• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA PEROKOK DI YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA PEROKOK DI YOGYAKARTA"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN

PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA PEROKOK DI

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh: Maria Evangeli

069114022

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik.

- Evelyn Underhill-

Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok adalah harapan.

Karya sederhana ini kupersembahkan untuk :

Keluarga kecil ku yang sangat ku sayangi

Papa dan Mama

Yang telah mencurahkan segala kasih sayangnya untuk mempersiapkan

diriku masuk ke tahap yang lebih dewasa

Semoga ini bisa menjadi awal yang baik untuk langkah selanjutnya.

My lovely Brother

Orang yang selalu berceloteh dan memberikan dorongan untuk selalu kuat

dalam menghadapi kerasnya hidup

Semua orang-orang yang mengasihiku dan yang aku kasihi.

Kalian punya arti penting dan warna sendiri dalam hidupku

(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang sudah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 18 Mei 2011 Penulis,

(6)

vi

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA PEROKOK DI YOGYAKARTA

Maria Evangeli

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara konformitas dengan perilaku merokok pada remaja di Yogyakarta. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara konformitas dengan perilaku merokok pada remaja di Yogyakarta. Subyek dalam penelitian ini adalah 100 orang remaja yang berdomisili di Yogyakarta dan memiliki kebiasaan merokok. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket perilaku merokok dan skala konformitas. Reliabilitas skala konformitas diuji dengan menggunakan metode koefisien realibilitas Alpha Cronbach dan diperoleh hasil sebesar 0.960. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan teknik korelasi product moment dari Pearson. Koefisien korelasi yang diperoleh 0.638 dengan probabilitas 0,000 (p<0.01). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini diterima. Hal ini berarti ada hubungan positif yang signifikan antara konformitas dengan perilaku merokok pada remaja.

(7)

vii

THE RELATION BETWEEN CONFORMITY AND SMOOKING BEHAVIOUR – SMOOKER TEENAGER IN YOGYAKARTA

Maria Evangeli

ABSTRACT

This research aimed to determine the relation between conformity and smooking behaviour. The hypothesis proposed in this research there was a positive relation between conformity and smooking behavoiur. The subject of this research were 100 teenagers in Yogyakarta who had smooking habit. Collection of data used in this research was conformity scales and smooking questionnaire. Reliability of conformity scales tested by using reliability coefficient alpha cronbach and obtained results is 0.960.The research data were analyzed using Pearson product moment correlation techniques. The results showed the value of correlation coefficient (r) at 0.638 and significant value at 0.000 (p< 0,01). According to this results, the hypothesis was accepted. It meant there was a significant positive relation between conformity and smooking behaviour.

(8)

viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Maria Evangeli

Nomor Mahasiswa : 069114022

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

Hubungan antara Konformitas dengan Perilaku Merokok Pada Remaja

Perokok Di Yogyakarta

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola dalam bentuk penskalaan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 18 Mei 2011 Yang menyatakan,

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur dihaturkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberi kekuatan dan keyakinan sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan indah pada waktunya. Skripsi dengan judul “Hubungan antara Konformitas dengan Perilaku Merokok Pada Remaja” ini merupakan salah satu prasyarat dalam mencapai tingkat Strata Satu (S1) pada Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Segala proses pengerjaan skripsi ini melibatkan bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

2. Sylvia Carolina, MYM., S.Psi., M. Si selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini. Terima kasih atas masukan ibu selama ini.

3. Bapak Prof. Supratiknya selaku dosen pembimbing akademik. Terima kasih sudah memberi pengarahan dan bimbingannya sehingga bisa menyelesaikan kuliah teori tepat waktu.

(10)

x

5. Para staff Fakultas Psikologi, Mas Gandung dan Mbak Nanik yang setia melayani urusan adminstrasi mahasiswa, Mas Doni dan Mas Muji yang selalu melayani mahasiswanya untuk segala urusan akademis dan terlebih khusus untuk Pak Gi, yang selalu tulus memberikan senyum dan keramahannya

6. Seluruh karyawan yang telah memperlancar proses belajar-mengajar di Fakultas Psikologi.

7. Rekan-rekan yang telah membantu penulis untuk menyebarkan dan bersedia mengisi angket, terimakasih atas kesediaan kalian dalam membantu proses pengambilan data.

8. Keluarga kecil ku yang kusayangi. Papa dan mama terima kasih atas semua doa dan kasih sayang yang sudah diberikan. My big brother, terima kasih atas segala dukungan untuk mempersiapkan aku menjadi seorang sarjana.

9. Teman satu atapku: rara dan arum. Terima kasih atas kebersamaan kalian yang selalu menemani perjuangan hidup ku di Yogyakarta. I’ll be miss u all. 10. Teman-teman HMKK (Himpunan Mahasiswa Katolik Kalimantan) dan

keluarga OMI, terimakasih sudah menjadi pengisi waktuku sembari mengerjakan karya kecil ini. Semoga komunitas ini bisa terus jaya di masanya, so keep spirit gals.

11. Teman-teman seperjuangan ku : Cika, Devi, Viani, Mbee, Yuniar. Terima kasih atas semangat dan dukungan selama aku berada di kota tercinta ini. 12. Keluarga besar P2TKP Universitas Sanata Dharma: Pak Heri, Pak Toni, Mba

(11)

xi

Ika, Reni, dan yang lainnya. Senang bisa mengenal kalian dan berkarya bersama kalian. Semoga kita bisa bekerja sama dilain waktu. Sukses buat kalian semua.

13. Teman-teman angkatan 2006 dan yang lainnya, yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, terimakasih atas dukungannya dan bantuannya.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna dan memberikan manfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Yogyakarta, 18 Mei 2011

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………. i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ………. ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ………. iii

HALAMAN MOTTO ………... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ………... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……….. v

ABSTRAK ……… vi

ABSTRACT ……… vii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ……….. viii

KATA PENGANTAR ……….. ix

DAFTAR ISI ……… xii

DAFTAR TABEL ………... xv

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xvi

BAB I. PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Rumusan Masalah ………. 8

C. Tujuan Penelitian ……….. 8

D. Manfaat Penelitian ……… 8

BAB II. DASAR TEORI ……….……… 9

A. Perilaku Merokok …….………...………. 9

(13)

xiii

2. Tipe-tipe Perokok ………... 10

3. Penyebab Perilaku Merokok …………...………...……… 11

4. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok ………. 13

B. Remaja ……….. 14

1. Pengertian ……… ……….. 14

2. Merokok Pada Remaja ……...……… 15

C. Konformitas ……….. 16

1. Pengertian ………... 16

2. Aspek Konformitas ……… 17

3. Faktor yang Mempengaruhi Konformitas ……….. 20

D. Hubungan antara Konformitas dengan Perilaku Merokok .………. 21

E. Hipotesa Penelitian ………... 24

F. Skema Penelitian ……….. 25

BAB III. METODE PENELITIAN ……...……….. 26

A. Jenis Penelitian ………. 26

B. Variabel Penelitian …………....……….. 26

C. Definisi Operasional ………. 26

D. Subyek Penelitian …...……….. 27

E. Metode Pengambilan Sampel ………... 28

F. Pelaksanaan Alat Pengumpulan Data ...……… 30

G. Validitas dan Reliabilitas ………. 31

1. Validitas ………...……….. 31

(14)

xiv

H. Seleksi Item ……….. 32

I. Metode Analisis Data ………... 34

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………. 36

A. Pelaksanaan Penelitian ……….……… 36

B. Deskripsi Subjek Penelitian ………. 37

C. Deskripsi Data Penelitian ………... 38

D. Hasil Penelitian ………….………... 38

1. Uji Asumsi ………. 38

a. Uji Normalitas ………. 38

b. Uji Linearitas ………... 39

2. Uji Hipotesis ………. 40

3. Kategorisasi Subyek Penelitian ………. 41

4. Data Deskriptif Perilaku Merokok ……… 44

E. Pembahasan ………. 45

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ………... 49

A. Kesimpulan ……….. 49

B. Saran ……… 49

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Blue Print Skala Konformitas Sebelum Uji Coba ……… 29

