• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

42 A. Persiapan dan Pelaksaan Penelitian

Moleong (2010) mengemukakan beberapa tahap dalam melakukan penelitian yang terdiri dari tiga tahapan yaitu:

1. Tahap Pra-Lapangan

Ada enam tahap kegiatan yang harus dilakukan penulis, dalam tahapan ini ditambah dengan satu pertimbangan yang perlu dipahami yaitu etika penelitian lapangan.

a. Menyusun rancangan penelitian

Persiapan penelitian yang dilakukan meliputi penyusunan bab 1 hingga bab 3 yang berisi tentang latar belakang penelitian, tinjauan pustaka serta metode penelitian dan mempersiapkan alat pengumpul data. Alat pengumpul data yang digunakan berupa serangkaian panduan pertanyaan yang akan diajukan kepada partisipan penelitian.

b. Memilih lapangan penelitian

Sesuai dengan tempat penelitian yang sudah tercantum dalam bab 3 yakni di kota Pemalang, Jawa Tengah, maka penulis menyusun alokasi waktu guna melakukan penelitian di lokasi penelitian.

c. Mengurus perizinan

Izin penelitian dilakukan dengan meminta surat izin dari kantor fakultas Psikologi dengan persetujuan dari dekan serta kedua pembimbing. Setibanya di Pemalang, penulis menguraikan gambaran tentang penelitian yang akan

(2)

dilakukan oleh penulis kepada paman dan bibi penulis sehingga nantinya hal tersebut dapat disampaikan kepada partisipan penelitian. Untuk dapat memperkenalkan diri kepada partisipan, pada kunjungan pertama, penulis ditemani oleh paman penulis.

d. Menjajaki dan menilai lapangan

Pada tahap ini, penulis memberikan surat izin dari kantor fakultas kepada partisipan serta mengungkapkan gambaran singkat apa yang akan dilakukan selama proses pengambilan data. Penulis belum menggunakan alat perekam dalam tahap ini. Alat perekam digunakan ketika pengambilan data mulai dilakukan di rumah saudara maupun rumah partisipan sendiri. e. Memilih dan memanfaatkan informan

Informan merupakan orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian (Moleong, 2010). Adapun informan dalam penelitian ini adalah paman, bibi serta teman-teman paman dan bibi penulis yang merupakan warga asli lokasi penelitian. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan, diperoleh informasi penting mengenai latar belakang calon partisipan yang sesuai dengan kriteria yang penulis sebutkan. Selain karena paman dan bibi penulis sudah lama tinggal di lokasi penelitian, paman dan bibi yang bekerja sebagai guru di desa juga memudahkan penulis untuk memperoleh informasi mengenai siswa-siswi yang putus sekolah lantaran menikah di usia muda.

(3)

f. Menyiapkan perlengkapan penelitian

Persiapan perlengkapan penelitian dilakukan dengan menyediakan alat-alat yang dibutuhkan selama proses pengambilan data seperti buku catatan, alat tulis serta handphone yang digunakan sebagai alat perekam selama proses pengambilan data.

g. Persoalan etika penelitian

Pada tahap ini, secara terbuka penulis menjelaskan identitas penulis kemudian memberitahukan tentang maksud dan tujuan penelitian serta menunjukkan surat izin dari kantor fakultas. Penulis juga menanyakan kesediaan partisipan dalam proses penelitian ini. Kesediaan partisipan ditunjukkan dengan memberikan persetujuan pada lembar pernyataan yang sudah penulis buat terlebih dahulu.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri

Sebelum bertemu langsung dengan partisipan, penulis mempersiapkan terlebih dahulu segala sesuatu yang akan diperlukan selama pengambilan data. Persiapan pertama yang penulis lakukan adalah memahami latar belakang partisipan. Hal ini penulis lakukan agar ketika melakukan pengambilan data, penulis dapat menyesuaikan diri dengan keadaan partisipan. Diharapkan ketika penulis mampu menyesuaikan diri, partisipan tidak merasa canggung atau tidak senang dengan kehadiran penulis.

Setelah mengetahui latar belakang partisipan, persiapan kedua yang penulis lakukan yaitu mempersiapkan

(4)

penampilan penulis selama pengambilan data. Ketika bertemu dengan partisipan, penulis mengenakan celana panjang jeans, kaos serta jaket. Penulis berusaha untuk tidak berpenampilan mencolok sehingga tidak menimbulkan kesan bahwa posisi penulis lebih tinggi daripada posisi partisipan.

b. Memasuki lapangan

Persiapan penelitian dilakukan sejak tanggal 17 Agustus 2013. Tanggal 17 Agustus 2013, penulis berangkat menuju Pemalang bersama paman dan bibi penulis. Perjalanan menggunakan kendaraan pribadi dari Klaten menuju Pemalang memakan waktu kurang lebih sekitar tujuh jam. Setiba di Pemalang, penulis mulai mencari partisipan yang sesuai dengan kriteria penelitian. Penulis mencari calon partisipan dibantu oleh paman, bibi serta teman-teman paman dan bibi penulis yang merupakan warga asli Pemalang maupun pendatang yang sudah lama tinggal di Pemalang.

Berkat bantuan informan, penulis memperoleh lima calon partisipan wanita yang menikah di usia remaja awal. Dari kelima calon partisipan akhirnya terpilih dua partisipan yang sesuai dengan berbagai karakteristik penelitian serta bersedia menjadi partisipan penelitian. Tereliminasinya tiga partisipan karena berbagai penyebab antara lain adalah ketidaksetujuan calon partisipan menjadi partisipan penelitian, calon partisipan yang saat pengambilan data dilakukan mengikuti suami bekerja di Jakarta, usia pernikahan lebih dari lima tahun dan usia pernikahan kurang dari lima tahun namun belum memiliki anak.

(5)

Setelah memperoleh calon partisipan yang sesuai dengan kriteria, pada tanggal 20 Agustus 2013, paman penulis sudah bertemu terlebih dahulu dengan partisipan untuk memberi gambaran kepada partisipan tentang penelitian yang akan dilakukan. Sebelum bertemu dengan partisipan, penulis sudah menyiapkan berbagai hal yang nantinya akan diperlukan selama proses pengambilan data seperti alat tulis, buku catatan, handphone sebagai alat perekam, surat izin dari fakultas serta surat pernyataan kesediaan menjadi partisipan.

Wawancara pertama dengan partisipan 1 dilakukan pada tanggal 21 Agustus 2013. Sebelum wawancara dimulai, pertama-tama penulis memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud serta tujuan penulis datang menemui partisipan. Dalam memberikan penjelasan serta mengajukan pertanyaan, penulis menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa utama ketika berkomunikasi dengan partisipan. Penggunaan bahasa Jawa sebagai bahasa utama dalam berkomunikasi dengan partisipan karena lingkungan partisipan yang selalu menggunakan bahasa Jawa namun dengan logat yang berbeda.

Setelah mendengar penjelasan penulis, partisipan memutuskan bersedia menjadi partisipan penelitian. Berdasarkan persetujuan dari partisipan, penulis memberikan lembar pernyataan kesediaan menjadi partisipan penelitian dan melakukan wawancara pertama. Pada pertemuan kedua, tanggal 27 Agustus 2013, penulis bertemu kembali dengan partisipan guna mengajukan beberapa pertanyaan tambahan terkait pernyataan partisipan pada pertemuan pertama

(6)

wawancara. Member check dilakukan pada tanggal 30 Agustus 2013.

Penulis kembali bertemu dengan partisipan 1 pada tanggal 13 November 2013 guna mendalami kembali pernyataan partisipan pada dua wawancara sebelumnya. Untuk pertemuan berikutnya, penulis bertemu dengan partisipan pada tanggal 18 November 2013. Pada pertemuan tersebut, penulis juga meminta partisipan untuk membaca transkrip wawancara sebelumnya dan kembali mengajukan sedikit pertanyaan.

Penulis bertemu dengan partisipan 2 pada tanggal 19 Agustus untuk menjalin rapport. Selain menjalin rapport, penulis juga memberikan gambaran mengenai penelitian yang penulis lakukan. Kesediaan menjadi partisipan penelitian akhirnya diberikan oleh partisipan 2. Setelah partisipan 2 memberikan persetujuannya, penulis mengutarakan untuk menghubungi kembali partisipan untuk menentukan jadwal wawancara.

Pertemuan pertama dengan partisipan 2 berlangsung pada tanggal 23 September 2013. Pada pertemuan ini, penulis mengutarakan tujuan kedatangan penulis serta kembali menjalin rapport. Pengambilan data dilakukan pada pertemuan kedua yakni tanggal 24 September 2013 dan pertemuan ketiga tanggal 26 September 2013. Pertemuan ke empat dilakukan pada tanggal 29 September 2013. Pertemuan terakhir untuk member check dilakukan pada tanggal 1 Oktober 2013.

(7)

Tanggal 11 November 2013, penulis kembali menemui partisipan 2 untuk mendalami kembali pernyataan-pernyataan sebelumnya dari partisipan. Pertemuan selanjutnya pada tanggal 15 November 2013. Member check partisipan dua dilakukan pada tanggal 22 November 2013.

c. Berperan-serta sambil mengumpulkan data

Peran serta yang dapat penulis lakukan adalah membaur dengan keluarga partisipan. Ketika pengambilan data, penulis tidak hanya bertemu dengan partisipan saja namun dengan keluarganya juga. Ketika penulis berkumpul dengan keluarga partisipan, penulis dapat mengamati lingkungan tempat partisipan menghabiskan waktunya. Selain dapat mengamati lingkungan partisipan, penulis juga dapat memperoleh informasi dari keluarga partisipan.

