih memegang pangsa terbesar PDRB Lampung mencapai 34,9%, meskipun menurun dibandingkan triwulan II-2010. Sektor yang mengalami peningkatan pangsa meliputi sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor pengangkutan & komunikasi, sektor keuangan, persewaan, & jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa. Sementara itu, terdapat beberapa sektor yang pangsa nya stabil meliputi sektor pertambangan & penggalian, sektor industri pengolahan, dan sektor bangunan.

Sumber: BPS Propinsi Lampung

SEKTOR PERTANIAN

Seiring masa tanam gaduh yang masih terjadi serta berkurangnya produksi akibat faktor cuaca ekstrim, membuat output sektor pertanian masih berada pada level pertumbuhan yang melambat, yaitu sebesar 0,64% (qtq). Bahkan secara tahunan, output sektor pertanian mengalami penurunan sebesar 2,6% (yoy). Penurunan output sektor pertanian berdasarkan Aram (Angka Ramalan) BPS terjadi pada komoditas kedelai yang nilai produksi dan luas panennya masing-masing turun sebesar 54,41%

(yoy) dan 54,4% (yoy) (tabel 1.7).

15

Absolut Persen Absolut Persen Padi (Sawah + Ladang)

Luas Panen (ha) 506,547 570,417 574,164 63,870 12.61 3,747 0.66

Produktivitas (ku/ha) 46.22 46.88 47.05 0.66 1.43 0.17 0.36

Produksi (ton) 2,341,075 2,673,844 2,701,699 332,769 14.21 27,855 1.04

Kedelai

Luas Panen (ha) 5,658 13,518 6,163 7,860 138.92 -7,355 -54.41

Produktivitas (ku/ha) 11.8 11.95 11.95 0.15 1.27 0.00 0.00

Produksi (ton) 6,678 16,153 7,366 9,475 141.88 -8,787 -54.40

Jagung

Luas Panen (ha) 387,549 434,542 435,046 46,993 12.13 504 0.12

Produktivitas (ku/ha) 46.7 47.58 47.71 0.88 1.88 0.13 0.27

Produksi (ton) 1,809,886 2,067,710 2,075,708 257,824 14.25 7,998 0.39

2008-2009 2009-2010

Tabel 1.6

Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi (Sawah + Ladang), Kedelai, dan Jagung Tahun 2008-2010

Uraian 2008 2009 2010 (Aram II)

Perkembangan Perkembangan

Sumber: BPS Propinsi Lampung

Dari sisi perbankan, kredit yang ditujukan untuk sektor pertanian menunjukkan peningkatan, dari Rp2,36 triliun pada triwulan II-2010 menjadi Rp2,6 triliun di triwulan laporan. Peningkatan kredit ini biasa terjadi di musim tanam guna membiayai modal bahan baku. Sedangkan pada kredit program Kredit Usaha Rakyat (KUR), terjadi pelunasan kredit sehingga baki debet menurun sebesar 2,5% (qtq).

Sumber: LBU, LBUS, Laporan KUR Perbankan Lampung

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep

2009 2010

Grafik 1.23

Perkembangan Kredit Sektor Pertanian

kredit perbankan (axis kanan) KUR

juta Rp miliar Rp

16

Mar-09 Jun-09 Sep-09 Dec-09 Mar-10 Jun-10 Sep-10

Grafik 1.25 Perkembangan Kredit Sektor Pertambangan miliar Rp

SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN

Secara triwulanan, output yang dihasilkan sektor ini meningkat sebesar 3,63%

(qtq). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,09% (qtq). Perkembangan PDRB sektor pertambangan juga didukung oleh pertumbuhan kredit pada sektor ini yang cukup signifikan, yaitu mencapai 56,74% (qtq).

Sumber: BPS Propinsi Lampung Sumber: LBU dan LBUS

SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

Pada triwulan III-2010, output sektor industri pengolahan tumbuh sebesar 3,25% (qtq) dan 8,1% (yoy). Adanya momen Puasa dan Idul Fitri mendorong peningkatan aktivitas industri pengolahan makanan jadi industri kecil dan sandang.

Indikator berupa impor makanan dan minuman belum diolah dan olahan untuk industri serta impor bahan baku olahan untuk industri menunjukkan pertumbuhan volume impor masing-masing sebesar 46,79% (qtq), 1.126,37% (qtq), dan 10,73% (qtq). Di sisi lain, BPS menginformasikan bahwa sub sektor makanan dan minuman serta sub sektor industri karet dan barang dari karet dan plastik masing-masing turun sebesar 5,29%

(qtq) dan 32,83%. Penurunan tersebut tidak memperlemah output sektor industri pengolahan secara umum.

17

SEKTOR LISTRIK, AIR DAN GAS

Sektor ini mengalami pertumbuhan positif sebesar 5,79% (qtq) dan 12,4%

(yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan II-2010 sebesar 3,44% (qtq) dan 10,7% (yoy). Kondisi ini didorong oleh beberapa faktor, antara lain peningkatan Tarif Dasar Listrik pada beberapa kelompok pelanggan sejak 1 Juli 2010 lalu, kenaikan jumlah pelanggan PDAM sebesar 0,34% (qtq), peningkatan jumlah pelanggan dan jumlah konsumsi listrik sebesar 1,71% (qtq) dan 2,6% (qtq), serta konsumsi gas elpiji yang semakin meningkat pasca program konversi mitan ke gas.

