• Tidak ada hasil yang ditemukan

Letak dan Luas Wilayah

Kabupaten Batang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang berada pada jalur lintas transportasi Utara Pulau Jawa yaitu antara Surabaya-Semarang-Jakarta, atau 84 km sebelah barat Kota Semarang. Secara geografis Kabupaten Batang terletak pada posisi 109º40'19" dan 110º03'06" Bujur Timur dan 6º51'46" dan 7º11'47" Lintang Selatan dengan luas wilayah 85.600 ha. Secara administratif Kabupaten Batang berbatasan di sebelah Utara dengan Laut Jawa, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kendal, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara, dan bagian Barat berbatasan dengan Kota Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan (Bappeda, 2009). Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 27 Tahun 2000 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Batang, wilayah administrasi Kabupaten Batang terbagi atas 12 kecamatan yaitu Kecamatan Wonotunggal, Kecamatan Bandar, Kecamatan Blado, Kecamatan Reban, Kecamatan Bawang, Kecamatan Tersono, Kecamatan Gringsing, Kecamatan Limpung, Kecamatan Subah, Kecamatan Tulis, Kecamatan Batang dan Kecamatan Warungasem. Namun dengan ditetapkannya Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Pembentukan Kecamatan Kabupaten Batang, jumlah kecamatan di Kabupaten Batang yang semula 12 kecamatan berubah menjadi 15 kecamatan yang terdiri dari 239 Desa dan 9 Kelurahan. Terdapat penambahan 3 kecamatan baru yaitu Kecamatan Pecalungan, Banyuputih dan Kandeman. Pemekaran wilayah ini dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Batang sebagai upaya untuk menghadapi tantangan dan permasalahan dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat khususnya pada tingkat kecamatan, desa, dan kelurahan. Wilayah administrasi Kabupaten Batang disajikan pada Gambar 6.

28

Gambar 6. Peta administrasi Kabupaten Batang

Kondisi Fisik Wilayah 1. Topografi dan Bentuk Lahan

Berdasarkan letak ketinggian dari permukaan laut, Kabupaten Batang mempunyai beberapa keadaan topografi mulai dari kawasan pantai, dataran rendah, menengah sampai wilayah pegunungan dengan ketinggian tempat antara 0 – 2.565 mdpl. Terdapat lima gunung yang dikenal memiliki ketinggian di atas 2.000 mdpl, antara lain Gunung Gajah Mungkur (2.101 meter), Gunung Butak (2.222 meter), Gunung Alang (2.239 meter), Gunung Sipandu (2.241 meter) dan Gunung Prau (2.565 meter) (Bappeda, 2009).

Berdasarkan analisis citra Aster DEM, sebagian topografi wilayah Kabupaten Batang seluas 38.914 ha merupakan dataran rendah (0-250 mdpl) yang tersebar pada 12 kecamatan, sedangkan wilayah lainnya memiliki kondisi topografi yang beragam, mulai dari perbukitan sampai pegunungan. Kondisi wilayah yang merupakan kombinasi antara daerah pantai, dataran rendah dan pengunungan tersebut merupakan potensi yang amat besar untuk dikembangkan menuju pembangunan daerah bercirikan agroindustri, agrowisata dan agrobisnis. Wilayah Kabupaten Batang sebelah Selatan yang bercorak pegunungan misalnya sangat potensial untuk dikembangkan menjadi wilayah pembangunan dengan basis agroindustri dan agrowisata. Basis agroindustri ini mengacu pada berbagai macam hasil tanaman pertanian dan perkebunan seperti: teh, kopi, coklat dan sayuran. Selain itu juga memiliki potensi wisata alam yang prospektif di masa datang. Sebaran luas berdasarkan ketinggian tapak di Kabupaten Batang disajikan pada Tabel 8 dan Gambar 7.

