PENGARUH KONSELING SAAT ANTENATAL CARE TERHADAP PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA
KEHAMILAN DI KECAMATAN BERINGIN KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2014
TESIS
Oleh
RAISHA OCTAVARINY 127032074/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
THE INFLUENCE OF COUNSELING DURING ANTENATAL CARE ON PREGNANT MOTHERS’ KNOWLEDGE OF THE DANGER SIGNS OF
PREGNANCY IN BERINGIN SUBDISTRICT, DELI SERDANG DISTRICT
IN 2014
THESIS
By
RAISHA OCTAVARINY 127032074/IKM
MAGISTER OF PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH
PENGARUH KONSELING SAAT ANTENATAL CARE TERHADAP PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA
KEHAMILAN DI KECAMATAN BERINGIN KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2014
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Oleh
RAISHA OCTAVARINY 127032074/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Tesis : PENGARUH KONSELING SAAT ANTENATAL CARE TERHADAP PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DI KECAMATAN BERINGIN KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2014
Nama Mahasiswa : Raisha Octavariny Nomor Induk : 127032074
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D) (dr. Ria Masniari Lubis, M.Si) Ketua Anggota
Dekan
Telah diuji
Pada tanggal : 1 Desember 2014
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D Anggota : 1. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si
PERNYATAAN
PENGARUH KONSELING SAAT ANTENATAL CARE TERHADAP PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA
KEHAMILAN DI KECAMATAN BERINGIN KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2014
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Medan, Januari2015 Penulis
ABSTRAK
Salah satu penyebab Angka Kematian Ibu yang masih tinggi adalah komplikasi yang terjadi pada ibu hamil yang dapat diketahui dengan mengenal tanda bahaya kehamilan yang muncul. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh konseling saat antenatal care terhadap pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014.
Jenis penelitian ini adalah observasional dengan desain cross sectional dilakukan pada bulan Agustus 2014 . Sampel sebanyak 72 orang dengan rincian 36 orang kelompok I yaitu ibu hamil primigravida yang mendapatkan konseling dan 36 orang kelompok II yaitu ibu hamil primigravida yang tidak mendapat konseling di Kecamatan Beringin. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada responden. Analisis data dilakukan dengan uji-t pada taraf signifikasi 95%.
Hasil analisis didapatkan nilai p value =0,400 yang berarti tidak ada perbedaan pengetahuan antara ibu hamil yang mendapat konseling dengan yang tidak mendapat konseling sehingga tidak ada pengaruh konseling terhadap pengetahuan ibu hamil.
Konseling yang selama ini dilakukan tidak efektif. Untuk itu disarankan kepada bidan agar melakukan konseling sesuai dengan standart serta mengembangkan kualitas diri dengan memiliki pengetahuan yang luas agar dapat memberikan informasi yang dibutuhkan.
Kata Kunci : Konseling, Antenatal Care, Tanda Bahaya Kehamilan
ABSTRACT
One of the causes of high mortality maternal rate is complication which occurs in pregnant mothers which can be known bythe danger signs of pregnancy. The objective of the research was to find out the influence of counseling during Antenatal Care on pregnant mothers’ knowledge of danger signs of pregnancy in Beringin Subdistrict, Deli Serdang District, in 2014.
The research was an observational study with cross sectional design in August 2014. The samples consisted of 72 respondents with 36 of them belonged to group I (mothers with the first pregnancy who got counseling) and 36 respondents belonged to group II (mothers with the first pregnancy who did not get counseling) in Beringin Subdistrict, Deli Serdang District. Collecting data using questionnaires given to respondents. Data analysis used t-test with confidence level 95%.
The result of the analysis showed that p = 0.400 which indicated that there was no disparity of knowledgge between pregnant mothers who got counseling and pregnant mothers who did no get counseling, so that there was no influence of counseling provided by health care providers for pregnant mothers.
The counseling that has been done is ineffective . It is recommended to midwives to conduct counseling in accordance with the standards and develop their quality by having extensive knowledge in order to provide the information needed
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengaruh Konseling saat Antenatal Care terhadap Pengetahuan
Ibu Hamil tentang Tanda Bahaya Kehamilan di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014”.
Tulisan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalan memperoleh gelar
Megister Kesehatan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Dalam menyelesaikan tesis ini penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan
dukungan dari berbagai pihak. Karena itu sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H, M.Sc, (CTM), SP.A(K) selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
4. Drs. Heru Santosa, MS, Ph.D, selaku Ketua Komisi Pembimbing dan dr. Ria Masniari Lubis, M.Si, selaku Pembimbing Kedua yang telah banyak meluangkan waktu dan memberi motivasi serta penuh perhatian dan kesabaran dalam
5. dr. Rahayu Lubis, M.Kes, Ph.D dan Drs. Tukiman, M.K.M selaku Tim Penguji
yang telah bersedia meluangkan waktunya menguji dan memberikan masukan guna penyempurnaan tesis ini.
6. Seluruh Dosen dan staf Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara, yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berarti selama penulis mengikuti pendidikan.
7. Batara Rival Harahap, M. Si, selaku Camat di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di tempat yang bapak pimpin.
8. Ayahanda Muhammad Khairi, S.Sos dan ibunda tercinta M. Tarigan yang telah membesarkan, mendidik, membimbing dengan penuh kasih sayang dan tak henti
mendoakan penulis sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik. Juga kepada yang terkasih Reza Fadli, S.Kom, Zaki Khameney, S.P dan M. Ramadhandi Akbari yang menjadi penyemangat bagi penulis menyelesaikan
pendidikan dan tesis ini
9. Teman seangkatan di Peminatan Kesehatan Reproduksi yang telah memberikan
semangat, teman belajar, berbagi suka dan duka.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun diharapkan demi kesempurnaan tesis ini. Akhir kata, semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Medan, Januari2015 Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Raisha Octavariny, perempuan, berumur 26 tahun, lahir
tanggal 26 Oktober 1988, beragama islam, tinggal di Desa Pekan Bandar Khalifah Kabupaten Serdang Bedagai. Penulis merupakan anak pertama dari 3 (tiga)
bersaudara dari pasangan Muhammad Khairi, S.Sos dan M. Tarigan.
