• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konflik menantu-mertua e. Kesimpulan partisipan 2

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 103-154)

Devi adalah anak pertama dari dua bersaudara yang lahir dan besar di Pemalang. Ketiadaan biaya membuat Devi tidak dapat melanjutkan pendidikan ke tingkat sekolah menengah pertama. Selepas dari sekolah dasar, Devi memutuskan bekerja di Jakarta dengan bermodalkan ijazah SD. Bersama temannya, Devi berangkat ke Jakarta dan bekerja sebagai pengasuh anak di sana selama satu tahun. Selama satu tahun bekerja di Jakarta, Devi pernah menjalin

hubungan dengan seorang pria asal Jawa Barat. Oleh orang tuanya, hubungan tersebut tidak direstui karena kecemasan orang tua bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan menimpa anaknya. Akhirnya Devi memutuskan hubungan dengan pria tersebut. Satu tahun bekerja sebagai pengasuh anak membuat Devi merasa tidak betah dan memutuskan kembali ke Pemalang.

Setibanya di Pemalang, Devi pun kembali menganggur dan hanya bermain-main saja. Saat kembali ke Pemalang inilah awal kedekatannya dengan Karso, suaminya saat ini. Karso yang ingin menjalin hubungan serius dengan Devi berusaha meminta bantuan temannya untuk meneruskan niat tersebut kepada orang tua Devi. Awalnya Devi merasa tidak senang karena belum mengenal Karso secara dekat. Rasa sayang pada Karso mulai muncul ketika Devi merasa bahwa Karso adalah seorang pria yang penyayang dan penyabar. Ketika kedua keluarga bertemu untuk membicarakan kelanjutan hubungan mereka, Devi pun tidak menolak saat dipinang oleh Karso. Setelah berpacaran selama tiga bulan, Devi dan Karso akhirnya menikah sirri terlebih dahulu karena usia Devi yang belum memenuhi syarat menikah menurut undang-undang perkawinan di Indonesia.

Setelah menikah, Devi yang sebelumnya tidak pernah bertani berusaha menyesuaikan diri dengan orang tua suami yang juga seorang petani. Devi mulai terbiasa pergi bertani dengan mertuanya di sawah. Selama awal bertani di sawah, tak jarang Devi dimarahi mertuanya ketika melakukan

kesalahan. Seiring berjalannya waktu, Devi pun semakin mahir bertani.

Perubahan lain yang terjadi pada Devi setelah menikah adalah mengenai ibadah. Devi yang selama tinggal bersama orang tuanya masih sering malas sholat setelah menikah menjadi lebih rajin. Suami yang selalu mengingatkan serta menasihati Devi mengenai kewajiban seorang muslim untuk sholat tepat waktu membuat Devi akhinya lebih rajin beribadah.

Sekitar satu tahun setelah menikah, Devi dikaruniai seorang putri. Devi yang diawal pernikahan belum siap memiliki anak tetap merasa bahagia karena kehadiran anak membuat suami lebih sayang padanya. Ketidaksiapan Devi memiliki anak merupakan dampak dari perasaan khawatir jika nantinya Devi tidak dapat mengurus anak. Devi pun menyetujui keinginan suami segera punya anak karena Devi tidak berani mengungkapkan perasaannya yang nantinya akan mengecewakan suaminya.

Setelah kelahiran anak pertama, Devi kemudian menggunakan alat kontrasepsi guna mencegah kehamilan yang belum direncanakan. Devi dan suami sepakat menggunakan alat kontrasepsi berupa suntik setiap tiga bulan sekali. Devi lebih memilih suntik dengan alasan suntik lebih mampu mencegah kehamilan berikutnya. Sejak putrinya masih kecil, Devi sudah memiliki rencana mengenai masa depannya. Saat usia anak menginjak lima tahun, Devi berencana memasukkan anaknya ke PAUD kemudian

melanjutkan ke taman kanak-kanak. Devi berencana menyekolahkan putrinya di pondok hingga tingkat SMA agar mendapat pendidikan agama yang memadai serta terhindar dari pergaulan bebas. Devi khawatir bila putrinya hamil sebelum terikat pernikahan yang sah. Kekhawatiran berawal saat melihat pergaulan remaja di lingkungan rumahnya yang kini mulai marak remaja putri menginap di rumah pacarnya.