Tabel 2. Distribusi Aitem Sahih dan Gugur Pada Skala Konformitas………… 33

Tabel 3. Blue Print Skala Konformitas Setelah Uji Coba ……….. 33

Tabel 4. Distribusi Subyek Penelitian ……… 36

Tabel 5. Deskripsi Data Penelitian ………. 37

Tabel 6. Hasil Uji Normalitas Sebaran ………... 38

Tabel 7. Hasil Uji Linearitas Hubungan Antar Variabel ……… 39

Tabel 8. Hasil Uji Hipotesis ……… 40

Tabel 9. Kategorisasi dan Distribusi Skor Skala Konformitas ………... 43

Tabel 10. Kategori Konformitas Subyek ………. 43

Tabel 11. Fungsi Merokok Bagi Remaja ……… 44

Tabel 12. Frekuensi Merokok Bagi Remaja Pria ……… 44

Tabel 13. Frekuensi Merokok Bagi Remaja Wanita ……….. 44

Tabel 14. Waktu yang Dihabiskan Remaja Merokok ……… 45

Tabel 15. Sumber Remaja Mendapatkan Rokok ……… 45

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRAN A ………. 55

1. Angket Variabel Perilaku Merokok ………. 56

2. Skala Variabel Konformitas ……… 57

LAMPIRAN B ……… 62

1. Uji Reliabilitas Butir Skala Konformitas ……… 63

LAMPIRAN C ……… 71

1. Uji Normalitas ……… 72

LAMPIRAN D ………. 73

1. Uji Linearitas ……… 74

LAMPIRAN E ………. 76

1. Uji Hipotesis ……… 77

LAMPIRAN F……….. 78

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Indonesia merupakan salah satu negara konsumen tembakau terbesar di dunia dan telah menempati urutan kelima diantara negara-negara dengan tingkat agregat konsumsi tembakau tertinggi di dunia (Depkes RI, 2003). Data menunjukkan bahwa jumlah perokok aktif di Indonesia telah mencapai sekitar 141,4 juta orang. Selain itu, juga ditemukan dari 70 juta anak Indonesia, terdapat 37 persen atau 25,9 juta anak diantaranya memiliki kebiasaan merokok (Yunus, 2009).

Kebiasaan merokok bukanlah suatu pemandangan yang asing saat ini, karena didalam kehidupan sehari-hari seringkali ditemukan perokok-perokok aktif di jalan raya, halte, warung kopi, kafe-kafe dan tempat-tempat umum lainnya. Merokok diartikan sebagai suatu tindakan seseorang sejak mengambil rokok, menyulut kemudian menghisapnya (Yuliani, 2005). Rokok merupakan salah satu fenomena sosial yang cukup unik beberapa waktu belakangan ini. Meskipun, rokok mengandung ancaman kesehatan tetapi jumlah perokok bukan semakin menurun melainkan semakin meningkat (Yunus, 2009).

(18)

tingkat perokok diusia remaja yaitu faktor psikologis. Seseorang yang memiliki kebiasaan merokok mengungkapkan bahwa merokok dapat meningkatkan konsentrasi maupun menghilangkan rasa kantuk. Adanya kepercayaan yang ditanamkan dalam diri mereka mengenai manfaat rokok yang dapat mendukung keadaan dalam dirinya, maka banyak diantara mereka memilih untuk merokok sebagai salah satu cara untuk membantu meningkatkan kualitas pribadi mereka.

Disamping itu, banyak remaja perokok juga telah mengetahui adanya nikotin yang terkandung dalam rokok. Akan tetapi, perokok tersebut tidak dapat mengurangi kebiasaan merokok karena efek yang didapatkan setelah merokok dapat memberi kenikmatan dan sesuatu hal yang menyenangkan bagi mereka. Seorang remaja yang hanya mencoba merokok seharusanya mendapatkan efek pusing, mual, dan mulut pahit. Akan tetapi, banyak remaja mendapatkan efek yang menyenangkan setelah merokok sehingga mereka merasa ketagihan akibat adanya nikotin yang terkandung di dalam rokok (Dian dan Avin, 2000).

(19)

juga mengungkapkan bahwa seorang remaja sedang mengalami krisis identitas dan pada tahap ini remaja mencari indentitas dengan meniru atau mengikuti perilaku merokok model yang menjadi idolanya. Adanya serangan iklan dan menampilkan identitas yang dicari remaja, maka remaja akan terpengaruh iklan dan merasa lebih hebat dengan merokok (Amelia, 2009)

Berbagai macam faktor yang mempengaruhi perilaku merokok, ternyata faktor lingkungan seperti orangtua yang merokok dan teman sebaya yang merokok juga mempengaruhi seorang remaja untuk merokok atau tidak merokok (Sarafino, 1994). Remaja yang orangtuanya merokok menjadi agen imitasi yang baik bagi remaja untuk merokok. Hal ini didukung dengan pendapat Prokop (Amelia, 2009) yang menyatakan bahwa remaja yang berasal dari keluarga perokok dimana kedua orangtua dan saudara-saudaranya merokok akan cenderung menjadi perokok 4 kali dibanding anak yang berasal dari keluarga yang tidak merokok.

(20)

dianggap tidak keren. Hal ini dikarenakan merokok sudah menjadi bagian dari kebiasaan budaya anak remaja jaman sekarang.

Faktor lingkungan lain yang sangat mempengaruhi perilaku merokok remaja yaitu pengaruh teman. Perkembangan hubungan sosial merupakan hal yang sangat penting bagi remaja. Remaja mulai memperluas pergaulan sosialnya dengan teman-teman sebaya sehingga lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah bersama dengan teman-teman sebayanya. Pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, minat, penampilan dan perilaku remaja sangat besar daripada pengaruh keluarga. Misalnya salah satu anggota kelompok mencoba minum alkohol, obat-obatan terlarang atau rokok, maka remaja cenderung mengikutinya tanpa memperdulikan akibat yang akan dirasakan tubuh mereka (Hurlock, 1999). Penggabungan remaja dengan teman sebaya akan membuat remaja cenderung mendengarkan atau melakukan apa yang dibenarkan dalam kelompoknya sehingga remaja cenderung melawan orang tua. Meskipun orangtua melarang merokok, namun remaja yang bergaul dengan kelompok remaja yang merokok maka kemungkinan besar remaja juga akan ikut memiliki kebiasaan merokok (Soamole, 2004).

(21)

akhir. Hal ini sejalan dengan pendapat Berundt, dkk (Steinberg, 2002) yang mengungkapkan bahwa konformitas remaja dengan teman sebaya menguat pada masa remaja awal (12-14 tahun) dan remaja tengah (15-17 tahun) dibandingkan pada usia sebelum remaja dan remaja akhir.

Pada masa remaja, remaja akan lebih sering berkumpul dengan teman sebayanya. Dalam kelompok teman sebayanya, remaja seringkali dihadapkan pada nilai, aturan serta norma yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Oleh karena itu, remaja secara tidak langsung akan berusaha untuk mengikuti aturan yang berlaku dalam kelompoknya. Hal ini yang biasanya disebut dengan konformitas yaitu kecendrungan untuk menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai kebiasaan, kegemaran atau keinginan orang lain atau sebaya (Gunarsa, 2009). Banyak remaja cenderung melakukan konformitas untuk mengikuti penilaian orang lain di tengah tekanan kelompok yang mereka rasakan. Adanya tekanan kelompok akan membuat remaja berusaha mengikuti perilaku yang diinginkan kelompoknya.

(22)

Hal ini membuat remaja memiliki kecenderungan untuk melakukan konformitas berakar pada keinginan untuk disukai dan diterima oleh orang lain, maka masuk akal jika apa pun yang dapat meningkatkan rasa takut akan penolakan oleh seseorang akan meningkatkan konformitas. Pada penelitian Janes dan Olson juga menyatakan ketika seorang merasa takut akan penolakan dari orang lain (kemungkinan tekanan dengan diolok-olok), mereka akan menunjukkan kecenderungan yang lebih besar untuk melakukan konformitas (Baron dan Byrne, 2005).

Banyak remaja yang melakukan konformitas terhadap norma sosial. Ketika remaja sudah konform dengan kelompoknya, maka mereka sudah mampu menyesuaikan diri dalam kelompok dan pengaruh kelompok semakin kuat terhadap kegiatan anggotanya, maka akan timbul perasaan saling memiliki dan adanya kepercayaan antar anggota kelompok. Apabila hal tersebut diwujudkan dalam bentuk kegiatan yang positif, dimana norma dan informasi yang dibawa baik sesuai dengan tuntutan masyarakat misalnya kelompok belajar, kegiatan ekstrakulikuler, maka konformitas bersifat positif yang berfungsi sebagai bantuan menemukan identitas dirinya (Monks dkk, 2001).

(23)

ini dikarenakan remaja memiliki kebutuhan untuk menjadi unik, tampil beda dengan orang lain serta memiliki keinginan untuk mempertahankan kontrol terhadap hidupnya.