Jenjang pendidikan formal penulis mulai dari SD Negeri No. 102072 Bandar Khalifah pada tahun 1994 dan tamat pada tahun 2000. Pada tahun 2003 penulis
menyelesaikan pendidikan di SMP Negeri 2 Bandar khalifah. Pada tahun 2006 penulis menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 1 Tebing Tinggi. Pada tahun 2009
penulis menyelesaikan pendidikan D III Kebidanan di AKBID Medistra Lubuk Pakam. Pada tahun 2011 penulis menyelesaikan pendidikan S1 Kesehatan Masyarakat di STIKes Medistra Lubuk Pakam. Pada Tahun 2012-2014 penulis
menempuh pendidikan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat peminatan Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat di Universitas Sumatera Utara.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 7
1.4. Hipotesis Penelitian ... 8
1.5. Manfaat Penelitian ... 8
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1. Tanda Bahaya Kehamilan ... 8
2.2. Macam-macam Tanda Bahaya Kehamilan Muda ... 8
2.2.1. Perdarahan Pervaginam ... 8
2.2.2. Hiperemesis Gravidarum ... 12
2.2.3. Hipertensi ... 14
2.3. Macam-macamTandaBahayaKehamilanLanjut ... 16
2.3.1. Perdarahan Per Vaginam ... 16
2.3.2. SakitKepala yang Berat ... 17
2.3.3. PenglihatanKabur ... 18
2.3.4. Bengkak di Wajah ... 18
2.3.5. KeluarCairanPervaginam ... 18
2.3.6. GerakanJanintidakTerasa ... 18
2.3.7. Nyeri Abdomen yang Hebat ... 19
2.3.8. Anemia ... 19
2.4. Asuhan Antenatal ... 22
2.4.1. Pengertian ... 22
2.4.2. Kunjungan Antenatal ... 23
2.4.3. PenerapanManajemendanDokumentasidalamPelaksana anAsuhanKebidanan ... 24
2.4.4. KonselingKebidanan ... 25
2.5. Pengetahuan ... 30
2.5.2. TingkatanPengetahuan ... 30
2.6. IbuHamil ... 31
2.7. KerangkaTeori... 32
2.8. KerangkaKonsep ... 33
BAB 3. METODE PENELITIAN ... 34
3.1. JenisPenelitian ... 34
3.2. LokasidanWaktuPenelitian ... 34
3.2.1. LokasiPenelitian ... 34
3.2.2. WaktuPenelitian ... 34
3.3. PopulasidanSampelPenelitian ... 34
3.3.1. Populasi ... 34
3.3.2. Sampel ... 35
3.4. VariabeldanDefenisiOperasional ... 36
3.4.1. VariabelPenelitian ... 36
3.4.2. DefenisiOperasional ... 36
3.5. MetodePengumpulan Data ... 37
3.5.1. Data Primer ... 37
3.5.2. Data Sekunder ... 37
3.6. UjiValiditasdanReliabilitas ... 37
3.7. AspekPengukuran Data ... 39
3.7.1. Umur ... 39
3.7.2. Pendidikan ... 40
3.7.3. Pekerjaan ... 40
3.7.4. Pengetahuan ... 40
3.8. MetodeAnalisis Data ... 41
BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 42
4.1. GambaranUmumLokasiPenelitian ... 42
4.2. Gambaran KIA di KecamatanBeringin ... 43
4.2.1. Pelayanan Antenatal (K1 sampai K4) ... 43
4.2.2. PertolonganPersalinanolehTenagaKesehatan ... 43
4.2.3. KomplikasiKebidanan yang Ditangani ... 44
4.2.4. KematianIbudan Neonatal ... 44
4.2.5. BayiBeratBadanLahirRendah (BBLR) ... 44
4.3. AnalisisUnivariat ... 45
4.3.1. KarakteristikResponden ... 45
4.3.2. PengetahuanIbuHamil ... 46
4.3.3. HasilObservasi ... 53
4.4. AnalisisBivariat ... 54
4.4.2. Pengaruh Konseling Saat Antenatal Care terhadapPengetahuanIbuHamiltentangTandaBahayaKe
hamilan ... 58
BAB 5. PEMBAHASAN ... 60
5.1. PengetahuanIbuHamilPrimigravidatentangTandaBahayaKeha milan 60 5.2. Pengaruh Konseling pada Saat Antenatal Care terhadap Pengetahuan Ibu Hamil tentang Tanda Bahaya Kehamilan ... 62
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 66
6.1. Kesimpulan ... 66
6.2. Saran ... 66
DAFTAR PUSTAKA ... 68
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
3.1. UjiValiditasdanReliabilitas ... 38 4.1. Karakteristik Responden ... 46
4.2. Pengetahuan Ibu Hamil tentang Tanda Bahaya Kehamilan
(Macam-macam Tanda Bahaya Kehamilan, Bahaya Kehamilan dan Tindakan) .... 47
4.3. Banyaknya Ibu Hamil yang Mengetahui Macam-macam Tanda Bahaya Kehamilan ... 48
4.4. Banyaknya Ibu Hamil yang Mengetahui Bahaya Kehamilan yang Timbul ... 49
4.5. Banyaknya Ibu Hamil yang Mengetahui Tindakan yang Harus Dilakukan dalam Menangani Bahaya Kehamilan ... 51 4.6. Perbedaan Umur pada Ibu Hamil yang Konseling dengan yang Tidak
Konseling ... 54 4.7. Perbedaan Pendidikan pada Ibu Hamil yang Konseling dengan yang
Tidak Konseling ... 55 4.8. Perbedaan Pekerjaan pada Ibu Hamil yang Konseling dengan yang
Tidak Konseling ... 55 4.9. Hubungan Umur terhadap Pengetahuan Ibu Hamil tentang Tanda
Bahaya Kehamilan pada Ibu Hamil yang Mendapatkan Konseling ... 55 4.10. Hubungan Umur terhadap Pengetahuan Ibu Hamil tentang Tanda
Bahaya Kehamilan pada Ibu Hamil yang Tidak Mendapatkan Konseling 56 4.11. Hubungan Pendidikan terhadap Pengetahuan Ibu Hamil tentang Tanda
Bahaya Kehamilan pada Ibu Hamil yang Mendapatkan Konseling ... 56 4.12. Hubungan Pendidikan terhadap Pengetahuan Ibu Hamil tentang Tanda
4.13. Hubungan Pekerjaan terhadap Pengetahuan Ibu Hamil tentang Tanda Bahaya Kehamilan pada Ibu Hamil yang Mendapatkan Konseling ... 57 4.14. Hubungan Pekerjaan terhadap Pengetahuan Ibu Hamil tentang Tanda
Bahaya Kehamilan pada Ibu Hamil yang Tidak Mendapatkan Konseling 57 4.15. Pengaruh Konseling Saat Antenatal Care terhadap Pengetahuan Ibu
Hamil tentang Macam-macam Tanda Bahaya Kehamilan ... 58
4.16. Pengaruh Konseling Saat Antenatal Care terhadap Pengetahuan Ibu Hamil tentang Bahaya Kehamilan ... 58
4.17. Pengaruh Konseling Saat Antenatal Care terhadap Pengetahuan Ibu Hamil tentang Tindakan terhadap Bahaya Kehamilan ... 59
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1. Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden ... 71
2. Kuesioner Penelitian ... 72
3. Master Tabel Penelitian ... 74
4. Hasil Uji Statistik ... 76
5. Surat Permohonan Izin Penelitian ... 92
6. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian ... 93
ABSTRAK
Salah satu penyebab Angka Kematian Ibu yang masih tinggi adalah komplikasi yang terjadi pada ibu hamil yang dapat diketahui dengan mengenal tanda bahaya kehamilan yang muncul. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh konseling saat antenatal care terhadap pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014.
Jenis penelitian ini adalah observasional dengan desain cross sectional dilakukan pada bulan Agustus 2014 . Sampel sebanyak 72 orang dengan rincian 36 orang kelompok I yaitu ibu hamil primigravida yang mendapatkan konseling dan 36 orang kelompok II yaitu ibu hamil primigravida yang tidak mendapat konseling di Kecamatan Beringin. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada responden. Analisis data dilakukan dengan uji-t pada taraf signifikasi 95%.
Hasil analisis didapatkan nilai p value =0,400 yang berarti tidak ada perbedaan pengetahuan antara ibu hamil yang mendapat konseling dengan yang tidak mendapat konseling sehingga tidak ada pengaruh konseling terhadap pengetahuan ibu hamil.
Konseling yang selama ini dilakukan tidak efektif. Untuk itu disarankan kepada bidan agar melakukan konseling sesuai dengan standart serta mengembangkan kualitas diri dengan memiliki pengetahuan yang luas agar dapat memberikan informasi yang dibutuhkan.
ABSTRACT
One of the causes of high mortality maternal rate is complication which occurs in pregnant mothers which can be known bythe danger signs of pregnancy. The objective of the research was to find out the influence of counseling during Antenatal Care on pregnant mothers’ knowledge of danger signs of pregnancy in Beringin Subdistrict, Deli Serdang District, in 2014.
The research was an observational study with cross sectional design in August 2014. The samples consisted of 72 respondents with 36 of them belonged to group I (mothers with the first pregnancy who got counseling) and 36 respondents belonged to group II (mothers with the first pregnancy who did not get counseling) in Beringin Subdistrict, Deli Serdang District. Collecting data using questionnaires given to respondents. Data analysis used t-test with confidence level 95%.
The result of the analysis showed that p = 0.400 which indicated that there was no disparity of knowledgge between pregnant mothers who got counseling and pregnant mothers who did no get counseling, so that there was no influence of counseling provided by health care providers for pregnant mothers.
The counseling that has been done is ineffective . It is recommended to midwives to conduct counseling in accordance with the standards and develop their quality by having extensive knowledge in order to provide the information needed
Keywords: Counseling, Antenatal Care, Danger Signs of Pregnancy
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Meningkatkan kesehatan ibu adalah salah satu dari tujuan Millenium
Development Goals ( MDGs ) yang diadopsi oleh komunitas internasional pada tahun 2000. Di bawah MDGs, negara-negara berkomitmen untuk mengurangi angka kematian ibu sebanyak tiga perempat antara Tahun 1990 sampai 2015(WHO, 2012).
Menurut WHO (World Health Organization) angka kematian ibu (AKI) di tahun 2011, 81 persen diakibatkan karena komplikasi selama kehamilan, persalinan
dan nifas, sebagian besar dari kematian ibu disebabkan karena perdarahan, infeksi dan pre eklamsi (Marni, 2011).
Dinegara berkembang kematian ibu menjadi beban yang besar dikarenakan
program MDGs yang berjalan sangat lambat dan tidak sebagaimana mestinya. Setiap tahunnya sekitar 287.000 wanita meninggal akibat komplikasi yang dialami pada masa kehamilan dan persalinan, 99 % diantaranya terjadi di negara berkembang.
Angka kematian ibu di negara maju memiliki perbedaan yang sangat besar dibandingkan dengan negara berkembang, rasio kematian ibu di negara berkembang
lebih tinggi yaitu 240/100.000 kelahiran hidup sedangkan di negara maju 16/100.000 kelahiran hidup (Hailu, 2013).
100.000 kelahiran hidup, dimana masih belum mencapai apa yang sudah ditargetkan
untuk tahun 2014 yaitu 118 kasus 100.000 kelahiran hidup (Pratitis, 2013).
