• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

F. Pembahasan

2. Konsekuensi

Peneliti membagi bentuk konsekuensi dalam 7 kategori besar. Dengan kategori tersebut, dapat dilihat bahwa perilaku seksual online lebih mempengaruhi pada keadaan mental seseorang dan kemudian intensi atau niat untuk melakukan hubungan seksual dalam dunia nyata. Bila akhirnya remaja telah memiliki intensi untuk melakukan hubungan seksual, maka munculah konsekuensi seperti terkena penyakit kelamin, karena melakukan hubungan seksual dengan tidak aman, risiko kehamilan di luar nikah dan aborsi.

Hasil tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa mengeksplorasi konten seksualitas di internet memiliki asosiasi dengan perilaku seksual berisiko seperti memiliki banyak pasangan seksual, menggunakan alkohol dan zat-zat lain ketika berhubungan seksual, tidak menggunakan kontrasepsi selama berhubungan seksual dan menderita penyakit menular seksual (Brau-Courville & Rojas; Caroll et al.; Haggstrom-Nordim, Hanson & Tydem; Wingood et al. dalam Morgan, 2011). Bila remaja mengalami hal demikian, maka kemungkinan ia juga mendapatkan konsekuensi negatif pada performa akademik dan relasi interpersonal seperti dianggap mencoreng nama baik.

Konsekuensi yang berpengaruh pada mental juga menunjukkan bahwa remaja mendapatkan konsekuensi positif seperti rasa senang, rasa puas, dan rasa bangga setelah melakukan perilaku seksual online, namun hal ini juga diiringi dengan konsekuensi negatif seperti rasa menyesal,

takut, merasa bersalah dan merasa berdosa setelah melakukan perilaku tersebut. Pengalaman kondisi mental negatif tersebut menunjukkan bahwa remaja menganggap bahwa perilaku seksual online termasuk dalam perilaku menyenangkan dan dapat mengatasi stress namun tidak sesuai dengan norma masyarakat dan norma agama di budaya timur yang belum bebas dalam membicarakan dan mengeksplorasi masalah seksualitas (Halstead & Reiss, 2006). Akhirnya perilaku ini memunculkan perasaan bersalah, malu dan merasa berdosa dalam diri dan perasaan dikucilkan oleh orang lain karena menganggap telah melanggar norma masyarakat. Hasil persentase yang kecil pada konskeuensi mental yang positif ini mungkin dapat menjelaskan mengapa persepsi manfaat tidak terbukti terasosiasi pada perilaku seksual online berisiko dalam penelitian sebelumnya (Baumgartner et al. 2010)

Bila dilihat berdasarkan data FGD, terdapat perbedaan konsekuensi yang diterima antara remaja puteri dan remaja putera. Kelompok putera lebih merasa mendapatkan konsekuensi positif dibandingkan kelompok putri. Sedangkan kelompok putri cenderung banyak mendapatkan konsekuensi negatif (lihat tabel 10). Namun, ternyata hal ini tidak terlihat di tabel 9. Artinya, para remaja putera pun merasakan ada konsekuensi negatif yang didapatkan setelah melakukan perilaku tersebut.

Konsekuensi pada relasi interpersonal yang ditemukan dalam penelitian ini adalah terkait dengan hubungan teman sebaya seperti

perasaan dikucilkan di dunia offline maupun dunia online seperti unfollow di twitter maupun mendapat teman. Namun, tidak ditemukan konsekuensi negatif terhadap hubungan romantis seperti yang dikatakan Cooper et al (2001).

Pada penelitian Cooper et al (2001), partisipan merupakan pria yang telah menikah sehingga konsekuensi negatif pada hubungan relasi romantis disebabkan oleh frekuensi hubungan seksual yang dilakukan. Hal ini mengacu pada seseorang yang melakukan perilaku seksual online disebabkan karena ketidakpuasan terhadap hubungan seksual yang dilakukan secara offline.

Dalam penelitian ini, partisipannya adalah remaja. Faktor yang paling berpengaruh dalam kehidupan remaja adalah relasi romantis dan hubungan teman sebaya (Knight, 2004). Namun, orientasi relasi romantis yang terjadi pada remaja lebih pada hubungan saling mengenal dengan lawan jenis dan tidak semata-mata hubungan seksual, sehingga konsekuensi perilaku seksual online yang dilakukan tidak begitu mempengaruhi hubungan relasi romantis (Knight, 2004).

Hasil konsekuensi dari penelitian ini juga memperlihatkan bahwa perilaku seksual online menimbulkan kejahatan di dunia nyata seperti pelecehan di media sosial, penculikan, dan pemerkosaan. Dalam FGD, konsekuensi kriminalitas ini lebih banyak diungkapkan oleh remaja putri (lihat tabel 10). Hal ini sesuai dengan laporan kasus bahwa remaja putri yang lebih rentan menjadi korban internet (Ybarra, 2007).