Akan tetapi, remaja cenderung melakukan konformitas ketika bersama dengan teman sebayanya. Konformitas tidak selalu membawa pengaruh yang positif. Identitas kelompok yang sangat kuat dapat menimbulkan sikap negatif dalam diri remaja. Sikap konform terhadap kelompok dapat mengurangi tanggung jawab individu serta menekan kebutuhan remaja untuk menjadi unik bahkan membuat remaja kurang bisa mengontrol hidupnya. Apabila seseorang memiliki konformitas yang tinggi namun berada dalam keadaan emosi yang labil, maka remaja mudah terpengaruh untuk melakukan tindakan negatif misalnya perkelahian pelajar. Perkelahian seperti ini sering terjadi karena adanya hal-hal kecil, karena solidaritas yang tinggi diantara teman sekelompoknya sebagai wujud dari konformitas. Hal ini dikarenakan kecendrungan remaja yang berusaha untuk mengikuti norma kelompok karena hal tersebut akan menghasilkan penerimaan, penghargaan, serta pengakuan. Akhirnya sikap konform ini juga akan muncul ketika remaja dituntut untuk melakukan perilaku negatif seperti perilaku merokok.

(24)

B. Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan antara konformitas dengan perilaku merokok pada remaja perokok?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara konformitas dan perilaku merokok pada remaja perokok.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian terutama dalam bidang ilmu Psikologi Perkembangan khususnya dalam penjelasan konformitas sebagai bagian dari perkembangan masa remaja dan Psikologi Sosial dalam melihat perilaku merokok sebagai bagian dari permasalahan sosial yang muncul saat ini.

2. Manfaat Praktis

(25)

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Perilaku Merokok

1. Pengertian perilaku merokok

Dalam kamus psikologi (Henry, 1994) perilaku memiliki beberapa arti yaitu:

a. Aktivitas organisme

b. Respon-respon individu atau kelompok sebagai akibat stimulus c. Kegiatan atau aktivitas

Perilaku disini berarti suatu aktivitas organisme yang merupakan respon indvidu terhadap suatu stimulus.

Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian di hisap asapnya, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa (Sitepoe, 2000).

Menurut Sutanto (Yuliani, 2005) merokok merupakan suatu tindakan seseorang sejak mengambil rokok, menyulut kemudian menghisapnya.

Menurut Aritonang (1997) perilaku merokok terdiri dari beberapa aspek yaitu :

a. Fungsi merokok

(26)

b. Intensitas rokok

Seorang perokok dilihat dari berapa jumlah seseorang perokok menghabiskan rokok dalam satu harinya, sehingga perokok dapat dibedakan menjadi perokok berat, sedang dan ringan. Pada penelitian yang dilakukan Kathtrn. A. Urberg (1992) mengukur perilaku merokok dengan menanyakan berapa banyak rokok yang dikonsumsi pada akhir minggu.

c. Waktu merokok

Disini dilihat dari lamanya waktu seseorang dalam melakukan aktivitas merokoknya.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok merupakan aktivitas seseorang yang menghisap atau menghirup asap dan rokok, yang diamati dari fungsi rokok bagi individu, banyaknya rokok yang dihabiskan setiap hari dan lamanya seseorang telah merokok.

2. Tipe-Tipe Perokok

Menurut Smet (Kemala dan Hasnida,2005) ada tiga tipe perokok yang dapat diklasifikasikan menurut banyaknya rokok yang dihisap. Tiga tipe perokok tersebut adalah:

(27)

3. Penyebab perilaku merokok

Menurut Avin dan Dian (2000) terdapat tiga penyebab perilaku merokok pada remaja yaitu :

a. Kepuasan psikologis

(28)

b. Pengaruh orangtua

Pada dasarnya perilaku merokok adalah perilaku yang dipelajari. Hal ini berarti ada pihak-pihak yang berpengaruh besar dalam proses sosialisasi. Konsep sosialisasi merupakan suatu proses transmisi nilai-nilai, sistem kepercayaan, sikap atau apa pun perilaku dari generasi sebelumnya kepada generasi berikutnya. Tujuan sosialisasi ini agar generasi berikutnya mempunyai sistem nilai yang sesuai dengan tuntutan norma yang diinginkan oleh kelompok. Dalam kaitannya dengan perilaku merokok pada dasarnya hampir tidak ada orang tua yang menginginkan anaknya untuk menjadi perokok bahkan masyarakat tidak menuntut anggota masyarakat untuk menjadi perokok. Akan tetapi merujuk pada konsep transmisi perilaku dengan menggunakan penjelasan teori Bandura mengenai social cognitive learning. Jika orangtua atau saudaranya merokok merupakan agen imitasi yang baik. Akan tetapi, apabila keluarga mereka tidak ada yang merokok, maka sikap permisif orangtua merupakan pengukuh positif atas perilaku merokok.

c. Pengaruh teman

(29)

4. Faktor – Faktor yang mempengaruhi perilaku merokok

Sarafino (1994) menyebutkan faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku merokok yaitu :

1. Faktor biologis

Banyak penelitian menunjukkan bahwa nikotin dalam rokok merupakan salah satu bahan kimia yang berperan penting pada ketergantungan merokok. Kebanyakan perokok memiliki nikotin dalam dalam darah yang cukup tinggi. 2. Faktor psikologis

Merokok dapat berfungsi untuk meningkatkan konsentrasi, menghalau rasa kantuk, mengakrabkan suasana sehingga timbul rasa persaudaraan serta dapat memberikan kesan modern dan berwibawa, sehingga bagi individu yang sering bergaul dengan orang lain, perilaku merokok sulit untuk dihindari. 3. Faktor lingkungan sosial

Lingkungan sosial berpengaruh terhadap sikap, kepercayaan dan perhatian individu pada perokok. Seseorang akan berperilaku merokok dengan memperhatikan lingkungan sosialnya. Banyak remaja yang merokok karena terpengaruh oleh teman-temannya dan juga memiliki sahabat yang perokok. 4. Faktor demogarafis

(30)

5. Faktor sosial cultural

Kebiasaaan budaya, kelas sosial, tingkat pendidikan, penghasilan, dan gengsi pekerjaan akan mempengaruhi perilaku merokok pada individu

6. Faktor sosial politik

Merokok merupakan masalah yang semakin bertambah besar di Negara-negara berkembang seperti Indonesia. Hal ini menimbulkan kesadaran umum yang berakibat pada langkah-langkah politik yang bersifat melindungi bagi orang-orang yang tidak merokok dan usaha melancarkan kampanye-kampanye promosi kesehatan untuk mengurangi perilaku merokok.

B. Remaja

1. Pengertian

Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescence (kata Belanda, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah remaja sesungguhnya memiliki arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 1999).

Piaget (Hurlock, 1999) menyatakan bahwa secara psikologis remaja adalah suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama atau paling tidak sejajar.

(31)

Berdasarkan uraian diatas disimpulkan bahwa remaja merupakan periode perkembangan dari transisi antara masa anak-anak dan dewasa yang diikuti oleh perubahan biologis, kognitif dan sosioemosional yang berusia pada rentang 10 sampai 12 tahun dan berakhir diusia 18-21 tahun.

2. Merokok pada remaja

Menurut Sugeng (Samoloe,2000) remaja selalu ingin berpetualang, mencoba sesuatu yang belum pernah dialaminya. Mereka ingin mencoba melakukan apa yang sering dilakukan oleh orang dewasa. Secara sembunyi-sembunyi remaja pria mencoba merokok karena seringkali mereka melihat orang dewasa melakukannya, seolah-olah mereka ingin membuktikan bahwa mereka mampu berbuat seperti orang dewasa.

Hurlock (1999) berpendapat bahwa usia remaja rokok dan minuman alkohol digunakan sebagai lambang kematangan. Begitu banyaknya fenomena sekarang ini yang dijumpai bahwa para remaja terlebih lagi remaja laki-laki sudah melakukan aktivitas merokok atau menjadi perokok.

(32)

Soamole (2004) berpendapat bahwa alasan utama remaja merokok adalah ajakan atau pakasaan teman yang sukar ditolak. Selain itu, lingkungan yang dapat mempengaruhi remaja merokok yaitu lingkungan pergaulan remaja. Lingkungan ini sangat menentukan remaja, karena remaja cenderung mendengarkan atau melakukan apa yang dibenarkan dalam kelompoknya, dan remaja cenderung melawan pada orang tua. Meskipun orangtua melarang merokok, namun apabila remaja bergaul dengan sekelompok remaja yang merokok maka kemungkinan besar remaja itu juga akan ikut merokok.

