• Tidak ada hasil yang ditemukan

Letak Geografis dan Wilayah Administratif

Wilayah Jawa Barat secara geografis terletak diantara (5o50’–7o50’) LS dan (104o48’- 104o48’) BT dengan batas-batas wilayahnya sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa bagian barat dan DKI Jakarta, sebelah timur berbatasan dengan propinsi Jawa Tengah, sebelah barat berbatasan dengan Selat Sunda dan di selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia. Dengan daratan dan pulau-pulau kecil (48 pulau di Sumatera, 4 pulau di Laut Jawa, 14 pulau di Teluk Banten dan 20 pulau di Selat Sunda (Anonim 2005). Luas daratan wilayah Jawa Barat (Propinsi Jawa Barat dan Propinsi Banten) adalah 4 317 700 ha (Departemen Kehutanan, 2002).

Setelah lahirnya UU No. 23 tahun 2000 tentang Propinsi Banten, maka Wilayah Administrasi Pembantu Gubernur Banten Wilayah I Banten resmi ditetapkan menjadi Propinsi Banten dengan daerahnya meliputi : Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak dan Kabupaten/kota Tangerang serta kota Cilegon. Adanya perubahan tersebut, maka propinsi Jawa Barat terdiri dari : 16 kabupaten dan 9 kotamadya yang membawahi 584 kecamatan, 5 201 desa dan 609 kelurahan (Anonim 2005).

Kondisi geografis yang strategis merupakan keuntungan bagi daerah Jawa Barat terutama dari segi komunikasi dan perhubungan. Wilayah ini mempunyai alam yang memiliki berbagai potensi yang dapat diberdayakan, antara lain sumberdaya air, sumberdaya alam dan pemanfaatan lahan, sumberdaya hutan, sumberdaya pesisir dan laut serta sumberdaya perekonomian.

Kondisi Topografi

Ciri utama daratan Jawa Barat adalah bagian dari busur kepulauan gunung api (aktif dan tidak aktif) yang membentang dari ujung utara di Pulau Sumatera hingga ujung utara Pulau Sulawesi. Daratan dapat dibedakan atas wilayah pegunungan curam di selatan dengan ketinggian lebih dari 1 500 mdpl, wilayah lereng bukit yang landai di tengah dengan ketinggian 100-1 500 mdpl, wilayah dataran di utara ketinggian 0-10 mdpl dan wilayah aliran sungai. Kawasan utara merupakan daerah dataran rendah, sedangkan kawasan selatan berbukit-bukit dengan sedikit pantai serta kawasan tinggi bergunung-gunung ada di bagian

tengah yaitu tertinggi di gunung Ciremai di kabupaten Kuningan dan Majalengka. Peta kontur wilayah Jawa Barat disajikan pada Gambar 5, sedangkan peta kelas lereng disajikan pada Gambar 6.

Gambar 5 Peta Kontur Wilayah Jawa Barat.

Berdasarkan kelas topografi dan kemiringan dapat diringkas sebagai berikut : datar (0-3%) seluas 20.2%, landai (3-8%) seluas 12.1%, berombak (8-15%) seluas 17.8%, berbukit (15-45%) seluas 41.9% dan curam (>45%) seluas 8.0% dari luas wilayah (Perum Perhutani Unit III Jawa Barat, 1991).

Iklim dan Jenis Tanah

Secara umum Jawa Barat termasuk daerah beriklim tropis yang lembab dengan suhu 9oC di puncak Gunung Pangrango dan 34oC di pantai utara. Kelembaban udara rata-rata 62%-87%.

Variasi curah hujan rata-rata 2 000 mm per tahun, namun di beberapa daerah pegunungan antar 3 000 - 5 000 mm per tahun. Sedangkan jumlah hari hujan bervariasi antara A, B, C, dan D dalam skala Schmidt dan Ferguson. Secara umum tipe A dan B (basah) tersebar di bagian hulu DAS sedangkan tipe C dan D (kering) di bagian hilir DAS. Musim hujan jatuh pada bulan Oktober s/d April, kemarau secara umum jatuh pada bulan Maret sampai Nopember. Peta curah hujan untuk wilayah Jawa Barat selengkapnya disajikan pada Gambar 7.

