• Tidak ada hasil yang ditemukan

POKOK BAHASAN HUBUNGAN

ORANG LAIN

Tabel 6.1 Stroke

POSITIF NEGATIF BERSYARAT “Kalau pintar, anak

mama ...”

“Mama hukum kamu, karena kamu memukul adik”

TIDAK BERSYARAT

Uncoditional Love “Kamu jatuh tersandung, ya? Pasti yang nakal batunya...”

D. LIFE POSITION

Menunjukkan empat tipe individu dalam posisi Ok atau tidak Ok dalam suatu hubungan dengan orang lain.

1. Depresif

karakteristiknya: pecundang, cemas, merendahkan diri, tidak suka pada diri sendiri, menyakiti diri, dan menjaga jarak. 2. Sia-sia (abuse victim)

karakteristiknya: “saya memang jelek tapi orang lain lebih jelek”, memusuhi orang lain, merendahkan orang lain, ingin menyakiti orang, waspada.

3. Sehat

karakteristiknya: “kita semua akan berhasil”, nyaman dengan diri sendiri, nyaman bersama orang lain, merasa tidak perlu merendahkan orang lain, tidak ingin menyakiti, tidak memasang benteng.

4. Paranoid

karakteristiknya: cenderung selalu usaha membuktikan siapa pemenang, suka kekuasaan, selalu ingin unggul, mengenyah-kan orang lain yang ingin dekat, curiga amengenyah-kan disakiti. Tabel 6.2 Life Position

SAYA

TIDAK OK OK

OK 1. Depresif 4. Sehat

ORANG LAIN

TIDAK OK 2. Sia-sia 5. Paranoid MEMULAI SUATU HUBUNGAN. Dalam memulai suatu relasi, individu satu dengan yang lain biasanya melalui proses berikut:

PEMBENTUKAN KESAN. Kesan muncul dalam waktu singkat, biasanya hanya merupakan hasil pengamatan indera semata (misal: kontak mata), merupakan penilaian singkat yang disesuaikan dengan harapan subjektif, serta hanya menyimpan sedikit informasi tentang objek pengamatan tersebut. Objek kesan antara lain: jenis kelamin, usia, ras, daya tarik fisik, cara berpakaian. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kesan:

a. Terbatasnya informasi

b. Kesamaan (asumsi kesamaan), membandingkan objek dengan

diri kita.

c. Isyarat yang keliru, seperti: perempuan yang ramah pasti mau

diajak kencan.

d. Stereotipe, merupakan keyakinan umum, seperti: rambut

gondrong pasti anak berandal; profesor biasanya berkepala botak.

e. Kesalahan logis, seperti: orang yang mudah menarik perhatian

biasanya cerdas dan intelek atau orang sukses dan sebaliknya. f. Hallo effect dan devil effect, rasa suka atau tidak suka akan

mempengaruhi penilaian kita terhadap perilaku orang lain. KETERTARIKAN INTERPERSONAL. Individu mulai tertarik pada individu lain karena beberapa faktor berikut:

1. Kedekatan fisik (physical proximity), misal: satu fakultas,

tetangga dekat.

2. Kesamaan diri, contoh: punya kesamaan prinsip, sikap, atau

latar sosial budaya.

3. Saling menyukai (mutual liking). Penelitian Aronson (1980) yang

terkait:

- kita akan menyukai orang yang menyukai kita

- orang akan menyukai kita apabila kita menyukainya

- kita lebih menyukai seseorang yang rasa sukanya mulai

muncul atau bertambah kepada kita, daripada dengan orang yang telah dari dulu menyukai kita.

4. Ketertarikan fisik, biasanya tergantung pada standar individu,

jenis kelamin, dan budaya.

- laki-laki menyukai perempuan karena daya tarik

seksualnya.

- perempuan menyukai laki-laki karena kepribadiannya atau

PERAN DALAM SUATU HUBUNGAN. Hubungan antar individu dapat berkembang karena dipengaruhi oleh peran sosial dan perilaku yang diharapkan, tujuannya mencari kesesuaian antara satu dengan yang lain.

