• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Yang Diharapkan

Kondisi yang Diharapkan

VI. Kondisi Yang Diharapkan

Industri pengolahan kayu di masa depan diharapkan merupakan industri yang tangguh, efi sien, kompetitif, berkembang dan menggunakan bahan baku yang legal dan lestari. Dengan mempertimbangkan kondisi saat ini, permasalahan yang dihadapi, dan kecenderungan yang terjadi selama ini, maka visi, misi, dan sasaran serta target yang jelas mengenai rencana pengembangan industri pengolahan kayu di masa depan perlu ditetapkan. Kemudian, untuk mewujudkannya diperlukan strategi, kebijakan dan rencana tindak yang tepat.

6.1. Visi

Visi merupakan kondisi yang diharapkan dapat terwujud dalam kurun waktu tertentu, misalnya dalam waktu dua puluh tahun mendatang. Visi tersebut menjadi kenyataan setelah semua stakeholders, termasuk pemerintah, pelaku usaha dan masyarakat, dengan komitmen yang kuat melaksanakan tugas dan tangung jawabnya masing-masing untuk melakukan revitalisasi industri perkayuan di Indonesia. Visi yang ditawarkan merupakan visi bersama (shared vision) antara pemerintah dan kelompok pelaku usaha, yaitu kayu lapis dan panel, wood working, pulp dan kertas serta furniture. Rumusannya adalah:

”Industri perkayuan Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi, didukung oleh sumber bahan baku yang lestari dan meningkat ”.

Industri perkayuan yang berkualitas diharapkan menghasilkan produk kayu olahan yang berkualitas dan bisa memasuki pasar yang menuntut persyaratan kualitas yang tinggi, seperti Jepang, Amerika dan Eropa. Di samping itu, industri perkayuan yang berkualitas tersebut harus memiliki daya saing yang tinggi, artinya produk kayu olahan yang dihasilkannya harus bisa bersaing dengan produk-produk kayu olahan dari negara-negara kompetitor, seperti Malaysia, China, dan Jepang.

6.2. Misi

Misi adalah visi yang dijabarkan pada tingkat operasional. Di dalam misi, terkandung keinginan agar visi yang telah dirumuskan dapat dicapai dengan sebaik-baiknya. Walaupun demikian, penjabaran tersebut belum sampai kepada bagaimana, berapa dan siapa yang akan berperan untuk melaksanakannya. Di dalam misi juga tersirat tujuan antara atau milestone yang diharapkan dapat tercapai sebelum tujuan akhir diwujudkan. Rumusan misi yang dimaksudkan adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan dan memanfaatkan ketersediaan bahan baku, terutama dari hutan tanaman serta dari sumber lain yang sah dan berkelanjutan;

b. Merestrukturisasi dan merevitalisasi industri perkayuan primer agar efi sien, kompetitif dan mendukung industri pengolahan kayu lanjutan;

c. Mengembangkan produk-produk yang bernilai tambah tinggi, ramah lingkungan dan memiliki daya saing di pasar internasional; serta

d. Menghasilkan produk-produk industri pekayuan yang bersertifi kat.

27

In-house Experts Working Group Revitalisasi Industri Kehutanan Road Map Revitalisasi Industri Kehutanan Indonesia

6.3. Sasaran dan target

Keempat misi tersebut diturunkan lebih lanjut dalam bentuk sasaran dan target yang diharapkan akan tercapai pada setiap tujuan antara. Sasaran merupakan keadaan yang diharapkan, sedangkan target adalah ukuran kuantitatif yang merupakan indikasi keberhasilan pencapaian sasaran. Sudah tentu dalam hal ini ada kondisi pemungkin (enabling conditions) yang merupakan prasyarat untuk pencapaian sasaran dan target tertentu. Enabling conditions ini tidak diuraikan di sini, tetapi akan dibahas dalam bagian berikutnya. Adapun sasaran dan target yang diharapkan dapat tercapai dalam duapuluh tahun ke depan, dirumuskan sebagai berikut:

a. Pasokan bahan baku kayu yang legal dan lestari tercapai yang berasal dari berbagai sumber, khususnya dari hutan produksi yang dikelola secara lestari dan disertifi kasi (alokasi dan perkiraan pasokan bahan baku kayu dari berbagai sumber pasokan untuk periode 2007-2025 disajikan pada Tabel 4 dan Tabel 5) b. Tingkat produksi kayu olahan sesuai pasokan bahan baku lestari

c. Industri beroperasi secara efi sien, yaitu rendemen yang tinggi dan tingkat pemanfaatan kapasitas di atas 70 persen.

