• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanda Bahaya Kehamilan

2.4. Asuhan Antenatal 1.Pengertian 1.Pengertian

2.4.4. Konseling Kebidanan

Konseling adalah proses pemberian informasi obyektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik dengan panduan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan

kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi, dan menentukan jalan keluar atau upaya mengatasi masalah tersebut (Tyastuti dkk, 2009).

Konseling asuhan kehamilan adalah satu proses bantuan oleh bidan kepada ibu hamil, yang dilaksanakan lewat tatap muka dalam bentuk wawancara, dengan tujuan untuk memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan kehamilannya, pemahaman diri tentang permasalahan yang sedang dihadapi, dan penyusunan rencana pemecahan masalah yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki (Mandriwati, 2012).

Menurut Prawirohardjo (2000), tujuan konseling kesehatan reproduksi adalah: 1. Membantu pasien untuk memahami peristiwa kehamilan, persalinan, nifas dan

risiko yang mungkin dihadapi sehingga dapat dilakukan upaya preventif terhadap hal-hal yang tidak diinginkan

2. Membantu pasien dan keluarganya untuk menentuan kebutuhan asuhan kehamilan, pertolongan persalinan yang bersih dan aman atau tindakan klinik yang mungkin diperlukan.

3. Membantu pasien atau klien untuk membantu pilihan salah satu metode kontrasepsi yang memenuhi kondisi kesehatan dan sesuai dengan keinginan mereka.

4. Membantu pasien untuk mengenali gejala atau tanda-tanda tentang akan terjadinya suatu risiko reproduksi dan fasilitas pelayanan kesehatan yang sesuai atau mampu untuk menanggulangi berbagai risiko atau komplikasi yang terjadi.

Menurut Mandriwati (2012) beberapa masalah ibu hamil yang membutuhkan konseling meliputi:

1. Penerimaan/tanggapan ibu yang tidak positif terhadap kehamilannya.

2. Ketidakmampuan ibu beradaptasi dengan perubahan fisik akibat kehamilannya. 3. Kemampuan yang kurang memadai dalan mengantisipasi tanda bahaya yang

menyertai kehamilan terakit sosial ekonomi/pengetahuan. 4. Dukungan keluarga yang tidak optimal.

5. Pemilihan tempat atau penolong persalinan. 6. Persalinan tindakan.

Menurut Salmah dkk (2006) ada beberapa hak ibu dalam komunikasi dan konseling, hak ibu harus diberi tanpa memandang suku bangsa, usia, agama, status sosial-ekonomi, status perkawinan, partai politik, kehidupan seksual, ataupun jumlah anak dalam keluarga. Ibu mempunyai hak antara lain:

1. Memperoleh informasi tentang kondisi dan keadaan apa yang sedang dialami. Isi dan waktu pemberian informasi sangat bergantung pada kondisi ibu dan jenis tindakan yang akan segera dilaksanakan. Informasi harus diberikan langsung kepada ibu dan keluarga.

2. Bertanya atau mendiskusikan tentang kondisi atau keadaan dirinya dan apa yang mereka hadapkan dari sistem pelayanan yang ada, dalam suasana yang dianggap memadai. Proses ini berlangsung secara pribadi dan didasari rasa saling percaya diantara kedua belah pihak.

3. Dilayani secara pribadi. Ibu harus diberi tahu siapa dan apa peran mereka masing-masing (dokter, bidan dan perawat).

4. Menyatakan pandangannya. Ibu dapat menyatakan pandangannya tentang pelayanan yang telah diberikan. Pendapatnya tentang kualitas pelayanan, yang baik maupun yang masih kurang, maupun saran-saran perbaikan. Pandangan ibu harus diterima secara positif dalam kaitannya dengan perbaikan kualitas pelayanan.

5. Memutuskan secara bebas apakah menerima atau menolak suatu tindakan kebidanan yang telah diberikan. Persetujuan merupakan persyaratan dalam melakukan suatu tindakan, termasuk komplikasi kehamilan kegawatdaruratan akibat komplikasi kehamilan dan persalinan.