Rencana memiliki anak kedua sudah mulai dipikirkan oleh Devi dan suami. Mengingat usia anak saat ini sudah hampir lima tahun, Devi mulai melepas alat kontrasepsinya agar segera memiliki anak kedua. Meski ingin segera memiliki anak kedua, Devi mengaku bahwa semenjak beberapa tahun belakangan ini hubungan seksualnya dengan suami mulai tidak teratur dan tidak sesering ketika baru menikah. Di awal pernikahan, saat salah satu pihak ingin melakukan hubungan seksual maka Devi atau Karso pun akan memenuhi keinginan tersebut. Devi pun terkadang malas melakukan hubungan seksual akibat lelah setelah beraktivitas seharian. Namun bila Devi ingin melakukan hubungan seksual, Devi akan mengungkapkannya pada suami dan membujuk suami saat suami tidak ingin berhubungan. Ketika keinginan unutk melakukan hubungan seksual berasal dari suami, Devi juga akan memenuhi keinginan suami. Ketidakteraturan Devi dan Karso dalam melakukan hubungan seksual tidak membawa pengaruh yang signifikan dalam rumah tangga keduanya.

Jika ada konflik dengan pasangan, itu pun bukan karena kehidupan seksual Devi dan suami namun akibat kecemburuan Devi pada suami. Pada awal pernikahan, Devi sering merasa cemburu ketika mengetahui suami membawa penumpang wanita saat bekerja. Suami yang tidak tahu jika Devi cemburu hanya akan menggoda istrinya agar tidak marah. Seiring berjalannya waktu, tidak seperti saat Devi yang dahulu hanya memendam keinginan menunda kehamilan, sekarang Devi mulai berani mengungkapkan perasaannya pada suami. Meski harus melalui proses Devi mengacuhkan suami ketika pulang ke rumah, akhirnya Devi pun mengatakan kecemburuannya pada suami.

Menurut Devi rasa cemburunya pada suami kerena Devi menyayangi suaminya. Rasa sayang pada suami terkadang juga Devi tunjukkan dengan selalu mengingatkan suami agar tidak telat makan. Dalam menjaga kelanggengan rumah tangga, Devi dan Karso berusaha saling terbuka satu sama lain serta tidak menceritakan keburukan pasangan kepada orang lain. Bila salah satu pihak sedang marah maka pihak lain akan mendiamkan terlebih dahulu agar amarahnya mereda. Inisiatif untuk menyelesaikan masalah lebih sering berasal dari Karso. Devi pun mulai menyadari bahwa pekerjaan suami sebagai tukang ojek mengharuskan suaminya untuk tidak memilih-milih penumpang saat bekerja.

Selain bekerja sebagai tukang ojek, suami Devi juga memiliki pekerjaan sampingan sebagai buruh bangunan dan tukang kredit. Penghasilan suami bekerja yang terkadang

masih belum mencukupi kebutuhan sehari-hari menyebabkan permasalahan tersendiri. Tidak jarang Devi dan suami memutuskan berhutang ke teman maupun saudaranya. Pelunasan dilakukan Devi ketika jumlah uang yang terkumpul sudah mencukupi untuk melunasi hutang. Biasanya Devi akan melunasi hutang dengan nominal kurang dari Rp. 100.000,00, lebih dari nominal tersebut, hutang akan dilunasi oleh suaminya. Sebelum memutuskan berhutang dengan jumlah banyak untuk modal kredit, Devi dan suami akan membicarakannya bersama. Saat akan berhutang dengan nominal yang tidak banyak seperti untuk kebutuhan sehari-hari, Devi terkadang akan membicarakan dengan suami setelah melakukan pinjaman. Suami yang bertugas mengelola keuangan rumah tangga biasanya akan memberikan jatah setiap hari kepada Devi untuk membeli kebutuhan sehari-hari dan membayar arisan maupun hutang. Walau terkadang berhutang, Devi tetap merasa puas dengan keadaan ekonominya karena suami selalu memberikan uang untuk keperluan sehari-hari. Sebelumnya, saat Devi masih tinggal bersama mertua, suami lebih sering memberikan uang tersebut kepada bibinya dengan alasan mereka masih hidup satu rumah.

