• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konklusi Secara Tekstual dan Kontekstual

METODE PENELITIAN

C. Konklusi Secara Tekstual dan Kontekstual

Analisis terhadap nilai-nilai yang ada dalam al-Quran akan menambah wawasan yang luas tentang ajaran-ajaran al-Quran, sehingga pemahaman terhadapnya semakin mendalam dan komprehensip. QS. al-Hujurat ayat 6 – 12 merupakan salahsatu bagian al-Quran dan kajian terhadap ayat tersebut adalah langkah efektif untuk mendeskripsikan salahsatu nilai dalam al-Quran yaitu nilai-nilai pendidikan akhlak.

78

Pendidikan akhlak (Tarbiyah Khuluqiyah) adalah suatu pendidikan yang mengarahkan seseorang dapat membiasakan diri mempunyai sifat yang terpuji, sifat yang menjadikan pemiliknya mulia di mata Allah dan di mata makhluk Allah. Seperti, jujur, ikhlas, percaya diri, sikap menolong, dan lain sebagainya.

Berdasarkan hasil analis secara tekstual dan kontekstual pada QS. al-Hujurat ayat 6 - 12, maka diperoleh konklusi (kesimpulan) nilai-nilai pendidikan akhlak. Diantaranya adalah

1. Allah Swt mengajarkan kepada kaum mukmin tentang nilai pendidikan akhlak untuk senantiasa tabayyun (bersikap kritis dan selektif dalam menerima informasi)

2. Allah Swt mengajarkan kepada kaum mukmin tentang nilai pendidikan akhlak untuk senantiasa menjaga keutuhan persaudaraan kaum muslimin, dan

3. Allah Swt mengajarkan kepada kaum mukmin tentang nilai pendidikan akhlak mengangagungkan kehormatan kaum muslimin dengan tidak mencelah, tidak memanggil dengan panggilan yang buruk, menjahui prasangka buruk, tidak mencari-cari kesalahan dan tidak membuka aib kaum muslimin.

B. Implementasi Nilai-nlai Pendidikan Akhlak dalam Q.S. Al-Hujurat dalam Kehidupan Sehari-hari

79

1. Umat Islam Hendaknya Senantiasa Bersikap Kritis dan Selektif dalam Menerima Informasi

Kisah seorang sahabat yang diutus oleh Rasulullhah saw untuk mengembang satu misi, kemudian pulang dari perjalanannya sebelum menunaikan tugas, merupakan pelajaran untuk umat Islam terutama dalam dunia pendidikan agar tidak tergesa-gesa dalam menyimpulkan suatu berita.

Terlebih ketika berita tersebut berpotensi untuk mengeruhkan persaudaraan umat Islam. Betapa banyak perselisihan yang terjadi diantara teman, sahabat, saudara diakibatakan oleh berita bohong yang tanpa ada sikap kritis dan selektif dalam menerima informasi tersebut. Berapa banyak perceraian suami dengan istrinya akibat berita yang tidak jelas kebenarannya, serta berapa banyak perang yang berkecamuk dengan mengorbankan ribuan bahkan jutaan manusia akibat berita yang tidak benar dan sikap yang tergesa-gesa. Dan salah satu hikmah sikap kritis dan selektif dalam menerima informasi dan tidak tidak tergesa-gesa dalam menyimpulkannya, yaitu agar senantiasa hidup dalam kedamaian dan kebenaran.

AL-Kholid Al-Burmaki berkata,

”barang siapa yang dapat menahan dirinya dari empat perkara maka dia layak untuk tidak terjangkiti dosa besar yang dibenci: tergesa-gesa, keras kepala, sombong dan lemah”.Jelas bahwa buah dari tergesa-gesa adalah penyesalan, buah dari keras kepala adalah kebingungan, buah dari kesombongan adalah kebencian dan buah dari lemah adalah kehinaan.(Muhammad Abdul Ati Buhairi, 2012)

80

Pendidikan sikap kritis dan selektif dalam menerima informasi dalam lingkungan pendidikan merupakan hal tidak boleh dilewatkan dan dilupakan, telebih dewasa ini merupakan era teknologi komunikasi yang berbentuk media, memberikan pengaruh terhadap perilaku dan cara berpikir manusia di kehidupan sosialnya dari berbagai perspektif.

Kritis berarti mampu menganalisis kedudukan suatu nilai, dan selektif berarti dapat menentukan nilai mana yang dapat dijadikan rujukan dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. Tentu, dalam menganalisis dan memilih nilai itu kita dapat merujuk kepada nilai yang menurut kita cocok untuk diterapkan dari mana pun sumbernya dan tidak bertentangan degan ajaran Islam. Artinya, kita dapat belajar dari bangsa apa saja, dari kurun waktu apa saja sehingga kita mampu bertahan (survival) dan tumbuh (growth) di tengah-tengah masyarakat dunia.

