• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konflik. Muncul ketika individu berada dalam kondisi di bawah tekanan untuk merespon dua atau lebih dorongan yang saling

POKOK BAHASAN STRES, COPING

3. Konflik. Muncul ketika individu berada dalam kondisi di bawah tekanan untuk merespon dua atau lebih dorongan yang saling

bertentangan secara simultan atau bersamaan. Konflik

dibedakan berdasar nilai dari masing-masing pilihan; jika pilihannya memiliki tujuan yang positif bagi individu maka

dinamakan sebagai approach tendency. Sedangkan jika

pilihannya memiliki tujuan negatif dinamakan avoidance

tendency. Macam-macam konflik: a. approach- approach conflict

dua pilihan yang masing-masing memiliki alternatif yang diinginkan.

b. avoidance-avoidance conflict

dua pilihan yang sama-sama memiliki konsekuensi negatif. c. approach-avoidance conflict

satu objek memiliki konsekuensi positif maupun negatif. d. doubleapproach-avoidance conflict

dua alternatif yang sama-sama punya konsekuensi positif dan negatif.

4. Cemas. Merupakan perasaan samar-samar, rasa yang tidak mudah untuk merasakan bahaya di masa yang akan datang.

Simtom cemas: jantung berdebar, ketegangan otot, keringat

dingin. Secara psikologis dianggap wajar jika dalam intensitas

yang normal, karena kecemasan merupakan tanda alarm yang memperingatkan kita bahwa bahaya sudah dekat dan

membangkitkan kita untuk meresponnya secara tepat. Stres

terhadap kecemasan dipelajari dan berfungsi dalam hubu-ngannya dengan perasaan aman. Kecemasan taraf ringan-sedang : menstimulasi individu menjadi lebih waspada dan resposif pada situasi yang membutuhkan perhatian lebih (fascilitating anxiety). Kecemasan yang berlebihan : memperburuk performa kita (debilitating anxietyi). Beda kecemasan dengan rasa takut:

- rasa takut: jika merasa terancam pada sesuatu yang spesifik

& jelas letaknya

- cemas : lebih subjektif dan umum ancamannya, lebih

stressful, karena ancaman tidak diketahui objek dan efeknya; lebih mudah terakumulasi sehingga membuat berkurangnya kesadaran dan memburuknya performa kita. B. Coping Stres

PENYESUAIAN TERHADAP STRES. Merupakan respon individu dengan cara tertentu terhadap jenis stres yang dialaminya. Masing-masing individu berbeda-beda cara penyesuaiannya terhadap beragam stres, merupakan cara penyesuaian diri yang khas.

Dipengaruhi oleh :

1. kemampuan yang dimiliki (misal: inteligensi, kreativitas,

kecerdasan emosional)

2. pengaruh lingkungan

3. pendidikan

4. bagaimana pengembangan dirinya

5. usia

Adapun langkah-langkah penyesuaian terhadap stres secara umum:

a. individu secara psikofisiologis menilai situasi stres Æ

kategorisasi stres; memperkirakan bahaya yang berkaitan dengan stres

b. merumuskan alternatif tindakan yang paling mungkin dilakukan

(baik secara disadari/ tidak)

c. melakukan tindakan yang terarah dalam rangka penyesuaian

d. feedback

dua langkah terakhir merupakan langkah paling sulit. Macam penyesuaian diri terhadap stres, ada dua yaitu:

a. Penyesuaian yang bersifat mengurangi atau memperlemah

simtom stres

b. Penyesuaian yang sifatnya berusaha atau membantu mengatasi

secara lebih terarah sumber stres yang ada, disebut dengan penyesuaian efektif.

a. PENYESUAIAN YANG BERSIFAT MENGURANGI SIMTOM STRES. Ada dua macam:

1) Yang bersifat tak disadari: seringkali dilakukan adalah defense

mechanisms (mekanisme pertahanan diri atau ego).

2) Yang bersifat disadari: membicarakannya dengan orang lain;

mela-kukan pekerjaan lain yang mengurangi simtom stres; tertawa. MEKANISME PERTAHANAN DIRI. Merupakan reaksi awal dalam kehidupan manusia untuk menjaga diri mereka dari kelebihan dosis intensif dari adanya stres psikologis. Mekanisme pertahanan diri digunakan oleh self (=ego, dalam Psikoanalisa) untuk melindungi dari segala ancaman. Sifatnya kebanyakan tak disadari, otomatis muncul saat individu menghadapi ancaman baik dengan kesadaran minimum atau tidak sama sekali. Tujuannya meredakan ketegangan akibat stres. Biasanya muncul karena terpicu adanya: kecemasan, konflik, atau frustrasi. Kemunculannya berbeda antar individu (ada yang saat benar-benar terdesak, ada yang jadi bagian kesehariannya). Patologis

bila ada self-deception (pengingkaran atau pembohongan diri),

disam-ping distorsi realita, kepercayaan berlebihan pada nasib. Jenisnya:

1) Represi (repression). Berusaha menekan pengalaman-pengalaman

yang tidak menyenangkan ke bawah sadar (motivated forgetting)

– fungsi normal kembali. Akibatnya membebaskan dari ketidaknyamanan akibat selalu waspada pada ancaman, tetapi mempersempit kesadaran kita, membuat perilaku jadi kaku.

2) Supresi (supression). Upaya sadar individu untuk mengendalikan

keinginan-keinginan yang memunculkan kecemasan, dan mengekspresikannya pada waktu tertentu saja. Proses yang

lebih ‘sehat’ karena sangat kecil nilai self-deception nya.

g

3) Pengingkaran (Denial). Menolak melihat atau mendengar aspek

realita yang tidak menyenangkan atau mengancam. Menolak pengakuan eksternal atau realita sosial.

