• Tidak ada hasil yang ditemukan

G ambaran Tema

B. Munculnya Embrio Kebangsaan dan Nasionalisme Indonesia

3. Kongres Sumpah Pemuda dan Kongres Perempuan

a. Kongres Sumpah Pemuda

Tahukah kalian kapan bahasa Indonesia diupayakan untuk digunakan dalam sebuah pertemuan resmi di Indonesia? Apakah kalian berpikir jawabannya adalah pada saat Kongres Sumpah Pemuda pada 1928?

Jika jawabannya ya, berarti jawaban kalian kurang tepat karena inisiasi untuk menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan datang pada kegiatan Kongres Pemuda I pada 30 April sampai 2 Mei 1926 yang dihadiri berbagai organisasi pemuda seperti Tri Koro Darmo, Jong Sumatra, Jong Java, Jong Minahasa, Jong Islameten Bond, Jong Celebes, Perkumpulan Pemuda Betawi. Catatan autobiografi M. Tabrani (ketua penyelenggara kongres pemuda pertama) menceritakan perdebatannya dengan Muh. Yamin dalam penggunaan istilah untuk bahasa persatuan apakah bahasa Melayu atau bahasa Indonesia. Akhirnya disepakati istilah untuk bahasa persatuan adalah bahasa Indonesia pada Kongres Pemuda berikutnya. Butuh proses sosialisasi dan konsolidasi untuk menyepakati penggunaan bahasa persatuan pada Kongres Pemuda 2.

Pada saat penyelenggaraan, rapat kongres diadakan di tiga tempat berbeda. Rapat pertama kongres dilakukan di Gedung Katholikee Jongelingen Bond (Gedung Pemuda Katholik), Lapangan Banteng, Batavia. Soegondo membuka rapat dengan menyampaikan harapan

agar kongres tersebut dapat memperkuat semangat persatuan. Pidato selanjutnya disampaikan oleh Muhammad Yamin yang menyebutkan bahwa di antara hukum penting yang dapat memperkuat persatuan Indonesia adalah hukum, sejarah, pendidikan, hukum adat, dan kemauan untuk bersatu.

Rapat kedua diadakan pada 28 Oktober 1928 bertempat di Gedung Oost-Java Bioscoop. Rapat ini membahas persoalan pendidikan.

Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro berpendapat bahwa harus ada keseimbangan antara pendidikan anak di sekolah dan di rumah,juga pentingnya anak harus dididik secara demokratis. Rapat ketiga diselenggarakan di Gedung Indonesische Clubhuis Kramat, Batavia. Dalam sesi ini Soenario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan. Sementara itu Ramelan menyampaikan tentang gerakan kepanduan yang tidak dapat dipisahkan dari pergerakan nasional. Pada hari terakhir, sebelum kongres ditutup, Wage Rudolf Supratman memperdengarkan instrumen lagu “Indonesia Raya” kepada peserta kongres.

b. Kongres Perempuan

Perjuangan mencapai kemerdekaan bukan hanya dilakukan oleh kaum laki-laki, namun juga oleh kaum perempuan Indonesia. Kegiatan bersama organisasi perempuan yang paling menonjol adalah Kongres Perempuan menjadi permulaan bersatunya organisasi perempuan di tanah air.

Gambar 2.8. Suasana kongres perempuan

Sumber: Panitia pembuatan buku. 2009. 80 Tahun Kowani: Derap Langkah Pergerakan Organisasi Perempuan Indonesia. Jakarta: Penerbit Sinar Harapan

Pada 22-25 Desember 1928 bertempat di Gedung Ndalem Joyodipuran, Yogyakarta, Kongres Perempuan pertama diadakan.

Tercatat peserta kongres berjumlah 600 orang dari 30 organisasi perempuan yang menghadiri kongres tersebut. Keberhasilan kongres menghadirkan peserta yang tidak dapat dikatakan sedikit adalah berkat kegigihan panitia penyelenggara yang terdiri atas organisasi Wanita Utomo, Putri Indonesia, Wanita Katolik, Perempuan-perempuan Sarekat Islam, Perempuan-perempuan Jong Java, Aisyiyah, dan Wanita Taman Siswa.