Ibnu Jauzi berkata,

”ketika seseorang hendak mengerjakan sesuatu, hendaknya ia terlebih dahulu mmenetapkannya atau mencari kepastiannya,karena jika seseorang terjun dalam realita tanpa memperhatikan akibat yang akan terjadi maka mayoritas hal tersebut akan menyebabkan penyesalan. (Muhammad Abdul Ati Buhairi, 2012)

Jauh sebelum itu, Al-Quran telah menegaskan tentang kehati-hatian dalam menanggapi sesuatu. Bahkan bukan hanya pada aspek menerima informasi tapi di dalam segala aspek kehidupan, semuanya harus dibangun dengan ilmu, sebagaimana QS. Al-Isra‟[17] : 36

81

َََُُْ َ عَك َ ِ َ ُّأ ُّلُك َدقَؤُ ْ ق َّ َشَتَبْ ق َّ َعْمَّغ ق َّ ِإ ا,ََِْ َِِب َ َ َظَْ٘ عَم ُفْ َت َلَ َّ

ًَُْ ْغَم

Terjemahannya:

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggun jawabnya”.(Departemen agama RI 2012: 285)

Qotadah berkata:

ع ئننف ,نَعت ,ن ّ ،تنمََّ ،عمنغت ,ن ّ ،تعمنعّ ،شنت ,ن ّ ،تنٗأس للن ت لَ

.ََك ر َُ َئعع

Artinya:

“Jangan kamu katakan kamu melihat padahal kamu tidak melihat, kamu mendengar padahal kamu tidak mendengar, kamu ketahui padahal kamu tidak tahu, karna Allah meminta pertanggung jawaban kamu tentang itu semua.(Ibnu Katsir, 2008)

Hikmah dari QS. al-Isra‟ ayat 36 di atas adalah memberikan batasan-batasan hukuman, karena banyak kerusakan yang disebabkan oleh perkataan yang tanpa dasar. Janganlah kamu mengikuti perkataan dan perbuatan yang tidak kamu ketahui ilmunya, dan janganlah kamu mengucapkan aku melihat ini padahal aku mendengar ini padahal kamu tidak mendengarnya. Firmannya ,"Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabnya". Maksudnya adalah janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui ilmunya, karena Allah Ta'ala akan menanyakan anggota badan ini pada hari Kiamat

82

tentang apa yang telah diucapkan oleh pemiliknya atau yang dikerjakannya maka dia akan bersaksi dengan apa yang dia ucapkan atau yang dikerjakan dari perkataan dan perbuatan yang dilarang. Haram berkata atau berbuat tanpa didasari ilmu, karena dapat menyebabkan kerusakan. Dan Allah Ta'ala akan menanyakan seluruh anggota badan dan meminta persaksiannya pada hari Kiamat.

2. Umat Islam Hendaknya Senantiasa Menjaga Keutuhan Persaudaraan Kaum Muslimin

Dua ayat dalam al-Quran surah al-hujurat (ayat 9-10), serta penjelasan dari hadis-hadis Rasulullah Saw, menujukkan akan keharusan menjaga keutuhan persaudaraan kaum muslimin dengan melakukan resolusi konflik (menganalisis dan menyelesaikan masalah) ketika konflik tejadi di tengah-tengah kaum muslimin. Konflik dalam kehidupan manusia merupakan hal yang manusiawi, alami dan berpotensi terjadi setiap kali.

Munculnya konflik dilatar belakangi oleh banyak hal, namun pada hakikatnya karena ketidaksepahaman atau pertentanagan dikalangan manusia.

Umat Islam harus sadar akan pentingnya persaudaraan yang dibangun atas dasar iman ini, karena dengan persaudaraan ini, Rasulullah telah berhasil menyebarkan agama Islam dan berhasil menguasai peradaban dunia kala itu. Dan umat Islam harus mengetahui bahwa nilai-nilai persaudaraan dewasa ini mulai memudar sehingga tak heran konflik dapat

83

kita saksikan dimana saja dan kapan saja, baik dimedia cetak maupun dimedia elektronik.

Peran dunia pendidikan dalam memupuk nilai-nilai persaudaraan sangat diperlukan, dengan menumbuhkan kepekaan social seorang anak didik terhadap temannya dan lingkungannya. Misalnya, ketika seorang anak didik mempunyai masalah, maka peserta didik yang lain diberikan stimulus agar mereka ikut membantu dalam menyelesaikan masalah tersebut. Ketika terjadi pertikaian atara mereka, maka tugas seorang pendidik harus memahami apa akar masalahnya dan memahamkan peserta didik apa dampak dari pertikaian tersebut serta memberikan solusi atas pertikaian tersebut.