Selama pengambilan data, penulis berusaha untuk mencatat beberapa hal yang terkait dengan situasi maupun kondisi wawancara. Selain mencatat, penulis juga mengambil gambar lingkungan partisipan. Pengambilan gambar dilakukan setelah penulis meminta izin kepada para partisipan penelitian.

3. Tahap Analisis Data

Menurut Moleong (2010) tahap analisis data terdiri dari penelaahan seluruh data yang sudah terkumpul dan mereduksi data tersebut. Langkah selanjutnya adalah melakukan kategorisasi kemudian menafsirkan data.

Penulis memulai tahap analisis data dengan mengumpulkan semua catatan maupun rekaman selama proses

(8)

pengambilan data. Rangkaian analisis data sesuai dengan yang sudah penulis paparkan pada bab sebelumnya (bab 3). Pada tahap awal analisis data, penulis menelaah seluruh data yang sudah terkumpul kemudian menyalin rekaman wawancara ke dalam bentuk transkrip wawancara. Penulis mengetik kata demi kata sesuai dengan isi rekaman wawancara. Setelah dirasa sesuai dengan isi rekaman, penulis mulai memberi kode pada setiap baris transkrip wawancara secara manual. Kode tersebut berupa angka (1, 2, 3, dst) yang berada di sebelah kanan transkrip wawancara.

Untuk memudahkan dalam merujuk wawancara partisipan, penulis memberi kode sesuai urutan wawancara serta nomor baris pada transkrip wawancara. Pada partisipan 1, kode P1W1 merujuk pada transkrip partisipan 1 wawancara 1. P1W2 merujuk pada transkrip partisipan 1 wawancara 2. Partisipan 2 dengan kode P2W1 merujuk pada transkrip partisipan 2 wawancara 1, P2W2 merujuk pada transkrip partisipan 2 wawancara 2 dan P2W3 merujuk pada transkrip partisipan 2 wawancara 3.

Langkah selanjutnya yang penulis lakukan adalah membaca transkrip wawancara berulang kali untuk menemukan makna atau tema dalam setiap jawaban partisipan. Penulis mencantumkan makna atau tema dibagian kanan transkrip wawancara. Setelah menemukan makna atau tema, penulis mulai mengkategorisasikan dan menghubungkan kategori-kategori tersebut menjadi sebuah narasi.

(9)

B. Deskripsi Penelitian

1. Partisipan Penelitian 1 a. Gambaran umum

Nama : Rani (nama samaran)

Tempat, tanggal lahir : Pemalang, 12 April 1995 Pendidikan terakhir : SD

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Status pernikahan : Menikah

Usia saat menikah : 14 tahun Tahun menikah : 2009 Usia pernikahan : 4 tahun Selisih usia dengan suami : 8 tahun Jumlah anak : 1 orang Tinggal di : rumah sendiri

Agama : Islam

Suku : Jawa

Alamat : Guci, Gunung Jaya

Anak ke : 1 dari 3 bersaudara

Partisipan merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dalam pernikahan pertama orang tuanya. Saat penelitian ini dilakukan, partisipan berusia 18 tahun. Partisipan lahir dan besar di kota Pemalang. Sejak kecil hingga menikah dan dikarunia seorang putra berusia tiga tahun, partisipan tinggal di Desa Guci, Gunung Jaya. Partisipan menikah saat berusia 14 tahun dan memiliki anak ketika berusia 15 tahun. Sejak menikah, partisipan tetap tinggal di rumahnya bersama suami, anak, adik serta

(10)

neneknya. Selisih usia partisipan dengan suami saat menikah adalah delapan tahun. Suami partisipan merupakan warga Kuta yang pindah ke Gunung Jaya setelah menikahi partisipan. Suami partisipan bekerja sebagai buruh di Pangandaran. Partisipan tidak bekerja selama menikah karena tidak mendapat izin dari suami bekerja jauh dari rumah.

Sejak partisipan berusia sembilan bulan, partisipan sudah diasuh oleh neneknya. Hal ini terjadi karena orang tua partisipan bekerja di Jakarta, ibu sebagai asisten rumah tangga sedangkan sang ayah bekerja di SPBU. Bukan hanya partisipan saja yang diasuh neneknya sejak kecil, adik partisipan juga demikian. Bahkan setelah orang tua partisipan bercerai saat partisipan berusia sembilan tahun, partisipan tetap tinggal bersama neneknya di Desa Guci. Menurut partisipan, alasan orang tua partisipan bercerai karena ayah partisipan berselingkuh. Setelah bercerai, orang tua partisipan memutuskan untuk menikah kembali dengan calonnya masing-masing. Saat ini, ibu kandung partisipan sudah menikah selama tujuh tahun dengan pria asal Kuta dan menetap di sana. Dari pernikahan ibu kandung partisipan dengan ayah tirinya, partisipan memiliki dua adik tiri. Menurut partisipan, hubungan partisipan dengan ayah tirinya jauh lebih harmonis dibandingkan hubungan partisipan dengan ibu tirinya.

Setelah ayah kandungnya menikah lagi, hubungan partisipan dengan sang ayah sempat terganggu karena perselisihannya dengan ibu tiri partisipan. Dari pernikahan

(11)

ayah kandung dan ibu tirinya, partisipan belum memiliki adik tiri. Partisipan mengaku bahwa selama ini, hubungannya dengan ibu tiri kurang berjalan baik sehingga membuat partisipan jarang menemui ayahnya yang menetap di Majakerta. Ketidakharmonisan dengan ibu tiri partisipan berawal dari masalah keuangan. Ibu tiri partisipan tidak suka jika suaminya mengeluarkan uang terlalu banyak untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Sampai saat penelitian dilakukan, partisipan mengaku masih enggan bila harus berkunjung ke rumah ayah kandungnya.

Partisipan yang juga seorang buruh tani harus menanggung kehidupan adik-adik serta neneknya. Sang nenek yang saat ini berusia kurang lebih 70 tahun sudah sakit sejak tiga tahun yang lalu. Menurut diagnosis dokter, sang nenek menderita kanker rahim. Melihat sang nenek kesakitan, partisipan berusaha untuk mengobati dengan membawanya berobat ke berbagai rumah sakit namun tak kunjung sembuh. Sekarang partisipan hanya mampu merawat nenek di rumah. Partisipan mengaku sudah tidak tega karena neneknya selalu merintih kesakitan.

b. Laporan observasi

Secara fisik, partisipan merupakan wanita berkulit sawo matang dengan tinggi kurang lebih 160 cm. Dengan tubuh yang agak gemuk maka partisipan terkesan lebih pendek dari tinggi sebenarnya. Setiap bertemu dengan partisipan, partisipan selalu mengikat rambut panjang bergelombangnya.

(12)

Pada pertemuan pertama, ketika penulis datang ke rumah saudara partisipan, partisipan mengenakan pakaian tidur dengan rambut yang diikat ke belakang dan sedang duduk di depan rumah bersama lilike (paman atau bibi, penj.), sepupu serta anaknya. Pertama berbincang, penulis merasa bahwa partisipan merupakan orang yang supel. Hal ini tampak ketika penulis memperkenalkan diri, partisipan tidak sungkan bertanya tentang penelitian yang akan dilakukan serta meminta penulis berbicara dengan bahasa Jawa ngoko saja, bukan bahasa Jawa krama alus. Alasan partisipan adalah agar lebih mudah berkomunikasi.

Di awal wawancara dilakukan, partisipan seringkali tidak melihat mata penulis secara langsung saat menjawab pertanyaan. Saat partisipan merasa ragu dalam memberikan jawaban, mata partisipan tidak mengarah pada penulis tetapi melihat ke luar rumah. Selama wawancara berlangsung, partisipan terlihat santai dalam menjawab setiap pertanyaan. Tidak jarang pula partisipan seperti ceplas-ceplos ketika menjawab. Selama wawancara, suara partisipan terdengar nyaring dan cepat dalam berbicara.

Ketika penulis bertanya mengenai aspek aktivitas waktu luang dengan item pertanyaan waktu bersama pasangan, partisipan spontan tertawa dan tersipu malu saat memberikan jawaban. Wawancara sempat terhenti sejenak karena anak partisipan mulai merajuk. Agar tidak mengganggu jalannya wawancara maka partisipan berinisiatif mengantarkan anaknya ke papine. Setelah mengantarkan

(13)

anaknya, wawancara kembali berjalan lancar. Selama wawancara, tidak jarang partisipan tertawa ketika menjawab pertanyaan.

Ketika ditanya mengenai hubungan suami istri, pertama-tama partisipan terlihat sedikit malu namun akhirnya menjawab pertanyaan yang diajukan dengan lancar. Saat bercerita tentang masa sebelum menikah dengan suami, raut wajah partisipan terlihat bahagia. Pada pertanyaan ini, partisipan sering tersenyum ketika bercerita.

Sebelum wawancara berakhir, partisipan sempat bertanya kepada sepupunya dimana salah satu anak kembar sepupunya. Ketika wawancara berakhir, partisipan bercerita bahwa sepupunya memiliki anak perempuan kembar yang saat ini berusia tiga bulan. Saat anak kembar sepupunya datang digendong ibunya, partisipan mengambil alih gendongan. Partisipan tampak luwes ketika menimang salah satu bayi kembar tersebut. Partisipan juga sempat memberitahu penulis bahwa kata “mantuk” di daerahnya merupakan kata yang tergolong kasar. Partisipan yang tahu perbedaan arti kata tersebut tidak tersinggung atau marah pada penulis.