Berdasarkan laporan dari profil kabupaten/kota, AKI yang dilaporkan di Sumatera Utara tahun 2012 hanya 106/100.000 kelahiran hidup, jika dibandingkan
dengan angka kematian ibu di tahun 2011 sebesar 313 per 100.000 kelahiran hidup dapat disimpulan bahwa pemerintah berhasil menekan angka kematian ibu di
Sumatera Utara (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2013).
Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Deli Serdang 2013 dinyatakan bahwa jumlah kematian ibu hamil pada tahun 2013 adalah 39,426 KH dengan14
kasus kematian maternal, angka ini meningkat dari tahun 2012 sebesar 38,573 KH dengan 15 kasus kematian maternal. Jumlah kematian ibu di Kecamatan Beringin
pada tahun 2013 tercatat sebanyak 2 orang dengan rincian jumlah kematian ibu bersalin sebanyak 1 orang dan kematian ibu nifas sebanyak 1 orang (Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, 2013).
Faktor penyebab kematian ibu di Indonesia masih di dominasi oleh timbulnya bahaya yang terjadi selama kehamilan sehingga menyebabkan terjadinya komplikasi
yaitu perdarahan, eklamsia, partus lama, komplikasi aborsi dan infeksi. Sedangkan faktor tidak langsung penyebab kematian ibu karena masih banyaknya kasus 3 Terlambat dan 4 Terlalu, yang terkait dengan akses, sosial budaya, pendidikan dan
ekonomi (Kemenkes RI, 2011)
Komplikasi kehamilan adalah salah satu penyebab masih tingginya angka
kematian ibu adalah perdarahan (30 persen), eklampsia (25 persen), partus lama (5
persen), komplikasi aborsi (8 persen), dan infesi (12 persen). Komplikasi ini bisa terjadi dikarenakan ibu tidak mengenali tanda-tanda bahaya kehamilan yang dapat menyebabkan terjadinya komplikasi (Sedyaningsih, 2011).
Tanda-tanda bahaya kehamilan bisa terjadi pada masa ibu hamil maupun bersalin. Masalah ini dapat berdampak pada ibu maupun bayi yang akan dilahirkan,
dinyatakan bahwa dari keseluruhan ibu yang mengalami komplikasi kehamilan 4 % mengalami perdarahan berlebih, 2 % mengalami mulas sebelum 9 bulan, masing-masing kurang dari 1 % mengalami demam dan kejang dan 8 % ibu mengalami
hipertensi, kepala pusing, posisi janin sungsang, dan oedema (Kementrian Kesehatan, 2012).
Tanda bahaya kehamilan harus diketahui dan diantisipasi sedini mungkin agar tidak terjadi kegawatan pada kehamilan sehingga menyebabkan kematia. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Henry V (2013) yang membahas tentang Kesadaran
akan Tanda-tanda Bahaya Kehamilan, Persiapan rujukan, dan Pemanfaatan keterampilan dalam menolong persalinan di Nigeria menyatakan bahwa pengetahuan
perempuan tentang kehamilan dan tanda-tanda bahaya sebagian besar (94,7 %) tahu setidaknya satu tanda bahaya kehamilan dengan rincian 42,6 % tahu sakit kepala parah , 25,7 % tahu penglihatan kabur , dan 16,4 % tahu tentang bahaya ada gerakan
yang parah (0,4 %). Dalam penelitian ini dinyatakan bahwa dalam pelaksanaan ANC
harusnya ibu berkesempatan mendapat informasi tentang tanda bahaya kehamilan, sehingga ibu hamil mengetahui tanda-tanda bahaya kehamilan yang mungkin dialami selama kehamilan.
Semakin tinggi pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan maka semakin patuh untuk melakukan pemeriksaan kehamilan. Hal ini dapat dilihat dari
penelitian yang dilakukan oleh Pratitis (2013) di BPS Ernawati Boyolali yang melibatkan 30 responden, disimpulkan bahwa pengetahuan ibu hamil tentang tanda-tanda bahaya kehamilan dapat membentuk kepatuhan dalam memeriksakan
kehamilannya sehingga ibu dapat mengenali tanda bahaya kehamilan yang mungkin timbul melalui konseling yang didapat pada saat ANC.
Dari penelitian yang dilakukan Umar dkk (2014) di wilayah kerja Puskesmas Batua Kecamatan Manggala Kota Makassar dapat disimpulkan bahwa perlunya konseling dan penyuluhan yang lebih intensif dari petugas kesehatan khususnya bidan
untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil mengenai pentingnya pemeriksaan kehamilan secara rutin sehingga ibu dapat mengetahui keadaan dirinya dan janin serta
dapat mendeteksi secara dini kemungkinan munculnya tanda bahaya kehamilan agar kondisi kesehatan ibu dan janin tetap terjaga.
Ibu hamil yang tidak memeriksakan kehamilannya secara teratur
menyebabkan tidak terdeteksinya tanda bahaya yang terjadi pada saat hamil yang dapat mengancam kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya.Dari penelitian yang
dimana dijumpai 34 responden (62,96%) yang memiliki pengetahuan kurang tentang
tanda bahaya kehamilan dan mayoritas tidak patuh melakukan ANC. Dalam penelitian disimpulkan bahwa penyampaian informasi (konseling) tentang tanda bahaya kehamilan oleh bidan masih sangat kurang sehingga ibu hamil tidak mengerti
apa manfaat melakukan ANC dan dampak tidak melakukan kunjungan ANC secara teratur. Dengan demikian diharapkan ibu hamil yang melakukan ANC memiliki
pengetahuan yang baik tentang tanda bahaya kehamilan.
Di Kecamatan Beringin pada tahun 2012 terdata bahwa dari 1.229 orang ibu hamil hanya 263 orang (21,39%) yang melakukan pemeriksaan ANC, pada tahun
2013 dari 792 orang ibu hamil hanya 158 orang (20%) yang melakukan pemeriksaan ANC.Pada tahun 2014 periode Januari sampai dengan April dari 799 orang ibu hamil
terdapat 125 orang (15,6%)yang melakukan ANC. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah ibu hamil yang melakukan ANC masih jauh dari target pencapaian dimana diharapkan semua ibu hamil hendaknya memeriksakan
kehamilannya ke puskesmas, bidan desa maupun praktek-praktek bidan swasta.
Dengan pemberian konseling diharapkan ibu hamil memiliki pengetahuan
lebih baik dibandingkan ibu hamil yang tidak melakukan ANC. Namun berdasarkan data sekunder yang di peroleh di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang dari 799orang ibu hamil yang melakukan ANC adalah sebanyak 125 orang, dari data
bahwa 10 orang melakukan ANC diasumsikan telah mendapat konseling dan 5 orang
tidak melakukan ANC di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli serdang, didapat bahwa dari 15 orang ibu hamil yang mendapatkan konseling maupun yang tidak merasa adalah hal biasa jika seorang ibu hamil mengalami bengkak pada kaki dan
tangan, sakit kepala yang berat, nyeri abdomen yang hebat dan beranggapan akan sembuh dengan sendirinya, mereka akan merasa khawatir ketika tanda-tanda bahaya
tersebut dirasakan lebih dari 2 atau 3 hari, tanda bahaya kehamilan yang paling menghawatirkan ibu adalah ketika keluar bercak darah atau perdarahan pervaginam serta keluarnya cairan pervaginam ketika usia kehamilan sudah mendekati tanggal
persalinan.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang pengaruh konseling saat ANC terhadap pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang tahun 2014.
1.2.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dilihat bahwa pengetahuan tentang tanda bahaya kehamilan pada ibu hamil yang telah mendapatkan konseling pada saat
ANC tidak lebih baik dari pada ibu hamil yang tidak melakukan ANC sehingga yang menjadi rumusan masalah adalah bagaimana pengaruh konseling saat antenatal care terhadap pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan di Kecamatan
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan utuk mengetahui pengaruh konseling saat ANC terhadap pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang tahun 2014.
1.4. Hipotesis Penelitian
Terdapat pengaruh konseling saat ANC terhadap pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang
tahun 2014.
1.5. Manfaat Penelitian
Sebagai masukan bagi Puskesmas dan bidan tentang pentingnya konseling pada
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanda Bahaya Kehamilan
Tanda bahaya kehamilan adalah tanda-tanda yang mengindikasikan adanya
bahaya yang bisa terjadi selama kehamilan, yang apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu (Asrinah, 2010).