Selama menikah, pasangan tidak pernah melarang Devi bekerja asal tidak terlalu sibuk dan lokasi tempat kerja tidak berada jauh dari rumah sehingga Devi tetap dapat bertemu keluarga seriap hari. Akhirnya untuk meringankan beban suami, pada waktu tertentu seperti ketika musim

penghujan tiba, Devi akan membantu bekerja di sawah atau kebun milik tetangganya. Selain bekerja di luar rumah, Devi tetap melakukan pekerjaan rumah tangga seperti mengasuh anak, menyiapkan keperluan suami dan mengurus rumah. Saat suami berada di rumah, suami juga bersedia membantu Devi melakukan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, mencuci bahkan memasak. Keterlibatan suami dalam urusan domestik membuat Devi merasa puas dengan pernikahannya.

Selain mengerjakan pekerjaan rumah tangga, suami juga mau mengurus anak ketika Devi sedang sibuk. Dalam rumah tangganya, pengasuhan anak seringkali dilakukan Devi bersama suami. Untuk urusan mendisiplinkan anak, Devi dan suami pun sama-sama tegas dalam menerapkan peraturan. Ketika tidak sibuk bekerja, sebagian besar waktu Devi dan Karso akan digunakan untuk berkumpul bersama dan mengasun anak mereka di rumah. Setelah menikah dan punya anak, Devi mengaku sudah tidak memiliki waktu khusus bersama pasangan. Jika putrinya sedang pergi main ke rumah tetangga, waktu akan digunakan Devi dan Karso untuk menyelesaikan pekerjaan rumah tangga.

Meski sudah jarang menghabiskan waktu bersama pasangan karena sibuk bekerja dan mengasuh anak, kehadiran anak tetap membuat Devi merasa bahagia. Semenjak memiliki anak, Devi merasa suami semakin menyayanginya dan jarang marah. Walau demikian, Devi sempat merasa kecewa dengan sikap suami ketika Devi mengalami masalah dengan keluarga suaminya, termasuk dengan ibu mertua. Devi merasa ketika

ada masalah antara dirinya dengan mertua, suami selalu membela keluarganya meski mereka berada di pihak yang salah.

Pasang surut dalam hubungan Devi dengan keluarga suami sudah terjadi sejak tahun-tahun awal pernikahan ketika mereka masih tinggal satu rumah dengan mertua. Konflik dengan mertua berawal dari permasalahan antara ayah dengan suami Devi. Ketika Devi dan suaminya berencana membangun rumah, ayah Devi menawarkan diri mencarikan seng kualitas baik di Jakarta. Suami Devi menyambut baik keinginan ayah mertuanya dan memberikan sejumlah uang untuk membeli seng disana. Namun hingga seng akan digunakan, ayah mertuanya belum juga mengirimkan barang tersebut dan beralasan bahwa uang yang akan digunakan membeli seng dibawa lari majikan tempatnya bekerja. Masalah ini pun akhirnya membawa pengaruh dalam hubungan Devi dengan mertuanya. Ibu mertua Devi sempat mengacuhkannya dan terkadang memarahi Devi ketika suami tidak berada di rumah. Sikap suami pun mulai berubah kepada keluarga Devi. Suami mulai jarang berkunjung ke rumah mertuanya dan jika berkunjung pun akan menolak makan atau minum disana. Tidak jarang suami melampiaskan rasa marahnya dengan memarahi Devi. Semenjak ada masalah dengan suami Devi, orang tua Devi juga menjadi jarang menemui Devi di rumah barunya. Devi sendiri memilih mengacuhkan masalah tersebut agar tidak bertambah panjang dan tidak mengganggu hubungannya dengan suami.