Pada pertemuan kedua, ketika bertemu dengan penulis di rumah partisipan, partisipan masih mengenakan baju tidur berwarna coklat dengan rambut diikat ke belakang. Saat penulis datang, partisipan sedang duduk mengobrol di teras rumah lilike yang berada di sebelah kiri rumahnya. Partisipan

(14)

kembali menyapa ramah penulis dan mempersilakan penulis masuk ke rumahnya.

Rumah partisipan tergolong sangat sederhana. Bangunan rumah terbuat dari kayu dengan lantai yang masih dalam bentuk tanah. Dalam rumah tersebut terdapat satu kamar tidur besar dengan sekat terbuat dari kayu. Ruang tamu rumah partisipan hanya tampak dua kursi panjang yang ditempatkan saling berhadapan dan mengapit sebuah meja panjang. Dalam rumah terdapat tiga buah jendela. Sebuah jendela berkaca menghadap depan rumah serta dua buah jendela yang ditutup dengan anyaman bambu dan kain berwarna biru berada di samping kanan kiri.

Wawancara yang dilakukan di ruang tamu membuat penulis dapat melihat kondisi nenek partisipan yang sedang sakit. Meskipun dalam kondisi sakit, nenek selalu duduk meringkuk menghadap tembok kayu rumah. Selama proses pengambilan data berlangsung, terdengar suara rintih kesakitan nenek partisipan.

Sebelum penulis menanyakan beberapa pertanyaan terkait wawancara sebelumnya, penulis menanyakan beberapa hal mengenai kehidupan keluarganya. Ketika partisipan bercerita tentang kondisi neneknya sambil menatap tempat tidur sang nenek yang berada tidak jauh dari tempat wawancara berlangsung, raut wajah partisipan terlihat sedih. Berbeda halnya saat partisipan bercerita tentang keadaan orang tuanya, raut wajah partisipan terlihat biasa. Pada pertemuan ini, partisipan yang duduk berhadapan dengan

(15)

penulis sudah lebih sering menatap langsung mata penulis ketika bercerita.

Selesai menanyakan tentang keluarga partisipan, wawancara segera dimulai. Pertanyaan pada aspek komunikasi, dapat dijawab partisipan dengan lancar, partisipan sempat memberi penekanan pada kata “aku percaya dia, dia percaya aku” Ketika pertanyaan mengenai aspek hubungan seksual diajukan, partisipan menjawab dengan wajah tersipu malu sambil tertawa. Partisipan juga sempat menimpali ucapan teman penulis meski partisipan baru pertama kali bertemu dengan teman penulis.

Ketika penulis bertanya mengapa partisipan lebih nyaman bercerita pada lilike daripada mamane, suara partisipan terdengar sedikit melemah namun tetap dapat terdengar jelas. Pertanyaan seputar penyesuaian diri partisipan dalam keluarga pasangan membuat wajah partisipan terlihat lebih senang dan selalu tersenyum ketika bercerita.

Saat penulis menanyakan pernyataan partisipan puas tidak puas pada aspek kondisi keuangan, wawancara sempat terhenti karena partisipan menghampiri neneknya yang merintih kesakitan di tempat tidur beliau. Dari tempat penulis duduk, terdengar bahwa partisipan mengatakan pada neneknya untuk tidak merintih terlalu keras karena ada temannya datang.

Saat ditanya tentang pengaruh kelahiran anak dalam hubungan suami dan partisipan, wawancara sempat terhenti sejenak karena anak partisipan minta dibuatkan minuman.

(16)

Wawancara kembali berjalan. Ketika penulis menanyakan tentang peran suami dalam pekerjaan rumah tangga, partisipan menjawab dengan memberikan penekanan pada kata “rewang-rewang apa, tanpa disuruh” diikuti posisi badan yang sedikit maju ke depan. Pada pertemuan kali ini, partisipan jarang tertawa ketika menjawab pertanyaan yang diajukan oleh penulis. Selama pertemuan kedua, partisipan menjawab setiap pertanyaan yang diajukan dengan suara nyaring namun sempat melemah pada saat pertanyaan tertentu diajukan seperti ketika membahas kondisi neneknya.

Saat melakukan member check pada pertemuan berikutnya, penulis datang lebih awal ke rumah partisipan. Sesampainya penulis di rumah partisipan, penulis tidak langsung menjumpai partisipan karena partisipan sedang berbelanja di pasar. Suasana rumah agak ramai karena keluarga partisipan berkumpul. Untuk pertama kalinya penulis bertemu dengan paman, bibi serta adik-adik partisipan. Kali ini penulis bertemu kembali dengan suami serta anak partisipan. Penulis juga bertemu dengan nenek partisipan dengan kondisi yang tidak begitu sehat. Kondisi nenek yang tidak begitu sehat dibenarkan oleh adik partisipan yang menemani penulis di ruang tamu menunggu kedatangan partisipan. Beberapa hari sebelumnya, kondisi nenek menurun hingga menyebabkan partisipan menghubungi keluarga yang lain, termasuk adiknya yang sedang bekerja di Bintaro, Tangerang.

(17)

Selama berada di rumah partisipan, penulis melihat bahwa anak partisipan sangat dekat dengan ayahnya. Ini terlihat dari sikap anak yang tidak mau berpisah dari ayahnya. Saat sang ayah hendak pergi menjemput partisipan, anak partisipan bergelayut di sekitar ayahnya sambil terus merengek ingin ikut. Akhirnya, sang ayah mengizinkan anaknya untuk ikut dan mengambilkan sandal anaknya di dalam rumah.

Ketika bertemu di rumah, partisipan menggunakan celana panjang dan kaos lengan pendek berwarna abu-abu. Saat membaca transkrip sambil mendengarkan rekaman wawancara, beberapa kali partisipan tersenyum dan memberi koreksi pada transkrip wawancara. Koreksi sempat terhenti sejenak karena nenek partisipan yang merintih merasa kepanasan. Dari dua transkrip wawancara yang diberikan penulis, partisipan memberi sekitar lima atau enam koreksian pada transkrip.

Transkrip yang sudah selesai di koreksi oleh partisipan dikembalikan sesaat sebelum ibu kandung, ayah tiri serta adik tiri partisipan datang untuk menjenguk nenek partisipan. Setelah berbincang sejenak dengan ibu partisipan, penulis meminta izin untuk pulang.

Penulis kembali bertemu dengan partisipan pada tanggal 13 November 2013 untuk mendalami pernyataan partisipan pada dua wawancara sebelumnya. Penulis berangkat dari rumah sekitar pukul 09.15 WIB naik kendaraan umum. Sesampai penulis di rumah partisipan, partisipan

(18)

sedang sibuk memasak di dapur. Partisipan yang mengenakan kaos lengan pendek warna hijau dipadu celana pendek selutut segera mempersilakan penulis masuk ke rumahnya. Wawancara dilakukan di rumah bibi partisipan yang terletak di sebelah kiri rumah partisipan. Pemilihan rumah bibi partisipan sebagai tempat wawancara lantaran rumah partisipan yang sedang direnovasi sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan wawancara di rumah partisipan. Wawancara dilakukan tepatnya di ruang tamu rumah bibi partisipan dengan posisi duduk penulis dan partisipan yang saling berhadapan. Partisipan yang berada di depan penulis, duduk di kursi kayu panjang yang menghadap pintu masuk.

Untuk menghemat waktu, setelah bertukar kabar, penulis mulai mengajukan pertanyaan kepada partisipan. Seperti pertemuan-pertemuan sebelumnya, partisipan menjawab pertanyaan penulis dengan suara nyaring. Sejak awal wawancara, saat menjawab maupun mendengarkan pertanyaan yang diajukan, partisipan sudah menatap langsung mata penulis. Selama proses wawancara, partisipan tidak mengalami kendala dalam menjawab pertanyaan yang diajukan. Hal ini ditunjukkan dengan kelancaran partisipan saat menjawab pertanyaan. Partisipan sempat berhenti sebentar untuk mengingat kebiasaan pasangan yang ditiru oleh partisipan. Saat menjawab pertanyaan, partisipan terlihat santai, tak jarang partisipan tertawa ketika memberikan jawaban.

(19)

Setelah dirasa cukup, penulis mengakhiri wawancara dengan partisipan. Sebelum pamit pulang, partisipan kembali berbincang sejenak dengan partisipan. Partisipan bercerita bahwa empat hari setelah pertemuan terakhir dengan penulis di bulan Agustus, nenek partisipan meninggal dunia. Dari cerita partisipan tentang neneknya, nampak partisipan sangat kehilangan sosok nenek yang sudah merawatnya sejak masih bayi. Partisipan sudah menganggap neneknya sebagai ibu kandung yang sudah membesarkannya sejak bayi. Saat bercerita tentang neneknya, suara partisipan terdengar lirih dengan wajah agak sedih. Mimik wajah serta volume suara ini sangat berbeda ketika proses wawancara berlangsung. Meski merasa kehilangan, partisipan mengaku cukup puas karena semasa neneknya masih hidup, partisipan sudah menjaga serta merawat neneknya sebaik mungkin.

Pertemuan selanjutnya pada tanggal 18 November 2013 berlangsung singkat karena partisipan sedang sibuk mengurus rumah dan tukang yang merenovasi rumah partisipan. Partisipan menyempatkan bertemu penulis pagi hari sekitar pukul 08.45 WIB. Sesampainya di rumah partisipan, partisipan yang masih mengenakan baju tidur segera mempersilakan penulis masuk ke rumahnya terlebih dahulu. Disana penulis bertemu dengan ibu kandung serta suami partisipan. Setelah berbincang sejenak, partisipan mengajak penulis pindah ke rumah bibinya yang berada di sebelah rumah partisipan.