d. Daya saing produk kayu olahan yang tinggi dimana minimum 20 persen dari produk-produk ekspor kayu olahan primer dan lanjutan sudah disertifi kasi.

e. Pangsa pasar yang pulih dan meningkat dimana sistem dan pola pemasaran produk yang efektif dan efi sien, baik untuk pasar domestik maupun ekspor, terwujud.

f. Produksi kayu olahan fokus pada komoditi yang bernilai tambah tinggi dan ramah lingkungan, yaitu dengan memperkuat industri pengolahan kayu lanjutan

Perkiraan pasokan bahan baku kayu yang legal dan lestari untuk periode 2007-2025 seperti yang disajikan pada Tabel 5 dihitung dengan mempertimbangkan masukan dari para praktisi dan dengan menggunakan asumsi-asumsi sebagai berikut:

a. Pasokan kayu dari hutan alam didasarkan pada realisasi produksi kayu (RKT) dan besarnya meningkat sebesar 10% setiap tahunnya dimana produksi kayu dari hutan alam pada tahun 2006 adalah sebesar 5,3 juta m3.

b. Pasokan kayu dari HTI Pulp didasarkan pada: realisasi tanaman tahunan dan kumulatif dari tahun 1989 sampai tahun 2006 sebesar 1,8 juta ha; rencana penanaman baru seluas 250 ribu ha pada tahun 2007 dan 300 ribu ha setiap tahunnya untuk periode 2008-2014; daur selama 7 tahun; riap volume sebesar 25 m3/ha/tahun; dan faktor realisasi sebesar 60%.

c. Pasokan kayu dari HTI Kayu perkakas atau kayu pertukangan didasarkan pada: realisasi tanaman tahunan dan kumulatif dari tahun 1989 sampai tahun 2006 sebesar 1,3 juta ha; rencana penanaman baru seluas 75 ribu ha setiap tahunnya untuk periode 2007-2014; daur selama 20 tahun; riap volume sebesar 15 m3/ ha/tahun; dan faktor realisasi sebesar 60%.

d. Pasokan kayu dari HTR didasarkan pada: rencana penanaman baru seluas 200 ribu ha pada tahun 2007, 400 ribu ha pada tahun 2008, 600 ribu ha pada tahun 2009, 770 ribu ha setiap tahunnya untuk periode 2010-2013; 570 ribu ha pada tahun 2014, 370 ribu ha pada tahun 2015, dan 180 ribu ha pada tahun 2016;

daur selama 8 tahun; riap volume sebesar 25 m3/ha/tahun; dan faktor realisasi sebesar 60%.

e. Pasokan kayu dari Perhutani, Hutan Rakyat, Perkebunan Karet, Perkebunan Kelapa Sawit, Perkebunan Kelapa24, dan Impor besarnya setiap tahun tetap selama periode 2007-2025, yaitu berturut-turut 0,9 juta m3, 6,0 juta m3, 6,0 juta m3, 10 juta m3, 8 juta m3, dan 0,2 juta m3. Pasokan dari ISL dan IPK diperkirakan menurun sebesar 15% setiap tahunnya pada periode 2007-2009 dan menurun sebesar 60% setiap tahunnya mulai tahun 2010.

f. Alokasi pasokan bahan baku kayu dari berbagai sumber kepada masing-masing kelompok industri perkayuan menggunakan asumsi-asumsi seperti yang disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Persentase alokasi pasokan bahan baku kayu kepada kelompok industri

Hutan Alam

Tabel 5. Perkiraan pasokan bahan baku kayu dari bebagai sumber dan alokasinya kepada kelompok industri

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Sumber pasokan kayu: 69.0 67.8 78.1 79.2 76.0 82.1 82.5 94.9