Tabel 8. Sebaran luas berdasarkan ketinggian tapak di Kabupaten Batang Ketinggian

Tapak (mdpl) Kecamatan

Sebaran Luas (ha)

Jumlah Prosen- tase 0-250 250- 500 500- 700 700- 1000 1000- 1500 1500- 2000 >2000 Bandar 1.019 4.422 1.193 753 502 44 - 7.933 9,3 Banyuputih 3.598 632 - - - 4.230 4,9 Batang 3.863 - - - 3.863 4,5 Bawang - 481 3.690 2.212 998 335 7.716 9,0 Blado - 506 2.059 1.864 2.805 2.012 386 9.633 11,3 Gringsing 7.723 217 - - - 7.940 9,3 Kandeman 4.061 - - - 4.061 4,7 Limpung 847 2.196 229 - - - - 3.272 3,8 Pecalungan 180 3.111 51 - - - - 3.342 3,9 Reban - 744 2.229 1.041 1.451 1.321 160 6.946 8,1 Subah 7.282 1.861 - - - 9.143 10,7 Tersono 698 2.654 1.510 265 - - - 5.127 6,0 Tulis 4.293 111 4.404 5,1 Warungasem 2.447 - - - 2.447 2,9 Wonotunggal 2.903 918 617 764 342 - - 5.545 6,5 Jumlah 38.914 17.372 8.370 8.377 7.311 4.375 881 85.600 100,0

(Sumber : Analisis citra Aster DEM)

Gambar 7. Sebaran elevasi di Kabupaten Batang

Data bentuk lahan di Kabupaten Batang merupakan hasil kajian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah tentang Perwilayahan Komoditas Pertanian Berdasarkan Agroekologi Zone di Kabupaten Batang tahun 2005. Berdasarkan kajian tersebut, potensi wilayah di Kabupaten Batang didominasi oleh bentuk-bentuk lahan berupa aliran lahar (30,6%), aliran lava

30

(17,0%) dan dataran volkan (14,0%) dengan bahan induk andesit, basalt dan breksi andesit. Masing-masing bentuk lahan tersebut tersebar pada kisaran lereng berombak sampai berbukit (3-25%), bergelombang sampai bergunung (8-45%) dan berombak sampai bergelombang (3-15%). Kondisi tersebut cukup potensial bagi pengembangan pertanian lahan kering dan perkebunan dengan tetap memperhatikan faktor pembatas lahan, berupa kemasaman tanah maupun relief bergunung dengan kemiringan tajam >25%. Oleh karena itu sistem pengelolaan lahan berbasis konservasi merupakan prioritas utama dalam penanganannya. Di Kabupaten Batang, daerah dengan bentuk lahan aliran lahar dan aliran lava tersebar di Kecamatan Wonotunggal, Reban, Bandar, Blado, Bawang, Tersono, Limpung dan Subah (Gambar 8).

Bentuk lahan lain adalah dataran aluvial dengan luas sekitar 12,0% dari total luas wilayah yang tersebar pada areal dengan kemiringan 0–3%. Dataran aluvial ini merupakan daerah potensi untuk pengembangan pertanian lahan basah dengan faktor pembatas berupa drainase tanah dan tekstur tanah. Perbaikan sistem pengairan dan pengolahan lahan yang tepat menjadi prioritas dalam penanganan lahan pada dataran aluvial, terutama apabila lahan tersebut akan dimanfaatkan untuk pengembangan tanaman pangan non padi seperti bawang merah, cabai, tomat, jagung dan sejenisnya.

Potensi dari bentuk lahan yang lain adalah bentuk lahan minor seperti pesisir, dataran banjir sungai braiding dan sungai meander. Bentuk lahan pesisir tersebar pada kecamatan-kecamatan pesisir seperti Batang, Kandeman, Tulis Subah, Banyuputih dan Gringsing sejauh kurang lebih 0,75 km dari garis pantai. Sementara bentuk lahan dataran banjir sungai braiding dan sungai meander tersebar pada bantaran sungai-sungai besar terutama di Kecamatan Bandar, Warungasem, Reban, Limpung, Tersono dan Gringsing. Kondisi lahan yang umumnya datar sampai agak datar menyebabkan drainase tanah pada lahan ini cenderung terhambat sampai agak terhambat (BPTP, 2005).