Tanda-tansda bahaya kehamilan yang terjadi pada masa kehamilan muda dan
lanjut, pada kehamilan muda meliputi perdarahan pervaginam, hiperemesis gravidarum, hipertensi, sedangkan pada kehamilan lanjut tanda-tanda bahaya
kehamilan yang sering terjadi adalah perdarahan pervaginam, sakit kepala yang berat, penglihatan kabur, bengkak di wajah, keluar cairan pervaginam, gerakan janin tidak terasa, nyeri abdomen yang hebat dan anemia (Kusmiyati, 2008).
2.2. Macam-macam Tanda Bahaya Kehamilan Muda 2.2.1. Perdarahan Pervaginam
Kehamilan normal biasanya identik dengan amenore dan tidak ada perdarahan
pervaginam, tetapi banyak juga wanita yang mengalami episode perdarahan pada trimester pertama kehamilan. Darah yang keluar biasanya segar (merah terang) dan berwarna tua (coklat kehitaman). Perdarahan yang terjadi biasanya ringan, tetapi
menetap selama beberapa hari atau secara tiba-tiba keluar dalam jumlah besar.Perdarahan pervaginam pada hamil muda kemungkinan disebabkan oleh
2.2.1.1. Abortus
Perdarahan pada trimester pertama kehamilan dapat terjadi pada seperlima dari seluruh kehamilan dan hampir separuh dari jumlah tersebut mengalami keguguran. Kejadian aborsi spontan diperkirakan mencapai sekitar 15-22% dari seluruh
kehamilan (Hollyngwort, 2012).
Abortus adalah peristiwa berakhirnya kehamilan pada usia kehamilan <20
minggu atau berat janin <1000 gram. Menurut Kusmiyati (2009) ada bebrapa jenis abortus:
a. Abortus Imminens
Abortus imminens adalah abortus yang mengancam, perdarahannya bisa berlanjut beberapa hari atau dapat berulang. Dalam kondisi seperti ini kehamilan
masih mungkin berlanjut atau dipertahankan. b. Abortus Insipiens
Abortus insipiens didiagnosa apabila pada wanita hamil ditemukan perdarahan
banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah disertai nyeri karena kontraksi rahim kuat dan ditemukan adanya dilatasi serviks sehingga jari pemeriksa dapat
masuk dan ketuban dapat diraba. Kadang-kadang perdarahan dapat menyebabkan kematian bagi ibu dan jaringan yang tertinggal dapat menyebabkan infeksi sehingga evakuasi harus segera dilakukan. Janin biasanya sudah mati dan
c. Abortus inkomplitus
Didiagnosis apabila sebagian dari hasil konsepsi telah lahir atau teraba pada vagina, tetapi sebagian tertinggal (biasanya jaringan plasenta). Perdarahan biasanya terus berlangsung, banyak dan membahayakan ibu. Serviks terbuka
karena masih ada benda di dalam rahim yang dianggap sebagai benda asing, oleh karena itu, uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan mengadakan kontraksi
sehingga ibu merasakan nyeri namun tidak sehebat insipiens. Pada beberapa kasus perdarahan tidak banyak dan bila dibiarkan serviks akan menutup kembali. d. Abortus Komplitus
Hasil konsepsi lahir dengan lengkap. Pada keadaan ini kuretase tidak diperukan. Perdarahan segera berkurang setelah isi rahim dikeluarkan dan
selambat-lambatnya dalam 10 hari perdarahan akan berhenti sama sekali, karena dalam masa ini luka rahim telah sembuh dan epitelisasi telah selesai. Serviks dengan segera menutup kembali.
e. Abortus Tertunda (missed abortion)
Apabila buah kehamilan yang tertahan dalam rahim selama 8 minggu atau lebih.
Sekitar kematian janin kaddang-kadang ada perdarahan pervaginam sedikit sehingga menimbulkan gambaran abortus imminens. Selanjutnya, rahim tidak membesar bahkan mengecil karena absorpsi air ketuban dan laserasi jalan.
2.2.1.2. Mola Hidatidosa
Menurut Varney (2007) mola hidatidosa merupakan kehamilan yan secara
Kehamilan mola hidatidosa biasanya dianggap sebagai satu tumor jinak, tetapi
berpotensi menjadi ganas. Tanda dan gejala kehamilan mola adalah: a. Mual dan muntah yang menetap, sering kali menjadi parah
b. Perdarahan uterus yang terlihat pada minggu ke-12; bercak darah atau perdarahan
hebat mungkin terjadi, tetapi biasanya hanya berupa rabas bercampur darah, cenderung berwarna merah dari pada coklat yang terjadi secara terus menerus.
c. Ukuran uterus besar d. Sesak nafas
e. Ovarium biasanya nyeri tekan dan membesar
f. Tidak ada denyut jantung janin g. Tidak ada aktivitas janin
h. Pada palpasi tidak ditemukan bagian-bagian janin
i. Hipertensi akibat kehamilan, preeklamsia atau eklamssi sebelum usia kehamilan 24 minggu.
2.2.1.3. Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik adalah kehamilan ketika implantasi dan pertumbuhan hasil
konsepsi berlangsung di luar endometrium kavum uteri. Biasanya kehamilan ektopik terjadi pada tuba, dan sangat jarang terjadi di ovarium atau rongga abdomen (perut). Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang berbahaya karena tempat implantasi
Faktor-faktor predisposisi kehamilan ektopik meliputi infeksi pelvis, alat
kontrasepsi dalam rahim (IUD), riwayat kehamilan ektopik dan riwayat pembedahan tuba. Gejala awal kehamilan ektopik adalah perdarahan pervaginam dan bercak darah, dan kadang-kadang nyeri panggul. Perubahan bentuk uterus tidak dapat
digunakan untuk menegakkan diagnosa sebab peningkatan ukuran uterus dan konsistensinya sama dengan ukuran dan konsistensi uterus padda trimester pertama
kehamilan akibat pengaruh hormon plasenta (Varney, 2007).
Karena tuba bukan merupakan tempat yang tepat ntuk pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin tumbuh secara utuh seperti didalam uterus. Sebagian
besar kehamilan tuba terganggu pada ussia kehamilan 6-10 minggu. Diagnosa kehamilan ektopik dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang. Kemungkina KET dapat ditegakkan berdasarkan keluhan nyeri perut bawah yang hebat dan tiba-tiba, ataupun nyeri perut bawah yang muncul bertahap, disertain dengan keluhan perdarahan pervaginam setelah keterlambatan
haid, pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda akut abdomen, kavum douglas menonjol, nyeri goyang porsio, atau massa di samping uterus (Mangkuji, 2013).
2.2.2. Hiperemesis Gravidarum
Mual dan muntah merupakan salah satu gejala paling awal, paling umum dan paling menyebabkan stres yang dikaitkan dengan kehamilan. Mual dan muntah ini
Mual dan muntah biasanya dirasakan di pagi hari “morning sickness”, rasa
mual ini tak membahayakan kesehatan bayi selama ibu hamil bisa mengkonsumsi makanan secara seimbang dan banyak minum. Sebagian besar wanita yang mengalami mual di pagi hari cukup cepat mengetahui apa yang bisa dan tidak bisa di
cerna (Page, 2009).
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan selama
kehamilan. Muntah yang membahayakan ini dibedakan dari morning sickness normal yang umunya dialami wanita hamil karena intensitasnya melebihi muntah normal dan berlangsung selama trimester pertama kehamilan. Sehubungan dengan adanya
ketonemia, penurunan berat badan, dan dehidrasi, hiperemesis gravidarum dapat terjadi disetiap trimester dengan tingkat keparahan yang bervariasi (Varney, 2007).
Hiperemesis gravidarum sering disertai dengan dehidrasi, gangguan elektrolit, dan ketosis. Sebaiknya penyebab dari mual muntah segera dievaluasi. Menurut Fadlun (2011) penyakit hiperemesis gravidarum dibagi dalam beberapa tingkat yaitu
sebagai berikut: a. Tingkat 1
b. Tingkat 2
Gejala: apatis, nadi cepat dan kecil, lidah kering dan kotor, mata sedikit ikterik, kadang suhu sedikit meningkat, oliguria, serta aseton tercium dalam hawa pernafasan.
c. Tingkat 3
Keadaan umum lebih lemah lagi, muntah-muntah berhenti, kesadaran menurun
dari samnolen sampai koma, nadi lebih cepat, tekanan darah lebih turun, komplikasi fatal ensefalopati wernicke: nistagmus, diplopia, perubahan mental, dan ikterik.
2.2.3. Hipertensi
Hipertensi didiagnosa secara empiris bila pengukuran tekanan darah sistolik
melebihi 140 mmHg atau tekanandarah diastolik melebihi 90 mmHg. Ibu hamil yang mengalami peningkatan tekanan sistolik sebanyak 30 mmHg atau diastolik sebanyak 15 mmHg harus dipantau lebih sering. Tidak diragukan lagi bahwa kejang eklamtik
dapat terjadi padda beberapa perempuan yang memiliki tekanan darah dibawah 140/90 mmHg (Cunningham,2013).