MODEL PERAN. Peran adalah perilaku yang diharapkan, biasanya dihubungkan dengan posisi yang diberikan atau status sosial yang dimiliki seseorang. Peran memudahkan individu dalam bersosialisasi, bahkan sebelum dirinya mampu memahami dan mengendalikan perilaku secara rasional. Peran seseorang dapat berubah seiring berjalannya waktu.

KESESUAIAN DAN KONFLIK PERAN. Kesesuaian dan konflik peran muncul sebagai akibat adanya beberapa peran yang dimiliki individu sekaligus. Fleksibilitas peran adalah kemampuan individu menyelaraskan satu sama lain peran yang dimilikinya atau memindahkan satu peran ke dalam peran yang lain. Seharusnya apabila antar peran berkonflik, maka salah satu ada yang harusnya dikalahkan dari yang lain.

PERAN YANG AUTENTIK. Peran yang dimiliki seseorang dapat bersifat natural dan palsu. Yang perlu menjadi perhatian adalah adanya overidentifying dimana satu peran dominan dari peran yang lain, terkadang kita hanya sedikit mengenali diri dalam peran kita sendiri, dan kesadaran bahwa berperan adalah lain dengan harapan sosial. C. Keintiman

KONSEP KEINTIMAN. Membicarakan suatu relasi yang intim, akan mengarahkan kita pada aspek emosional manusia yang biasanya dikaitkan dengan ikatan cinta. Termasuk di dalam relasi yang intim adalah kedekatan antara individu, saling berbagi, adanya

komunikasi, dan usaha untuk saling mendukung. Keintiman

memiliki arti kelekatan personal kepada individu lain, dimana pasangan tersebut saling berbagi pemikiran dan perasaan terdalamnya. Sedangkan hubungan personal (intim) merupakan hubungan yang memiliki kedekatan emosional antara dua orang atau lebih, seperti dengan teman, kekasih, sahabat, yang mungkin atau tidak melibatkan keintiman baik secara fisik atau seksual. Berdasarkan pendekatan dalam Teori Hubungan Interpersonal, keintiman dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Fair-exchange model. Keintiman merupakan hubungan satu sama lain tidak menghitung untung-rugi, antar pasangan saling memberi dan menerima secara spontan di mana satu sama lain merasa terpuaskan.

b. Transactional analysis model. Keintiman melibatkan kasih sayang, game-free transaction antar pasangan, dengan sedikit manipulasi di antara keduanya.

c. Role model.Keintiman diharapkan sebagai hubungan personal yang kaya, memiliki komunikasi yang terbuka antara pasangan, dan keterlibatan mendalam secara emosional melebihi peran-peran lain yang diharapkan.

KONDISI-KONDISI YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEINTIMAN. Keintiman bukanlah suatu relasi yang begitu saja terjadi. Suatu hubungan interpersonal dapat berkembang lebih mendalam menjadi intim, apabila kondisi-kondisi berikut ini berkembang ke arah positif. Adapun, kondisi tersebut adalah:

1. Saling mengungkapkan diri

Mutual self-disclosure dapat diartikan sebagai kesadaran antara dua orang atau lebih untuk berbagi pemikiran dan perasaan terdalamnya. Pengungkapan diri berhubungan erat dengan kepercayaan (trust).

2. Kesesuaian pribadi (compatibility)

Kesesuaian pribadi merupakan faktor yang menghubungkan antara pengungkapan diri dengan keintiman pada individu. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kesesuaian adalah kesamaan: budaya, sosial, latar pendidikan, minat, tempera-men, pemikiran, serta keinginan saling melengkapi.

MERASA SALING SESUAI KEINTIMAN PENGUNGKAPAN DIRI BANYAK PERBEDAAN TERJADI KONFLIK

Skema 6.1. Kaitan antara Self-disclosure, Compatibility, dan Intimacy.