2. Tanah

Berdasarkan kajian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah tahun 2005, jenis tanah di Kabupaten Batang didominasi oleh kelompok (ordo) Andisol, Inceptisol dan sedikit Oksisol. Hal ini disebabkan sebagian besar lahan didominasi oleh formasi volkan. Untuk daerah pesisir, kelompok tanah yang mendominasi adalah jenis Entisol. Berdasarkan tingkat penyebaran jenis-jenis tanah tersebut, kondisi jenis tanah di Kabupaten Batang dapat dikategorikan relatif homogen, mulai dari jalur Selatan sampai Utara di perbatasan jalur pantai (Gambar 9).

Tanah-tanah Andisol di Kabupaten Batang umumnya tersebar di daerah- daerah dengan kemiringan lahan bergelombang (>15%) sampai bergunung (>45%) dengan kondisi curah hujan yang cukup tinggi. Kelompok tanah-tanah Andisol banyak tersebar di beberapa desa pada empat kecamatan antara lain Kecamatan Bandar, Reban, Blado dan Bawang. Karakteristik dari kelompok tanah Andisol adalah selain memiliki kandungan kekayaan sifat kimia dalam tanah yang masih relatif tinggi, juga memiliki tekstur dan struktur tanah yang relatif mudah hancur serta mudah terangkut oleh air hujan sehingga potensi erosi di kawasan ini harus mendapat prioritas dalam rangka pelestarian sumberdaya lahan.

Kelompok tanah kedua yang banyak ditemukan di daerah-daerah formasi volkan ini adalah ordo Inceptisol. Kelompok tanah Inceptisol ini tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Batang. Pada beberapa wilayah kecamatan seperti Kecamatan Wonotunggal (bagian Utara), Bandar, Blado (bagian Utara), Reban (bagian Utara), Subah (bagian Timur dan Selatan), Bawang (bagian Utara), Tersono, Limpung dan sebagian Gringsing, Kelompok tanah Inceptisol ini masih menampakkan adanya sifat Andic yang cukup tinggi (BPTP, 2005).

32

Kondisi Demografi

Kondisi demografi Kabupaten Batang diuraikan berdasarkan data BPS tahun 2013. Jumlah penduduk Kabupaten Batang berdasarkan hasil registrasi akhir tahun 2012 tercatat sejumlah 715.155 jiwa yang terdiri dari 357.201 jiwa penduduk laki-laki dan 357.914 jiwa penduduk perempuan. Pada tahun 2012 laju pertambahan penduduk alamiah sebesar 2,23% per tahun. Jumlah penduduk di Kabupaten Batang berdasarkan kecamatan disajikan pada tabel 9.

Tabel 9. Jumlah dan kepadatan penduduk di Kabupaten Batang tahun 2012 No Kecamatan Jumlah Penduduk (jiwa) Luas Wilayah (km2) Penduduk (jiwa/kmKepadatan 2)

1. Wonotunggal 33.380 52,4 637,6 2. Bandar 62.867 73,3 857,3 3. Blado 41.626 78,4 531,0 4. Reban 37.288 46,3 804,8 5. Bawang 51.522 73,9 697,7 6. Tersono 36.862 49,3 747,3 7. Gringsing 55.928 72,8 768,6 8. Limpung 41.186 33,4 1.232,5 9. Banyuputih 33.640 44,4 757,2 10. Subah 47.856 83,5 573,0 11. Pecalungan 30.226 36,2 835,2 12. Tulis 35.243 45,1 781,7 13. Kandeman 46.687 41,8 1.118,1 14. Batang 112.655 34,4 3.280,1 15. Warungasem 48.149 23,6 2.044,2 Jumlah 715.115 788,6 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Batang (2013)

Kepadatan penduduk di Kabupaten Batang tahun 2012 sebesar 907 jiwa/km2.

Persebaran penduduk di Kabupaten Batang tidak merata dan cenderung berorientasi pada pusat-pusat pemerintahan dan perekonomian seperti kawasan pertanian, perdagangan dan jasa. Kecamatan Batang yang merupakan pusat pemerintahan di Kabupaten Batang memiliki kepadatan penduduk paling tinggi (3.280,1 jiwa/km2), sedangkan kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk

paling rendah adalah Kecamatan Blado (531,0 jiwa/km2).