(20)

Di rumah bibi partisipan, penulis duduk berhadap-hadapan dengan partisipan. Ada pun posisi duduk partisipan menghadap pintu masuk dan penulis membelakangi pintu masuk. Rumah bibi partisipan hanya terdiri dari dua ruang, satu ruang tamu yang letaknya bersebelahan dengan ruang tidur. Kedua ruang ini hanya disekat oleh papan kayu sedangkan antara kamar tidur dengan dapur disekat oleh tembok permanen. Dari ruang tamu, penulis tidak melihat perabot rumah tangga selain meja dan kursi kayu yang digunakan untuk menerima tamu.

Selama partisipan menunggu penulis menyiapkan perlengkapan wawancara, partisipan duduk tegak dengan kedua tangan berada di atas meja. Melihat sang anak mendatangi partisipan dan penulis, partisipan segera menyuruhnya agar bermain di luar bersama temannya dan tidak mengganggu proses wawancara. Setelah perlengkapan siap, wawancara pun segera dimulai. Saat penulis mengajukan pertanyaan mengenai alasan suami mengajak partisipan tinggal bersama keluarga suami, partisipan menyimak sambil menganggukkan kepala. Dengan suara nyaring, partisipan menjawab pertanyaan yang penulis ajukan.

Pertanyaan tentang hubungan partisipan dengan keluarga suami disimak partisipan dengan sungguh-sungguh hingga kening partisipan berkerut. Pada pertanyaan selanjutnya tentang rencana kelahiran anak setelah menikah, partisipan menjawab pertanyaan sambil menahan anaknya yang mau naik ke atas meja. Tak berapa lama kemudian, sang

(21)

anak berteriak minta jajan ketika melihat sepupu partisipan keluar rumah. Partisipan memarahi anaknya dan menyuruhnya keluar menyusul jajan. Setelah anaknya keluar, partisipan kembali melanjutkan jawabannya dengan suara nyaring.

Pertanyaan mengenai kapan mulai menggunakan alat kontrasepsi membuat partisipan menjawab sambil mengingat-ingat. Hal ini nampak dari jawaban partisipan yang sedikit mengambang ketika bercerita. Masih dalam topik tentang rencana memiliki anak kedua, sambil tertawa partisipan mengatakan dengan tegas belum ada rencana untuk hamil lagi.

Kening partisipan kembali berkerut saat penulis menanyakan tentang perubahan dalam diri partisipan maupun pasangan setelah kelahiran anak. Jawaban partisipan diberikan sambil mengingat-ingat kembali. Menjelang akhir wawancara, tepatnya saat penulis mengajukan pertanyaan tentang hubungan suami istri, partisipan dipanggil ibunya karena ada telpon. Wawancara sempat terhenti sejenak dan dimulai lagi setelah partisipan kembali.

Penulis mengulang kembali pertanyaan tentang pengaruh ketidakteraturan hubungan suami istri terhadap hubungan pernikahan partisipan. Dengan mantap partisipan menjawab tidak ada pengaruh dari hal tersebut. Setelah menerima telpon, wajah partisipan berubah sedikit muram dan suara partisipan juga melemah, tidak seceria sebelumnya.

(22)

Ketika membaca kembali transkrip wawancara, partisipan menyimak sungguh-sungguh rekaman yang penulis putar melalui laptop. Selama partisipan membaca transkrip, partisipan tidak banyak memberi koreksi pada transkrip. Saat penulis menanyakan tentang kalimat yang penulis ketik dengan ragu-ragu, partisipan membenarkan bahwa kalimat itu sudah benar. Dirasa sudah sesuai antara rekaman dengan transkrip wawancara, partisipan menyerahkan kembali transkrip kepada penulis.

c. Analisis verbatim

Analisis verbatim P1W1

Verbatim Makna

yaa..mo gimana lagi (tertawa)..cukup nggak cukup harus cukup. Jadi bisa mengatur sendiri aja, disaat mendapat banyak, kita harus menabung buat entar, gitu aja. (P1W1 23-26)

(tertawa) iya. ya anggerane duite wis dinehne aku, kon nukokno rokok, yo emoh.. wong wis dinehno aku kon nukokna rokok (tertawa). (P1W1 609-611)

Rani berusaha mengatur keuangan rumah tangganya ditengah pendapatan yang kurang memadai.

yaa..puas nggak puas sih, mungkin udah jodoh mo gimana lagi..hihihihi.. (P1W1 29-30)

Merasa sudah berjodoh dengan suami, Rani menerima keadaan ekonomi saat ini.

ya sing njaga yo aku dewek, sing momong yo aku dewek. Ora ana sing ngasuh. (P1W1 34-35) yo kan bojone kan kerjane

Pengasuhan anak dilakukan Rani sendiri karena suami kerja diluar kota.

(23)

adoh. Ora neng desane dewek, kerjane neng Pangandaran. Jadikan balike kan telung wulan pisan, kadang rong wulan sepisan, ora mesti kaya kui kan..jadi sing ngasuh yo aku dewek. Ngatur waktu dewek neng omah. (P1W1 37-41)

yaa.. (tertawa) ya jenenge karo lanange ya (suara anak

partisipan sedang

bernyanyi) dilayani lah opo karepe lanange. (P1W1 62-64)

Rasa bakti Rani ditunjukkan dengan melayani kebutuhan suami ketika berada di rumah.

ya biasa.. setiap hari ya telpon, sms (Short Messages

Service), telpon, sms.

(P1W1 69-70)

Rani setiap hari melakukan komunikasi dengan suami yang berada di luar kota melalui telpon atau SMS. ya ono masalah.. masalah e

ya (berbicara lirih dengan

anak) masalah e kan

(tersenyum sambil menegur anak dengan memberi tanda diam pada anak) masalah e kadang ya cemburu kan karena mungkin aku sayang. Kayak kue, jadi ya akeh gitu kan.. dadi ya mungkin nek sue ora balik yo pada bae cemburu, ngapa sih sue-sue ora bali. Kayak kue kan. (P1W1 72-78)

Rasa sayang terhadap suami sering membuat Rani merasa cemburu. Perasaan cemburu muncul terutama jika suami lama tidak pulang ke rumah.

ya aku lah (tertawa). Sing sering cemburu ya akune. (P1W1 80)

ya ngomong, keprimen kayak kue kan. (P1W1 82)

Rani lebih sering merasa cemburu terhadap suaminya. Bila cemburu, Rani akan mengatakannya pada suami. kadang seminggu sepisan

merana, kadang nek

Tidak ada jadwal tetap bagi Rani pergi mengunjungi

(24)

sungkan, ora merana. (P1W1 100-101)

keluarga suami di lain desa. yo pasti.. kadang kan ki lho

mas anake njajane akeh kayak kie. Wong jenenge yo wis due anak kan yo anake pengen kie, dolanan kie.. anu apa.. ono bakul apa kan lah anake jajan bae, wong rewel.. dadine yah anu..kayak kue. (P1W1 107-111)

Untuk urusan anak, Rani selalu menceritakannya pada suami.

yaa..serius-serius aja.. (tertawa) inyong kemarin ngomong ya sesuai bae keprimen njawabe..umpama ngomong apa ya jawab apa kue kan..intine kan sing penting nyambung kan omongane. (P1W1 122-125)

Rani mencoba menjadi pendengar yang baik ketika suami bercerita tentang permasalahannya.

ya paling aktivitas ibu rumah tangga bae neng omah, ora pernah ngapa-ngapa..paling ya nyuci, ya

masak kayak kue

tok..ngurus anak, ya nggosok kui tok..kerja yakan karo lanangane inyong ora oleh kerja jadi ya ora kerja. (P1W1 129-133)

Sebagian besar aktivitas Rani

di rumah adalah

mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

yaa.. mengijinkan tapi kan asal jangan maksudte adoh-adoh, paling kan neng desane dewek apa ya kui kan..ya neng desane aku ki kan akeh umpama buruh nyeti mlinjo, yo nyetini mlinjo, terusane apa buruh apalah sing sekirane ora

Suami mengizinkan Rani bekerja asal tidak meninggalkan desa.

(25)

lunga sing desa yo oleh.. (P1W1 136-141)

yaa.. yo selayaknya hubungan suami istri ya yen

seumpama balik

Pangandaran neng omah yo

biasa, melakukan

hubungan..gitu kan. (P1W1 152-154)

yo sakarepe wong lanang.. di masa dia minta ya saya melayani, gitu lho. (P1W1 156-157)

iya..dadi senyuwune yo diwei, nek ora yo ora, keprimen meneh. (P1W1 161-162)

Hubungan suami istri dilakukan ketika suami berada di rumah dan ingin melakukannya.

apa ya?? Yah pelukan (suara sepupu korban tertawa), ya pelukan, ya ciuman.. ya pokoke jenenge saling mencintai gimana sih. (P1W1 173-175)

Bentuk cinta Rani pada suami ditunjukkan dengan kedekatan intim secara fisik.

yo merencanakan.. pengene sih ya telu bae, ojo akeh-akeh. (P1W1 178-179)

Rani merencanakan untuk melahirkan tiga anak saja. oo..KB. KBne KB suntik

sing untuk tiga bulan sekali. (P1W1 187-188)

Alat kontrasepsi jenis suntik dipilih untuk menghindari kehamilan yang tidak direncanakan.

yaa keprimen sih ya.. keprimen (tersenyum).. yah sing penting kan setia karo wong lanang, ngenteni wong lanang kapan baline, sing penting yah menjaga awake dewek lah supaya ning omah juga terpandang men lanange balik yoh ora ana omongan sih iki mah

Selama ditinggal suami, tetap setia menunggu suami dan berusaha menjaga diri agar tidak menimbulkan gunjingan di masyarakat.