Hutan Alam 5.8 6.4 7.1 7.8 8.5 9.4 10.3 11.4

HTI Pulp 18.0 18.3 26.2 31.7 29.3 34.6 33.6 44.2

HTI Perkakas 0.0 0.0 3.6 4.5 5.4 6.3 7.2 8.1

HTR 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

Perhutani 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9

Hutan Rakyat 6.0 6.0 6.0 6.0 6.0 6.0 6.0 6.0

Perkebunan Karet 6.0 6.0 6.0 6.0 6.0 6.0 6.0 6.0

Perkebunan Kelapa Sawit 10.0 10.0 10.0 10.0 10.0 10.0 10.0 10.0

Perkebunan Kelapa 8.0 8.0 8.0 8.0 8.0 8.0 8.0 8.0

ISL dan IPK 14.0 11.9 10.1 4.1 1.6 0.6 0.3 0.1

Impor 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2

Kayu gergajian 27.2 27.4 29.0 30.8 30.4 30.8 31.5 32.4

Kayu lapis 10.3 10.4 11.9 13.1 12.8 13.1 13.7 14.4

Partikel 2.2 2.2 2.9 3.5 3.4 3.5 3.7 3.8

Pulp 29.2 27.8 34.3 31.7 29.3 34.6 33.6 44.2

94.9 79.2 76.0 82.1 82.5 Alokasi pasokan kayu ke

industri: 69.0 67.8 78.1

Proyeksi pasokan kayu pada tahun: (juta m3)

24 Realisasi pemanfaatan kayu perkebunan oleh industri pengolahan kayu domestik, khususnya kayu kelapa dan kelapa sawit, sampai dengan saat ini masih sangat rendah dibandingkan dengan angka potensi tahunan pasokan kayu perkebunan tersebut.

29

In-house Experts Working Group Revitalisasi Industri Kehutanan Road Map Revitalisasi Industri Kehutanan Indonesia

Tabel 5. Perkiraan pasokan bahan baku kayu dari bebagai sumber dan alokasinya kepada kelompok industri (Lanjutan)

Kayu gergajian 47.8 63.3 78.9 92.8 95.0 98.4 100.6 87.4 88.7 91.4 95.0

Kayu lapis 20.0 25.7 31.4 36.8 38.6 41.7 43.5 39.5 40.3 41.9 44.0

Partikel 6.4 9.0 11.6 14.0 14.6 15.7 16.2 13.8 13.7 14.0 14.4

Pulp 52.2 62.5 70.4 70.1 75.3 74.3 85.0 56.6 64.6 70.2 68.0

197.3 207.3 217.5 221.4 126.5 160.5

Alokasi pasokan kayu ke

industri: 192.3 213.7 223.5 230.2 245.3

Hutan Rakyat 6.0 6.0 6.0 6.0 6.0 6.0 6.0 6.0 6.0 6.0 6.0

Perkebunan Karet 6.0 6.0 6.0 6.0 6.0 6.0 6.0 6.0 6.0 6.0 6.0

Perkebunan Kelapa Sawit 10.0 10.0 10.0 10.0 10.0 10.0 10.0 10.0 10.0 10.0 10.0

Perkebunan Kelapa 8.0 8.0 8.0 8.0 8.0 8.0 8.0 8.0 8.0 8.0 8.0

ISL dan IPK 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

Impor 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2

2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025

Sumber pasokan kayu: 126.5 160.5 192.3 213.7 223.5 230.2 245.3 197.3 207.3 217.5 221.4

Hutan Alam 12.5 13.7 15.1 16.6 18.3 20.1 22.1 24.4 26.8 29.5 32.4

HTI Pulp 49.8 57.7 63.2 60.8 66.1 65.1 75.7 49.8 57.7 63.2 60.8

HTI Perkakas 9.0 9.9 10.8 12.7 15.6 21.4 23.9 23.6 23.3 24.0 25.1

HTR 24.0 48.0 72.0 92.4 92.4 92.4 92.4 68.4 68.4 69.6 72.0

HTHR 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

Perhutani 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9

Proyeksi pasokan kayu pada tahun: (juta m3)

Dokumen terkait