Beberapa waktu kemudian setelah rumah selesai dibangun dan Devi pindah ke rumah barunya, hubungan Devi dengan ibu mertuanya mulai membaik. Setelah menempati rumah sendiri, Devi juga sempat mengalami masalah dengan bibi iparnya yang terjadi di tahun ketiga pernikahan. Permasalahan berawal ketika suami memberikan uang untuk membeli ayam kepada bibi dan Devi. Devi yang merasa bahwa suami sudah memberikan uang pada bibinya untuk membeli ayam akhirnya tidak memberi hantaran masakan ayam kepada bibi iparnya. Hal ini lah yang membuat bibi iparnya marah kepada Devi hingga membuat Devi memutuskan pulang ke rumah orang tuanya selama satu minggu. Akhirnya, suami berusaha menasihati Devi agar tidak pulang ke rumah bila ada masalah dalam rumah tangga mereka. Dalam menyelesaikan masalah rumah tangga, diakui Devi bahwa suami lebih sering memiliki inisiatif untuk menyelesaikannya dengan mengajak Devi bicara baik-baik. Jika terjadi masalah antara Devi dan mertua, suami juga akan berusaha mencari penjelasan dari kedua pihak dan bersedia meminta maaf pada Devi bila keluarganya bersalah.

Saat ini hubungan Devi dengan bibi iparnya sudah membaik. Perubahan ini tampak dari kebiasaan Devi yang menceritakan masalah dalam rumah tangga pada bibi iparnya. Selain menceritakan masalahnya pada suami, terkadang Devi juga menceritakan masalahnya pada bibi iparnya. Usia bibi yang lebih dewasa serta sudah lama berumah tangga dianggap

lebih mampu membantu Devi menyelesaikan masalah rumah tangga.

Devi yang berencana menikah setelah berusia diatas 20 tahun serta sudah memiliki pekerjaan tetap sempat merasa menyesal dengan keputusannya menikah di usia muda. Penyesalan timbul ketika Devi iri melihat teman sebaya yang belum menikah masih bebas pergi main dan bekerja sedangkan dirinya sudah memiliki kewajiban mengurus anak dan keluarga. Meski suami tidak melarang Devi pergi bersama teman namun Devi tetap merasa sudah tidak dapat bebas pergi bersama teman-temannya. Jika pergi bersama teman ditemani suami, Devi tetap memiliki kewajiban mengawasi anaknya. Terkadang rasa marah karena frustasi tidak bebas beraktivitas seperti teman-teman sebaya akan Devi lampiaskan dengan memarahi anaknya. Devi tidak berani melampiaskan rasa marahnya pada suami karena nanti akan dianggap istri yang kurang ajar.

Seiring berjalannya waktu, Devi mulai belajar untuk menerima keadaan dan bersyukur bahwa di usianya saat ini Devi sudah memiliki anak dan suami yang menyayanginya. Bahkan, ketika Devi bertemu dengan teman yang sudah menikah dan memiliki anak, Devi akan membicarakan mengenai perkembangan serta masa depan anak dengan teman tersebut. Perlahan-lahan rasa menyesal pun menghilang digantikan perasaan puas dengan kehidupan rumah tangganya.

f. Triangulasi partisipan 2

Nama : Karso (nama samaran)

Tempat, tanggal lahir : Pemalang, 22 Oktober 1983 Pendidikan terakhir : SD

Pekerjaan : buruh Status pernikahan : menikah Usia saat menikah : 25 tahun Tahun menikah : 2008 Usia pernikahan : 5 tahun Selisih usia dengan istri : 10 tahun Jumlah anak : 1 orang Tinggal di : rumah sendiri

Alamat : Jurang Jero, Kuta

Anak ke : 1 dari 2 bersaudara

Agama : Islam

Suku : Jawa

Triangulasi dilakukan pada tanggal 1 Oktober 2013 pada sore hari sekitar pukul 16.00 WIB. Sebelum penulis mendatangi rumah partisipan, penulis menghubungi partisipan terlebih dahulu untuk memastikan bahwa suaminya, Karso (nama samaran), sudah pulang bekerja. Sesampainya penulis di rumah partisipan, suami partisipan sedang menonton televisi bersama putri serta keponakannya.

Saat bertemu penulis, Karso mengenakan kemeja coklat dengan celana kain panjang berwarna hitam. Sebelum wawancara dimulai, Karso menyiapkan rokok dan asbaknya di meja tamu. Di awal wawancara, Karso menjawab

pertanyaan dari penulis sambil merokok namun segera ditegur oleh Devi. Teguran dari Devi membuat Karso akhirnya mematikan rokok yang sudah separuh dihisapnya.

