• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian 4. Kondisi Sosioekonomi dan Aktivitas Masyarakat di Kawasan Hutan Produksi Terbatas Kayuagung, Kabupaten Ogan

B. Dampak Kebakaran Lahan dan Aktivitas Masyarakat terhadap Keanekaragaman hayati di Hutan Produksi Terbatas Kayuagung,

B.1. Kondisi Vegetasi Lahan Gambut

Prayitno dan Bakri (2005) melaporkan bahwa tumbuhan penutup tanah pada lintasan survai jalur pengamatan titik 1 hingga 42 adalah dari Desa Tanjung Serang menuju Talang Serdang Tujuh yang dominan adalah perpat (Sonneratia sp) dan pakis (Stenochama polushis), namun kondisi vegetasi hanya tumbuhan sekunder yang mempunyai diameter batang kurang dari 20 cm. Berkurangnya jumlah kerapatan pohon di sekitar jalur pengamatan disebabkan oleh aktivitas masyarakat sekitar dengan menebang pohon untuk memenuhi keutuhan hidupnya. Dampak langsung atau tidak langsung adalah sering terjadinya kebakaran pepohonan dan gambut di musim kemarau.

Berdasarkan data pengamatan lapangan vegetasi dominan adalah gelam (Melaleuca sp), perpat (Sonneratia sp) dan pakis (Stenochama polushis). Pada lahan dengan kedalaman gambut dangkal akan memungkinkan tumbuhan gelam mendoninasi lahan, namun pada lahan dengan kedalaman gambut dalam, maka tanaman perpat akan mendominasi lahan.

Vegetasi gelam (Gambar 7) merupakan indikator lahan dengan gambut dangkal atau pada umumnya dapat dijumpai di pinggir dataran Alluvial. Tanaman pakis dan belidang (Gambar 7) dapat tumbuh dengan baik apabila kondisi lahan telah terbuka atau tidak mempunyai kanopi rapat. Kedua tanaman tersebut mampu tumbuh baik pada lahan dengan gambut dalam atau Tanah Alluvial.

Kondisi vegetasi lain adalah dominan gelam (Melaleuca sp), dan alang- alang (Imperata cylindra) dimana lokasi adalah tanah mineral. Topografi lokasi ini lebih tinggi dibandingkan daerah lainnya. Pada lahan gambut dalam didominasi oleh perpat (Sonneratia sp) (Gambar 8.) dan pakis (Stenochama polushis), juga ditemukan sepongol dan gelam.

Gambar 7. Vegetasi Gelam dan Vegetasi Rumput Belidang

Gambar 8. Vegetasi Perpat (Sonneratia sp)

Lintasan survai jalur pengamatan titik 43 hingga 100 adalah dari Desa Pedamaran I menuju Desa Jungkal mempunyai kondisi lahan gambut dengan vegetasi dominan perpat (Sonneratia sp), pakis (Stenochama polushis), dan beriang.

Hingga tahun 1970-an hutan primer yang merupakan vegetasi klimaks terdiri dari hutan rawa air tawar dan hutan gambut, masih dinyatakan keberadaannya seperti dilaporkan oleh Soil Research Institute (1973) dalam Rifani (1988). Kondisi vegetasi saat ini menunjukkan kecenderungan perubahan dari hutan sekunder menjadi hutan tersier atau bahkan menjadi tanaman pioner.

Berdasarkan data pengamatan lapangan vegetasi di titik 43-45 dominan adalah belidang, hal ini mengindikasikan gambut didaerah ini relatif lebih dangkal, ini dibuktikan dengan kedalaman gambut pada titik ini 2 m. Perpat (Sonneratia sp) dan pakis (Stenochama polushis), gelam (Melaleuca sp), beriang dan purun mendominasi titik pengamatan 47 sampai 98, kecenderung kondisi daerah lebih rendah dan gambutnya lebih dalam (Prayitno dan Bakri, 2005).