4) Rasionalisasi. Usaha untuk memberikan alasan pada perilaku

yang tidak diterima dalam cara yang diterima sosial dan

rasional. Nilai self-deception sangat besar, mirip dengan

berbohong atau mengingkari orang lain.

5) Regresi. Mengurangi ketegangan dalam dirinya dengan

berting-kah laku mencari perhatian (seperti anak kecil; merajuk, marah) – agar diperhatikan. Mundur pada fase perkembangan sebelumnya.

6) Proyeksi. Upaya individu untuk melemparkan penyebab

frustrasinya pada orang lain. Misal: cinta orang lain, tapi takut bilang, yang muncul adalah bilang dicintai orang tersebut.

7) Reaksi-formasi. Mengalihkan motif yang dimiliki ke motif lain

yang berlawanan, sebagai upaya mengurangi kecemasan yang muncul akibat motif pertama yang tadi tidak diterima superego atau moral. Contoh: benci orangtua, tampil sebagai anak yang sayang pada orangtua berlebihan.

8) Sublimasi (displacement). Tidak tercapainya suatu motif tertentu, yang kemudian dialihkan pada motif yang sejenis tapi beda kegiatan. Misal: ingin jadi dokter – suka terlibat menolong orang.

9) Acting Out. Membebaskan tegangan dari impuls yang tidak dapat diterima dgn mengekspresikannya secara simbolik. Misal: ingin merasa independen dari orangtua maka remaja jadi tampil modis, bolos sekolah, penundaan atau mogok, seks bebas, tawuran. Sifatnya tidak disadari.

10) Fantasi. Membebaskan tekanan dengan tindakan imajinasi.

Tetapi tidak semua imajinasi merupakan bagian dari defens. Misal: melamun, yakin bahwa jadi tokoh dalam film, tokoh

dalam film kaya seperti harapannya (ada unsur self-deception,

distorsi realita).

SARANA COPING UNTUK STRES MINOR. Merupakan respon terhadap stres ringan, yang sangat dipengaruhi oleh proses belajar individu. Berlaku otomatis, tetapi lebih disadari oleh individu (ada pada level kesadaran). Sarana yang dilakukan dipengaruhi juga oleh: situasi, kekuatan dan kesegeraan gangguan, serta pola kebiasaan individu dalam menghadapi stres. Jenisnya:

b. tertawa, menangis, memaki/ mengutuk

c. membicarakan dengan orang lain, merenungi masalah seorang diri

d. melakukan aktivitas yang meredakan ketegangan (misal: olah

raga, jalan-jalan, main games).

Akan tetapi sifatnya: tidak menghilangkan sumber stres, sementara, memiliki keterbatasan dalam mengurangi kete-gangan akibat stres.

b. PENDEKATAN PROBLEM-SOLVING TERHADAP STRES.

Merupakan jenis penyesuaian terhadap stres yang bersifat disadari, berupaya menghilangkan sumber stres, tidak tergesa-gesa dan lebih terarah serta ada strategi tertentu, sehingga lebih efektif. Jenisnya:

a. memodifikasi diri agar lebih toleran terhadap stres.

b. memodifikasi situasi yang menimbulkan stres.

MENINGKATKAN TOLERANSI TERHADAP STRES

a. Toleransi terhadap tekanan. Membiasakan diri bekerja di bawah

stres dengan meningkatkan kemampuan dan keterampilan.

b. Toleransi terhadap frustrasi. Berusaha lebih independen

terhadap lingkungan mencoba memahami sumber frustrasi kita belajar untuk menunda pemuasaan atau kesenangan.

c. Toleransi terhadap konflik. Menyadari adanya konflik mencari

segi positif terbanyak dan efek emosionalnya.

d. Toleransi terhadap kecemasan. Mencoba tetap merasakan

kecemasan tanpa mengurangi performa kita menggali lebih banyak pengalaman dan belajar menghadapi situasi yang membuat kita cemas.

PENDEKATAN YANG BERORIENTASI TUGAS

a. Pendekatan Asertif. Merupakan pendekatan yang menekankan

pada usaha-usaha individu untuk mengekspresikan hak dan keinginan tanpa merebut hak orang lain.

b. Pendekatan Menarik Diri. Dapat dilakukan apabila sumber stres

tidak dapat dihilangkan dengan asertif dan kompromi. Strategi sementara untuk mengatasi stres yang dapat berakibat memperburuk kesehatan individu tersebut. Misal: cuti kuliah untuk mengumpulkan biaya kuliah.

c. Berkompromi. Biasa digunakan apabila agen sumber stres

seimbang. Baik-buruknya sangat tergantung pada sejauhmana kepuasan dapat diperoleh individu, dan sebesar apa usaha yang dilakukan untuk mengurangi stres.

Tiga tipe kompromi: 1. Comformity

merubah sikap menjadi lebih realistik mengikuti prosedur umum yang berlaku.

2. Negotiation

secara aktif mencapai kompromi dengan berbagai situasi stres, biasa digunakan pada area publik dan interpersonal, lebih baik daripada kompromi karena sifatnya mutual.

3. Substitution

memutuskan alternatif pemecahan terbaik untuk mencapai tujuan yang sama.

C. Pengelolaan Stres

Pengelolaan stres dapat dilakukan dengan tiga langkah sederhana, yaitu dengan mengenali stres yang kita alami, pahami dampaknya bagi kita (fisik, emosi, perilaku), dan strategi pengendalian stres (penundaan, antisipasi, pengelolaan).

STRATEGI MENGHADAPI STRES.