(26)

dolane karo iki kie lah dadine njaga awake dewek lah supaya neng omah aja..yo mungkin meh aja lanange diomong uwong ah bojone koe neng omah tukang dolan..ngene ngene..kue kan. Dadine kan menjaga dewek lah keprimen.. supaya men wong lanange mbok kane ah apa aku dene neng omah dewek koh ditinggal inyong gaweane dolan iku.. jadine inyong jaga sikap aja marang dewek keprimen. (P1W1 195-208)

ya..dolan sih bisa dolan tapi ya dolan ketemu. Paling ya neng sekitar apa neng lingkungane dewek, sing adoh-adoh yo ora. Adoh juga paling pasar, kebutuhane dewek, ya uwis. Kebutuhan penuh ya mbalek. (P1W1 211-215)

Kecuali untuk membeli kebutuhan sehari-hari di pasar, Rani jarang pergi jauh, paling hanya di sekitar rumah.

ya kenal kabeh..dadi ya umpama lunga, lunga karo sapa, misal karo Ani ya ngerti, karo Ani lungane. Lunga karo sapa, karo Isah, Isah ya ngerti. (P1W1 219-221)

Suami mengenal teman-teman Rani dan tahu dengan siapa Rani pergi.

yo aku juga ora pernah sih ya lunga karo wong lanang.. dadi ya (tertawa).. dadi ya umpamane lunga karo wong lanang juga paling sapa ya lanange kie berhubung sodara dadine apa ya yuh

Rani membatasi

pergaulannya dengan lawan jenis, kecuali dengan saudaranya.

(27)

lunga apa nggone makne aku dadi paling kaya kue..ora pernah maksudte dolan karo wong lanang kaya kue, ora. (P1W1 224-229)

iyo, ngerti..karna aku kan pernah mrana dadine kan paham si A si B ne.. dadi nak umpama aku lunga maring Pantai Pangandaran karo si umpama karo Games kayak kue,oo si Games.. kui paham. kayak iku. marang lunga aku kerja na tempat kie karo si kie..yo berarti aku ngerti wong neng kana aku juga madhan suwe kan dadi ngerti kahanane. (P1W1 232-238)

Rani mengenal teman-teman suami karena pernah ikut suami di Pangandaran. Ia pulang ke Pemalang ketika merasa tidak betah.

yoo.. sering..sing sering yo karo wong-wong sing sering njagong neng kene kadang curhat primen-primen jare rika yo anggeraning koe primen-primen ya gari ngomong bae engko direwangi rika.. daripada nek urusan rumah tangga primen kui lik aku diseng maring Pangandaran tapi inyong ora kepeingin, akire jarene lilike aku yowis gari ngomong bae lirih-lirih supaya engko lanange koe terus memahami kaya kui tok..ora pernah sih njaluk bantuan maring wong sing seliyane wong kui sih miki neng kene.. paling yo karo

Rani tidak pernah menceritakan masalah rumah tangga pada ibunya tetapi pada saudara iparnya.

(28)

wong kiye, karo mamane aku juga ora pernah..ora pernah curhat karo mamane aku..paling yo kui tok miki..yo sering sih inyong tah kadang..apa sih lanange aku pengen ya aku kon melu nggone mertuane, aku ora gelem terusan padahal apa sih lananganku jengkel terusan lunga nggone mamane, yo tak jorna dening aku..engko angger dening mari jengkel jur balek dewek maring mene..(tertawa) engko mari jengkel bali dewek mene. (P1W1 252-271)

ora, karo mamak ora pernah..lik juga bukan lilik asli tapi lilik ipar e. (P1W1 293-294)

Alhamdulillah akur.. perekh terus ya. Primen sih ya Alhamdulillah perekh kabeh, ora ono masalah sih. Aku juga ngger ono masalah karo wong lanang ora pernah nggawa-nggawa keluarga gitu. Keluargane lanange aku yo ora pernah, jadi masalah e aku yo wis masalahe aku. (P1W1 274-279)

Hubungan dengan keluarga suami berjalan harmonis. Rani tidak pernah membawa-bawa keluarga jika ada masalah dalam rumah tangganya.

ya anggeraning weruh kanca-kancane aku pada neng Jakarta, pada kerja, kadang oiya ya aku ngapain nikah isih muda..haruse inyong apa..kerja sih ya,

Tetap dapat mengambil sisi positif dari pernikahannya ketika Rani merasa menyesal menikah muda. Rani merasa bersyukur ada suami yang

(29)

angger kerja aku mungkin seneng. Yo mungkin ana rasane kaya kue, tapi mensyukuri juga ana, oiya aku duwe lanangan ngene ya Alhamdulillah ono sing mencukupi aku..kan kaya kue. Ana sing nyandangi aku, ana sing ngazabna aku kaya kui. (P1W1 297-304)

kebutuhannya.

sikap e yo mungkin berubah ya, sedurunge menikah kan yo mungkin jenenge wong pacaran ya mlakune gandengan, siki kan wis ora ngapain mlaku gandeng-gandengan isin..nek mbiyen mlaku rangkulan, siki ngapain jare rangkulan siki kan gantian ngrangkul anake..mungkin mbiyen kan angger lunga, lunga bareng siki angger lunga-lunga bareng kon mlaku disit mana, inyong neng mburi bae, inyong isin (tertawa).. yo perubahane mungkin kaya kue. Sing masalah perubahan sayang sih mungkin ora lah ya, sing jenenge wong seneng wis dilakoni yo ora tapi masalah neng.. apa sih di muka umum, nek mlaku biasane gandengan saiki ora, biasane rangkulan saiki ora..yo kui tok perubahane, ora ono perubahan lain-lain sih. Ya mungkin kan siki wis duwe anak, dadi

Setelah menikah, suami merasa malu terlihat mesra di depan umum dan menjadi lebih rajin bekerja setelah kelahiran anak. Selain itu, Rani tidak merasakan adanya perubahan rasa sayang suami terhadap dirinya.

(30)

perubahane lah inyong no ngomah orasahan sedelo-sedelo, inyong arep mangkat cepet kan kebutuhane wis luwih akeh..paling kui tok. (P1W1 309-327)

yo perubahane lebih sayang maring aku kan, maksudte luwih perhatian, engko anggerane umpamane neng Pangandaran yo telpon, anake primen-primen, kaya kue.. sehat pora, koe sehat pora, gitu..ngono tok. (P1W1 330-334)

Rani merasakan bahwa suaminya semakin sayang dan perhatian padanya setelah menikah.

ya pengaruh e apa sih ya.. ya mungkin karena aku isih umur muda ya, dadi nek lunga-lunga ya pingine aku dewek, ya kadang angger mlaku bareng anake, ngapa sih repot nggendong bocah.. ganu kan inyong mlaku dewekan, siki kan nggendongi bocah, kaya kui tok, kadang..tapi yo kadang apa sering ngganyami, kadang..primen sih jenenge emosi (tertawa)..maring anake kadang iyolah inyong egin enom wis duwe anak yo resikone kaya kie ya, arep dolan ora bisa kaya kue..arep ngapa-ngapa kudune anake diseng, wade kaya kue.. yo dening

lanange, iyo

yo..anggeraning donge ojo gidih bae lah duwe anak ya,

Memiliki anak di usia muda menimbulkan penyesalan dalam diri Rani. Tidak dapat bebas bepergian merupakan resiko yang disadari oleh Rani karena sudah memiliki anak di usianya yang masih muda.

(31)

anggeraning duwe anake emben kan, bisa dolan-dolan disit ya..ya mungkin kui resikone maring aku..yo wis. (P1W1 337-352) yo sing umpama luwih kenceng yo lanange sih..umpama wadul aku arep dolan we angger aku oleh naha..oh aja angger kae aja berarti lanange melarang yang nggak boleh kaya kue lho..nek aku kan umpama lagi batuk, jare lanange aku, ana tukang es kan, jare kon ojo maemi es, anake nangis kan ya dening aku tumbasaken, ya akire aku diganyami (tertawa).. kan aku weruh melas ya, nangis ya ditumbasaken, dening lanange aku, koe tah iya..bocah lagi watuk malah ditumbasi es dadine mangani es dadi tambah watuk..sing penting kan sama-sama sayang wong

anake, sama-sama

menyayangi lah. (P1W1 356-368)

Rani akan segera mengabulkan keinginan anak bila melihat anaknya menangis. Meski terkadang berbeda pendapat dengan suami, sebenarnya mereka sama-sama menyayangi anak.

yaa ana sih, kebiasaan ngrokok neng ngarepe aku..aku paling wade. Nek njagong bareng i pasti ngrokok, wade pasti inyonge. (P1W1 371-373)

Kebiasaan suami merokok sering membuat Rani merasa jengkel.

ya minggir lih, nek ngrokok aja neng kene lih. (P1W1 376)

Rani akan mengusir suaminya bila merokok didekatnya.

