• Tidak ada hasil yang ditemukan

3 METODOLOGI UMUM

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di tiga kabupaten, yaitu Trenggalek, Malang dan Tulungagung, Provinsi Jawa Timur. Provinsi ini dipilih karena memiliki potensi perikanan tangkap yang cukup besar, yaitu Samudera Hindia di Selatan Jawa Timur, wilayah pantainya meliputi Pantai Utara dan Selatan. Salah satu kabupaten di wilayah ini (Kabupaten Trenggalek), memiliki Proyek Pembangunan Masyarakat Pantai dan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan (Co Fish Project). Proyek ini didanai melalui Loan-ADB NOS. 1570/1571 (SF)-INO dan merupakan proyek yang bersifat co-management. Aktivitas proyek dirancang sedemikian rupa sehingga meliputi segenap aspek pembangunan masyarakat pantai, baik aspek ekologis maupun aspek sumberdaya manusia termasuk kedalamnya penanganan konflik. Dua kabupaten lainnya dipilih karena keduanya berada di Perairan Selatan Jawa Timur tetapi bukan merupakan lokasi proyek. Dengan menggunakan tiga kabupaten ini, maka diharapkan diperoleh informasi yang lebih lengkap mengenai tipologi konflik dan teknik resolusi konflik diberbagai wilayah. Penelitian secara spesifik diarahkan pada satu wilayah kecamatan di setiap kabupaten. Setiap kecamatan terpilih memiliki wilayah pesisir yang berlokasi di teluk. Selain itu komposisi alat tangkap yang dimiliki oleh nelayan di tiga wilayah ini relatif sama. Kabupaten Trenggalek diwakili oleh kecamatan Watulimo. Kecamatan ini meliputi wilayah Teluk Prigi. Teluk Segarawedi (Prigi) adalah wilayah pesisir pantai dari Kecamatan Watulimo. Komposisi nelayan terdiri dari nelayan lokal dan nelayan pendatang (andon). Nelayan pendatang berasal dari etnis Madura dan Bugis. Selain sebagai daerah nelayan, pantai Prigi juga merupakan daerah wisata.

Kabupaten Malang diwakili oleh kecamatan Sumbermanjing Wetan yang memiliki wilayah pantai terletak di Teluk Sendang Biru. Komposisi nelayan terdiri dari nelayan lokal dan nelayan pendatang (andon). Nelayan pendatang berasal dari etnis Madura dan Bugis. Wilayah ini memiliki sumberdaya perikanan tangkap yang cukup potensial. Selain sebagai daerah nelayan, pantai Sendang Biru juga merupakan daerah wisata.

nelayan lokal dan nelayan pendatang (andon). Nelayan pendatang berasal dari etnis Madura dan Bugis. Selain sebagai daerah nelayan, Pantai Popoh memiliki fasilitas rekreasi, sebagai akibatnya aktivitas nelayan di wilayah ini bercampur dengan kegiatan pariwisata. Dari sudut ini, kegiatan para nelayan seringkali dirasa mengganggu kegiatan pariwisata terutama pada saat musim ikan

3.2 Responden

Responden penelitian adalah stakeholders (pemangku kepentingan) utama yang berpengaruh atau mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung terhadap konflik dan resolusi konflik. Pada setiap lokasi, responden dipilih secara

purposive dengan mempertimbangkan partisipasi yang bersangkutan dalam

konflik dan resolusi konflik, yaitu penduduk yang telah matang dalam mengambil keputusan dan dapat memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan.

Penentuan responden untuk setiap lokasi penelitian dilakukan bersama- sama dengan aparat pembina perikanan tangkap di daerah. Penentuan jumlah responden dalam penelitian ini memang tidak mengikuti pola penentuan contoh pengambilan sampel penelitian sosial ekonomi yang dikembangkan Fauzi (2001). Akan tetapi, bukan berarti responden yang diambil tidak menggambarkan populasi yang terdapat di wilayah studi. Karena responden yang diambil dalam penelitian ini merupakan representasi dari segenap komponen pemangku kepentingan (kelompok) yang terlibat dalam proses resolusi konflik perikanan tangkap. Dalam hal ini, tidak semua anggota kelompok terlibat dalam proses resolusi konflik, melainkan hanya ketua kelompok saja.