Wawancara diawali dengan permintaan dari penulis kepada Karso untuk menceritakan awal kedekatannya dengan Devi. Menurut cerita Karso, pertemuan pertamanya dengan Devi terjadi saat Karso sedang menarik kredit di rumah orang tua Devi. Karso yang tahu bahwa usia Devi masih sangat muda dibanding dirinya, merasa tidak yakin bahwa cintanya akan diterima Devi. Karso pun meminta bantuan temannya untuk menyampaikan kepada keluarga Devi tentang niatnya menjalin hubungan dengan Devi. Orang tua Devi meminta Karso untuk menunggu jawaban dari Devi selama lima belas hari. Akhirnya, Devi menerima Karso sebagai pacarnya.

Ketika berpacaran dengan Devi, Karso sering pergi ke rumah Devi dan disambut baik oleh keluarga Devi. Sambutan baik dari kedua keluarga berakhir pada keputusan untuk segera menikahkan Karso dan Devi. Pernikahan segera dilakukan karena kedua keluarga sudah saling bertemu dan mengenal baik karena sebelumnya ada anggota keluarga Devi yang hampir menikah dengan keluarga Karso. Resmi menikah dengan Devi, Karso merasa bahwa dirinya sudah tidak sebebas dulu namun Karso juga merasa bahwa sekarang sudah dapat bebas bercerita apa pun pada Devi.

Setelah menikah, Karso membenarkan pernyataan Devi bahwa mereka tidak langsung menggunakan alat kontrasepsi. Menurut Karso, bila sudah siap menikah maka

harus siap untuk memiliki anak. Pemakaian alat kontrasepsi dilakukan setelah anak pertama lahir. Kehadiran anak dalam hubungan pernikahannya dengan Devi berpengaruh pada kebahagiaan yang dirasakan Karso. Agar penggunaan alat kontrasepsi berhasil, Karso sering mengingatkan Devi untuk kembali menggunakan alat kontrasepsi bila sudah mendekati tanggal suntik alat kontrasepsinya. Semakin lama usia pernikahan, Karso merasa bahwa sudah tidak ada lagi jadwal dalam melakukan hubungan seksual.

Dalam hal pengasuhan anak, meski dilakukan bersama-sama, Devi lebih bertanggung jawab untuk mengasuh anak dan Karso yang akan bekerja. Bila Devi sibuk mengurus rumah, Karso tidak segan untuk membantu Devi mengasuh anak.Selain itu, Karso merasa bahwa Devi lebih tegas dalam mengatur anak daripada dirinya.Menurut Karso, lebih tegasnya Devi dalam mengatur anak disebabkan Devi lebih sering bersama anak dibandingkan dengan dirinya yang lebih sering bekerja di luar rumah. Selama menerapkan peraturan untuk anak, jarang terjadi perbedaan pendapat antara Karso dan Devi. Menyangkut pendidikan anak, Karso dan Devi satu kata untuk menyekolahkan putri mereka hingga tingkat SMA serta diiringi dengan pendidikan agama Islam yang memadai.

Tahun pertama pernikahan, pekerjaan Karso sebagai tukang ojek seringkali membuat Devi cemburu bila Karso membawa penumpang perempuan. Hal ini sering menjadi pemicu pertengkarsan antara Karso dengan Devi. Bila Devi

marah, Karso akan mendiamkan hingga emosinya mereda atau menggoda istrinya dengan cara dirayu. Selain mudah cemburu jika Karso membawa penumpang perempuan, Devi juga sering marah bila Karso pergi diajak teman keluar kota atau mengantar penumpang. Saat Karso pamit pergi, Devi juga ingin ikut. Diakui Karso bahwa semakin bertambahnya usia pernikahan, kecemburuan Devi bila Karso membawa penumpang perempuan sudah mulai berkurang. Karso sependapat dengan Devi bahwa untuk menjaga kelanggengan rumah tangga, Karso dan Devi mencoba saling terbuka dan berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga kelanggengan rumah tangga mereka. Saat salah satu sedang marah maka yang lain mencoba menghibur serta saling menjaga.