3. Ummat Islam Hendaknya Senantiasa Menjunjung Kehormatan Kaum Muslimin dimanapun dan kapanpun

Manusia adalah makhluk yang diciptakan dengan diberikan amanah untuk menjaga hubungan kepada Allah dengan senantiasa mentaatinya dan menjaga hubungan sesama manusia selaku makhluk sosial. Dan salahsatu amanah Allah kepada manusia terkhusus umat Islam adalah menjunjung kehormatan kaum muslimin dengan tidak saling mengolok-olok, mencela orang lain, memanggil dengan gelar yang jelek atau buruk, menjahui perasangka, mencari-cari kesalahan orang lain dan menggunjing (ghibah) sebagian yang lain.

84

Menurut akal sehat setiap orang ingin dihargai dan dihormati, mulai dari kalangan anak-anak sampai orang tua, baik yang berkedudukan rendah terlebih terhadap orang yang memiliki kedudukan terhormat. Namun dalam prakteknya di lapangan, banyak orang yang hanya ingin dihormati tetapi tidak mau menghormati orang lain. Oleh karena itu, kebiasaan menjunjung kehormatan kaum Muslimin harus benar-benar dibiasakan sejak kecil, mulai dari lingkungan keluarga sampai pada masyarakat luas. Dalam lingkungan keluarga, pendidikan saling menghormati harus diterapkan melalui metode keteladanan orang tua terhadap anaknya. Dilingkungan sekolah, seorang pendidik harus menghidari kata-kata yang tidak baik dan senantiasa mengajak peserta didik untuk berbicara baik. Sebab keluarga merupakan pondasi pendidikan pertama dan utama karena di keluarga inilah tempat dan lingkungan awal setiap manusia yang lahir di dunia ini. Peranan keluarga dalam menentukan pendidikan sangat dominan, hal tersebut dapat diketahui bahwa dilingkungan keluarga inilah sang anak dapat mengenal bahasa, tindakan, perlakuan, dan hal lain yang berkaitan kebutuhan baik kebutuhan kecerdasan, emosional, sosial dan spritual keagamaannya (Muh. Takdir:

104).

Pendidikan keluarga adalah pendidikan pertama yang dirasakan dan menyentuh jiwa anak. Dan pendidikan formal merupakan pendidikan yang harus dilalui oleh seorang anak untuk membentuk kepribadian mereka.

Sebagai contoh seorang anak yang sehari-harinya biasa melihat ibu

85

berdusta maka sulit bagi anak menjadi orang yang jujur. Demikian pula seorang anak yang sehari-harinya biasa melihat ayahnya mengolok-olok, mencela, menggunjing dan memanggil ibunya dengan kecacatan yang ada pada ibu tersebut, maka sulit bagi anak menjadi orang yang menghormati orang lain.

86 BAB V

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembacaan penulis dari pelbagai referensi dan ditambahkan dengan penafsiran oleh beberapa ulama terhadap QS. al-Hujurat ayat 6-12, maka bisa diambil kesimpulan dan saran sebagai berikut:

A. Simpulan

1. Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam QS.al-Hujurat ayat 6 –12

a. Allah Swt mengajarkan kepada kaum mukmin tentang nilai pendidikan akhlak untuk senantiasa tabayyun (bersikap kritis dan selektif dalam menerima informasi)

b. Allah Swt mengajarkan kepada kaum mukmin tentang nilai pendidikan akhlak untuk senantiasa menjaga keutuhan persaudaraan kaum muslimin, dan

c. Allah Swt mengajarkan kepada kaum mukmin tentang nilai pendidikan akhlak mengangagungkan kehormatan kaum muslimin dengan tidak mencelah, tidak memanggil dengan panggilan yang buruk, menjahui prasangka buruk, tidak mencari-cari kesalahan dan tidak membuka aib kaum muslimin.

87

2. Implementasi Nilai-nlai Pendidikan Akhlak dalam Q.S. Al-Hujrat dalam Kehidupan Sehari-hari

a. Umat Islam Hendaknya Senantiasa Bersikap Kritis dan Selektif dalam Menerima Informasi.

b. Umat Islam Hendaknya Senantiasa Menjaga Keutuhan Persaudaraan Kaum Muslimin.

c. Ummat Islam Hendaknya Senantiasa Menjunjung Kehormatan Kaum Muslimin dimanapun dan kapanpun

B. Saran

Sebagai kata akhir dari tulisan ini, saya sebagai penulis ingin menyampaikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Mengingat akhlak terhadap Allah dan Rasul-Nya sebagai suatu yang urgen dalam agama Islam, maka hendaklah kita senantiasa mempelajari bagaimana akhlak yang benar serta berusaha untuk mengamalkannya.

2. Rasulullah telah mewasiatkan kepada umat Islam untuk senantiasa berpegang kepada Al-Quran dan As-Sunnah untuk mengarungi dunia yang fana ini. Maka sepantasnyalah umat Islam menjadikan kedua pusaka tersebut sebagai referensi utama dalam mempelajari akhlak.

3. Penelitian yang penulis lakukan ini tentunya masi jauh dari kesempurnaan, sehingga perlu adanya penelitian lanjutan dengan peluang-peluang penemuan lebih banyak dan lebih baik dari tulisan ini.

88

Dokumen terkait