Dalam penelitian ini, jumlah responden untuk setiap lokasi penelitian adalah Teluk Sendang Biru (21) yaitu kelompok payang, kelompok sekoci, kelompok pengambek, kelompok nelayan andon, kelompok pemindang, KUD Mina Jaya, LEPM3, aparat desa, Polri/Polairud, Pos TNI AL, Perhutani/wisata, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur dan BPPI Pondokdadap. Teluk Popoh (10) yaitu kelompok payang, kelompok nelayan andon, kelompok purse seine, kelompok gillnet, aparat

kelompok purse seine, kelompok pengolah, kelompok pancing, kelompok jaring tarik, bakul, HNSI, Polri?Polairud, Pos TNI AL, pengelola wisata, Co Fish, Camat, Kelompok Pengawase Masyarakat, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Trenggalek, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur dan Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi).

3.3 Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer (tipologi konflik) dilakukan dengan pendekatan PISCES (participatory institutional survei and conflict evaluation exercise) yang dikembangkan oleh Bennett (2003). PISCES terdiri dari empat bagian, yaitu: 1)

participatory geographic information exercise (PGIE), 2) time lines, 3)

institutional wheels dan 4) semi structured interview (SSI). Sedangkan data

sekunder diperoleh dari berbagai sumber (instansi) yang terkait dengan lokasi penelitian, yang digunakan untuk menilai kondisi sumberdaya perikanan di lokasi penelitian dalam sepuluh tahun terakhir. Data sekunder yang dikumpulkan antara lain:

1) Produksi dan nilai produksi perikanan tangkap per tahun per jenis ikan

2) Produksi dan nilai produksi perikanan laut hasil tangkapan per tahun per jenis alat tangkap.

3) Produksi ikan laut hasil tangkapan per tahun per jenis alat tangkap per trip 4) Jumlah nelayan per tahun per alat tangkap

5) Jumlah bakul per tahun

6) Biaya operasi penangkapan per trip per tahun per alat tangkap 7) Jumlah alat tangkap ikan per tahun

Berdasarkan hasil studi tipologi konflik kemudian disusun structure

instrument (angket) yang digunakan untuk survei. Jumlah angket disesuaikan

dengan banyaknya jenis konflik yang terdapat di lokasi penelitian. Angket tersebut berisikan pertanyaan-pertanyaan untuk menggali penyebab konflik, teknik resolusi yang digunakan dan outcome menurut persepsi responden. Data

3.4 Variabel Penelitian

Variabel penelitian terdiri dari

empat kelompok yaitu variabel penyebab konflik (KONF), variable jenis konflik, variabel teknik resolusi konflik (RESO) dan variabel outcome (OUTC). Untuk kepentingan analisis data variabel penelitian dipilih yang merupakan variabel umum (generik) yang berlaku di setiap lokasi penelitian. Focus Group Discussion dilakukan bersama stakeholders

konflik perikanan tangkap di lokasi penelitian dan berhasil diidentifikasi sebelas komponen variabel penyebab konflik, yaitu :

1) Banyak sedikitnya pihak yang terlibat dalam konflik (PART). 2) Keberadaan tokoh dalam konflik (LEAD).

3) Keberadaan pihak yang bertolak belakang (OPOS). 4) Isu yang berkembang dalam masyarakat (ISSU). 5) Jumlah nelayan (POPU).

6) Latar belakang budaya dan adat istiadat (CULT). 7) Adanya keinginan tertentu dalam masyarakat (INTE). 8) Kompetisi dalam pemanfaatan sumberdaya (COMP). 9) Persepsi masyarakat terhadap stok sumberdaya (STOK). 10) Kondisi perekonomian masyarakat (EKON).

11) Keberadaan peraturan dan penegakan hukum (LAWS).

Variabel jenis konflik (terdiri dari sembilan jenis konflik yang berhasil diidentifikasi di lokasi penelitian, yaitu :

1) Konflik retribusi (RETR) 2) Konflik tambat labuh (TAMB) 3) Konflik daerah tangkap (DAET)

4) Konflik perbedaan alat tangkap (ALTA) 5) Konflik penggunaan potas/obat-obatan (POTA) 6) Konflik bagi hasil (BAGH)

7) Konflik nelayan lokal vs andon (LOKA) 8) Konflik pengolahan limbah (PENL), dan

Variabel teknik resolusi konflik (RESO) yang digunakan di lokasi penelitian, yaitu:

1) Fasilitasi (RESO 1 dan RESO 2) 2) Negosiasi (RESO 3 dan RESO 4) 3) Mediasi (RESO 5 dan RESO 6)

4) Avoidance (RESO 7 dan RESO 8).

Variabel outcome (OUTC) yang digunakan adalah: 1) Pemahaman pengelolaan PT yang berkelanjutan (SUST) 2) Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan PT (PARS) 3) Pengelolaan sumberdaya PT yang berkeadilan (EQUI).

Dokumen terkait