Gambar 7 Peta Curah Hujan Wilayah Jawa Barat.

Berdasarkan peta eksplorasi tanah skala 1 : 1 000 000 terbitan Lembaga Penelitian Tanah Bogor tahun 1960, Jenis-jenis tanah yang terdapat di wilayah

Jawa Barat terdiri atas Latosol (39%), Alluvial (21%), Podsolik Merah Kuning (14%), Regosol (8%), Mediteran Merah Kuning (7%), Grumosol (7%), dan Andosol (6%) dari luas wilayah (Perum Perhutani Unit III Jawa Barat, 1991). Peta jenis tanah untuk wilayah Jawa Barat dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Peta Jenis Tanah Wilayah Jawa Barat.

Kependudukan

Berdasarkan hasil Sensusnas tahun 1999 jumlah penduduk Jawa Barat setelah Banten terpisah berjumlah 34 555 622 jiwa. Pada tahun 2000 berdasarkan sensus penduduk meningkat menjadi 35 500 611 jiwa, dengan kepadatan penduduk rata-rata sebesar 1 022 jiwa per km2 serta laju pertumbuhan penduduk selama dasawarsa 1990-2000 mencapai 2.17%. Pada tahun 2003 jumlah penduduk telah bertambah menjadi 38 059 540 jiwa dengan kepadatan penduduk mencapai 1 064 jiwa per km2.

Dilihat dari aspek sumberdaya manusia, propinsi Jawa Barat memiliki jumlah penduduk terbesar di Indonesia dan mempunyai proporsi penduduk dengan tingkat pendidikan, jumlah lulusan strata 1, strata 2 dan strata 3 terbanyak dibandingkan dengan propinsi lain (Anonim 2005).

Kawasan Hutan

Hutan alam di wilayah Jawa Barat dapat digolongkan sebagai hutan hujan tropika, pada umumnya terdapat di daerah pegunungan bagian tengah sampai selatan, membujur dari barat ke timur. Jenis-jenis pohonnya mempunyai ciri yang khas, antara lain seperti : rasamala (Altingia excelsa), saninten (Castanopsis

spp), jamuju (Podocarpus imbricata), puspa (Schima walichii), manglid

(Manglietia glauca), bayur (Pterospermum javanicum), pasang (Quercus blumicana) dan nyamplung (Calophylum inophylum).

Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. Kawasan Hutan Propinsi Jawa Barat yang ditetapkan berdasarkan SK penunjukkan Menteri Kehutanan Nomor 419/Kpts-II/1999 tanggal 15 Juni 1999 adalah seluas ± 1.045.071 ha. Luas kawasan hutan ini mencakup 24,20% dari luas propinsi Jawa Barat. Kawasan hutan ini terdiri dari kawasan Hutan Konservasi, Hutan Lindung dan Hutan Produksi dengan perincian luas disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Luas Kawasan Hutan di Propinsi Jawa Barat

No. Fungsi Kawasan Luas (Ha) Persen Luas (%)**

1. Kawasan Hutan Konservasi (HAS + HPA) 252 604 24.17

2. Kawasan Hutan Lindung (HL) 240 402 23.00

3. Kawasan Hutan Produksi

- Hutan Produksi Terbatas (HPT) - Hutan Produksi Tetap (HP)

552 065 213 412 338 653 52.83 20.42 32.41 Luas Keseluruhan 1 045 071 100.00 Sumber : Baplan (2002).

** Persentase dari luas hutan keseluruhan (termasuk kawasan perairan)

Pengelolaan kawasan hutan di Propinsi Jawa Barat sebagian besar dikelola oleh Perum Perhutani. Luas kawasan hutan Perum Perhutani di Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Luas Kawasan Hutan Perum Perhutani di Jawa Barat

No. Fungsi Hutan Luas (Ha) Persen Luas (%)**

1. Hutan Produksi 546 139 52.26

- Hutan jati 197 467 18.90

- Hutan non jati 348 672 33.36

2. HL, TBP, LDTI 246 329 23.57

3. SA, HW, TN, CA 208 267 19.93

Total Luas Hutan 1 000 735 95.76

Sumber : Baplan (2002);