Penyelenggaraan Kongres Perempuan tidak lepas dari peristiwa Kongres Sumpah Pemuda yang diselenggarakan sebelumnya di Jakarta. Perhimpunan organisasi perempuan ini menekankan pada pentingnya persatuan untuk mencegah perpecahan di kalangan organisasi perempuan dengan alasan apapun termasuk urusan agama.

Kongres berjalan agak alot karena masih ada perbedaan pendapat mengenai mosi reformasi perkawinan dan pendidikan terutama di kalangan organisasi perempuan Islam yang menentang perempuan dan laki-laki bersekolah dalam satu kelas. Hal lain yang diperdebatkan adalah penghapusan poligami yang diusung oleh organisasi-organisasi perempuan nasional dan Kristen (Wieringa, 2010).

Kongres yang berjalan selama empat hari tersebut menghasilkan keputusan dan rekomendasi sebagai berikut: 1) disepakatinya pembentukan federasi organisasi-organisasi perempuan Indonesia, Persatoean Perempoean Indonesia (PPI) setahun kemudian. PPI kemudian berubah nama menjadi Perserikatan Perhimpoenan Isteri Indonesia (PPII), 2) PPII menerbitkan surat kabar secara mandiri 3) mencegah pernikahan anak-anak, 4) mendirikan Studie fonds, 5) memperkuat pendidikan kepanduan putri, 6) mengirimkan mosi kepada pemerintah yang isinya mendesak agar pemerintah memberikan memperhatikan dan dukungan dana kepada janda dan anak-anak, menolak pencabutan tunjangan pensiun dan memperbanyak pendirian sekolah-sekolah putri.

Selang lima tahun kemudian diselenggarakan kembali Kongres Perempuan di Jakarta pada tahun 1933. Diketuai oleh Nyonya Suwandi, PPII sepakat untuk menyelenggarakan Kongres Perempuan Kedua karena masih banyak organisasi perempuan baru yang belum tergabung dalam PPII. Salah satu hal penting dalam Kongres Perempuan II adalah tercetusnya konsep Ibu Bangsa yang menekankan kewajiban perempuan Indonesia untuk menumbuhkan generasi baru yang lebih sadar kepada nasionalisme dan kebangsaannya sendiri.

Kongres perempuan berikutnya diadakan di Bandung pada tahun 1938 dan Semarang pada tahun 1941. Mayoritas disepakati bahwa hasil dari putusan kongres ditujukan untuk kepentingan kaum perempuan dan golongan miskin, tetapi hal kontrasnya adalah bahwa keanggotaan organisasi perempuan masih berasal dari lapisan atas. Terlepas dari kontroversi tersebut, sejarah Indonesia mencatat penyelenggaraan Kongres Perempuan Indonesia memiliki peran yang sangat penting bagi gerak perjuangan nasional bangsa Indonesia. Berdasarkan Dekrit Presiden RI No. 316 tahun 1959, bertepatan dengan peringatan Kongres Perempuan Indonesia ke-25, ditetapkan bahwa tanggal 22 Desember yang merupakan tanggal dimulainya Kongres Perempuan Pertama sebagai Hari Ibu.

Aktivitas 1

Tugas:

• Setelah membaca aktivitas kebangsaan Indonesia lewat Kongres Perempuan dan Kongres Sumpah Pemuda, silakan kalian mendengarkan lagu “Satu Nusa Satu Bangsa”.

• Resapi setiap lirik lagu tersebut, kemudian bacalah teks ikrar sumpah pemuda yang disepakati bersama pada 28 Oktober

PERTAMA.

KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA, MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH INDONESIA.

KEDOEA. KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA, MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA.

KETIGA. KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA, MENDJOENDJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA.

Petunjuk Kerja:

• Kaitkanlah isi lagu dengan makna inti kesatuan dan persatuan bangsa dengan menjawab pertanyan “Mengapa persatuan begitu penting bagi kaum muda saat itu? Apakah persatuan masih relevan untuk diperjuangkan sekarang?”

• Tulis jawaban kalian di kertas ataupun menjawab langsung dengan menunjuk tangan terlebih dahulu.