• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. DASAR TEORI

C. Konformitas

1. Pengertian

Sarwono (2007) mendefinisikan konformitas sebagai usaha dari individu untuk selalu selaras dengan norma-norma yang diharapkan oleh kelompok.

Cialdini & Goldstein (Taylor Shelley dkk,2009) menyatakan bahwa konformitas adalah tendensi untuk mengubah keyakinan atau perilaku seseorang agar sesuai dengan perilaku orang lain.

Sears (1991) berpendapat bahwa apabila seseorang menampilkan perilaku tertentu dikarenakan orang lain menampilkan perilaku tersebut maka hal itu disebut dengan konformitas.

Menurut Kiesler dan Kiesler (Rakhmat, 2008) konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma) kelompok sebagai akibat tekanan kelompok- yang real atau yang dibayangkan. Hal ini sejalan dengan pendapat Myers (1999) yang mengemukakan bahwa konformitas merupakan

perubahan perilaku sebagai akibat dari tekanan kelompok. Ini terlihat dari kecenderungan remaja untuk selalu menyamakan perilakunya dengan kolompok acuan sehingga terhindar dari celaan maupun keterasingan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konformitas adalah kecenderungan untuk mengubah keyakinan atau perilaku seseorang agar sesuai dengan perilaku orang lain atau norma sebagai akibat dari tekanan kelompok.

2. Aspek Konformitas

Sears (1991) mengemukakan secara eksplisit bahwa munculnya konformitas dilihat dari adanya dua hal yaitu :

a. Kekompakan kelompok

Kekompakan yang dimaksud di sini adalah jumlah total kekuatan yang menyebabkan orang tertarik pada suatu kelompok dan yang membuat mereka ingin tetap menjadi sebagai anggota. Semakin besar rasa suka anggota yang satu terhadap anggota yang lain dan semakin besar harapan untuk memperoleh manfaat dari keanggotaan kelompok serta semakin besar kesetiaan mereka maka semakin kompak kelompok itu. Hal ini ditandai dengan adanya :

1) Penyesuaian diri

Kekompakan yang tinggi menimbulkan konformitas yang semakin tinggi. Alasan utamanya adalah apabila orang merasa dekat dengan anggota kelompok yang lain, akan semakin menyenangkan mereka untuk mengakui anggota kelompok tersebut dan semakin menyakitkan bila mereka mencela anggotanya tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa

kemungkinan untuk menyesuaikan diri atau tidak menyesuaikan diri akan semakin besar bila seseorang mempunyai keinginan yang kuat untuk menjadi anggota kelompok tersebut. Menurut Taylor (2009), seseorang yang berhadapan dengan mayoritas yang kompak akan cenderung untuk ikut menyesuaikan diri dengan mayoritas. Tetapi jika kelompok itu tidak kompak, maka ada penurunan konformitas.

2) Perhatian terhadap kelompok

Adanya peningkatan konformitas ini terjadi karena anggotanya enggan disebut sebagai orang yang menyimpang. Seperti yang sudah banyak diketahui bahwa penyimpangan menimbulkan resiko ditolak. Orang yang terlalu sering menyimpang pada saat-saat yang penting diperlukan, tidak menyenangkan, dan bahkan bisa dikeluarkan dari kelompok. Semakin tinggi perhatian seseorang dalam kelompok semakin serius tingkat rasa takutnya terhadap penolakan dan semakin kecil kemungkinan untuk tidak menyetujui kelompok.

b. Kesepakatan kelompok

Hal penting yang menimbulkan konformitas adalah kesepakatan pendapat kelompok. Orang yang dihadapkan pada keputusan kelompok yang sudah bulat akan mendapat tekanan yang kuat untuk menyesuaikan pendapatnya. Namun apabila kelompok tidak bersatu akan tampak adanya penurunan tingkat konformitas. Munculnya kesepakatan ini di tandai karena adanya :

1) Kepercayaan

Adanya penurunan tingkat konformitas yang drastis karena hancurnya kesepakatan. Hal ini dapat disebabkan adanya tingkat kepercayaan terhadap mayoritas akan menurun bila terjadi perbedaan pendapat, meskipun orang yang berbeda pendapat itu sebenarnya kurang ahli bila dibandingkan anggota lain yang membentuk mayoritas. Apabila seseorang sudah tidak mempunyai kepercayaan terhadap pendapat kelompok, maka hal ini akan mengurangi ketergantungan individu terhadap pendapat kelompok sebagai sebuah kesepakatan dan dengan demikian akan mengurangi konformitas.

2) Persamaan Pendapat

Konformitas akan menurun apabila dalam suatu kelompok terdapat satu orang saja yang tidak sependapat dengan anggota kelompok lain. Kehadiran orang yang tidak sependapat tersebut menunjukkan terjadinya perbedaan yang dapat berakibat pada berkurangnya kesepakatan kelompok. Jadi adanya persamaan pendapat antar anggota kelompok maka konformitas akan semakin tinggi.

3) Penyimpangan terhadap pendapat kelompok

Apabila seseorang memiliki pendapat yang berbeda dengan orang lain dia akan dikucilkan dan dipandang sebagai orang yang menyimpang, baik dalam pandangannya sendiri maupun dalam pandangan orang lain. Bila orang lain juga mempunyai pendapat yang berbeda, dia tidak akan dianggap menyimpang dan tidak akan dikucilkan. Hal ini menandakan

bahwa orang yang menyimpang akan menyebabkan penurunan kesepakatan merupakan aspek penting dalam melakukan konformitas. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa konformitas terbentuk agar tetap kompak dengan kelompoknya dengan cara memperhatikan segala sesuatu yang terjadi dalam kelompokanya dan berusaha untuk menyesuaikan diri dengan nilai, pendapat dan aturan yang berlaku. Selain itu, juga seseorang melakukan konformitas agar memiliki kesepakatan yang sama dengan kelompoknya yang didasari dengan rasa percaya antar anggota kemudian memiliki persamaan pendapat dengan anggota lainya. Akan tetapi, terkadang individu tidak bisa lepas dari kebutuhan untuk memiliki perilaku yang menyimpang dengan kelompoknya. Namun, individu tetap akan melakukan konformitas agar tidak dianggap menyimpang dari anggota kelompoknya.

3. Faktor yang mempengaruhi konformitas

Menurut Myers (2005) faktor yang mempengaruhi konformitas adalah sebagai berikut:

a. Ukuran Kelompok

Semakin banyak jumlah anggota kelompok, maka akan semakin besar pengaruhnya terhadap individu

b. Kohesivitas

Kohesivitas merupakan perasaan yang dimiliki anggota kelompok dimana mereka merasa ada ketertarikan dengan kelompok. Myers (2005) juga menyatakan bahwa semakin besar kohesivitas yang dimiliki seseorang dengan

kelompooknya maka semakin besar pula pengaruh dari kelompok pada individu tersebut.

c. Status

Apabila seseorang memiliki status yang tinggi dalam kelompoknya cenderung memiliki pengaruh yang lebih besar, sedangkan orang yang memiliki status yang lebih rendah cenderung mengikuti pengaruh yang ada.

d. Respon umum

Ketika seseorang diminta untik menjawab secara langsung pertanyaan dihadapan umum, individu cenderung akan lebih conform daripada individu tersebut diminta untuk menjawab dalam bentuk tulisan.

e. Komitment

Seseorang yang sudah memutuskan untuk memiliki pendiriannya sendiri akan cenderung mengubah pendiriannya di saat individu tersebut dipertunjukkan pada adanya tekanan sosial.

Dokumen terkait