Berdasarkan hasil survei Bank Indonesia Bandar Lampung, kenaikan Tarif Dasar Listrik tidak disikapi pelaku usaha dengan menaikkan harga jual barang. Pelaku usaha lebih memilih melakukan kebijakan berupa pengurangan margin keuntungan dengan alasan memperhitungkan daya beli konsumen. Kebijakan lain yang diambil pelaku usaha adalah menggiatkan penggunaan genset serta melakukan penghematan penggunaan energi listrik. Dengan begitu, dampak dari kenaikan TDL bisa diminimalisir oleh pelaku usaha.

18

Jan-09 Feb-09 Mar-09 Apr-09 May-09 Jun-09 Jul-09 Aug-09 Sep-09 Oct-09 Nov-09 des-09 Jan-10 Feb-10 Mar-10 Apr-10 May-10 Jun-10 Jul-10 Aug-10

33,255

33,380 33533 Grafik 1.29

Jumlah Pelanggan PDAM Way Rilau Kota Bandar Lampung

PDRB Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih (Berdasarkan Harga Konstan 2000)

Nilai Output Growth (yoy) - axis kanan Growth (qtq) - axis kanan

miliar %

19 SEKTOR BANGUNAN

Pertumbuhan output sektor bangunan pada triwulan III-2010 mencapai 6,72%

(qtq) dan 10,3% (yoy). Sebagaimana informasi dari beberapa instansi pemerintah Provinsi Lampung, pada akhir September 2010 berbagai proyek pembangunan sudah mencapai tahap 70% penyelesaian, dimana berbagai proyek tersebut mulai dilakukan secara intensif mulai Juni 2010. Hasil Survey Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia Bandar Lampung menunjukkan bahwa pada triwulan III-2010 pelaku usaha sektor bangunan akan melakukan ekspansi usaha (SBT 4,44%)

Sumber: BPS Provinsi Lampung

SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN (PHR)

Output yang dihasilkan oleh sektor ini tumbuh signifikan, yaitu mencapai 6,33% (qtq) dan 9,8% (yoy). Pertumbuhan ini jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2010 yang tercatat sebesar 3,03% (qtq) dan 9,8% (yoy). Hal ini terjadi karena peningkatan aktivitas transaksi perdagangan, hotel, maupunrestoran, baik pada saat libur tahun ajaran baru maupun ketika puasa dan Hari Raya Idul Fitri.

Pada sub sektor perdagangan dan restoran, terjadi peningkatan output seiring dengan meningkatnya permintaan masyarakat terhadap makanan jadi maupun sandang. Hal ini didukung oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) pada triwulan II-2010 yang menunjukkan bahwa pada triwulan III-2010 dunia usaha akan melakukan ekspansi usaha di kedua subsektor tersebut (SBT masing-masing sebesar 10,48% dan 0,51%).

0 100 200 300 400 500 600

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

2008 2009 2010

(miliar Rp)

Grafik 1.31 PDRB Sektor Bangunan (Berdasarkan Harga Konstan 2000)

20

Sumber: BPS Provinsi Lampung

SEKTOR PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI

Terjadi pertumbuhan output yang signifikan pada sektor ini, yaitu sebesar 8,95% (qtq) dan 19,5% (yoy). Adanya momen hari raya idul fitri menjadi penyebab utama akselerasi output, baik pada pengangkutan darat, laut, udara, serta pada penggunaan layanan telekomunikasi yang semakin bervariasi.

Sumber: BPS Propinsi Lampung

Pertumbuhan output tersebut juga didukung oleh peningkatan outstanding kredit angkutan sebesar 4,7% (qtq) dan 31,46% (yoy). Dari sisi angkutan udara, jumlah penumpang yang berangkat dari bandara Radin Inten II-2010 tumbuh sebesar 5,14%

(qtq). Jumlah penerbangan ke Jakarta juga meningkat sebesar 9,34% (qtq) di triwulan laporan. Pada angkutan kereta api, kenaikan harga tiket kereta api kelas bisnis dan

PDRB Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (Berdasarkan Harga Konstan 2000)

Nilai Output Growth (yoy) - axis kanan Growth (qtq) - axis kanan

miliar Rp %

Perkembangan PDRB Sektor Pengangkutan dan Komunikasi (miliar Rp)

21 eksekutif jurusan Tanjung Karang-Kertapati sebesar 30% diperkirakan menjadi salah satu pertumbuhan output subsektor angkutan rel.

Sumber : LBU dan LBUS (diolah)

SEKTOR KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN

Sektor ini mengalami pertumbuhan output yang cukup signifikan mencapai 6,15% (qtq) dan 30,1% (yoy). Tingginya kebutuhan likuiditas untuk membiayai pendaftaran siswa baru, bulan puasa, dan Hari Raya Idul Fitri membuat sub sektor keuangan (bank, lembaga keuangan bukan bank, jasa penunjang keuangan) terdongkrak. Begitu pula dengan sub sektor sewa bangunan yang tumbuh positif pasca meningkatnya hunian oleh siswa/mahasiswa baru.