C. Konformitas

1. Pengertian

Sarwono (2007) mendefinisikan konformitas sebagai usaha dari individu untuk selalu selaras dengan norma-norma yang diharapkan oleh kelompok.

Cialdini & Goldstein (Taylor Shelley dkk,2009) menyatakan bahwa konformitas adalah tendensi untuk mengubah keyakinan atau perilaku seseorang agar sesuai dengan perilaku orang lain.

Sears (1991) berpendapat bahwa apabila seseorang menampilkan perilaku tertentu dikarenakan orang lain menampilkan perilaku tersebut maka hal itu disebut dengan konformitas.

(33)

perubahan perilaku sebagai akibat dari tekanan kelompok. Ini terlihat dari kecenderungan remaja untuk selalu menyamakan perilakunya dengan kolompok acuan sehingga terhindar dari celaan maupun keterasingan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konformitas adalah kecenderungan untuk mengubah keyakinan atau perilaku seseorang agar sesuai dengan perilaku orang lain atau norma sebagai akibat dari tekanan kelompok.

2. Aspek Konformitas

Sears (1991) mengemukakan secara eksplisit bahwa munculnya konformitas dilihat dari adanya dua hal yaitu :

a. Kekompakan kelompok

Kekompakan yang dimaksud di sini adalah jumlah total kekuatan yang menyebabkan orang tertarik pada suatu kelompok dan yang membuat mereka ingin tetap menjadi sebagai anggota. Semakin besar rasa suka anggota yang satu terhadap anggota yang lain dan semakin besar harapan untuk memperoleh manfaat dari keanggotaan kelompok serta semakin besar kesetiaan mereka maka semakin kompak kelompok itu. Hal ini ditandai dengan adanya :

1) Penyesuaian diri

(34)

kemungkinan untuk menyesuaikan diri atau tidak menyesuaikan diri akan semakin besar bila seseorang mempunyai keinginan yang kuat untuk menjadi anggota kelompok tersebut. Menurut Taylor (2009), seseorang yang berhadapan dengan mayoritas yang kompak akan cenderung untuk ikut menyesuaikan diri dengan mayoritas. Tetapi jika kelompok itu tidak kompak, maka ada penurunan konformitas.

2) Perhatian terhadap kelompok

Adanya peningkatan konformitas ini terjadi karena anggotanya enggan disebut sebagai orang yang menyimpang. Seperti yang sudah banyak diketahui bahwa penyimpangan menimbulkan resiko ditolak. Orang yang terlalu sering menyimpang pada saat-saat yang penting diperlukan, tidak menyenangkan, dan bahkan bisa dikeluarkan dari kelompok. Semakin tinggi perhatian seseorang dalam kelompok semakin serius tingkat rasa takutnya terhadap penolakan dan semakin kecil kemungkinan untuk tidak menyetujui kelompok.

b. Kesepakatan kelompok

(35)

1) Kepercayaan

Adanya penurunan tingkat konformitas yang drastis karena hancurnya kesepakatan. Hal ini dapat disebabkan adanya tingkat kepercayaan terhadap mayoritas akan menurun bila terjadi perbedaan pendapat, meskipun orang yang berbeda pendapat itu sebenarnya kurang ahli bila dibandingkan anggota lain yang membentuk mayoritas. Apabila seseorang sudah tidak mempunyai kepercayaan terhadap pendapat kelompok, maka hal ini akan mengurangi ketergantungan individu terhadap pendapat kelompok sebagai sebuah kesepakatan dan dengan demikian akan mengurangi konformitas.

2) Persamaan Pendapat

Konformitas akan menurun apabila dalam suatu kelompok terdapat satu orang saja yang tidak sependapat dengan anggota kelompok lain. Kehadiran orang yang tidak sependapat tersebut menunjukkan terjadinya perbedaan yang dapat berakibat pada berkurangnya kesepakatan kelompok. Jadi adanya persamaan pendapat antar anggota kelompok maka konformitas akan semakin tinggi.

3) Penyimpangan terhadap pendapat kelompok

(36)

bahwa orang yang menyimpang akan menyebabkan penurunan kesepakatan merupakan aspek penting dalam melakukan konformitas. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa konformitas terbentuk agar tetap kompak dengan kelompoknya dengan cara memperhatikan segala sesuatu yang terjadi dalam kelompokanya dan berusaha untuk menyesuaikan diri dengan nilai, pendapat dan aturan yang berlaku. Selain itu, juga seseorang melakukan konformitas agar memiliki kesepakatan yang sama dengan kelompoknya yang didasari dengan rasa percaya antar anggota kemudian memiliki persamaan pendapat dengan anggota lainya. Akan tetapi, terkadang individu tidak bisa lepas dari kebutuhan untuk memiliki perilaku yang menyimpang dengan kelompoknya. Namun, individu tetap akan melakukan konformitas agar tidak dianggap menyimpang dari anggota kelompoknya.

3. Faktor yang mempengaruhi konformitas

Menurut Myers (2005) faktor yang mempengaruhi konformitas adalah sebagai berikut:

a. Ukuran Kelompok

Semakin banyak jumlah anggota kelompok, maka akan semakin besar pengaruhnya terhadap individu

b. Kohesivitas

(37)

kelompooknya maka semakin besar pula pengaruh dari kelompok pada individu tersebut.

c. Status

Apabila seseorang memiliki status yang tinggi dalam kelompoknya cenderung memiliki pengaruh yang lebih besar, sedangkan orang yang memiliki status yang lebih rendah cenderung mengikuti pengaruh yang ada.

d. Respon umum

Ketika seseorang diminta untik menjawab secara langsung pertanyaan dihadapan umum, individu cenderung akan lebih conform daripada individu tersebut diminta untuk menjawab dalam bentuk tulisan.

e. Komitment

Seseorang yang sudah memutuskan untuk memiliki pendiriannya sendiri akan cenderung mengubah pendiriannya di saat individu tersebut dipertunjukkan pada adanya tekanan sosial.

D. Hubungan Antara Konformitas Dengan Perilaku Merokok

(38)

mempengaruhi perilaku merokok pada remaja. Lingkungan yang dimaksud disini yaitu lingkungan keluarga dan lingkungan pergaulan remaja. Penelitian Dian dan Avin menyatakan bahwa orangtua dan saudara merupakan agen imitasi yang baik karena pada dasarnya perilaku merokok adalah perilaku yang dipelajari. Jadi, seseorang memilik perilaku merokok karena memiliki orangtua dan saudara yang merokok.

Lingkungan merupakan salah satu hal yang dapat mempengaruhi remaja merokok yaitu lingkungan pergaulan remaja. Hal ini sangat menentukan perilaku remaja dimana remaja cenderung mendengarkan atau melakukan apa yang dibenarkan dalam kelompoknya, dan remaja cenderung melawan orang tua. Meskipun orangtua melarang merokok, namun apabila remaja bergaul dengan sekelompok remaja yang merokok maka kemungkinan besar remaja itu juga akan ikut merokok. Teman sebaya memiliki peran yang sangat berarti bagi remaja, karena remaja mulai memisahkan diri dari orangtua dan mulai bergabung pada kelompok sebaya. Akan tetapi, banyak remaja yang mengenal rokok ketika bersama teman sebayanya. Hal ini dikarenakan faktor lingkungan sosial bagi remaja sangat berpengaruh terhadap sikap, kepercayaan dan perhatian individu pada para perokok. Para remaja akan cenderung berperilaku merokok dengan memperhatikan lingkungan sosialnya. Banyak remaja yang merokok karena terpengaruh oleh teman-temannya dan juga memiliki sahabat yang perokok (Sarafino, 1994).

(39)

mencoba untuk membentuk dirinya agar sesuai dengan nilai-nilai yang dianut kelompoknya dengan harapan dapat diterima dan diakui keberadaannya. Hal ini membuat remaja mengejar pengakuan dan penerimaan dari teman-temannya dengan cara merubah sikap dan perilakunya. Hal ini membuat remaja melakukan konformitas, yaitu kecenderungan untuk mengubah keyakinan atau perilaku seseorang agar sesuai dengan perilaku orang lain atau norma sebagai akibat dari tekanan kelompok. Akan tetapi, terkadang seseorang melakukan konformitas terhadap perilaku negatif seperti merokok.