Hasil analisis vegetasi jalan raya Sepucuk, Kecamatan Pedamaran Timur yang dilakukan pada areal yang didominasi oleh belukar seperti terlihat pada Tabel 11, di atas, ternyata indeks keanekaragaman vegetasi adalah sebesar 2,04. nilai indeks keanekaragaman ini, menunjukkan kondisi komunitas sedang dalam proses suksesi yang demikian kuat untuk menjaga keseimbangan, yaitu menuju nilai indeks keanekaragaman 3,0–4,0. Nilai indeks keanekaragaman sebesar 2,00 adalah menunjukkan batas keseimbangan, jadi kondisi ini sangat rentan terhadap terjadinya kerusakan, antara lain kebakaran areal gambut.

Vegetasi yang dominan pada hasil analisis vegetasi ini, dapat dilihat pada indeks nilai pentingnya. Dalam hal ini ditunjukkan oleh jenis purun besar (Lepironia mucronata), dengan nilai indeks nilai penting sebesar 79,75%, disusul oleh pakis gambut (Blechnum orientale) dengan nilai indeks nilai pentingnya sebesar 56,80 dan kemudian diikuti oleh jenis pandan gambut (Pandanus ornatus) dengan indeks nilai pentingnya sebesar 44,83%. Berdasarkan harga Indeks Nilai Pentingnya (INP) setiap jenis tersebut, menunjukkan ada tiga spesies yang mendominasi vegetasi belukar di wilayah studi, berturut-turut yaitu: jenis purun besar, pakis gambut dan pandan gambut.

Hasil analisis vegetasi, Jalan Raya Sepucuk Kecamatan Kayuagung, yang dilakukan pada areal hutan perepat yang didominasi oleh strata atas berupa kayu perepat dan strata bawah oleh rumput purun besar, dapat dilihat hasilnya seperti pada Tabel 12. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dapat dilihat harga Indeks Nilai Penting (INP) dari setiap spesies yang dijumpai. Berdasarkan harga INP tiap spesies atau jenis, ternyata INP paling tinggi dijumpai pada jenis purun besar (Lepironia mucronata), yaitu sebesar 152,5 % artinya jenis ini mendominasi dari seluruh habitat di hutan perepat wilayah studi. Meskipun jenis ini merupakan

bergambut yang luar biasa. Harga INP terbesar ke dua terdapat pada jenis kayu perepat (Combretocarpus motleyi), yaitu dengan harga INP sebesar 46,12. Dan harga INP terbesar ketiga terdapat pada pakis gambut (Blechnum orientale) dengan INP sebesar 20,67. Hasil analisis dengan harga INP terbesar dapat dinyatakan ada tiga spesies yang mendominasi vegetasi di wilayah studi ini, yaitu: purun besar (Lepironia mucronata), kayu perepat (Combretocarpus motleyi) dan pakis gambut (Blechnum orientale).

Kondisi adanya nilai INP yang tertinggi, dalam hal ini ada tiga spesies seperti disebutkan di atas, menunjukkan bahwa ada spesies yang mendominasi kehidupan vegetasi pada ekosistem hutan rawa gambut di wilayah studi. Dengan adanya spesies yang mendominasi suatu komunitas dalam ekosistem, menunjukkan telah adanya kerusakan yang demikian besar terjadi dalam habitat wilayah studi, kemungkinan penebangan kayu secara illegal pada waktu lampau dan pernah terjadi kebakaran hutan di wilayah studi. Pernyataan ini diperkuat oleh harga Indeks Keanekaragaman komunitas vegetasi di wilayah studi (Tabel 13) sebesar 1,75, menunjukkan kondisi komunitas tidak mantap yang diindikasi dengan nilai Indeks Keanekaragaman <2,00. Jenis-jenis lainnya yang tidak dominan dapat dilihat pada Tabel 12, merupakan jenis-jenis yang ikut dalam proses suksesesi untuk menuju kepada proses keseimbangan alam. Proses keseimbangan alam sangat didukung oleh pengawasan untuk tidak mengganggu kehidupan vegetasi di wilayah studi.