Menurut Billington (2010) gangguan hipertensi pada kehamilan dapat dibagi ke dalam dua kelompok walaupun tidak terdapat kesepakatan universal mengenai defenisi yang tepat:
a. Gangguan hipertensi yang khas pada kehamilan, yang mempengaruhi sekitar 12% kehamilan meliputi: pre eklamsi dan elamsi, hipertensi akibat
darah (TD) pada paruh kedua atau trimester ketiga kehamilantanpa gambaran lain
pre eklamsi.
b. Hipertensi yang sudah terjadi sebelum kehamilan. Hipertensi kronis diperkirakan terjadi antara 3 dan 5% wanita usia subur, dan dapat disebabkan oleh proses
penyakit yang mendasari, seperti penyakit ginjal, feokromositoma, atau yang lebih umum terjadi hipertensi esensial.
Pra eklamsia adalah suatu kondisi yang spesifik pada kehamilan terjadi setelah minggu ke-20 gestasi, ditandai dengan hipertensi dan proteinuria dan edema. Proteinuria adalah konsentrasi protein sebesar 0,3 g/l atau lebih pada sedikitnya 2
spesimen urine yang diambil secara acak dan pada selang waktu 6 jam atau lebih. Wanita yang menderita pra eklamsia jarang mengalami proteinuria sebelum ada
kenaikan dalam tekanan darahnya. Edema sendiri bukanlah tanda pra eklamsi yang dapat dipercaya kecuali jika edema terjadi pada tangan atau wajah, edema ini dapat termanifestasi sendiri dalam bentuk kenaikan berat badan mendadak sebanyak 1 kg
atau lebih dalam seminggu (Wijayarini, 2012).
Eklamsia merupakan kejang yang tidak disebabkan oleh hal lain pada seorang
wanita dengan preeklamsia. Untuk mendeteksi prenatal dini secara tradisional waktu pemeriksaan perinatal dijadwalkan setiap 4 minggu sampai usia kehamilan 28 minggu. Peningkatan kunjungan prenatal selama trimester terakhir memungkinkan
2.3. Macam-macam Tanda Bahaya Kehamilan Lanjut 2.3.1. Perdarahan Per Vaginam
Perdarahan pada kehamilan lanjut adalah perdarahan pada trimester terakhir dalam kehamilan sampai bayi dilahirkan, dikatakan tidak normal jika darah berwarna
merah, banyak, dan kadang-kadang, tetapi tidak selalu, disertai dengan rasa nyeri. Perdarahan seperti ini bisa menandakan adanya plasenta previa atau abrupsio placenta
(Asrinah dkk, 2010).
Menurut Kusmiyati (2008) ada beberapa jenis perdarahan antepartum pada kehamilan lanjut yaitu:
2.3.1.1. Plasenta Previa
Adanya plasenta yang berimplantasi rendah sehingga menutupi
sebagian/seluruh ostium uteri internum. Implantasi plasenta yang normal adalah pada dinding depan dan belakang rahim atau di daerah fundus uteri. Gejala-gejalanya adalah:
a. Gejala yang terpenting adalah perdarahan tanpa nyeri, bisa terjadi secara tiba-tiba dan kapan saja.
b. Bagian terendah anak sangat tinggi karena plasenta terletak pada bagian bawah rahim sehingga bagian terndah tidak dapat mendekati pintu atas panggul.
c. Pada plasenta previa,ukuran panjang rahim berkurang maka plasenta previa lebih
2.3.1.2. Solusio Plasenta
Adalah lepasnya plasenta sebelum waktunya. Secara normal plasenta terlepas setelah anak lahir. Tanda dan gejalanya adalah:
a. Darah dari tempat plasenta keluar dari serviks dan terjadilah perdarahan keluar
atau perdarahan tampak.
b. Kadang-kadang darah tidak keluar, terkumpul dibelakang plasenta (perdarahan
tersembunyi/perdarahan ke dalam)
c. Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi menimbulkan tanda yang lebih khas (rahim keras seperti papan) karena sseluruh perdarahan tertahan di
dalam. Umumnya berbahaya karena jumlah perdarahan yang keluar tidak sesuai dengan beratnya syok.
d. Perdarahan disertai nyeri
e. Nyeri abdomen pada saat di pegang f. Palpasi sulit dilakukan
g. Fundus uteri makin lama makin naik h. Bunyi jantung biasanya tidak ada
2.3.2. Sakit Kepala yang Berat
Sakit kepala seringkali merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah serius adalah sakit kepala
Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari preeklamsia,
untuk itu lakukan pemeriksaan edema pada muka/tangan, periksa tekanan darah, protein urine dan refleks.
2.3.3.Penglihatan Kabur
Gangguan penglihatan secara tiba-tiba pada ibu hamil disebabkan oleh pengaruh hormonal, keadaan ini mengancam jika perubahan visual terjadi secara
mendadak misalnya pandangan kabur dan berbayang. Perubahan penglihatan ini mungkin disertai sakit kepala yang hebat dan mungkin menandakan prereklamsi.
2.3.4.Bengkak di Wajah
Bengkak bisa menunjukkan adanya masalah serius jika muncul pada muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan disertai dengan keluhan fisik yang lain.
Hal ini bisa merupakan pertanda anemia, gagal jantung atau preeklamsi. 2.3.5.Keluar Cairan Pervaginam
Keluarnya cairan berupa air dari vagina pada trimester 3, air tersebut bisa jadi
bersal dari ketuban yang pecah. Pecaahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm (sebelum kehamilan 37 minggu) maupun pada kehamilan aterm,
ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung, normalnya selaput ketuban pecah pada akhir kala I atau awal kala II.
2.3.6.Gerakan Janin tidak Terasa
Normalnya ibu mulai merasakan gerakan janinnya selama bulan ke 5 atau ke 6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Ketika bayi tidur maka
beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik. Biasanya tanda dan gejala
nya adalah gerakan bayi kurang dari 3 kali dalam periode 3 jam. 2.3.7.Nyeri Abdomen yang Hebat
Nyeri abdomen yang berhubungan dengan persalinan normal adalah normal,
nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang menganccam keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap, dan tidak hilang setelah beristirahat. Hal ini bisa
berarti apendisitis, kehamilan ektopik, aborsi, penyakit radang panggul, persalinan preterm, gastritis, penyakit kantung empedu, uterus yang iritable, abrupsio plasenta, ISK atau infeksi lain.
2.3.8.Anemia
Anemia merupakan gangguan kesehatan yang paling sering dijumpai pada
kehamilan, diagnosa anemia dalam kehamilan ditegakkan bila kadar hemoglobin (Hb) <11 g/dL (7,45 mmol/L) dan hematokrit < 0,33. Anemia jelas menjadi momok karena memiliki dampak yang signifikan bagi mortalitas dan morbiditas maternal dan
perinatal di seluruh dunia, terlebih di negara berkembang (Hollingworth, 2012). Anemia adalah suatu keadaan ketika kadar hemoglobin, hematokrit dan jumlah
eitrosit turun di bawah nilai normal. Pada penderita anemia, kondisi ini sering disebut kurang darah karena kadar sel darah merah (hemoglobin ata Hb) di bawah nilai normal. Penyebabnya bisa karena kekurangan gizi untuk pembentukan darah,
2.3.8.1. Macam-macam Anemia pada Kehamilan
Menurut Cunningham (2013) ada beberapa macam anemia yang terjadi pada masa kehamilan antara lain:
a. Anemia defisisensi besi
Anemia pada kehamilan adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin ibu <11 g% pada trimester pertama dan ketiga atau <10,5g% pada trimester kedua.
Keluhan lemah, pucat, dan mudah pingsan padahal tekanan darah pada batas normal perlu dicurigai anemia defisiensi besi. Oleh sebab itu, pemeriksaan hematokrit dan hemoglobin harus menjadi pemeriksaan darah rutin selama
pengawasan antenatal (Mangkuji, 2013).
Penanganan anemia defisiensi besi adalah melalui pemberian preparat besi oral
atau parenteral. Terapi oral yang diberikan antara lain preparat besi ferosulfat, fero glukonat. Di Indonesia, pemerintah melalui Departemen Kesehatan telah melakukan berbagai upaya penanggulangan anemia defisiensi zat besi pada ibu
hamil.
1. Pemberian tablet besi pada ibu hamil secara rutin selama jangka waktu untuk
meningkatka kadar hemogobin secara tepat. Tablet besi untuk ibu hamil sudah tersedia dan telah didistribusikan.