** Persentase dari luas hutan keseluruhan

Keterangan : HL : Hutan Lindung; TBP : Tak Baik untuk Penghasilan; LDTI : Lapangan Dengan Tujuan Istimewa; SA : Suaka Alam; HW : Hutan Wisata; TN : Taman Nasional; CA : Cagar Alam (termasuk yang dikelola oleh Dirjen PHKA seluas 208 267 ha)

Selain pembagian seperti di atas, pengelolaan hutan di Perum Perhutani dibagi-bagi berdasarkan kelas perusahaan yaitu jenis-jenis pohon yang ditanam untuk produksi kayu ataupun hasil hutan non-kayu disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Luas Kawasan Hutan Perum Perhutani Unit III Jawa Barat Menurut Kelas Perusahaan No. Kelas Perusahaan Hutan Produksi HL, TBP, LDTI SA, HW, TN, CA Jumlah 1. Jati 197 467 14 698.3 64 482.9 276 648.2 2. Pinus 29 689 153 303.7 91 994.7 474 987.4 3. Damar 23 537 21 147.6 32 454.4 77 139.0 4. Mahoni 50 911 12 792.0 19 335.0 83 038.0 5. Sonokeling - - - - 6. Sengon - - - - 7. A. mangium 18 744.2 0.0 0.0 18 744.2 8. Meranti 20 770.3 7 221.8 0.0 27 992.1 9. Kesambi - - - - 10. Kayu putih 5 020.4 79.8 0.0 5 100.2 11. Payau 0.0 37 085.8 0.0 37 085.8 Jumlah 546 138.9 246 329.0 208 267.0 1 000 734.9 Sumber : Baplan (2002)

Keterangan : Termasuk TN, SA dan CA seluas 208 267 ha dikelola oleh Dirjen PHKA Dephut.

Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan

Berdasarkan analisa dari peta hasil penafsiran citra satelit Landsat di kawasan hutan produksi, kawasan hutan lindung dan kawasan konservasi dengan mempertimbangkan DAS prioritas, diperoleh suatu indikasi lahan yang perlu

direhabilitasi karena lahan tersebut diindikasikan sebagai lahan kritis. Keadaan indikasi lahan yang perlu direhabilitasi di propinsi Jawa Barat disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Keadaan Hutan Yang Perlu Direhabilitasi di Jawa Barat

No. Kawasan Hutan Luas Total

(Ha)

Luas Areal yang Perlu Direhabilitasi

Persen** (%) 1. Hutan Lindung dan Hutan

Konservasi

429 779 123 214 28.7

2. Kawasan Hutan Produksi 597 113 172 191 28.8

Luas Keseluruhan 1 026 892 295 405 28.8 Sumber : Baplan (2002).

** Persentase dari luas total

Kegiatan reboisasi dan rehabilitasi lahan telah dilakukan oleh pemerintah terhadap lahan-lahan kritis yang diantaranya dilakukan di wilayah Perum Perhutani seperti tercantum pada Tabel 9.

Tabel 9 Realisasi Kegiatan Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan di Perum Perhutani di Jawa Barat

Luas Tanaman (ha) No. KPH 2000 2001 2003 1. Bogor 2 179.75 1 767.75 1 850.05 2. Sukabumi 1 549.60 3 674.11 3 028.13 3. Cianjur 1 770.38 1 806.53 2 578.47 4. Purwakarta 2 232.15 2 316.98 2 064.05 5. Bandung Utara 645.60 340.75 1 175.74 6. Bandung Selatan 2 009.35 2 027.08 2 030.48 7. Garut 1 230.68 1 014.48 1 155.13 8. Tasikmalaya 1 681.09 1 089.42 1 665.27 9. Ciamis 574.61 683.43 874.68 10. Sumedang 967.92 1 394.67 1 444.35 11. Majalengka 1 318.95 689.20 881.90 12. Indramayu 1 488.00 1 848.37 2 072.91 13. Kuningan 1 826.48 1 177.86 1 536.67 Total 20 104.56 19 830.40 22 357.83 Sumber : SURILI (2003).

Dokumen terkait