(32)

ana wong ngrokok neng ngarepe lha ora ulih.. wis lah inyong ya lunga” trus inyong ngekek tok (tertawa). (P1W1 379-381)

Rani tidak tidak suka dirinya merokok dan memilih untuk pergi menjauh.

kebiasaan apik apa ya? Ya kebiasaan sing disenengi neng omah, wonge rajin sih ya dadi nyapu-nyapu kan yo membantu aku dadine kan inyong wis ora nyapu, biasane ya apa.. mberesi bajune dewek yo diberesi dewek, sing kotor dipisah sing bersih dipisah kaya kue dadine inyong kan seneng. Umpama aku arep nyuci, ngerti kui sing kotor kui sing bersih..yo kaya kue. Senenge wonge bersihan trus apa sih memahami iki lho apa membantu istri. Di dalam rumah tangga kui memahami

membantu..memasak yen aku kerepotan ngurusi anak yo direwangi. (P1W1 384-395)

Suami mau membantu pekerjaan rumah tangga dan mengurus anak membuat Rani merasa tidak kerepotan dalam pengerjaannya.

kebiasaan ngono ya? Mbiyen aku ki kebiasaane, kebiasaan mangan sih ya..nek mangan aku kan mbiyen ora seneng duren, saiki dadi melu-melu seneng.. terus kebiasaan apa sih ya.. kan akih sing ditiru tapi apa ora ngerti..ya kebiasaan apa..kebiasaan apa sih ya.. kebiasaan ngomong Sunda, ya, karena

Rani mulai terbiasa menggunakan bahasa Sunda karena suami menggunakan bahasa Sunda.

(33)

apa..neng omah ya sering komunikasi karo orang Pangandaran kan ya dadi

orang ngomonge

sunda..karena kepingin tau kan..kadang mas aku warai dadine aku nek neng ngomah dek e ngomong Sunda, aku melu-melu ngomong Sunda (tertawa). (P1W1 403-414)

iya..seumpama sebulan sekali. (P1W1 434)

yaa..kadang sih

ora..umpama kan takon disit, aku arep ngirim duit koe butuh opo ora..kadang neng omah durung terlalu butuh, simpen bae disit sih ya, aku durung terlalu butuh..tapi yen agepan kirim, terserah kirim ora ka iki. (P1W1 436-440)

Suami mengirim uang satu bulan sekali. Bila belum terlalu membutuhkan, Rani tidak meminta kiriman uang.

iya.. ya nemplok banget.. ora gelem pisah, malahan angger bapakne lunga ya nangis..kelangan. tapi ya mo gimana lagi, karena di desa

Gunung Jaya kan

kekurangan apa sih..kurang tenaga kerja ya..maksudte usahane neng kene kurang lah, ora kaya neng Pangandaran..neng

Pangandaran kapan saja kita mau disitu ada pekerjaan. Tapi yo neng Gunung Jaya kan angel, nek masa terang iki kerja apa. Dadi ya sing akeh wong Gunung Jaya

Berpisah dengan ayah membuat anaknya menangis kehilangan. Sedikitnya pekerjaan di desa membuat warganya bekerja di luar daerah.

(34)

mesti pokok e keluar dari desa sendiri lah kerjane. (P1W1 442-451)

ketemunee no yo neng desane dewek sih..mbiyen kan sing jenenge bocah enom mlaku-mlaku kaya kue terus akire ketemu, jarene deweke njaluk nomer

hapene maring

kancane..akire telpon-telpon terus ketemuan, ee.. jadian..ee..mbojo..

(tertawa). (P1W1 461-465) oo..pacarane..yo ora pacaran, wong pacaran setengah taun. (P1W1 468-469)

Sebelum pacaran, suami mendapatkan nomor telpon Rani dari teman dan mulai menjalin komunikasi. Rani berpacaran selama enam bulan.

lha daripada sekolah ora duwe biaya mending mbojo (tertawa)

(P1W1 473-474)

Ketiadaan biaya membuat Rani tidak melanjutkan sekolah dan memutuskan untuk menikah.

yo tekan lulus kelas enem sih ya.. trus lulus kelas 6 SD kan jare mamake, aku kerja bae wong sekolah ora duwe biaya..tapi nyong kerja ora betah-betah ya akire kan mumet-mumet..grang grong dolanan.. (tertawa) jare makne daripada neng omah nganggur, yo wis kenalan karo wong lanang, jare arep lamaran yo wis lah mana mbojo bae. (P1W1 478-484)

Lulus SD, Rani diminta ibunya untuk bekerja tapi tidak betah. Ibu mengizinkan untuk menikah saja.

yaa..mau kan sing penting aku ya rutin KB bae lah..siki kan cilik, lha uwis angger kepingin siki, arep duwe

Rani rutin menggunakan alat kontrasepsi dan memeriksa tanggalnya bila suami pulang agar tidak terjadi kehamilan

(35)

keturunan pira-pira tergantung karo awake dewek..yo ngatur bae lah. Wong sing penting kan jare siki KB naha ben ora kebobolan.. pokok e diatur KBne, pokok e jangan sampe telat kaya kui tok. Nek baline suwe sing dari tiga bulan sekali, angger arep bali, yo mengko dingin inyong tak ndeleng tanggal KB, engko ngger sampeyan balik primen, engko kebobolan (tertawa sambil

berbincang dengan

sepupunya). (P1W1

493-503)

setelah berhubungan seksual dengan suami.

yaa..apa sih..kalo ngaku puas ya mungkin puas ada puasnya, terus nyesel ada juga nyeselnya sih. (P1W1 506-507)

Rasa menyesal menikah muda terkadang muncul dalam pikiran Rani.

yo maksudte disaat ndeleng batire seng seumurane aku pada kaya kae ya, pada jalan-jalan, pada seneng-seneng, aku kon neng omah karo ngurus bocah he. (P1W1 509-511)

Penyesalan menikah di usia muda timbul ketika Rani melihat teman-temannya dapat bebas bermain.

yo puas e ya ngapain kesirian batire sing pada maring Jakarta, wong aku be lanange kerja, ana sing aweh duit we (tertawa).. siki puas e kui tok, mbak.. (P1W1 513-515)

Merasa puas karena ada yang menafkahi dirinya.

ya wong lagi kasmaran yo tanpa..ndean ora duwe gambaran wong angger

Keputusan Rani menikah di usia muda tanpa disertai gambaran tentang kehidupan

(36)

inyong mengko wis duwe anak keprimen ya.. kayonge yo ora, kepikirane ah anak-anak mengko mburi bae

lah.. kaya kue

lah..(tertawa). (P1W1 520-524)

pernikahan.

ya sih..kalo ajaran maksudte ya..ya apa sih..wong inyong be wong muslim ya setiap..disaat mo sholat suami apa sih yo ya pada sembahyang..seperjanjian sholat ya wong jenenge wong muslim ya harus dilakoni terus..wong jenenge wong muslim yo wayah sembahyang yo di sembahyang eh wong sembahyang disembahyangi..wayah sembahyang yo dilakoni..gitu..wong kewajiban yo ditetepi. (P1W1 536-543)

iya.. dadi sama-sama muslim gitu kan..Islam kan dadi nggak ada pengaruhnya sih. Palingan kadang wong lanang, batire pada pengajian mana sih melu pengajian. Dadi pada madhan wayah sembahyang mana sembahyang pada sembahyang.. kaya kue tok. (P1W1 549-553)

Memiliki keyakinan yang sama, tidak memberi pengaruh pada kehidupan rumah tangga. Suami lebih sering mengingatkan Rani untuk lebih giat beribadah.

ya luwih sregep saiki lah..mungkin kan saiki ana sing luwih ngingetna kadang nek lagi kober

Setelah berumah tangga dan memiliki anak, Rani menjadi rajin beribadah. Hal ini karena muncul kekhawatiran

(37)

sungkan..embuh lah sungkanan temen lah.. wong madan sembahyang ye sungkan. Dadi nek lagi lengohan kan lagi urung.. urung mbojo kan, lah ora ana sing ngurusi iki kaya kui (tertawa)..arep

sembahyang ora

sembahyang kan bodo amat..tapi sih ya..aku sing ngalami ya..apa..disaat rumah tangga, iya ya inyong wis rumah tangga, wis duwe anak berarti aku wis tuwek..nek ora njalani apa..ora sembahyang, apa nek inyong anggeraning mati enom keprimen? Ngono kepikirane.. Ora due amal ibadah secuil inyong keprimen matine, ora ana sangune. (P1W1 557-570)

dalam diri Rani bila di usianya yang sudah tidak muda lagi, ia meninggal dunia dan tidak mempunyai amal ibadah sebagai bekal di kehidupan selanjutnya.

ya rencana sih..umpama kan..ya siki-siki kan anak e aku kan baru telung tahun ya, limang taun ya insya allah angger aku teyeng ya arepan TK..TK disit, angger wis TK nembe pan SD..ya mungkin angger suk mben sih yah, arep ngomong tekan sarjana, mbokan ora duwe biaya..ya keprimen ya..yang ada dijalani dulu. Yang penting intinya, saya punya, saya nabung buat besok dewasa dia. (P1W1 575-582)

Rencana Rani untuk masa depan anaknya didasarkan pada kondisi ekonomi keluarga saat ini. Rani berprinsip bahwa bila ada penghasilan berlebih akan ditabung untuk masa depan anaknya.

(38)

pacaran yo wis ngomong.. kan aku ngomong, sampeyan kok ngrokok e kuat.. angger ana..angger ana ya pokok e sedina mangguwa terus..tapi angger ora ana ya ora kaiki.. ya emang dasare iya, nek ora ana ya ora ngrokok (P1W1 602-607)

sejak muda sudah diketahui Rani sejak masa pacaran.

Analisis verbatim P1W2

Verbatim Makna

ya..kayane sih langka ya..mungkin ya sms (Short Messages Service) sih..apa telpon sih mungkin jarang..sms juga jarang tapi ya tetep sih lancar-lancar aja..umpama telung dina pisan apa limang dina pisan kan. (P1W2 6-10)

Komunikasi dengan suami tetap berjalan lancar meski hanya dilakukan tiga atau lima hari sekali.

oo..ya kan saling percaya aja kaya kue..terus ya umpama..umpama ngapa-ngapa ya ngomong, umpama lanange telpon ya wong aku mau terus kie kie kie. (P1W2 16-19)

saling percaya aja lah pokok e intine..aku percaya dia, dia percaya aku..gitu aja. (P1W2 21-22)

Rani memegang prinsip saling terbuka dan percaya dengan suami.

