• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengolahan data dilakukan dengan tahapan yaitu :

3.6 Analisis Data

4.3.1 Teluk Prigi

4.3.1.1 Kondisi umum lokasi

Kabupaten Trenggalek terletak 1110 24 dan 1120 11 Bujur Timur antara 70 53 dan 80 24 Lintang Selatan, dengan batas wilayah sebagai berikut :

− Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tulungagung dan Ponorogo − Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tulungagung

− Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia, dan − Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo dan Pacitan

Luas wilayah Kabupaten Trenggalek 120.532.950 Ha terdiri dari 60 persen pegunungan dan 40 persen bagian dataran rendah. Wilayah darat seluas 126.140 Ha terdiri dari lahan pemajekan seluas 64.917,70 Ha (51,46 persen) dan lahan perhutani 61.222,30 Ha (48,54 persen ) yang terdiri dari hutan produksi 45.040,30 Ha dan hutan lindung 16.182 Ha.

Berdasarkan pembagian wilayah administrasinya Kabupaten Trenggalek terbagi menjadi 14 wilayah kecamatan yaitu kecamatan: Trenggalek, Durenan, Pogalan, Bendungan, Karangan, Tugu, Pule, Kampak, Gandusari, Watulimo, Panggul, Dongko, Munjungan, dan Suruh. Keempatbelas wilayah kecamatan tersebut terbagi lagi menjadi 5 kelurahan, 152 desa, dan 544 dusun.

Pada dataran rendah mengalir sungai-sungai dari batas Utara dan Selatan menuju ke bagian Timur dari Kabupaten Trenggalek terus ke arah Kabupaten Tulungagung. Sungai-sungai tersebut berfungsi sebagai pengairan, pertanian dan untuk mengairi kolam-kolam milik masyarakat Sungai yang mengairi wilayah kabupaten Trenggalek pada musim hujan sering menimbulkan bencana alam (banjir) pada daerah yang dilaluinya, sehingga pada musim kemarau debit air relatif kecil. Adapun sungai-sungai yang terdapat di Kabupaten Trenggalek adalah sebagai berikut :

bermu ara di kali Brantas.

2) Kali Ngemplak bermuara di Teluk Prigi Kecamatan Watulimo 3) Kali Tumpak Nongko bermuara di Teluk Munjungan

4) Kali Bugelan di Teluk Ngadipuro Kecamatan Munjungan

5) Kali Panggul, Kali Konang bermuara di Teluk Konang Kecamatan Panggul. Panjang pantai Selatan Kabupaten Trenggalek kurang lebih 96 km dimana sebagian besar pantainya berbentuk teluk yang terdiri dari Teluk Panggul, Teluk Munjungan dan yang paling besar adalah Teluk Prigi. Luas Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) Kabupaten Trenggalek adalah 35.424 km2 yang merupakan wilayah perairan laut yang bisa dieksploitasi walaupun belum optimal .

Topografi daerah Prigi berbukit dengan lereng terjal yang memungkinkan terjadinya erosi melalui sungai yang bermuara melalui pada kedua sisi teluk (Pancer). Penggundulan hutan penyangga dari aktivitas “Gopla” mempercepat aliran sedimentasi sebagian besar terumbu karang yang sudah mulai rusak karena pengambilan untuk kebutuhan rumah dan pariwisata.

Teluk Panggul tidak tertalu lebar, didalamnya terdapat karang-karang dengan dasar yang berlumpur campur pasir serta mempunyai kedalaman sekitar 8 sampai 40 meter. Sekitar pantai terdapat tanaman hutan dan sebagian kecil telah dihuni penduduk yaitu disekitar Teluk Konang.

Teluk Munjungan mempunyai banyak tebing yang curam dan berbatu karang, dengan dasar berupa pasir serta mempunyai kedalaman 10 sampai 15 meter. Sekitar pantai masih banyak terdapat hutan, sebagian kecil penduduk berdiam di Dukuh Ngadipuro.