3. Saling membantu

Kondisi saling membantu dalam suatu relasi terdiri atas keinginan membantu pasangan serta keinginan mendapatkan

bantuan dari pasangan (mutual). Tahapan dalam kondisi

tersebut adalah memahami pasangan dengan arah berempati,

unconditional giving, dan menyesuaikan diri dengan gaya keintiman pasangan.

HUBUNGAN INTIM YANG SEHAT. Idealnya, dalam suatu hubungan intim pasangan yang terlibat akan terbantu untuk bertumbuh seba-gai seorang individu. Hal ini dapat tercapai apabila ada atmosfir hubungan yang aman, bebas mengembangkan diri, serta muncul-nya perasaan diterima dan disayangi. Selain itu, kebersamaan dalam menghadapi dan menyelesaikan konflik atau masalah. Akan tetapi, biasanya keintiman hanya mengubah salah satu dari pasangan, seperti:

- salah satu dimanipulasi oleh yang lain (misal: ketergantungan

ekonomi)

- ketergantungan (addictive) salah satu pasangan pada yang lain

Mengapa tidak semua hubungan intim mengarah pada individu yang bertumbuh?

Hal tersebut dapat terjadi karena adanya kebutuhan akan ketergantungan dan rasa aman yang tak terpecahkan dalam hubungan mereka dengan pasangan. Sehingga akan menciptakan hubungan intim yang sifatnya adiktif, yaitu:

a. secara emosional terlibat dan terpreokupasi pada hubungan

tersebut, sehingga memutus semua hubungan di luarnya.

b. membatasi minat, aktivitas atau individu yang dianggap dapat

mengancam rasa aman keduanya.

Hubungan intim yang sehat (mature) adalah hubungan intim dimana pasangan yang terlibat merasakan keinginan untuk bertumbuh dan mengembangkan hubungan bersama-sama, serta terbuka terhadap perubahan dan terlibat dengan pasangan dalam memperkaya kehidupan hubungan keduanya. Dalam kehidupan sehari-hari, kebanyakan hubungan intim yang ada merupakan kombinasi keduanya.

PERNIKAHAN DAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS. Hasil survei (Myers, 2000) pada 41.974 perempuan dan laki-laki Amerika dari tahun 1972-2000 mengungkap bahwa tingkat kebahagiaan individu dilihat berdasar status pernikahannya, sebagai berikut:

a. individu yang menikah memiliki prosentase kebahagiaan paling tinggi dibanding dengan individu yang tidak pernah menikah dan bercerai.

b. individu yang bercerai memiliki prosentase kebahagiaan lebih rendah dari dua kelompok lainnya.

c. perempuan lebih menunjukkan kebahagiaan dari pada laki-laki pada ketiga kelompok di atas.

Tujuh kualitas yang dianggap penting dalam pernikahan yang sukses (Lauer dan Kerr, 1990), yang diungkap baik suami atau istri: 1. Pasangan saya adalah sahabat saya.

2. Saya menyukai pasangan saya sebagai seorang individu

3. Saya meyakini bahwa pernikahan adalah komitmen yang

panjang.

4. Kami menyepakati tujuan dan target.

5. Pasangan saya bertumbuh menjadi lebih menarik. 6. Saya menginginkan hubungan ini sukses.

7. Pernikahan adalah institusi yang sakral.

KESEPIAN. Peplau dkk (1982) mengungkap bahwa kesepian meru-pakan kondisi perasaan dan pikiran murni yang muncul akibat ketidaksesuaian antara kehidupan nyata dengan beberapa

keingi-nannya. Kesepian juga didefinisikan sebagai keadaan subjektif

individu yang merefleksikan kualitas dan kuantitas dari hubungan yang diinginkan lebih rendah daripada jaringan hubungan yang tersedia (Archibald, Bartholomew, & Marx, 1995, dalam Duffy & Atwater, 2005).