2. Buku pedoman pemberian zat besi dan poster-poster tahun 1995
4. Sekarang kemasan Fe yang tadinya menimbulkan bau kurang sedap sekarang
telah diperbarui dalam bentuk tablet salut yang dikemas sebanyak 30 tablet pembungkus aluminium dengan komposisi yang sama (Mangkuji, 2013). b. Anemia akibat kehilangan darah akut
Pada kehamilan dini, anemia kehilangan darah akut merupakan hal yang umum pada kasus-kasus abortus, kehamilan ektopik dan mola hidatidisa.
c. Anemia defisiensi asam folat
Asam folat diperlukan dalam dosis yang lebih besar dalam kehamilan karena terjadi peningkatan replikasi sel pada janin, uterus, dan sumsum tulang. Asupan
harian yang dianjurkan adalah sebesar 800 µg. Defisiensi folat kerap dialami pada kehamilan dan dapat mengakibatkan defek tabung syaraf, aborsi, retardasi
pertumbuhan, solusio plasenta dan pre-eklamsi (Hollyngworth, 2012). d. Anemia yang berkaitan dengan penyakit kronik
Rasa lesu, penurunan berat badan, dan pucat telah lama diketahui sebagai
karakteristik penyakit kronik. Beragam penyakit misalnya gagal ginjal kronik, kanker dan kemoterapi, infeksi human immunodeficiency virus (HIV) dan
peradangan kronik menyebabkan anemia derajat sedang dan kadang berat.
Selama kehamilan, sejumlah penyakit kronik dapat menyebabkan anemia, termasuk insufisiensi ginjal, supurasi, penyakit radang usus, neoplasma ganas,
2.3.8.2. Pencegahan Anemia
Menurut Jimenez (2000) ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya anemia antara lain:
a. Makanlah makanan yang kaya akan zat besi dari sumber hewani, seperti hati,
lidah, jantung, dan organ lain atau daging tanpa lemak, tiram, kerang dan telur. b. Untuk produk hewani yang rendah kolesterol dan lemaknya, pilihlah ikan atau
ayam.
c. Untuk sumber makanan vegetarian, pilih kacang-kacangan, polong-polongan, biji-bijian, kismis, sayuran berdaun hijau dan molase.
d. Diet anda harus cukup mengandung kalsium dan vitamin C, yang dapat meningkatkan kemampuan tubuh menyerap zat besi.
e. Seimbangkan diet anda karena selain zat besi, sejumlah nutrisi lain juga berperan dalam pembentukan hemoglobin. Setiap hari, makanlah beberapa porsi buah dan sayuran segar, biji-bijian, dan produk olahan susu.
f. Makanlah tambahan vitamin dan mineral yang mengandung zat besi setiap hari.
2.4. Asuhan Antenatal 2.4.1.Pengertian
Asuhan antenatal adalah asuhan yang diberikan kepada ibu hamil sejak terjadinya konsepsi hingga awal persalinan. Tujuannya adalah memantau perkembangan kehamilan dalam meningkatkan kesehatan ibu dan perkembangan
Asuhan antenatal adalah melakukan screening untuk memprediksi suatu
penyakit, oleh karena itu kita dapat mengetahui mereka yang akan mengalami bahaya pada kehamilannya. Dengan mendeteksi dini penyakit dapat dibedakan ibu hamil yang akan mengalami dan yang sudah mengalami komplikasi, hal ini selalu diabaikan
sehingga ibu hamil tidak pernah mendapat informasi mengenai komplikasi kehamilan dan cara penanganannya (Kusmiyati, 2008).
Pelayanan asuhan antenatal bertujuan memberikan pelayanan antenatal berkualitas dan melakukan deteksi dini terhadap komplikasi sedini mungkin. Proses pelaksanaannya selama kehamilan petugas kesehatan harus mengupayakan memeberi
asuhan kebidanan antenatal paling sedikit empat kali selama kehamilan (Mandriwati, 2012).
2.4.2. Kunjungan Antenatal
Menurut Baston (2013) Kunjungan antenatal pertama mungkin hal yang paling penting dalam kehamilan dan merupakan kesempatan bagi ibu dan petugas
kesehatan untuk untuk saling mengenal dan memenuhi tujuan besar berikut ini, yaitu: a. Memulai terbinanya hubungan saling percaya nantara ibu dan bidan
b. Hadir dan mendiskusikan pilihan mengenai tempat melahirkan c. Hadir dan mendiskusikan pilihan untuk skrining antenatal
d. Mengidentifikasi kemungkinan kemungkinan faktor resiko atau hal-hal yang
g. Memberi anjuran kesehatan masyarakat dalam upaya mempertahankan kesehatan
ibu dan perkembangan kesehatan janinnya.
2.4.3. Penerapan Manajemen dan Dokumentasi dalam Pelaksanaan Asuhan Kebidanan
Menurut Hellen Varney, manajemen kebidanan adalah proses pemecahan
masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada
klien.
Menurut Varney (1997) dalam Mandriwati (2012), proses manajemen
kebidanan ada 7 langkah yaitu sebagai berikut:
1. Langkah I : Mengumpulkan data dasar yaitu berupa data subjektif dan objektif, berupa data fokus yang dibutuhkan untuk menilai keadaan ibu
sesuai dengan kondisinya, menggunakan anamnesis, pemeriksaan fisik, penimbangan berat badan, tinggi badan, dan pemeriksaan laboratorium.
2. Langkah II : Menginterpretasikan/menganalisis data, dalam langkah ini data subjektif dan objektif yang dikaji dianalisis menggunakan teori
Hasil analisis dan interpretasi data menghassilkan rumusan
diagnosis kehamilan.
3. Langkah III : Merumuskan diagnosis/masalah potensial dan tindakan antisipasi. Tindakan antisipasi dilakukan untuk mencegah terjadinya ancaman
yang lebih berat sehingga nyawa ibu dan janin dapat terselamatkan. 4. Langkah IV : Mengidentifikasi kebutuhan terhadap tindakan segera untuk
kolaborasi dan rujukan. Petugas kesehatan harus dapat membuat keputusan untuk melakukan tindakan segera sesuai kewenangannya, baik tindakan kolaborasi maupun rujukan.
5. Langkah V : Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh. Asuhan menyeluruh mengacu pada diagnosis dan masalah sesuai kondisi klien.
6. Langkah VI : Melaksanakan asuhan sesuai perencanaan secara efisien dan aman. 7. langkah VII : Melaksanakan evaluasi terhadap rencana asuhan yang telah
dilaksanakan. Evaluasi ditujukan terhadap efektivitas asuhan yang
telah diberikan, mengacu pada perbaikan kondisi/kesehatan ibu dan janin. Evaluasi mencakup jangka pendek, yaitu sesaat setelah
intervensi dilaksanakan, dan jangka panjang, yaitu menunggu proses sampai kunjungan berikutnya/kunjungan ulang.
2.4.4. Konseling Kebidanan
kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi, dan menentukan jalan keluar atau
upaya mengatasi masalah tersebut (Tyastuti dkk, 2009).
Konseling asuhan kehamilan adalah satu proses bantuan oleh bidan kepada ibu hamil, yang dilaksanakan lewat tatap muka dalam bentuk wawancara, dengan
tujuan untuk memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan kehamilannya, pemahaman diri tentang permasalahan yang sedang dihadapi, dan penyusunan
rencana pemecahan masalah yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki (Mandriwati, 2012).
Menurut Prawirohardjo (2000), tujuan konseling kesehatan reproduksi adalah:
1. Membantu pasien untuk memahami peristiwa kehamilan, persalinan, nifas dan risiko yang mungkin dihadapi sehingga dapat dilakukan upaya preventif terhadap
hal-hal yang tidak diinginkan
2. Membantu pasien dan keluarganya untuk menentuan kebutuhan asuhan kehamilan, pertolongan persalinan yang bersih dan aman atau tindakan klinik
yang mungkin diperlukan.
3. Membantu pasien atau klien untuk membantu pilihan salah satu metode
kontrasepsi yang memenuhi kondisi kesehatan dan sesuai dengan keinginan mereka.
4. Membantu pasien untuk mengenali gejala atau tanda-tanda tentang akan
Menurut Mandriwati (2012) beberapa masalah ibu hamil yang membutuhkan
konseling meliputi:
1. Penerimaan/tanggapan ibu yang tidak positif terhadap kehamilannya.
2. Ketidakmampuan ibu beradaptasi dengan perubahan fisik akibat kehamilannya.
3. Kemampuan yang kurang memadai dalan mengantisipasi tanda bahaya yang menyertai kehamilan terakit sosial ekonomi/pengetahuan.