Menurut Denscombe dkk (dalam Knox dkk, 2005) perilaku merokok tidak hanya dipengaruhi adanya ketaatan oleh tekanan sosial tetapi juga di dasarkan adanya konfomitas terhadap norma kelompok. Soamole (2004) juga menyatakan bahwa alasan utama remaja merokok adalah ajakan atau pakasaan teman yang sukar ditolak. Kebanyakan orang muda mengidentifikasikan dirinya dengan berusaha untuk menjadi bagian dalam kelompoknya. Oleh karena itu, mereka berusaha agar mereka tampak disukai oleh anggota kelompoknya dengan menyesuaikan perilakunya dan memperhatikan segala jenis kegiatan dan berbagai macam hal-hal yang anggota kelompok sukai misalnya merokok. Hal ini dilakukan agar individu dapat memiliki kekompakan dengan kelompoknya (Sears, 1991)

(40)

kemarahan yang terjadi dalam dirinya, namun dengan merokok dapat membuatnya lebih tenang. Adanya kepercayaan antar anggota kelompok membuat remaja merubah pendapat dan perilakunya untuk mengikuti kesepakatan kelompoknya (Sears,1991).

Apabila remaja tidak mampu mengikuti nilai-nilai yang ada dalam kelompoknya maka remaja tersebut akan terasing dari kelompoknya. Hal ini dikarenakan adanya tekanan teman-teman sebayanya misalnya dalam merokok, dimana remaja akan disebut “pengecut” kalau mereka tidak mencoba merokok. Pada masa ini, remaja menunjukkan motivasi yang kuat untuk dapat bersama dengan teman sebaya. Aspek terpenting dalam kehidupan remaja adalah bagaimana mereka dipandang oleh teman sebaya dan mereka bersedia melakukan apapun agar dapat dimasukkan sebagai anggota. Meskipun remaja telah mengetahui bahwa merokok merupakan hal yang sangat merugikan kesehatan. Hal ini dikarenakan, suatu hal yang penting bagi remaja menjaga kekompakan dengan anggota kelompoknya dengan menyesuaikan diri dengan nilai, norma dan pendapat teman lainnya agar tidak dianggap memiliki perilaku menyimpang serta memperhatikan segala sesuatu yang terjadi dalam kelompoknya (Sears,1991).

Berdasarkan uraian diatas peneliti ingin melihat apakah ada hubungan antara konformitas dan perilaku merokok pada remaja.

E. Hipotesis

(41)

F. Skema Penelitian

Remaja Dan Teman Sebaya

KONFORMITAS

Aspek konformitas: Kekompakan:

- Penyesuaian diri

- Perhatian terhadap kelompok Kesepakatan:

- Kepercayaaan - Persamaan pendapat

-

Penyimpangan terhadap kelompok

Perilaku Positif Ex: mengikuti ekskul yang sama dengan teman yang lain

Perilaku Negatif Ex: perilaku merokok

PL Merokok Tinggi

(42)

26

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yaitu penelitian yang berbentuk hubungan antara dua variabel yang bertujuan untuk menyelidiki variasi pada satu variabel berkaitan dengan variabel pada satu atau lebih variabel lainnya (Azwar,2009). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yaitu variabel konfomitas dan variabel perilaku merokok.

B. Variabel Penelitian

Variabel didefinisikan sebagai suatu atribut (proporsi) obyek, yang ada dalam diri sumber populasi dengan elemen-elemennya memiliki ukuran (kualitas atau kuantitas) yang bervariasi (Siregar, 2004). Variabel yang diukur dalam penelitian ini terdiri dari :

Variabel bebas : konformitas Variabel tergantung : perilaku merokok

C. Definisi Operasional

(43)

1. Perilaku Merokok

Perilaku merokok adalah aktivitas seseorang yang menghisap atau menghirup asap dan rokok, yang diamati dari banyaknya rokok yang dihabiskan setiap hari. Secara kuantitas, perhitungan variabel ini didapatkan dengan melihat banyaknya rokok yang dikonsumsi seseorang. Apabila subyek menjawab dengan dengan jumlah rokok yang banyak maka subyek akan mendapat skor tinggi. Namun, apabila subyek mengungkapkan jumlah rokok yang dikonsumsi sedikit maka subyek akan mendapat skor rendah.

2. Konformitas

Konformitas adalah kecenderungan untuk mengubah keyakinan atau perilaku seseorang agar sesuai dengan perilaku orang lain atau norma sebagai akibat dari tekanan kelompok. Konformitas ini diukur melalui skala konformitas yang disusun berdasarkan aspek kekompakan yang ditandau dengan adanya : (1) penyesuaian diri, (2) perhatian terhadap kelompok dan aspek kesepakatan yang memiliki indikator : (1) kepercayaan, (2) persamaan pendapat, (3) Penyimpangan terhadap pendapat kelompok (Sears, 1991).

D. Subyek Penelitian

(44)

keseluruhan, sehingga suatu subset dari keseluruhan populasi yang akan diamati harus ditarik untuk diteliti.

Sampel merupakan subset atau bagian dari populasi yang akan diamati, sehingga kesimpulan mengenai populasi diambil dari kesimpulan yang diperoleh dari sampel (Hadi, 2000). Menurut Hadi (2000), sampling merupakan pengambilan sebagian dari populasi atau semesta untuk mewakili populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini adalah remaja perokok. terkait dengan permasalahan penelitian.

Metode pengambilan sampel untuk penelitian kuantitatif ini tergolong dalam penarikan sampel non probabilitas (non probability sampling) dengan metode purposif (purposive sampling). Penggunaan teknik purposive sampling didasarkan pada adanya pertimbangan-pertimbangan tertentu dari peneliti terkait dengan permasalahan penelitian (Idrus, 2009). Pertimbangan-pertimbangan tersebut tampak dalam ciri-ciri atau karakteristik tertentu yang dipandang memiliki sangkut paut yang erat dengan tujuan penelitian. Karakteristik sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Subyek memilki rentang umur 15 – 18 tahun 2. Subyek mengkonsumsi rokok

E. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

(45)

perilaku dari atribut yang bersangkutan. Subyek dalam penelitian ini diminta untuk mengisi pernyataan-pernyataan yang diajukan. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala konfomitas.

1. Skala Konformitas

Skala konformitas akan dipaparkan dengan menggunakan suatu metode summated ratting yaitu suatu metode yang berisi pernyataan sikap dengan menggunakan respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya (Azwar,2009). Penelitian ini menggunakan skala Likert yang disusun dari pernyataan-pernyataan yang bersifat favorable (mendukung). Masing-masing item diberi empat alternatif jawaban dengan nilai untuk Masing- masing-masing item yaitu terdiri dari SS (Sangat Setuju) = 4, S (Setuju) = 3, TS (Tidak Setuju) = 2 dan STS (Sangat Tidak Setuju) = 1.

Blue Print dari skala konformitas dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 1

Blue Print Skala Konformitas Sebelum penelitian

No Aspek Aitem Jumlah a. Penyesuian Diri b. Perhatian terhadap

kelompok 2. Kesepakatan

a. Kepercayaan

(46)

2. Angket Perilaku Merokok

Untuk mengetahui frekuensi merokok maka digunakan angket. Data yang diungkap oleh angket berupa faktual atau dianggap fakta dan kebenarannya diketahui oleh subyek. Selain itu, didukung juga dengan pertanyaan terbuka yang dirancang oleh penulis dengan mengacu pada aspek-aspek perilaku merokok menurut Aritonang, yaitu fungsi rokok bagi remaja, banyaknya rokok yang dikonsumsi dan lamanya remaja merokok serta tambahan pertanyaan mengenai sumber remaja mendapatkan rokok dan apakah kebiasaan mereka mendapat ijin dari orangtuanya.

Angket Perilaku Merokok

1) Apa alasan anda merokok?

2) Berapa batang rokok yang anda habiskan dalam sehari? 3) Apakah orang tua anda mengijinkan anda merokok? 4) Darimana anda memperoleh uang untuk membeli rokok? 5) Berapa lama anda merokok?

F. Pelaksanaan Alat Pengumpulan Data

(47)

variabel tersebut merupakan perilaku negatif. Oleh karena itu, penyebaran alat ukur dilakukan dengan mendatangi responden kemudian menitipkan pada responden penelitian untuk disebarkan kepada teman-temannya. Peneliti menyebarkan 100 eksemplar alat ukur.

G. Validitas dan Realibitas

1. Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar,2007). Suatu tes atau instrument pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud pengukuran tersebut (Azwar, 2007). Penelitian ini menggunakan validitas isi yaitu validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgement yang dilakukan oleh dosen pembimbing. Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validitas ini adalah sejauh mana aitem-aitem dalam tes yang mencakup keseluruhan isi objek yang hendak diukur atau sejauhmana isi tes mencerminkan atribut yang hendak diukur (Azwar,2007).