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perkembangan teknologi internet memberikan kesempatan kepada remaja untuk mengeksplorasi seksualitasnya. Segala aktivitas terkait seksual yang dilakukan secara online disebut dengan perilaku seksual online. Perilaku seksual online memberikan konsekuensi negatif maupun positif bagi remaja yang melakukan.

Dari penelitian ini ditemukan enam kategori variasi perilaku seksual online yang terbagi atas perilaku seksual online yang non interaktif dan interaktif. Penemuan ini memberikan gambaran yang lebih komprehensif daripada penelitian-penelitian sebelumnya. Perilaku seksual online juga dilakukan tidak hanya terkait perilaku adiksi atau bermasalah pada kepuasan seksual namun juga sebagai perilaku normal dalam rangka hiburan dan informasi dan motivasi ekonomi. Hal ini terlihat pada perilaku yang khas muncul dalam penelitian ini yaitu prostitusi di internet dan menjadi anggota situs porno.

Perilaku seksual online non interaktif meliputi 2 kategori yaitu, terlibat konten seksualitas, dalam bentuk gambar, video, cerita, atau permainan, dan mencari informasi terkait seksualitas di internet, yang terkait dengan pencarian berita kesehatan seksualitas dan kejahatan seksual. Sedangkan perilaku seksual online interaktif meliputi 4 kategori, yaitu sex

online, sexting, sexual text, dan prostitusi di internet. perilaku seksual online yang sering dilakukan remaja adalah perilaku seksual online non interaktif, yaitu terlibat konten seksualitas di internet. Mayoritas perilaku dilakukan dengan seseorang yang tidak dikenal atau hanya dikenal ketika online.

Perilaku seksual online memiliki konsekuensi bagi remaja sebagai berikut, yaitu pengaruh pada kondisi mental, baik positif, seperti rasa senang, maupun negatif seperti kecanduan dan rasa bersalah. Konsekuensi ini merupakan konsekuensi yang paling besar dialami oleh remaja. Selain itu, perilaku ini juga berpengaruh pada intensi, perilaku seksual, kerentanan menjadi korban kriminalitas, dan pengaruh pada relasi interpersonal.

Perilaku seksual online yang dilakukan oleh remaja putri dan remaja putra berbeda. Remaja putri lebih sering melakukan perilaku seksual yang interaktif, sedangkan remaja putera perilaku seksual yang non interaktif. Begitu pula dengan konsekuensi yang didapatkan. Remaja putera lebih menggambarakan konskeuensi positif sedangkan remaja putri lebih konsekuensi negatif.

B. Kekuatan Penelitian

1. Kekuatan dari penelitian ini adalah menemukan variasi perilaku seksual online oleh remaja dengan menggunakan metode angket pertanyaan terbuka dengan partisipan kelompok umur yang paling banyak menggunakan internet, sehingga hasil yang didapatkan benar-benar berdasarkan atas kacamata remaja sendiri.

2. Pencarian istilah untuk perilaku seksual online agar lebih familiar bagi remaja, dilakukan dengan metode FGD, sehingga istilah tersebut ditemukan dari remaja sendiri.

C. Kelemahan Penelitian

Kelemahan dalam penelitian ini adalah karakteristik partisipan kurang bervariasi. Kebanyakan partisipan berasal dari sekolah swasta katolik atau kristen. Hal ini mempengaruhi jawaban yang diberikan terutama dalam hal konsekuensi. Walaupun ada pula partisipan yang beragama muslim, namun bila mendapatkan partisipan yang lebih variatif, mungkin data yang dihasilkan juga lebih kaya.

D. Saran

Berikut adalah beberapa saran peneliti untuk:

1. Penelitian selanjutnya

a. Penelitian ini menghasilkan perilaku seksual online dan konsekuensi yang diterima bila melakukan perilaku tersebut. penelitian ini merupakan langkah awal untuk meneliti tema perilaku seksual online berisiko. Oleh karena itu, baik bila ditemukan suatu cara untuk mengkorelasikan konsekuensi positif maupun negatif dengan perilaku seksual online, sehingga ditemukan variasi perilaku seksual online berisiko.

b. Penelitian ini sedikit menggambarkan perbedaan antara perilaku seksual online oleh remaja putera dan remaja puteri. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya mungkin dapat berfokus pada perbedaan gender dalam perilaku seksual online.

2. Orang tua

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang perilaku seksual online yang dilakukan oleh remaja sehingga orang tua dapat menjadi faktor protektif bagi remaja agar tidak mengalami konsekuensi negatif dari perilaku tersebut.

Dokumen terkait