4. Dukungan keluarga yang tidak optimal. 5. Pemilihan tempat atau penolong persalinan. 6. Persalinan tindakan.
Menurut Salmah dkk (2006) ada beberapa hak ibu dalam komunikasi dan konseling, hak ibu harus diberi tanpa memandang suku bangsa, usia, agama, status
sosial-ekonomi, status perkawinan, partai politik, kehidupan seksual, ataupun jumlah anak dalam keluarga. Ibu mempunyai hak antara lain:
1. Memperoleh informasi tentang kondisi dan keadaan apa yang sedang dialami. Isi
dan waktu pemberian informasi sangat bergantung pada kondisi ibu dan jenis tindakan yang akan segera dilaksanakan. Informasi harus diberikan langsung
kepada ibu dan keluarga.
2. Bertanya atau mendiskusikan tentang kondisi atau keadaan dirinya dan apa yang mereka hadapkan dari sistem pelayanan yang ada, dalam suasana yang dianggap
3. Dilayani secara pribadi. Ibu harus diberi tahu siapa dan apa peran mereka
masing-masing (dokter, bidan dan perawat).
4. Menyatakan pandangannya. Ibu dapat menyatakan pandangannya tentang pelayanan yang telah diberikan. Pendapatnya tentang kualitas pelayanan, yang
baik maupun yang masih kurang, maupun saran-saran perbaikan. Pandangan ibu harus diterima secara positif dalam kaitannya dengan perbaikan kualitas
pelayanan.
5. Memutuskan secara bebas apakah menerima atau menolak suatu tindakan kebidanan yang telah diberikan. Persetujuan merupakan persyaratan dalam
melakukan suatu tindakan, termasuk komplikasi kehamilan kegawatdaruratan akibat komplikasi kehamilan dan persalinan.
Menurut Mandriwati (2012) langkah-langkah pelaksanaan konseling asuhan kehamilan yaitu:
1. Tahap persiapan
a. Menyiapkan ruangan yang nyaman, tenang dan kondusif. b. Menyiapkan alat-alat peraga sesuai kebutuhan
c. Menyiapkan alat tulis, catatan sesuai kebutuhan. 2. Tahap pelaksanaan
G=Greet=Menyapa ibu beserta suami (bila ibu didampingi suami), dengan
berhadapan dengan ibu, memulai percakapan dengan tujuan menciptakan suasana
yang akrab dan saling percaya.
A=Ask=Menanyakan secara perinci keadaan ibu tentang permasalahan kehamilannya yang sedang dihadapi. Dapat juga dengan mempersilahkan ibu
menceritakan keadaan dirinya berkaitan dengan permasalahan kehamilan yang sedang dialami. Selama proses pembicaraan bidan hendaknya memelihara supaya
hubungan dengan ibu tetap berlangsung secara kondusif dengan cara memperhatikan kontak mata, menjaga kerahasiaan ibu, tidak menyinggung perasaan ibu dan menjadi pendengar yang baik.
T=Tell=Memberi informasi kepada ibu tentang cara/metode yang dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan kehamilannya yang sedang
dihadapi.
H=Help=Membantu ibu memilih cara yang tepat untuk mengatasi permasalahannya sesuai dengan kondisi/kemampuan ibu.
E=Explain=Menjelaskan secara perinci tehnik pelaksanaan cara-cara yang dipilih untuk pemecahan masalah dan sepakati dengan ibu dan suami.
R=Return=Membuat kesepakatan dengan ibu untuk pertemuan
berikutnya/kunjungan ulang untuk mengevaluasi keberhasilan cara-cara pemecahan masalah yang telah dilaksanakan.
2.5. Pengetahuan
2..5.1. Pengertian Pengetahuan
Menurut Bloom (1997) pengetahuan adalah pemberian bukti seseorang setelah melewati proses pengenalan atau pengingatan informasi atau ide yang sudah
diperolehnya sebelumnya. Pengetahuan dikelompokkan ke dalam ranah koqnitif, afektif dan psikomotor. Pengetahuan ditempatkan sebagai urutan yang pertama
karena pengetahuan merupakan unsur dasar untuk pembentukan tingkatan-tingkatan ranah koqnitif yaitu pemahaman (comprefension), penerapan (application), analisa (analysis), sintesa (synthesis) dan penilaian (evaluation).
Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi orang melakukan pengindraan terhadap suatu subyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia,
yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmodjo, 2007).
2.5.2. Tingkatan Pengetahuan
Menurut Bloom (dalam Notoadmodjo, 2007) ada 6 tingkatan pengetahuan yaitu:
1. Tahu (know)
Bila seseorang hanya mampu menjelaskan secara garis besar apa yang telah diketahuinya.
2. Memahami (comprehension)
Memahami adalah suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek
3. Menerapkan (application)
Menerapkan adalah kemampuan untuk menggunakan apa yang telah dipelajari dari suatu situasi ke situasi lain.
4. Analisis (analysis)
Mampu untuk menerapkan bagian-bagian yang menyusun suatu bentuk pengetahuan tertentu dan menganalisis satu dari yang lainnya.
5. Sintesis (syntesis)
Mensisntesis adalah mampu untuk menyusun kembali bentuk semula maupun bentuk lain.
6. Evaluasi (evaluation)
Merupakan tingkat pengetahuan yang tertinggi dimana telah ada kemampuan
untuk mengetahui secara menyeluruh semua bahan yang dipelajari.
2.6. Ibu Hamil
Ibu hamil adalah wanita yang sedang hamil. Keadaan kesehatan ibu hamil sangat memepengaruhi kehidupan janin. Untuk melahirkan bayi yang sehat ibu hamil
harus mempunyai kesehatan yang optimal. Menurut Dorland (2002) pengertian wanita hamil (Gravida) adalah salah satu komponen dari status paritas yang sering
dituliskan dengan notasi G-P-Ab, di mana G menyatakan jumlah kehamilan (gestasi), P menyatakan jumlah paritas, dan Ab menyatakan jumlah abortus.
1. Wanita berhak mendapatkan pelayanan kesehatan komprehensif, yang diberikan
secara bermartabat dan dengan rasa hormat.
2. Asuhan yang harus dapat dicapai, diterima, terjangkau untuk/semua perempuan dan keluarga.
3. Wanita berhak memilih dan memutuskan tentang kesehatannya.
2.7. Kerangka Teori
Dalam Saifuddin (2002) didefenisikan bahwa konseling adalah proses
pemberian informasi obyektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik dengan panduan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan
klinik, bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi, dan menentukan jalan keluar atau upaya mengatasi masalah tersebut. Dalam memberikan pelayanan kebidanan petugas kesehatan harus
memberikan konseling pada saat ibu hamil melakukan kunjungan pertama yang bertujuan untuk memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan kehamilannya, pemahaman diri tentang permasalahan yang sedang dihadapi, dan penyusunan
rencana pemecahan masalah yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, salah satu yang harus disampaikan adalah adanya tanda-tanda bahaya kehamilan yang
2.8. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini merupakan penyederhanaan dari kerangka teori yang disesuaikan dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pengaruh konseling pada saat ANC terhadap pengetahuan ibu hamil tentang tanda
bahaya kehamilan.
[image:54.612.112.529.251.424.2]Variabel Independen Variabel Dependent
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
Pengetahuan tentang tanda bahaya kehamilan
ANC dan Konseling (-) Pengetahuan tentang tanda
bahaya kehamilan ANC dan Konseling (+)
- Umur - Pendidikan
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan jenis cross-sactional yaitu untuk mengetahui pengaruh konseling pada saat ANC terhadap
pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan dengan cara melakukan pengukuran sesaat terhadap subjek sesuai dengan keadaan atau statusnya pada saaat
waktu observasi (Sastroasmoro, 2010).
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang.
3.2.2. Waktu Penelitian
Waktu dalam penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2014.
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1. Populasi
Beringin Kabupaten Deli Serdang periode Januari s/d Mei 2014 masing-masing
kelompok sebanyak 59 orang. 3.3.2. Sampel
Seluruh populasi pada kelompok 1 dijadikan sampel. Dari populasi kelompok
2 dipilih sampel sebesar sampel pada kelompok 1 yaitu tetangga dari masing-masing kelompok 1 dengan alasan dianggap memiliki keterpaparan yang hampir sama
terhadap informasi.
Dengan menggunakan perhitungan besar sampel diperoleh:
N= 36,22 dibulatkan menjadi 36 Dimana:
N : Besar sampel minimal Z1-α/2
Z
: Nilai baku normal berdasarkan alpha yang ditentukan α : 0,005 (1.96)
1-β
P1 : Proporsi ibu hamil yang melakukan ANC (31,48%)
: Nilai baku normal berdasarkan betha yang ditentukan β : 0.1 (1.28)
P2 : Proporsi ibu hamil yang tidak melakukan ANC (68.52%)
36 orang sebagai kelompok II yaitu ibu hamil primigravida yang tidak mendapatkan
konseling.
3.4. Variabel dan Defenisi Operasional 3.4.1. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen dan dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah konseling pada saat ANC dan variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu hamil tentang tanda
bahaya kehamilan.