2. Realibilitas

(48)

berada direntang dari 0 sampai 1,00. Semakin tinggi koefisien realibilitasnya mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi realibilitasnya. Dalam penelitian ini, pengujian realibilitas dilakukan dengan menggunakkan koefisien realibilitas alpha cronbach. Pendekatan ini bertujuan untuk melihat konsistensi antar aitem melalui satu kali penyajian dalam sekelompok individu sebagai subjek.

Dari pengukuran konformitas diperoleh nilai realibilitas sebesar 0,959. Namun, setelah proses seleksi aitem dimana aitem-aitem yang tidak memenuhi standar nilai tertentu di singkirkan maka didapatkan nilai realibilitas sebesar 0,961.

H. Seleksi Aitem

Seleksi aitem dalam penelitian ini menggunakan teknik koefisien korelasi dengan mengkorelasikan keselarasan konsistensi antara fungsi aitem dengan fungsi skala secara keseluruhan atau sering disebut dengan konsistensi aitem total. Menurut Azwar (2007), prosedur pengujian konsistensi aitem dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor pada setiap aitem dengan distribusi skor total sebagai kriteria. Komputasi ini akan menghasilkan koefisien korelasi aitem total (rix

Sebagai kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem total, digunakan batasan (r

) yang umumnya dikenal dengan indeks daya beda aitem.

ix) ≥ 0,300. Semua aitem yang mencapai koefisien

(49)

dapat digunakan. Sebaliknya, aitem yang memiliki koefisien korelasi kurang dari 0,300 dinyatakan gugur (Azwar, 2004).

Distribusi aitem-aitem yang sahih dan gugur disajikan pada tabel berikut:

Tabel 2

Distribusi Aitem Sahih dan Gugur Pada Skala Konformitas

Aspek Nomor Aitem

Gugur Jumlah Sahih Jumlah

1. Kekompakan a. Penyesuian Diri b. Perhatian terhadap

kelompok

(50)

Tabel 3

Blue Print Skala Konfomitas (Setelah Uji Coba)

Aspek Aitem Jumlah

No Aitem Favorable No. Aitem

Unfavorable

1. Kekompakan a. Penyesuian Diri

b. Perhatian terhadap kelompok

2. Kesepakatan a. Kepercayaan

b. Persamaan Pendapat c. Penyimpangan

Catatan. Nomor aitem yang tidak di dalam kurung ( ) adalah nomor aitem sebelum uji coba dan nomor aitem yang ada di dalam kurung ( ) adalah nomor aitem setelah uji coba yang akan digunkan dalam penelitian.

I. Metode Analisis Data

1. Uji Asumsi a. Uji Normalitas

(51)

b. Uji Linearitas

Pengujian linearitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan SPSS for Windows versi 16.00 dengan menggunakan teknik compare means. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah hubungan konformitas dan perilaku merokok remaja linear atau tidak linear. 2. Uji Hipotesis

(52)

36

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Peneliti melakukan uji coba alat penelitian yang dikenal dengan sebutan try out setelah persiapan untuk menyusun alat ukur. Uji coba alat dalam penelitian ini dilakukan untuk melihat kesahihan dan realibilitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, try out yang digunakan adalah try out terpakai. Try out atau uji coba terpakai merupakan uji coba yang hasilnya sekaligus digunakan sebagai data penelitian yang dianalisis (Hadi, 2005). Hal ini dilakukan karena penulis memiliki keterbatasan waktu dalam proses pengambilan data. Menurut Hadi (2005), uji coba terpakai ini membawa risiko mengenai jumlah butir aitem yang gugur. Oleh karena itu, peneliti mengantisipasi dengan menyusun butir-butir aitem sebanyak 72 butir.

(53)

mendatangi responden kemudian menitipkan pada responden penelitian untuk disebarkan kepada teman-teman yang termasuk dalam kategori remaja.

B. Deskripsi Subyek Penelitian

Pengambilan data penelitian ini dilakukan dengan cara pemilihan sekelompok subyek dengan kriteria yang sudah ditetapkan sebelumnya. Kriteria yang dimaksud adalah para remaja yang berjenis kelamin laki-laki atau perempuan yang memiliki kebiasaan merokok dengan rentang usia 15 - 18 tahun.

Berdasarkan hasil penyebaran skala maka didapatkan data diri subyek sebagai berikut:

Tabel 4

Distribusi Subyek Penelitian

Usia Jenis Kelamin Jumlah

C. Deskripsi Data Penelitian

(54)

skor data penelitian yang hasilnya diperoleh dari angka yang merupakan rata-rata skor hasil penelitian.

Dibawah ini merupakan sajian dari hasil analisis data :

Tabel 5

Deskripsi Data Penelitian

Variabel N Mean Empiris

Std. Deviation

Min Max

Konformitas 100 205.46 26.922 144 252 Perilaku Merokok 100 12.81 5.631 1 24

Berikut ini adalah perhitungan mean teoritik konformitas :

Mean teoritik konformitas = titik tengah skor skala × jumlah aitem = 2,5 × 72

= 180

D. Hasil Penelitian

1. Uji Asumsi

Sebelum melakukan analisis data untuk menguji hipotesis perlu dilakukan uji normalitas dan linearitas terlebih dahulu.

a. Uji normalitas

(55)

Hasil pengujiannya dapat dlihat dalam tabel berikut:

Tabel 6

Hasil Uji Normalitas Sebaran

Variabel

Kolmogorov-Perilaku Merokok 1.128 0.157 Normal

Sebaran data pada variabel konformitas dan frekuensi merokok mempunyai nilai signifikansi atau probabilitas (p) lebih besar dari 0,157 (p >0,05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel konformitas dan frekuensi merokok berdistribusi normal.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk menguji apakah hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung mempunyai hubungan yang linear atau tidak. Uji linearitas ini dilakukan dengan menggunakan test for linearity dalam program SPSS for Windows versi 16.00.

Berikut ini adalah hasil uji linearitas :

Tabel 7

Hasil Uji Linearitas Hubungan Antar Variabel

Uji Linearitas F Sig.

Konformitas (Combined) 3.609 0.000

Perilaku merokok

Linearity 63.705 0.000

Deviation from Linearity 0.747 0.771

(56)

menunjukkan bahwa hubungan antara konformitas dengan frekuensi merokok adalah linear. Hal ini berarti setiap kenaikan pada variabel konformitas juga diikuti oleh kenaikan variabel frekuensi merokok.

2. Uji Hipotesis

Setelah mengetahui bahwa data penelitian berdistribusi normal dan berkorelasi linear, maka dapat dilakukan uji koefiesien korelasi product moment. Hipotesisi dalam penelitian ini adalah adanya hubungan positif antara perilaku merokok dan konformitas. Teknik uji hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSSfor Windows versi 16.00.

Berikut ini adalah tabel hasil pengujian hipotesis :

Tabel 8

Hasil Uji Hipotesis

Konformitas Perilaku Merokok Konformitas Pearson

Correlation

(57)

memiliki arah yaitu adanya hubungan positif antara konformitas dengan frekuensi merokok. Hasil analisis data yang diperoleh membuktikan bahwa hipotesis penelitian ini diterima. Artinya semakin tinggi konformitas, maka semakin tinggi pula frekuensi merokoknya.

Untuk dapat memberikan besar kecilnya penafsiran terhadap koefisien korelasi yang ditemukan, maka dapat dilihat dalam analisis korelasi dimana terdapat koefisien determinasi yang besarnya adalah kuadrat dari koefisien korelasi (𝑟𝑟2). Sumbangan konformitas terhadap

frekuensi merokok dapat dilihat dari koefisien determinasinya, yaitu sebesar 0,407. Hal ini berarti terdapat sumbangan efektif variabel konformitas sebesar 40.7% terhadap frekuensi merokok pada remaja dan 59.3% dapat dipengaruhi variabel lain.

3. Kategorisasi Subyek Penelitian

(58)

a. Kategorisasi frekuensi merokok

Kategorisasi skor pada variabel ini tidak dapat dilakukan karena tidak diperolehnya nilai mean teoretis. Oleh karena itu, dilakukan kategorisasi menurut Smet (dalam Kemala dan Hasnida,2005) ada tiga tipe perokok yang dapat diklasifikasikan menurut banyaknya rokok yang dihisap. Tiga tipe perokok tersebut adalah:

1. Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam sehari.

2. Perokok sedang yang menghisap 5-14 batang rokok dalam sehari. 3. Perokok ringan yang menghisap 1-4 batang rokok dalam sehari.

Hasil kategorisasi skor frekuensi merokok menunjukkan bahwa subyek termasuk perokok perokok sedang sebanyak 50 orang (50%), perokok berat sebanyak 39 orang (39%), dan perokok ringan sebanyak 11 orang (11%).