Teluk Prigi merupakan teluk yang paling besar. Teluk ini mempunyai tiga pantai yaitu Pantai Damas di desa Karangandu, Pantai Ngresep di desa Tasikmadu dan Desa Prigi, Pantai Karanggongso termasuk pantai pasir putih terletak di Dusun Karanggongso Desa Tasikmadu. Pesisir Prigi merupakan kawasan datar sempit yang dikelilingi oleh bukit-bukit, sisi pesisirnya tertutup oleh vegetasi dengan baik. Namun kira-kira 60 persen kawasan bukit tersebut sudah gundul.

di Desa Tasikmadu. Di teluk ini juga terdapat fasilitas Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi, Perum. Prasarana Perikanan Samudera, Balai Benih Udang Galah dan hampir sepanjang pantai dihuni oleh penduduk. Gambaran umum tata letak perumahan, wilayah perikanan, jalan sungai dan lain-lain, serta informasi lain yang dapat menjelaskan konflik yang terjadi di lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Sketsa lokasi penelitian di Teluk Prigi

ekonomi yang menjadi mata pencaharian utama bagi masyarakat pesisir di wilayah tersebut. Daerah tangkapan ikan (fishing ground) perikanan tangkap nelayan meliputi kawasan Teluk Prigi dan disekitar perairan Teluk Prigi dan Blitar. Musim ikan di Kabupaten Trenggalek terjadi pada bulan April sampai dengan bulan Oktober dan puncaknya pada bulan Juni hingga bulan Agustus. Bulan November sampai dengan bulan Maret merupakan musim paceklik dengan adanya hujan dan angin kecang. Kegiatan penangkapan yang dilakukan oleh nelayan selama ini masih terkonsentrasi disekitar pantai. Teluk Prigi dibagi menjadi dua kawasan, yaitu kawasan wisata dan pelabuhan pendaratan ikan. Pesisir Prigi merupakan kawasan sempit yang dikelilingi oleh bukit-bukit, sisi pesisirnya tertutup oleh vegetasi dengan baik.Kegiatan perikanan tangkap di wilayah ini didukung oleh adanya Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) yaitu PPN Prigi dan Proyek Pembangunan Masyarakat Pantai dan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Co Fish Kabupaten Trenggalek.

Proyek Co Fish merupakan proyek yang bertujuan untuk mengembangkan manajemen sumberdaya perikanan dan mengentaskan kemiskinan masyarakat pesisir di lokasi proyek. Proyek ini diselenggarakan selama enam tahun oleh Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan dengan bantuan finansial dari Bank Pembangunan Asia

(Asian Development Bank-ADB). Proyek Co Fish ini memiliki empat komponen,

yaitu : manajemen sumberdaya perikanan pesisir, pembangunan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan, perbaikan lingkungan pusat-pusat pendaratan ikan berskala kecil dan penguatan kelembagaan. Dari ke empat komponen tersebut, penguatan kelembagaan mempunyai kontribusi yang sangat penting dalam perkembangan pengelolaan perikanan tangkap di Teluk Prigi dengan dibentuknya kelompok Pengelolaan Sumberdaya Berbasis Komunitas (PSBK). Kelompok PSBK telah dibentuk sejak awal proyek Co Fish. Pembentukan PSBK bertujuan untuk melibatkan peran aktif dari masyarakat dalam mengelola sumberdaya yang ada dan untuk memecahkan permasalahan yang berhubungan dengan penggunaan sumberdaya secara bersama. Kelompok PSBK yang telah dibentuk diberikan

permasalahan-permasalahan pengelolaan sumberdaya yang timbul. Dalam periode 1998/1999 hingga 2003 kelompok PSBK telah berperan sebagai penggerak utama terhadap perubahan yang terjadi di Prigi. Perubahan yang terjadi seperti kondisi demografi, kelembagaan, ekonomi, dan masalah sosial-budaya.

Mayoritas penduduk di sekitar Teluk Prigi bermatapencaharian sebagai nelayan. Jenis usaha yang dilakukan oleh penduduk setempat adalah usaha penangkapan ikan dan pengolahan ikan. Pekerjaan melaut ini dilakukan oleh para penduduk laki-laki. Sedangkan penduduk wanita membantu dalam usaha pengolahan dan pemasaran. Pengolahan ikan ini meliputi pengeringan, pemindangan dan pengasinan. Selain agar mutu ikan dapat terjaga dan bertahan lebih lama, pengolahan ikan ini juga bertujuan untuk meningkatkan nilai jual dari ikan tersebut.