(tertawa) yo njaluk..iya bener. Bener iyo njaluk, madhan keprimen.. ngomong dadine lha inyong kepengen e..(suara teman

peneliti) berarti ya

ngomong, sama, suami juga

Suami juga mau melayani hubungan seksual ketika Rani menginginkannya.

(39)

mau melayani (P1W2 27-30)

yaa pasti ana lah ya.. wong kan ora mungkin rukun terus..pastine kadang..wong kadang kan apa ya kanca wadon e ana sing nelpon, apa..dadine kan aku sering

wade lah karo

lanange..engko wis dadi bojone aku mosok kancane isih nelpon-nelpon bae..masalah cemburu apa sih ya, ora pernah lah. Maksudte cemburu tekan lunga-lunga kaya kue, ora pernah. Paling juga ngomong, kaya kue tok. (P1W2 38-45)

Rani sering merasa kesal bila ada teman wanita suami yang menelepon suaminya. Kecemburuan Rani tidak membuat Rani memutuskan untuk meninggalkan suami, biasanya akan ia ungkapkan rasa cemburunya pada suami.

yo meneng bae..hehehe. kan ngerti karna dewek salah yo meneng bae, ora ngapa-ngapa. (P1W2 49-50)

Suami akan memberi penjelasan bila istrinya sedang cemburu,

ya kan..kalo apa ya..nganggo sing telung taun pisan, nganggo susuk kan ya..kan ora bisa kerja berat, nek kaya aku kan kerjane tani, ngangkati gabah, jagung, segala kan diangkat..dadine kan nek nganggo tiga taun sekali ya wedhi karena ora bisa njunjung berat-berat..karena aku kan kerjane juga berat, kaya kue. Nak sing sawah, kayu ya apa..dadine kan mbokan primen-primen (menimpali perkataan

teman peneliti)..arep

Memilih alat kontrasepsi berupa suntik karena khawatir bila menggunakan susuk tidak dapat bekerja berat dan sayang jika uangnya hanya digunakan untuk penggunaan alat kontrasepsi.

(40)

nganggo sing sewulan pisan, masak iya arep suntik bae (suara teman peneliti)..duite bola bali nggo suntik. (P1W2 61-71) ya mamane..kan kalo angger

karo mamane kan

nyong..inyonge wedhi mbok mbebani mama..nek karo lilike kan, lilike juga buka-bukaan maksudte apa sih menerangkane luwih..luwih jare aku luwih pinter lilike daripada mamane aku. Aku ora pingin ya.. membebani wong tuane aku kan maksudte wah iya anake inyong wis nikah kok dadine kaya kie kaya kie..dadine inyong emoh, isih mending aku cerita karo lilike..daripada karo mama kan inyong pikirane engko mama ngerti kisah e aku kaya kie mama nyesel nikahno aku isih enom..kaya kui. (P1W2 75-85)

Tidak ingin menceritakan masalah rumah tangganya pada ibu agar tidak membebani pikiran ibu.

ya Alhamdulillah akrab terus ya, dasare sebelum.. sebelum kenal karo calon lananganku wis kenal karo keluargane akrab, dadi kanca karo mamane kui kan. Dadi yo wis akrab mbarang maune..kaya kue lho. Dadi ya..apa sih menyesuaikan dirine ya lebih mudah lah daripada karo mungkin ya sing urung kenal..sing wis kenal kan dadine inyonge ah

Sebelum mengenal suami, sudah lebih dulu akrab dengan keluarga suami. Penyesuaian diri dengan keluarga pasangan menjadi lebih mudah.

(41)

sifate wonge kaya iki iki iki dadine..ngana yo wis ngerti sifate aku kaya iki iki iki..dadi kan mudah lah menyesuaikan diri..ya Alhamdulillah ya wis ora menyesuaikan diri. Bisane kaya wong tuane dewek, ngana ya kaya anak wadon e dewek, kaya kui.. (P1W2 89-100)

iya.. puas nggak puas.. puas e kan disaat lagi ana kan, Alhamdulillah aku ana sing ngazabna, ana sing nggetekna duit..dadi nek saat aku butuh apa-apa ya ana sing aweh iku kan. Disaat tidak puas e, disaat wong lanange pada ora oleh duit, bingung, pengen apa-apa ya ora ana sing ditukokna, kaya kue. (P1W2 107-112)

Perasaan puas dan tidak puas dirasakan Rani terhadap keadaan ekonomi rumah tangganya. Disatu sisi, Rani merasa puas karena ada orang yang dapat mencukupi kebutuhannya sedangkan rasa tidak puas dirasakan Rani ketika ia sedang ingin membeli sesuatu namun suami tidak mempunyai uang.

ya wonge ora

gelem..maksudte nak koe kerja engko keprimen anake melas..langka sing njagani, gitu. Juga neng omah, umpama aku balik kerja langka uwong kan aku kesuh, jare kui..(berbincang

dengan anak) (P1W2

118-121)

Larangan untuk bekerja karena tidak ada yang mengurus anak dan keperluan suami saat pulang.

ya alesane ngono iki..karena aku kan due anak cilik, masak iya harus kerja..terus alesane ya saiki kan mbahku kaya kae..dadi ya..ya mungkin saat ini aku nggak

Berharap suatu saat dapat bekerja karena sekarang masih harus mengurus anak dan nenek yang sakit.

(42)

boleh kerja tapi nggak tau di masa depan nanti..nak untuk saat ini aku nggak boleh kerja alesane ya anake masih cilik, terus mbah e ya melune aku, berhubung mbah e kaya kae, kan ora bisa lunga-lunga, ora bisa ngapa-ngapa, ya neng ngomah bae.. (P1W2 123-130)

(terhenti sejenak karena anak merajuk) pengaruhe sih.. apa ya sing mempengaruhi..kadang ya nek ngomong kadang aku nek wis due anak kan sering kesuh karo anake dadinekan lanange madhan apalah dadi

nesu-nesu karo

lanange..dadine ya lanange madhan njengkel, gitu kan..terus ya kalo pengaruh sayange mungkin kan uwis dibagi..kadang kan luwih sayang nang anak kaya kue. (P1W2 138-145)

Rasa jengkel terhadap anak dilampiaskan pada suami.

ya kalo pembagian tugas ngurus anak sih ya, nggak ditugas ya, mbak, ya..karena kewajiban. Ngurus anak kan bagiane wong wadon kaya kie. Bisa nggak bisa ya ngatur apa sih pekerjaan rumah tangga karo ngurus anak ya harus bisa, gitu. Nek ngurus rumah tangga, umpama anake rewel, ya mending ngasuh disik lah, anake turu nembe pekerjaan

Rani menganggap, selain berkewajiban mengurus anak, wanita juga harus mampu membagi waktu dalam mengerjakan pekerjaan rumah lainnya.

(43)

rumah dikerjain, kaya gitu. (P1W2 148-155)

o yo ora, paling juga bojone aku ya apa sih perhatian dewek lah, bojone aku lagi sibuk ngurusi anak. paling ya bantu-bantu apa, rewang-rewang apa, tanpa disuruh. Nek lagi sungkan yo pada bae ndableg. Ora dilakoni ..hehehe (P1W2 157-161)

Bila sedang tidak malas, suami mau membantu Rani mengerjakan pekerjaan rumah tanpa diminta.

ya nek lanange madhan sungkan, ora ngrewangi ya ra papa, kan ya wong lanang kan, wis iki istilahe wong lanang kan ora mungkin ngurus pekerjaan rumah. Tapi nek lagi gelem, tanpa disuruh pun dia mau.. (P1W2 163-166)

Rani menyadari bahwa tugas mengurus rumah adalah kewajiban istri sehingga ia tidak menyalahkan suami bila tidak membantunya.

Analisis Verbatim P1W3

Verbatim Makna

ya pantes sing lanang ndisit ya (tertawa) (P1W3 11)

Suami lebih sering minta untuk melakukan hubungan suami istri.

ya lagi urung due anak kan sama-sama mau, dadi nak wong lanang omong, ya ayo kaya kui. Tapi nek pas tes due anak se rong taun, koyo madan sungkan ya nek diajaki, lah sungkan kaya kue (tertawa) (P1W3 17-20)

yo embuh (tertawa) ora ngerti (tertawa) primen sih ya, wong sungkan (P1W3 23-24)

Sebelum memiliki anak, Rani selalu mau bila diajak melakukan hubungan suami istri. Setelah kehadiran anak, bila diajak berhubungan suami istri, Rani kadang merasa enggan untuk melakukannya.