Sumber: BPS Propinsi Lampung

Mar Jun Sep Dec Mar Jun Sep Dec Mar Jun Sep

2008 2009 2010

Nilai Growth (yoy) - axis kanan Growth (qtq) - axis kanan

miliar Rp %

22 SEKTOR JASA-JASA

Output yang dihasilkan sektor jasa tumbuh, baik secara triwulanan maupun tahunan masing-masing sebesar 5,14% (qtq) dan 5,8% (yoy). Di bulan terakhir libur tahun ajaran baru serta saat libur Hari Raya Idul Fitri, masyarakat banyak memanfaatkan waktu untuk melakukan rekreasi. Pertumbuhan sektor jasa ini juga didukung oleh pertumbuhan kredit perbankan sektor jasa yang tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 16,97% (qtq) pada triwulan laporan.

Sumber: BPS Propinsi Lampung

Sumber : LBU dan LBUS 0 100 200 300 400 500 600 700 800

I II III IV I II III IV I II III

2008 2009 2010

Grafik 1.36 PDRB Sektor Jasa-Jasa (Berdasarkan harga konstan 2000) miliar Rp

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000

Mar-09 Jun-09 Sep-09 Dec-09 Mar-10 Jun-10 Sep-10 Grafik 1.37

Perkembangan Kredit Sektor Jasa miliar Rp

23 BOKS I.

INSENTIF HPP BERAS DI PROVINSI LAMPUNG

Pada tahun 2010, rencana pengadaan beras oleh BULOG Divre Lampung mencapai 135.000 ton. Sementara itu hingga 19 Oktober 2010, realisasi pengadaan gabah setara beras di gudang BULOG baru mencapai 44,88% dari target pengadaan tahun 2010. Penurunan supply beras dari sejumlah sentra produksi menyebabkan target ini sulit dipenuhi. Berdasarkan hasil pertemuan dengan BULOG pada rapat tim teknis anggota TPID, diperoleh informasi bahwa penurunan stok ini disebabkan oleh karena anomali musim dan distribusi beras ke luar Lampung. Kalaupun terdapat stok beras di sejumlah kabupaten/kota, BULOG terkendala oleh harga beras petani yang melebihi HPP akibat persaingan harga dengan pembeli lain.

Berdasarkan INPRES No. 7 Tahun 2009 yang mulai berlaku 1 Januari 2010, harga pembelian BULOG untuk Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat penggilingan adalah sebesar Rp2.685/kg, sedangkan harga GKP di tingkat penggilingan per September 2010 telah mencapai Rp3.105/kg atau 15,66% diatas HPP (data BPS Provinsi Lampung). Per Oktober 2010, stok operasional BULOG mencapai 23.472 ton atau hanya memenuhi ketahanan stok raskin untuk 2,1 bulan (penyaluran raskin adalah sebesar 11.099/bulan).

Dalam rangka mengatasi minimnya pengadaan beras lokal karena kenaikan harga di pasaran, BULOG menetapkan insentif sebesar Rp270/kg untuk harga pembelian beras di Gudang BULOG, sehingga harga pembelian beras di Gudang BULOG mengalami kenaikan menjadi Rp5.330/kg (ditetapkan pada tanggal 6 September 2010).

Namun dengan adanya insentif ini, BULOG tetap terkendala untuk memenuhi stok. Hal ini terlihat dari realisasi pengadaan beras lokal yang baru mencapai 99,38% dari jumlah kontrak. Kontrak pengadaan beras sampai dengan 19 Oktober 2010 mencapai 60.967 ton, sedangkan realisasinya baru mencapai 60.588 ton. Untuk itu, BULOG Divre Lampung mendapatkan distribusi atas kelebihan stok yang terjadi di BULOG Divre Sulawesi Selatan (move in) sebesar 5.500 ton.

24 Kontrak pengadaan beras lokal oleh BULOG Divre Lampung per Oktober 2010 diperoleh dari 5 Kabupaten/Kota, dimana Kabupaten Lampung Utara menjadi pemasok beras terbesar, yaitu mencapai 26.801 ton setara beras, diikuti Kabupaten Lampung Tengah sebesar 15.720 ton dan Kabupaten Lampung Selatan sebesar 14.736 ton.

Sedangkan pasokan dari Bandar Lampung dan Tanggamus hanya sebesar 3.332 ton.

Sementara itu, penyaluran raskin di Provinsi Lampung sampai dengan bulan Oktober 2010 telah mencapai 94.411 ton atau 85,06% dari target sebesar 110.999 ton. Realisasi penyaluran raskin tertinggi terjadi di Kota Metro, yaitu mencapai 94,91%

dari rencana penyaluran, sedangkan realisasi penyaluran raskin terendah terjadi di

dari rencana penyaluran, sedangkan realisasi penyaluran raskin terendah terjadi di

Dalam dokumen KAJIAN EKONOMI REGIONAL (Halaman 20-0)