Menurut Mandriwati (2012) langkah-langkah pelaksanaan konseling asuhan kehamilan yaitu:

1. Tahap persiapan

a. Menyiapkan ruangan yang nyaman, tenang dan kondusif. b. Menyiapkan alat-alat peraga sesuai kebutuhan

c. Menyiapkan alat tulis, catatan sesuai kebutuhan. 2. Tahap pelaksanaan

G=Greet=Menyapa ibu beserta suami (bila ibu didampingi suami), dengan memberi salam sesuai dengan kondisi, kemudian mempersilahkan duduk berhadapan dengan bidan pada tempat yang sudah disediakan. Setelah duduk

berhadapan dengan ibu, memulai percakapan dengan tujuan menciptakan suasana yang akrab dan saling percaya.

A=Ask=Menanyakan secara perinci keadaan ibu tentang permasalahan kehamilannya yang sedang dihadapi. Dapat juga dengan mempersilahkan ibu menceritakan keadaan dirinya berkaitan dengan permasalahan kehamilan yang sedang dialami. Selama proses pembicaraan bidan hendaknya memelihara supaya hubungan dengan ibu tetap berlangsung secara kondusif dengan cara memperhatikan kontak mata, menjaga kerahasiaan ibu, tidak menyinggung perasaan ibu dan menjadi pendengar yang baik.

T=Tell=Memberi informasi kepada ibu tentang cara/metode yang dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan kehamilannya yang sedang dihadapi.

H=Help=Membantu ibu memilih cara yang tepat untuk mengatasi permasalahannya sesuai dengan kondisi/kemampuan ibu.

E=Explain=Menjelaskan secara perinci tehnik pelaksanaan cara-cara yang dipilih untuk pemecahan masalah dan sepakati dengan ibu dan suami.

R=Return=Membuat kesepakatan dengan ibu untuk pertemuan berikutnya/kunjungan ulang untuk mengevaluasi keberhasilan cara-cara pemecahan masalah yang telah dilaksanakan.

R=Refer=Bila diperlukan kolaborasi/rujukan ke tenaga yang berkompeten sesuai dengan kebutuhan/kondisi ibu.

2.5. Pengetahuan

2..5.1. Pengertian Pengetahuan

Menurut Bloom (1997) pengetahuan adalah pemberian bukti seseorang setelah melewati proses pengenalan atau pengingatan informasi atau ide yang sudah diperolehnya sebelumnya. Pengetahuan dikelompokkan ke dalam ranah koqnitif, afektif dan psikomotor. Pengetahuan ditempatkan sebagai urutan yang pertama karena pengetahuan merupakan unsur dasar untuk pembentukan tingkatan-tingkatan ranah koqnitif yaitu pemahaman (comprefension), penerapan (application), analisa (analysis), sintesa (synthesis) dan penilaian (evaluation).

Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi orang melakukan pengindraan terhadap suatu subyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmodjo, 2007). 2.5.2. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Bloom (dalam Notoadmodjo, 2007) ada 6 tingkatan pengetahuan yaitu:

1. Tahu (know)

Bila seseorang hanya mampu menjelaskan secara garis besar apa yang telah diketahuinya.

2. Memahami (comprehension)

Memahami adalah suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menguraikan materi tersebut secara benar.

3. Menerapkan (application)

Menerapkan adalah kemampuan untuk menggunakan apa yang telah dipelajari dari suatu situasi ke situasi lain.

4. Analisis (analysis)

Mampu untuk menerapkan bagian-bagian yang menyusun suatu bentuk pengetahuan tertentu dan menganalisis satu dari yang lainnya.

5. Sintesis (syntesis)

Mensisntesis adalah mampu untuk menyusun kembali bentuk semula maupun bentuk lain.

6. Evaluasi (evaluation)

Merupakan tingkat pengetahuan yang tertinggi dimana telah ada kemampuan untuk mengetahui secara menyeluruh semua bahan yang dipelajari.

Dokumen terkait