Berdasarkan informasi yang diperoleh perkembangan perikanan tangkap di Teluk Prigi dapat dikelompokkan ke dalam empat periode,yaitu 1965 – 1980; 1980 – 1990; 1990 – 2000 dan 2000 sampai sekarang. Pada periode 1965 – 1980 perkembangan perikanan tangkap ditandai dengan diperkenalkannya alat tangkap dan jaring tarik (pukat pantai) payang oleh nelayan dari Pasuruan dan Banyuwangi. Pada waktu itu nelayan pancing menggunakan lampu dalam operasi penangkapan ikan. Pada periode ini juga diintroduksi bagan tancap oleh nelayan dari Bugis. Penggunaan bagan tancap berlangsung selama lima tahun sebelum akhirnya dihapuskan pada tahun 1975, dan diganti dengan alat tangkap purse seine. Dalam aspek kelembagaan pada periode ini juga telah dibentuk Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) yang ikut berperan dalam pengelolaan perikanan tangkap. Konflik yang terjadi pada periode ini adalah nelayan andon dari Bugis vs nelayan lokal, yang diselesaikan di tingkat desa dan kecamatan

Pada periode 1980 – 1990 perkembangan alat tangkap ditandai dengan diperkenalkannya trammel net, rawai dan gillnet. Konflik yang terjadi pada

Periode 1990 – 2000 perkembangan alat tangkap ditandai dengan diperkenalkannya rumpon sebagai alat bantu operasi penangkapan ikan. Perkembangan penggunaan alat tangkap ternyata juga berimplikasi pada semakin meningkatnya frekuensi konflik perikanan tangkap di lokasi penelitian. Pada periode ini terjadi konflik, konflik kompresor nelayan lokal vs nelayan andon dari Blitar, konflik daerah tangkap nelayan payang, purse seine vs nelayan jaring tarik dan konflik fishing ground nelayan pancing lokal vs nelayan andon. Tahun 1998, di lokasi ini dimulai pelaksanaan Proyek Pembangunan Masyarakat Pantai dan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan(Co-Fish). Proyek ini banyak berperan dalam penguatan kelembagaan perikanan tangkap.

Frekuensi terjadinya konflik perikanan tangkap pada periode 2000 – 2005 menunjukkan peningkatan yang semakin tinggi, tercatat sebanyak enam kasus konflik yaitu konflik fishing ground nelayan pancing lokal vs nelayan andon Pasuruan, konflik nelayan andon dari Pasuruan vs nelayan lokal, konflik nelayan

purse seine vs nelayan pancing rumpon, konflik nelayan purse seine vs nelayan

payang lampu (oncoran), konflik pengolah ikan vs pengelola wisata, konflik perusakan terumbu karang oleh masyarakat dan Konflik bagi hasil ABK vs juragan purse seine. Pada periode ini Proyek Pembangunan Masyarakat Pantai dan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan membentuk kelompok-kelompok nelayan yang merupakan bagian dari pengelolaan perikanan berbasis komunitas (PSBK). Perkembangan perikanan tangkap di Teluk Prigi periode 1965 – 2004 dapat dilihat pada Gambar 12.

alat tangkap sebanyak 407 unit. Alat tangkap mengalami peningkatan cukup tinggi terjadi pada tahun 2001 yaitu sebanyak 1385 unit. Alat tangkap yang dioperasikan tidak hanya dimiliki oleh nelayan lokal namun juga nelayan pendatang (andon). Dalam tahun 1998 – 2003 kepemilikan terbanyak adalah nelayan lokal. Komposisi alat tangkap yang dioperasikan di Teluk Prigi terdiri dari purse seine payang, jaring insang hanyut (gillnet), pancing, pukat pantai, bagan apung trammel net dan pancing biasa. Alat tangkap yang dominan di Teluk Prigi adalah pancing (362 unit), pancing biasa (195 unit) dan purse seine (118 unit). Perkembangan jumlah alat tangkap di Kabupaten Trenggalek dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Perkembangan jumlah alat tangkap di Kabupaten Trenggalek periode 1990 - 2004

Jumlah ikan yang didaratkan di Kabupaten Trenggalek pada periode 1990 – 2000 menunjukkan produksi yang tetap, yaitu berkisar antara 8,934,169.89 kg sampai 18,481,190.62 kg. Peningkatan produksi tertinggi pada 2003 dengan produksi sebesar 46,756,000 kg. Peningkatan produksi ini disebabkan oleh

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 20 1 2 3 4 Tahun Jum lah ( U ni t) Alat tangkap

penangkapan ikan di laut (1990-2003).

Gambar 14. Perkembangan produksi perikanan tangkap di Kabupaten Trenggalek periode 1990 - 2004

Dari sekitar 44 jenis ikan dan udang yang ditangkap dan didaratkan di Kabupaten Trenggalek, terdapat 15 jenis ikan yang menunjukkan jumlah produksi yang konsisten mulai 1990 sampai 2004, yaitu jenis cucut, cakalang, ekor merah, kuwe, julung-julung, kembung, layang, lemuru, peperek/salem, pari, sunglir, tuna, tenggiri, teri dan tongkol.

Dokumen terkait