3.4.2. Defenisi Operasional
Sesuai dengan kerangka penelitian, maka defenisi operasional dari variabel adalah sebagai berikut :
1. Konseling pada saat ANC adalah ada tidaknya ibu hamil yang melakukan ANC
dan memperoleh konseling dari petugas kesehatan.
2. Pengetahuan adalah hasil tahu responden tentang tanda- tanda bahaya kehamilan serta tindakan yang harus dilakukan oleh ibu hamil.
3. Umur adalah lama hidup seseorang mulai dari lahir sampai hari ulang tahun terakhir.
4. Pekerjaan adalah status pekerjaan yang dilakukan responden.
3.5. Metode Pengumpulan Data 3.5.1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara dengan responden menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan serta melakukan
observasi pelaksanaan konseling di 2 rumah bersalin yang ada di Kecamatan Beringin.
3.5.2. Data Sekunder
Data Sekunder diperoleh dari data Laporan Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang, yaitu data jumlah ibu hamil yang melakukan ANC dan tidak
melakukan ANC.
3.6. Uji Validitas dan Reliabilitas
a) Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu
instrumen, secara umum validitas dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu validitass konstrak (Construct validity) dan validitas isi (Content validity). Uji validitas dan reabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi
(content validity)yaitu uji validitas yang dilakukan dengan melihat sejauh mana item-item dalam tes mencakup keseluruhan isi objek yang akan diukur atau sejauh
mana isi tes mencerminkan ciri objek yang diukur (Sastroasmoro, 2011).
Ambiguity (Ambiguitas) dari item-item tersebut. Dari hasil content validity yang
dilakukan oleh 3 orang ahli keseluruhan menyatakan dari segi Relevance (Relevan) mendapat nilai 4 dimana dinyatakan seluruh item sudah relevan, dari segi Clarity (Kejelasan) mendapat nilai 4 dimana dinyatakan seluruh item sudah
jelas, dari segi Simplicity (Kesederhanaan) mendapat nilai 4 dimana dinyatakan seluruh item sudah sederhana, dari segi Ambiguity (Ambiguitas) mendapat nilai 4
[image:59.612.110.533.360.695.2]dimana dinyatakan seluruh item mempunyai makna yang jelas, sehingga dapat dan telah digunakan pada proses penelitian tanpa harus direvisi terlebih dahulu.
Tabel. 3.1. Uji Validitas dan Reliabilitas Relevance (Relevan) Clarity (Kejelasan) Simplicity (Kesederhanaan) Ambiguity (Ambiguitas) 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Perdarahan pervaginam pada kehamilan dibawah 20 minggu √ √ √ √ Mual muntahyang berlebihan √ √ √ √ Pusing, kelelahan, wajah kemerahan dan mimisan
√ √ √ √ Perdarahan pervaginam pada kehamilan diatas 20 minggu √ √ √ √ Sakit kepala
Penglihatan Kabur
Bengkak di kaki, tangan dan wajah
√ √ √ √
Keluar cairan pervaginam pada kehamilan lanjut
√ √ √ √
Gerakan
janin tidak terasa
√ √ √ √
Nyeri abdomen yang hebat
√ √ √ √
Lemah, capai, terengah-engah, kulit pucat,
jantung berdebar lebih kencang.
√ √ √ √
3.7. Aspek Pengukuran Data 3.7.1. Umur
Pengukuran umur responden dalam penelitian ini berdasarkan lembar
checklist yang diberikan kepada responden dengan interval 5 tahun sehingga terbagi menjadi 3 kelompok umur yaitu 15-19 tahun, 20-24 tahun dan 25-29 tahun.
3.7.2. Pendidikan
Pengukuran pendidikan responden dalam penelitian ini berdasarkan lembar checklist yang diberikan kepada responden dengan lima kategori yaitu SD, SMP, SMA/SMK, D III dan S I. Selanjutnya untuk analisis bivariat pendidikan dikelompokkan menjadi 2 karegori yaitu pendidikan rendah (SD dan SMP) dan pendidikan tinggi ( SMA/SMK, D III dan S I).
3.7.3. Pekerjaan
Pengukuran pekerjaan responden dalam penelitian ini berdasarkan lembar checklist yang diberikan kepada responden dengan empat kategori pekerjaan yaitu karyawan, petani, wiraswasta dan Ibu rumah tangga. Selanjutnya untuk analisis bivariat pekerjaan dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu bekerja (karyawan, petani dan wiraswasta) dan tidak bekerja (ibu rumah tangga).
3.7.4. Pengetahuan
Aspek pengukuran pada penelitian ini dengan menggunakan item pertanyaan yang telah dipersiapkan dalam bentuk lembar checklist. Pengukuran pengetahuan responden dalam penelitian ini berdasarkan jawaban yang diperoleh dari responden terhadap item pernyataan yang diberikan kepada responden. Jumlah item pernyataan sebanyak 11 pernyataan. jika responden menjawab benar maka diberi skor 1 dan jika menjawab salah maka diberi skor 0. Dimana pengetahuan responden didapat sesuai dengan jumlah jawaban yang benar. Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh maka diperoleh nilai tertinggi 33 dan terendah 0 dengan kategori sebagai berikut:
3.8. Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini mencakup:
a. Analisis univariat, yaitu analisis yang menggambarkan distribusi frekuensi dari karakteristik responden dan pengetahuan responden.
b. Analisis bivariat, yaitu analisis yang dilakukan untuk melihat ada tidaknya pengaruh konseling pada saat ANC terhadap pengetahuan ibu hamil tentang tanda
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kecamatan Beringin adalah salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten
Deli Serdang dengan luas wilayah seluas 52,69 km2
Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Beringin adalah:
dengan jumlah penduduk 55.276 jiwa.
Sebelah utara : berbatasan dengan Kecamatan Pantai Labu
Sebelah selatan : berbatasan dengan Pagar Merbau dan Kabupaten Serdang
bedagai
Sebelah timur : berbatasan dengan Tanjung Morawa dan Batang Kuis Sebelah barat : berbatasan dengan Lubuk Pakam
Kecamatan Beringin terdiri dari 6 desa yaitu desa Tumpatan, desa Pasar V Kebun Kelapa, desa Pasar VI Kualanamu, des Sidourip, desa Aras Kabu dan desa Serdang serta memiliki 1 puskesmas yaitu puskesmas Karang Anyer yang memiliki
puskesmas pembantu sebanyak 3 puskesmas, poskesdes sebanyak 2 unit dan posyandu sebanyak 23 unit, 16 posyandu purnama dan 7 posyandu madya, dan 5
4.2. Gambaran KIA di Kecamatan Beringin 4.2.1. Pelayanan Antenatal (K1 sampai K4)
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil oleh tenaga kesehatan profesional selama kehamilannya dengan mengikuti pedoman
pelayanan antenatal yang ada. Hasil pelayanan ini dapat dilihat dari cakupan pelayanan K1 dan K4. Cakupan K1 adalah gambaran persentase ibu hamil yang telah
melakukan kunjungan pertama ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan cakupan K4 adalah gambaran persentase ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standart yaitu paling sedikit 4 kali
kunjungan.
Dari 1.271 orang ibu hamil di Kecamatan Beringin Tahun 2013 yang
mendapat pelayanan antenatal yang pertama kali pada masa kehamilan (cakupan K1) tercatat sebanyak 1.248 orang (98,22 %) dan cakupan K4 sebesar 1.228 (96,56%).
4.2.2. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
Salah satu penyebab komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir adalah disebabkan oleh pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
profesional. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
4.2.3. Komplikasi Kebidanan yang Ditangani
Komplikasi kebidanan yang ditangani adalah komplikasi pada ibu hamil, bersalin, dan nifas. Dalam memberikan pelayanan khususnya oleh tenaga bidan di desa dan puskesmas ibu hamil yang memiliki resiko tinggi dan memerlukan
pelayanan kesehatan, maka perlu upaya rujukan ke unit pelayanan kesehatan yang memadai. Dari 1.271 ibu hamil di Kecamatan Beringin tahun 2013 yang mengalami
komplikasi kebidanan yaitu sebanyak 255 orang dengan penanganan komplikasi seluruhnya dilakukan oleh tenaga kesehatan.
4.2.4. Kematian Ibu dan Neonatal
Jumlah kematian ibu di Kecamatan Beringin pada tahun 2013 sebanyak 2 orang dari 1.154 KH dengan rincian jumlah kematian ibu bersalin pada usia 20-34
tahun sebanyak 1 orang, ibu nifas berusia 20-34 tahun sebanyak 1 orang dan tidak ada kasus kematian pada ibu hamil. Jumlah kematian neonatal di Kecamatan Beringin pada tahun 2013 sebanyak 3 orang dari 1154 KH.
4.2.5. Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Jumlah bayi dengan berat badan