Jumlah rumah tangga di Kabupaten Batang sebanyak 167.474 KK dengan rata-rata anggota rumah tangga sebanyak 4,3 orang. Berdasarkan latar belakang pekerjaan penduduknya, sektor pertanian masih menjadi gantungan hidup tenaga kerja di Kabupaten Batang (Gambar 10). Terbukti sebanyak 37,6% penduduknya bekerja pada sektor pertanian (pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan, peternakan dan pertanian lainnya). Sektor lain yang banyak diminati selain sektor pertanian adalah sektor perdagangan sebesar 17,9% dan sektor industri sebesar 17,0% (BPS, 2013).

Gambar 10. Persentase jumlah penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha

Perekonomian Kabupaten Batang

Indikator pembangunan di Kabupaten Batang dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi dan persentase kontribusi masing-masing sektor pembentuk Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Berdasarkan BPS (2013), secara umum pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Batang tahun 2012 menunjukkan pertumbuhan yang positif di semua sektor sebesar 5,0% dari nilai PDRB tahun 2011. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor jasa-jasa sebesar 7,8%, disusul sektor angkutan 7,7% serta perdagangan, hotel, dan rumah makan 7,4%. Sementara pertumbuhan terendah terjadi pada sektor pertanian yang hanya 1,6%.

Jika dilihat dari kontribusi masing-masing sektor terhadap total PDRB Kabupaten Batang atas dasar harga berlaku tahun 2012, sektor pertanian memberikan sumbangan terbesar terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Batang yaitu sebesar 27,5%, disusul sektor industri pengolahan sebesar 26,0% (Tabel 10). Kontribusi terbesar ketiga diberikan oleh sektor perdagangan sebesar 16,2%. Sektor pertambangan dan penggalian memberikan sumbangan terkecil yaitu hanya 1,1% . Tabel 10. Kontribusi masing-masing sektor pada PDRB Kabupaten Batang atas

dasar harga berlaku tahun 2010 – 2012 (dalam %)

Sektor 2010 2011 2012

1. Pertanian 29,4 28,4 27,5 a. Tanaman Bahan Makanan 18,1 17,1 16,4 b. Tanaman Perkebunan 4,6 4,7 4,5 c. Peternakan & hasilnya 3,9 3,9 3,9

d. Kehutanan 0,7 0,7 0,7

e. Perikanan 2,0 2,0 2,0

2. Pertambangan dan Penggalian 1,2 1,1 1,1 3. Industri Pengolahan 25,1 25,6 26,0 4. Listrik, Gas dan Air Minum 1,4 1,3 1,3

5. Bangunan 6,0 5,8 5,7

6. Perdagangan,Restoran dan Hotel 15,9 15,9 16,2 7. Pengangkutan dan Komunikasi 3,8 3,8 3,8 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 3,9 3,9 3,9 9. Jasa-Jasa 13,5 14,3 14,5 Sumber : BPS Kabupaten Batang (2013)

34

Penggunaan Lahan Eksisting

Berdasarkan hasil modifikasi peta pemanfaatan ruang eksisting RTRW Kabupaten Batang Tahun 2011 yang dipadukan dengan peta lahan baku sawah berkelanjutan tahun 2013, penggunaan lahan eksisting di Kabupaten Batang terbagi menjadi 15 tipe penggunaan, antara lain : air tawar, belukar/semak, empang, gedung, hutan, pasir pantai, kebun/perkebunan, kebun melati, pemukiman, tambak garam, rumput, sawah irigasi, sawah tadah hujan, tanah berbatu dan tegalan. Sawah irigasi merupakan penggunaan lahan yang paling dominan dengan luas mencapai 24.589 ha (28,7%) tersebar di bagian tengah wilayah kabupaten. Selanjutnya yang kedua adalah kebun/perkebunan yang tersebar merata di semua kecamatan dengan luas 18.524 ha (21,6%). Tipe penggunaan lahan ketiga yang cukup dominan adalah hutan, baik hutan produksi, produksi terbatas, lindung, maupun cagar alam dengan total luas mencapai 17.967 ha (21%) yang tersebar di sebelah Selatan dan Utara wilayah kabupaten. Tabel 11 dan Gambar 11 memberikan gambaran mengenai luas penggunaan lahan dan penyebarannya di Kabupaten Batang.