(44)

kue (P1W3 27)

saling memahami..nek sungkan yo ora kaiki, kue (P1W3 29)

melakukan hubungan suami istri ketika Rani sedang tidak ingin melakukannya.

lekase mbarang wis due anak ana setaun ya. Dadi kaya madan..madan jarang smsan, jarang nelpon kaya kui lho. Dadi paling yah rong dina nembe sms, nembe telpon kaya kue. Ora..dadi urung due anak kan sering, mben dina terus smsan, telponan kaya kue. Tapi mbarang wis due anak akire dasare nek angger lagi dolanan hape anake rewel sih ya, keprimen (tertawa). Kadang hapene dijaluk manding anake, yowis. (P1W3 43-51)

Setiap hari Rani menggunakan handphone untuk berkomunikasi dengan suami yang berada di luar kota. Setelah memiliki anak, Rani jarang berkomunikasi dengan suami karena anaknya rewel saat Rani memegang handphone.

melu pindah neng kana. Mulo aku emoh kan melu urip neng kana, neng nggone mertuane dadi aku emoh. Ya masalah dolan sih umpama neng kana sedina rong dina aku gelem tapi yen dodok neng kana, umpama pindah neng kana, aku emoh. Kaya kue. (P1W3 59-64)

Rani tidak keberatan bila diajak pergi berkunjung ke rumah orang tua suami namun Rani enggan bila hidup satu rumah bersama keluarga suaminya.

embuh (tertawa) ora betah sih ya nginthil mertua primen (P1W3 66-67) dadi seakan-akan ya..kaya primen sih..jenenge kaya..kaya wong numpang yen melu mertua dadi ngapa-ngapa yo ora kepenak

Rani merasa tidak betah serta sungkan bila harus tinggal bersama mertua karena seolah-olah hidup menumpang.

(45)

(tertawa) (P1W3 69-71) ya kan lagi isih enom kan gandengan napa kan dadine ora isin karo tangga..lah nek wis due anak kan anggeraning gandengan tangan kan isin diluruhi tangga kui lho (tertawa). Siki malahane bareng wis mbojo kui adoh, ora tau gandengan, ora tau apa. Dadi pas dadi pacaran mah yo gandengan, lunga nengdi bareng tapi nek siki ora. Isin lah, wong jeneng wong urip neng ndesa, pastikan di luruhi uwong. Lho kae uwong koh ndadakan gandeng-gandengan kaya lanange dijaluk (tertawa) (P1W3 87-96)

Setelah menikah, Rani justru tidak pernah bergandengan tangan saat pergi bersama suami karena malu ditegur tetangga.

apa sih ya? Kebiasaan..apa sih, kaya wong langka ya. Paling ngomong-ngomong kui, ngomong Sunda kaya kue, dadi ditiru. Kan wong lanange aku kan kerjane neng Pangandaran sering ngomong Sunda ya, dadi pengen ngerti ya tironan (tertawa) (P1W3 101-105)

Sambil belajar, lama-lama Rani mulai mengikuti

kebiasaan suami

menggunakan bahasa Sunda saat bercakap-cakap.

ya tujuane (tertawa), kan kaya aku.. (P1W3 118) orang wong ora kui ya..opo arane wong ora mampu terus lorone karena aku wong tuwane pisahan dadine tujuane aku ya supaya ana sing nanggung jawabi uripe aku kaya kui

Tujuan Rani menikah adalah agar ada orang yang dapat mencukupi kebutuhannya.

(46)

lho. Kan lagi mamane cerai kan arep sekolah ora due biaya, arepane kerja, kerjane apa wong secara lulusan, lulusan SD ya kan, paling juga rumah tangga, gajiane sepira kaya kui kan. Lha akire pelarian maring pernikahan kaya kue men supaya uripe aku ana sing nanggung jawabi aku, ana sing mbiayani, kaya kui lho (P1W3 120-129)

ya Alhamdullilah (tertawa) (P1W3 131)

Saat ini, tujuan Rani menikah sudah terpenuhi.

Analisis Verbatim P1W4

Verbatim Makna

ya anggerane neng kana..apa...ndesane lanange aku kan kerjaane luwih penak tapine akune emoh kaya kue, emoh sing mana. Ya emang anggeraning neng desane lanange aku kan kerjaane perek tur wau ngetan ngulon maksude kerjaane tapi inyonge emoh diseng mana kaya kue. (P1W4 7-12)

Rani tetap tidak ingin tinggal bersama keluarga suami meski disana pekerjaan mudah diperoleh.

Netep neng anu sih..neng Bangkok tapi inyong ora gelem. (P1W4 19-20)

Suami akan menetap di Bangkok bila Rani mau tinggal bersama keluarganya. ora pernah sih (tertawa)

urung ana (P1W4 23) he’em (P1W4 25)

iya. Lancar aja. (P1W4 27)

Selama menikah, Rani belum pernah mengalami konflik dengan keluarga suami. ya sih mending due anak

sisan daripada menunda (tertawa) (P1W4 32-33)

Rani tidak memiliki keinginan untuk menunda kehamilan setelah resmi

(47)

menikah. maksude..(berbicara kepada

anaknya) ya kan angger wis due anak kan tenang, ora due beban, ah kok nyong rung due anak-anak sih, kaya kue, dadinekan apa sih, angger wis due anak wis tenang maksude (tertawa) (P1W4 35-39)

Rani ingin segera memiliki anak setelah menikah agar merasa tenang karena tidak terbebani pemikiran mengenai kehadiran anak dalam pernikahannya.

ya mulai dari anak udah..sebulan. (P1W4 42) he’em. Berarti ya setaun ntes nikahan lah berarti. Ya ora lah, setaun luwih (P1W4 44-45)

he’em, wis lair umur satu bulan, njuk aku nembe KB. (P1W4 47-48)

Satu bulan setelah kelahiran anak, Rani memutuskan untuk menggunakan alat kontrasepsi.

yo urung lah (tertawa). Anake isih cilik (tertawa) (P1W4 51)

yaa.. (P1W4 53)

urung..urung ana rencana (tertawa) (P1W4 55)

urung ana rencana, pingine ya engko anake wis gedhe dingin terus akune maksude bebas usaha dingin. (P1W4 57-59)

Saat ini, Rani belum berencana memiliki anak kedua karena anak pertamanya masih kecil. Alasan lain Rani menunda kehamilan karena Rani masih ingin bekerja membantu suami.

ya maksude ya melu wong lanang ngko anak egin wis gedhe umpama arep tani arep apa kan anake wis gedhe ora rewel kaya kue. (P1W4 61-63)

Rani berencana bekerja membantu suami mencari nafkah bila anak pertamanya sudah tidak rewel saat ditinggal bekerja.

apa ya? Ora sih, perubahan apik biasa-biasa aja (P1W4 68)

Tidak ada perubahan dalam diri Rani maupun suaminya setelah kelahiran anak. ora sih, ora ana pengaruh Tidak adanya jadwal tertentu

(48)

d. Kategori data partisipan 1

Langkah selanjutnya setelah memberi makna pada jawaban partisipan, penulis mulai membuat kategorisasi. Proses kategorisasi menghasilkan beberapa kategori yakni: 1. Pengaturan keuangan dalam rumah tangga

2. Komunikasi dengan suami

3. Pembagian tugas suami dan istri dalam rumah tangga 4. Hubungan Rani dengan keluarga, baik keluarga kandung

maupun keluarga pasangan 5. Hubungan Rani dengan teman 6. Pemenuhan kebutuhan seksual 7. Perencanaan kelahiran anak 8. Konflik rumah tangga

9. Penyelesaian konflik yang terjadi 10. Kehidupan beragama

11. Timbul penyesalan menikah muda saat melihat teman sebaya belum menikah

e. Kesimpulan partisipan 1

Rani merupakan anak pertama dari pernikahan ibu dan ayah kandungnya. Sejak orang tuanya bercerai, Rani diasuh oleh nenek yang merupakan ibu dari ibu kandungnya. Setelah

apa-apa ya (tertawa) (P1W4 82)

dalam melakukan hubungan seksual tidak berpengaruh terhadap kehidupan rumah tangga Rani.

yo sing lanang (P1W4 89) ya kerjane tani, biasa, pada bae kaya nang Pangandaran (P1W4 91-92)

Selama tidak bekerja di Pangandaran, suami Rani tetap bekerja sebagai tani di Pemalang.

Gambar

Figur  suami  ideal  dan  rasa  cinta  yang  dirasakan  Devi  pada  pacar  membuatnya  mantap untuk menikah
Figur  suami  ideal  dan  rasa  cinta  yang  dirasakan  Devi  pada  pacar  membuatnya  mantap untuk menikah

Referensi

Dokumen terkait

Unit Layanan Pengadaan Barang / Jasa Kabupaten Muara Enim Pokja Pengadaan Barang Kelompok II yang dibentuk berdasarkan Keputusan Kepala Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa

Apabila nilai kandungan nitrit pada titik pengamatan dibandingkan dengan PP Nomor 82 Tahun 2001 yang mempersyarakatkan kriteria mutu air untuk nitrit adalah 0,06 mg/l, maka kandungan

Berdasarkan tinjauan konsep New Urbanism , maka dapat disimpulkan bahwa pola perkembangan menyebar dan pola pembangunan realestat yang didominasi oleh pihak swasta membentuk

Dukungan dapat dilakukan dengan surat edaran/himbauan ke masyarakat kampus untuk memilah sampah yang mereka hasilkan serta menabung sampah kering layak jual ke

Syarat dan ketentuan dari produk Sequis Study Plan Insurance tercantum pada Ketentuan Umum dan/atau Ketentuan Tambahan dan/atau Ketentuan Khusus dan/atau endorsemen dan/atau

Hasil penelitian menemukan bahwa kinerja KIA menurut status akreditasi RS sebagian besar pada RS tidak akreditasi (76,6%), rumah sakit terakreditasi 5 jenis pelayanan (57,9%), RS

Kedua, Kualitas Layanan dari aspek kesederhanaan pelayanan sudah cukup baik ini dibuktikan melalui keterangan dari masyarakat yang mengatakan proses pelayanan

Dalam rancangan dan naskah kerja sama antara Pemerintah Aceh dengan lembaga atau badan di luar negeri, wajib dicantumkan frasa “Pemerintah Aceh sebagai bagian dari