Selain itu juga, dapat diklasifikasikan mengenai frekuensi subyek pria yang termasuk perokok berat sebanyak 26%, perokok sedang sebanyak 39%, dan perokok ringan sebanyak 9%. Sedangkan untuk subyek wanita terdapat 13% termasuk perokok sedang, 11% wanita termasuk perokok berat, dan perokok ringan sebanyak 2%. b. Kategorisasi konformitas

(59)

diperoleh subyek pada skala ini adalah sebesar 72 (1 X 72), dan skor maksimal 288 (4 X 72). Jarak sebaran teoritiknya adalah 288-72 = 216. Perhitungan standar deviasi (SD), pada data yang berdistribusi normal memiliki 6 satuan standar dengan 3 bagian di sebelah kiri dan 3 bagian lainnya di sebelah kanan, maka didapatkan nila SD 216 : 6 = 36.

Ringkasan data penelitian tersebut kemudian digunakan untuk mengkategorisasikan konformitas remaja dalam tingkatan-tingkatan untuk kemudian disusun norma. Subyek dikategorikan menjadi tiga kategori dengan rumus :

Rendah : X < Mean – 1 (SD)

Sedang : Mean – 1 (SD) ≤ X ≥ Mean + 1 (SD) Tinggi : Mean + 1 (SD) ≤ X

Kategorisasi dan skor dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 9

Kategori dan distribusi skor skala konformitas

Pedoman Skor Katego

Berikut data yang didapatkan mengenai kategori konformitas subyek :

Tabel 10

Kategori konformitas subyek

Kategori Jumlah Persentase

Rendah 0 0 %

Sedang 57 57 %

(60)

4. Data Deskriptif Perilaku Merokok

Tabel 11

Fungsi merokok bagi remaja

PERNYATAAN PERSENTASE

Ikut teman-teman 28%

Rasanya enak 18%

Ketagihan 12%

Mencoba-coba 10%

Mengisi waktu luang 4%

Kebiasaan/kebutuhan 2%

Menghabiskan uang 1%

Lebih percaya diri 1%

Ada warung rokok di rumah 1%

TOTAL 100

Tabel 12

Frekuensi Merokok pada Pria

Tipe perokok Persentase

Perokok ringan 9%

Perokok sedang 39%

Perokok berat 26%

Tabel 13

Frekuensi Merokok Pada Wanita

Tipe Perokok Persentase

Perokok ringan 2%

Perokok sedang 13%

(61)

Tabel 14

Waktu yang dihabiskan remaja merokok

PERNYATAAN PERSENTASE

2 tahun 24%

Sumber remaja mendapatkan rokok

PERNYATAAN PERSENTASE

Uang Jajan 81%

Meminta kepada temannya 12%

Meminta rokok kepada orangtuanya 7%

TOTAL 100%

Tabel 16

Perilaku merokok termasuk perilaku yang diijinkan atau tidak?

PERNYATAAN PERSENTASE

Tanpa ijin orangtua 81%

Mendapatkan ijin daro orangtua 57%

Tidak tahu 4%

TOTAL 100%

E. Pembahasan

(62)

0.01. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara frekuensi merokok dengan konformitas. Artinya, semakin tinggi frekuensi merokok maka semakin tinggi pula konformitas remaja.

Perilaku merokok pada remaja umumnya semakin lama akan semakin meningkat sesuai dengan tahap perkembangan yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi dan intensitas merokok, dan sering mengakibatkan mereka mengalami ketergantungan nikotin (Hasnida dkk, 2005). Dalam studi longitudinal Brook, Whiteman, Czeisler, Shapiro & Cohen menemukan salah satu prediktor terbaik perilaku merokok pada dewasa awal ketika mereka pernah memiliki teman yang merokok saat mereka remaja. Perubahan perilaku yang terjadi karena adanya konsekuensi sosial dari partisipasi seseorang dalam kelompoknya. Dalam usahanya untuk dapat diterima kelompok, mereka harus bertingkah laku dengan pola-pola dan harapan sesama kelompoknya. Oleh karena itu, remaja harus memiliki perhatian yang tinggi dengan mengetahui segala informasi dalam kelompoknya agar tidak dianggap menyimpang. Remaja ingin merasa kehadirannya diterima dalam kelompoknya kemudian merubah perilakunya yang merupakan bagian dari konformitas (Sears,1991).

(63)

teman-temannya akan memiliki persamaan pendapat dengan anggota kelompok lainnya. Meskipun begitu, masa remaja yang merupakan masa pencarian identitas diri membuat remaja memiliki keinginan, pandangan ataupun pendapat yang berbeda dengan anggota kelompok lainnya. Hal ini akan membuat remaja memiliki perilaku menyimpang. Namun, apabila orang lain dapat memiliki pendapat yang sama dengannya, maka remaja tersebut tidak dianggap menyimpang. Oleh karena itu, remaja akan merubah perilakunya sesuai dengan kesepakatan yang terbentuk dalam kelompoknya agar tidak dikucilkan teman-temannya (Sears,1991).

Hal ini dapat mendukung data penelitian yang menemukan bahwa secara umum subyek memiliki konformitas pada kategori sedang (57 %). Selain itu, juga ditemukan adanya sumbangan sebesar 59.3% yang dapat mempengaruhi variabel frekuensi merokok. Meskipun terdapat sumbangan efektif variabel konformitas sebesar 40.7% terhadap frekuensi merokok pada remaja.

(64)
(65)

49

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara konformitas dengan perilaku merokok pada remaja, dimana didapatkan nilai koefisen korelasi sebesar 0.638 dengan p < 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi semakin tinggi konformitas, maka semakin tinggi pula perilaku merokoknya. Oleh karena itu, hipotesis dalam penelitian ini diterima.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka ada beberapa masukan seperti berikut : 1. Bagi orangtua

Orang tua diharapkan dapat memberikan pengarahan dan pengawasan kepada anaknya ketika bersosialisasi dengan teman sebaya agar anak tidak mengikuti perilaku negatif di lingkungannya. Sebaiknya juga para orangtua tidak disarankan merokok dihadapan anak dan tidak memberikan penguat positif apabila anak merokok.

2. Bagi guru dan sekolah

(66)

sebayanya agar dapat mengembangkan minat dan kegiatan dalam menyalurkan gejolak masa remaja.

3. Bagi peneliti selanjutnya

(67)

51

DAFTAR PUSTAKA

Ameli, Adisti. (2009). Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Medan: Fakultas Psikologi USU

Antony D. Cox dan Dena. (1998). Beyond “Peer Presure” : a theoretical framework for understanding the varieties of social influence in adolescence risk behavior, Social Marketing Quartely, Adolescent isuues. Aritonang, MER. (1997). Fenomena Wanita Merokok. Skripsi. Tidak diterbitkan.

Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM

Astuti, Kamsih. (2007). Mencari Prediktor Perilaku Merokok pada Remaja Awal. Jurnal Riset Daerah

Azwar, S. (2007). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Baron, A. Robert dan Byrne Donn. (2005). Psikologi Sosial. Jakarta. Erlangga Azwar, S. (2009). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dian Komalasari dan Avin Fadila Helmi. (2000). Faktor-faktor penyebab perilaku merokok pada remaja, Jurnal Psikologi tahun XXVIII nomor 1

Ekawati, N. KM, D. Yulianti dkk. (2008). Peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap rokok pada siswa smu di kelurahan penatih. Denpasar Gunarsa dan Gunarsa. (2009). Psikologi Remaja. Jakarta. BPK Gunung Mulia

Hadi,Sutrisno. (2005). Aplikasi Ilmu Statistika Di Fakultas Psikologi. Anima, Indonesian Psychological Journal, Vol 20 No. 3, 203-229

Hasnida dan Indri Kemala. (2005). Hubungan antara Stres dan Perilaku Merokok pada Remaja Laki-laki, Psikologia, Volume 1 nomor 2 (92-97)

Hadi,Sutrisno. (2000). Statistik Jilid 2. Yogyakarta: Andi Offset

Hurlock, E. B. (1999). Psikologi Perkembangan ed. Ke-5. (Alih Bahasa: Dra. Istiwidayanti dan Drs. Soedjarwo, M.Sc.). Jakarta: Erlangga.