Tabel 12. Hasil Analisis Vegetasi Belukar di Rawa Gambut, Lokasi Jalan Sepucuk, Kecamatan Pedamaran Timur

No. Nama Jenis Hasil Analisis

K KR F FR D DR INP HH

1 Blechnum orientale (pakis gambut) 565.000 38.948 1,00 17,54 4435 0,313 56,80 0,315

2 Lepironia mucronata (purun besar) 700.000 48.254 1,00 17,54 197.820 13.958 79,75 0,352

3 Melaluca leucadendra (gelam rawa) 5.000 0,345 0,20 3,51 361.728 25.522 29,38 0,228

4 Pandanus ornatus (pandan gambut) 135.000 9,306 0,32 5,61 423.900 29.909 44,83 0,283

5 Uncaria longiflora (kekait) 7.500 0,517 0,42 7,37 376.800 26.586 34,47 0,249

6 Fimbristylis annua (belidang) 3.500 2,413 0,64 11,23 275 0,019 13,66 0,141

7 Aporosa microcalyx (pelangas) 2.500 0,172 0,24 4,21 20 0,001 4,38 0,062

8 Melastoma malabathricum (seduduk) 75 0,005 0,18 3,16 2.885 0,203 3,37 0,050

9 Hevea brasiliensis (karet) 100 0,007 0,80 14,04 3.847 0,272 14,32 0,145

10 Paspalum conjugatum (kumpai) 300 0,021 0,34 5,96 5.887 0,415 6,40 0,082

11 Combretocarpus motleyi (perepat gambut)

175 0,012 0,56 9,83 3.9701 2,801 12,64 0,133

Tabel 13. Hasil Analisis Vegetasi pada Hutan Perepat di Rawa Gambut, Lokasi Jalan Sepucuk , Kecamatan Kayuagung

No. Nama Jenis Hasil Analisis

K KR F FR D DR INP HH

1. Combretocarpus motleyi (kayu perepat) 5.025 0,776 1,00 13,263 142.007 32,08 46,12 0,254 2. Melaleuca leucadendra (gelam rawa) 550 0,085 0,86 11,406 3.886 0,88 12,34 0,131 3. Eugenia variifolia (kayu samak) 200 0,031 0,42 5,570 1.413 0,32 5,92 0,077 4. Eugenia spicata (gelam tikus) 125 0,019 0,30 3,979 1.570 0,35 4,35 0,61 5. Vitex gamosepala (leban pacat) 100 0,015 0,12 1,592 1.256 0,28 1,89 0,032 6. Blechnum orientale (pakis gambut) 56.000 8,645 0,72 9,549 10.990 2,48 20,67 0,184 7. Lepironia mucronata (purun besar) 520.000 80,278 1,00 13,263 261.248 59,01 152,55 0,344 8. Axonopus compressus (rumput pait) 36.000 5,558 0,64 8,488 4.522 1,02 15,07 0,150 9. Fimbristylis annua (belidang) 24.000 3,705 0,56 7,427 6.782 1,53 12,66 0,134 10. Aporosa microcalyx (pelangas) 1.600 0,247 0,38 5,040 5.024 1,13 6,42 0,082 11. Melastoma malabathricum (seduduk) 350 0,054 0,44 5,836 275 0,06 5,95 0,078 12. Uncaria longiflora (kekait) 1.200 0,185 0,50 6,631 942 0,21 7,03 0,088 13. Paspalum conjugatum (kumpai) 200 0,031 0,20 2,653 25 0,01 2,69 0,042 14. Pandanus ornatus (pandan gambut) 600 0,093 0,16 2,122 1.884 0,43 2,65 0,042 15. Asplenium longissimum (pakis panjang) 1.800 0,278 0,24 3,183 904 0,20 3,66 0,054

Jumlah 647.750 100,0 7,54 100,0 442.728 100,0 300,0 1,75

Dokumen terkait