Salah satu bentuk keterbukaan Karso dan Devi adalah terbuka tentang teman-teman mereka. Karso yang sudah mengenal semua teman Devi sudah tidak merasa cemburu bila Devi pergi bersama temannya, termasuk teman akrab pria. Berbeda halnya dengan Devi yang masih sering cemburu dengan Karso. Sepengetahuan Karso, setelah menikah Devi sudah jarang pergi bersama temannya. Devi dan teman-teman biasanya pergi bersama untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari di pasar.

Jika ada masalah dalam rumah tangganya, Karso akan bercerita kepada orang tua atau temannya. Ini dilakukan Karso agar segera mendapat jalan keluar dari masalah yang sedang dihadapinya. Karso juga terkadang menceritakan masalahnya pada istri yang dengan setia mendengarkan keluh

kesahnya. Menurut Karso, bila bercerita pada sang istri nanti ujung-ujungnya akan bercanda juga.

Pekerjaan Karso sebagai tukang ojek terkadang tidak mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarga kecilnya. Selain ngojek, Karso juga memiliki pekerjaan sampingan sebagai tukang kredit yang biasa dilakukan setelah selesai ngojek di pasar. Aktivitas Devi sehari-hari yang biasa mengurus rumah hingga siang atau main ke rumah teman membuat Karso terkadang meminta bantuan Devi membantu bekerja sebagai tukang kredit. Harapan Karso, dengan bantuan Devi menarik uang kredit ke rumah tetangga akan membuat pekerjaannya cepat selesai. Selain membantu menarik uang kredit, setelah menikah Devi juga mulai mau pergi bertani di sawah bersama teman atau keluarga Karso. Selama menikah, Karso tidak melarang Devi bekerja asal tidak kerja berat atau terlalu sibuk bekerja sehingga tidak ada waktu untuk keluarga.

Penghasilan keluarga sebagian besar berasal dari Karso. Selain itu, keuangan keluarga juga diatur oleh Karso dan Devi akan diberi jatah setiap hari untuk keperluan jajan anak maupun kebutuhan dapur. Alasan Karso belum menyerahkan urusan keuangan rumah tangga pada Devi karena Karso merasa kasihan bila Devi juga harus mengurus keuangan keluarga. Karso sependapat dengan Devi mengenai hutang. Mereka akan berhutang ke warung atau pinjam uang pada teman bila pendapatan tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Selama menikah dengan Devi, Karso membenarkan bahwa Devi pernah berselisih paham dengan keluarganya. Devi yang marah langsung memutuskan pulang ke rumah orang tuanya. Hal yang bisa dilakukan Karso adalah membujuk Devi agar marahnya segera mereda. Ketidakdewasaan Devi terkadang membuat Karso merasa putus asa namun Karso berusaha tetap kuat sebab dalam sebuah keluarga akan selalu ada cobaan. Secara keseluruhan, Karso tetap merasa puas dengan pernikahannya dengan Devi. Karso merasa bahwa keluarga kecilnya masih lebih beruntung dibandingkan keluarga lain yang kondisi rumah tangganya lebih sulit lagi.

Karso juga mengakui bahwa selama menikah, dirinya juga pernah berselisih dengan keluarga istrinya. Perselisihan tersebut berawal tentang masalah uang yang melibatkan Karso dan keluarga Devi. Bila Karso dan Devi sedang marah, permasalahan tersebut akan diungkit-ungkit lagi namun bila marah sudah mereda, masalah tersebut tidak akan dibahas lagi.

Karso dan Devi yang sama-sama muslim tidak merasakan adanya pengaruh agama dalam kehidupan rumah tangga. Menurut Karso, setelah menikah Devi sudah lebih rajin beribadah. Seusai sholat Isya’ di mushola dekat rumah, Karso akan mengingatkan Devi untuk sholat dulu sebelum tidur. Karso dan Devi berusaha untuk saling mengingatkan agar beribadah tepat waktu.

Triangulasi kedua dilakukan pada tanggal 23 November 2013 sekitar pukul 17.15 WIB. Pada triangulasi kedua, Karso mengungkap tujuannya menikah adalah agar tidak keluyuran lagi. Di masa masih bujangan, Karso ingin segera menikah agar hidupnya lebih tenang karena selama

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 103-154)

Dokumen terkait