(68)

Indonesia Negara Perokok Terbesar Se-ASEAN. (2009, Oktober). Diakses dari http://kesehatan.kompas.com/read/2009/10/10/13355135/Indonesia.Negar a.Perokok.Terbesar.Se.ASEAN

Kathryn A. Urberg. (1992). Locus of Peer Influence : Social Crowd and Best Friend; Journal of youth and adolescence, academic research library

Knox, Barbara J. Stewart, Sittlington Julie dkk. (2005). Smooking and peer groups : results from a longitudinal qualitative study of young people in northern Ireland. The british journal psychology; Proquest Science Journals

Morgan Mark dan Grube, W. Joel. (1989). Adolescent cigarette smoking: A developmental analysis of influences. British Journal of Development Psychology.

Myers, David G. (1999). Social Psychology. Mc Graw-Hill inc

Rakhmat, Jalaludin. (2008). Psikologi Komunikasi. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya

Santor, A.Darcy dkk. (2000). Measuring peer pressure, popularity and conformity in adolescent boys and girl : predicting school performance, sexual attitudes, and substance abuse. Plenum publishing corporation

Santrock, J.W. (2003). Perkembangan Remaja. Jakarta : Erlangga.

Sarwono, Sarlito. (2009). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta. Rajawali pers Sears, O. David dkk. (1991). Psikologi Sosial. Jakarta. Erlangga

Siregar. (2004). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Andi Offset Sitepoe. (2000). Kekhususan Rokok Indonesia. Jakarta. Gramedia

Soamole,Iqbal. (2004). Hubungan Antara Sikap Terhadap Merokok dengan Kebiasaan Merokok Pada Remaja. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Semarang. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Semarang

Steinberg, Laurence. (2002). Adolescence (ed. Ke-6). New York: The McGraw-Hill.

(69)

Taylor, Shelley. (2009). Psikologi Sosialedisi kedua belas. Kencana. Jakarta

Widianti,Efri. (2007). Makalah remaja dan permasalahannya : bahaya merokok,penyimpangan seks pada remaja dan bahaya penyalahgunaan minuman keras/narkoba. Jatinagor,

(70)

54

(71)

LAMPIRAN A

Angket Perilaku Merokok

dan

Skala Uji Coba

(72)

Angket Frekuensi Merokok

1) Apa alasan anda merokok?

2) Berapa batang rokok yang anda habiskan dalam sehari?

3) Apakah orang tua anda mengijinkan anda merokok?

4) Darimana anda memperoleh uang untuk membeli rokok?

(73)

Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir penulis, maka teman-teman diminta untuk mengisi skala ini. Informasi yang sudah diberikan teman-teman di sini akan dijamin kerahasiaannya. Bantuan yang diberikan dalam menjawab pernyataan ini akan sangat berarti dalam penelitian. Atas kerjasama dan kesediaannya, penulis ucapkan terimakasih.

Hormat saya, Maria Evangeli PETUNJUK PENGERJAAN !!!

Dibawah ini akan terdapat pernyataan dan teman-teman diminta untuk menjawab pernyataan sesuai dengan keadaan teman-teman. Teman-teman dapat memberikan tanda silang (X) pada salah satu pilihan jawaban. Pilihan jawaban yang tersedia yaitu :

SS : Sangat Setuju ( jawaban sangat setuju berati semakin menggambarkan keadaan diri teman-teman)

S : Setuju TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju (Jawaban sangat tidak setuju berarti semakin tidak menggambarkan keadaan diri teman-teman)

Jawaban yang sudah teman-teman pilih tidak ada yang benar atau salah. Selain itu, jawaban setiap orang dapat memiliki jawaban yang berbeda. Oleh karena itu, pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan keadaan diri teman-teman.

Contoh :

1 Saya senang memiliki barang yang sama seperti yang digunakan teman-teman yang lainnya

X

Jika teman merasa pernyataan ini mengungkapkan keadaan diri teman-teman, maka jawablah (SS).

(74)

NO PERNYATAAN SS S TS STS

1 Saya suka mengkonsumsi merk rokok yang digemari teman – teman saya

2 Saya mengetahui tempat nongkrong favorit yang sering di gunakan untuk berkumpul bersama 3 Saya selalu menanyakan pendapat teman-teman

sebelum mengambil keputusan

4 Saya senang merokok karena dapat meredakan ketegangan sesuai dengan apa yang dikatakan teman-teman

5 Saya akan mengutarakan pendapat di hadapan teman-teman meskipun saya tahu pendapat saya banyak ditentang oleh teman yang lain

6 Saya lebih suka mengkonsumsi merk rokok yang saya gemari meski merk rokok tersebut berbeda dari merk rokok yang di sukai oleh teman saya 7 Sedikit sekali informasi yang saya ketahui

mengenai tempat nongkrong favorit yang biasa digunakan oleh teman-teman untuk berkumpul bersama

8 Teman bukanlah sumber informasi yang tepat untuk membantu saya dalam mengambil keputusan

9 Saya lebih senang melakukan hal lain untuk meredakan ketegangan daripada mengikuti kata teman untuk merokok

10 Saya takut mengutarakan pendapat yang nantinya akan ditentang oleh teman-teman

11 Saya akan merokok ketika melihat teman-teman saya merokok

12 Saya mengetahui dengan pasti jenis rokok kegemaran teman-teman saya

13 Saya selalu meyakini bahwa pendapat teman saya lebih benar daripada pendapat saya sendiri

14 Saya merasa nyaman ketika saya memiliki pendapat yang sama dengan teman-teman

15 Saya berani menolak permintaan teman untuk merokok meskipun nantinya saya dikatakan tidak gaul

16 Saya tidak akan merokok meskipun banyak teman-teman yang merokok

17 Saya kurang mengetahui jenis rokok yang menjadi kesukaan teman teman saya

(75)

NO PERNYATAAN SS S TS STS

19 Saya merasa dikucilkan apabila saya tidak memiliki kesamaan pendapat dengan teman-teman 20 Saya takut menolak ajakan teman untuk merokok

agar saya tetap dianggap gaul

21 Agar tampak keren dengan teman-teman yang lain, saya akan merokok ketika berada di tempat nongkrong

22 Saya pasti menyempatkan diri agar dapat mengikuti pertemuan dengan teman-teman

23 Adanya dukungan dari teman-teman banyak mempengaruhi saya dalam mengambi keputusan 24 Saya senang dengan pilihan tempat nongkrong

dari teman-teman yang sering dijadikan tempat berkumpul bersama

25 Saya merasa bodoh apabila mengikuti pendapat teman yang jelas salah padahal saya mengetahui yang benar

26 Saya tidak akan ikut merokok meskipun hal itu terkesan sangat keren ketika berada di tempat nongkrong

27 Saya jarang mengikuti pertemuan rutin yang diadakan oleh teman-teman

28 Dukungan dari teman-teman tidak mempengaruhi keputusan saya

29 Saya lebih suka dengan pilihan tempat nongkrong saya sendiri untuk dijadikan tempat untuk berkumpul bersama daripada tempat biasanya 30 Saya lebih nyaman dengan mengikuti pendapat

teman-teman meskipun pendapat itu salah

31 Saat berkumpul bersama teman-teman, saya akan merokok untuk mengikuti kebiasaaan teman yang lainnya

32 Saya akan berusaha mencari barang terbaru yang banyak dipakai oleh teman-teman yang lain

33 Saya percaya bahwa semua keputusan kelompok adalah yang terbaik untuk semua

34 Saya senang merokok di tempat umum karena banyak teman mengatakan itu sebagai hal yang keren

35 Saya melakukan apapun yang saya suka walaupun banyak teman-teman menentangnya

Gambar

Tabel 1 Blue Print Skala Konformitas Sebelum penelitian
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4 Distribusi Subyek Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara perilaku konsumtif dengan konformitas yang didasarkan pada pengaruh normatif dan informasional pada 73 orang

yang telah dilakukan kepada 20 siswa SMA Negeri 1 Polanharjo pada tahun ajaran 2013/2014 sebanyak 70% memilih faktor teman ( konformitas ) menjadi salah

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara konformitas dengan kencenderungan perilaku kenakalan remaja.. Subjek dalam penelitian ini

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: hubungan antara konformitas dengan kencenderungan perilaku kenakalan remaja dan seberapa besar sumbangan efektif konformitas

Didukung juga oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Pratiwi tentang “Hubungan antara control diri dan konformitas dengan perilaku merokok pada remaja di Surakarta”

Hasil analisis data dengan menggunakan analisis regresi dua prediktor adalah: Ada hubungan yang sangat signifikan antara kecenderungan mencari sensasi dan konformitas

penelitian ini diterima, yang artinya konformitas yang didasarkan pada pengaruh normatif berkorelasi sekaligus menjadi prediktor yang sangat signifikan dengan

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara perilaku konsumtif dengan konformitas yang didasarkan pada pengaruh normatif dan informasional pada 73 orang