Tabel 11. Luas penggunaan lahan eksisting Kabupaten Batang tahun 2013

No. Jenis Penggunaan Lahan Luas

ha % 1. Air tawar 538 0,6 2. Belukar/semak 1.815 2,1 3. Empang 384 0,4 4. Gedung 7 0,01 5. Hutan 17.967 21,0 6. Kawasan pantai 57 0,1 7. Kebun/perkebunan 18.524 21,6 8. Kebun melati 544 0,6 9. Pemukiman 12.223 14,3 10. Tambak garam 8 0,01 11. Rumput 230 0,3 12. Sawah irigasi 24.589 28,7

13. Sawah tadah hujan 2.073 2,4

14. Tanah berbatu 28 0,03

15. Tegalan 6.613 7,7

Jumlah 85.600 100,0

Sumber : Pemanfaatan ruang eksisting RTRW Kabupaten Batang (2011) dengan modifikasi

Gambar 11. Penggunaan lahan eksisting di Kabupaten Batang

Potensi Pertanian di Kabupaten Batang

Kabupaten Batang merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki corak agraris dengan kegiatan sektor pertanian yang lebih dominan dibanding sektor lainnya. Berbagai komoditas pertanian yang diusahakan antara lain tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan. Berdasarkan BPS (2013), total kontribusi sektor pertanian terhadap nilai PDRB tahun 2012 sebesar 27,5% pada tahun 2012, subsektor tanaman pangan mampu memberikan kontribusi paling besar, yaitu 59,7%. Disusul subsektor tanaman perkebunan (16,2%), peternakan (14,2%), perikanan (7,4%), dan yang paling rendah adalah subsektor kehutanan (2,4%).

Kontribusi subsektor tanaman pangan yang cukup besar dalam nilai PDRB dari sektor pertanian menunjukkan bahwa subsektor tanaman pangan merupakan subsektor yang paling strategis di Kabupaten Batang. Komoditas utama dari subsektor tanaman pangan adalah padi yang mencapai 66,13% dari seluruh nilai produksi. Selanjutnya komoditas buah-buahan dengan nilai produksi 9,4%, sayur- sayuran 9,4%, jagung 10,9%, umbi-umbian 3,6% serta kacang-kacangan 3,6%.

Produktivitas padi di Kabupaten Batang sebesar 40,24 kw/ha dengan total nilai produksi pada tahun 2012 sebesar 1.552.854 kwintal pada areal panen seluas 38.590 ha yang sebagian besar adalah produksi padi sawah. Untuk luas panen dan produksi jagung masing-masing sebesar 6.781 ha dan 429.730 kw, luas panen ketela pohon adalah 1.151 ha, sedangkan luas panen ketela rambat 463 ha dengan produksi sebesar 72.986 kw (BPS, 2013).

36

Produksi beberapa jenis komoditas sayuran untuk beberapa tahun terakhir mengalami fluktuasi. Demikian juga dengan luas areal tanam sayuran. Pada tahun 2011 luas areal tanam komoditas hortikultura sayuran di Kabupaten Batang seluas 2.811 ha, sedangkan pada tahun 2013 mengalami penurunan luas menjadi 2.493 ha. Jenis komoditas hortikultura sayuran yang diusahakan di Kabupaten Batang tahun 2013 berjumlah 16 komoditas, yaitu : bawang merah, bawang putih, bawang daun, kentang, kubis, kembang kol, sawi, kacang panjang, cabe besar, cabe rawit, tomat, terong, buncis, mentimun, kangkung, dan bayam (Dispertanak, 2013).

Dokumen terkait