• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Analisis Kebijakan Publik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

2.2 Konsep Analisis Kebijakan Publik

2.2.1. Teori Analisis Kebijakan Publik

Analisis kebijakan merupakan kajian yang tidak tertutup pada kajian di sektor publik saja, karena sektor privat pun pada banyak hal memanfaatkan metode-metode analisis kebijakan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi. (Indiahono, 2009: 1)

Analisis kebijakan adalah sebuah aktivitas yang dilakukan untuk mendampingi klien dalam menghadapi masalah tertentu, mengenali masalah, mengembangkan alternatif kebijakan, menilai dan memprediksi kebijakan serta memberikan rekomendasi kebijakan terbaik untuk menghadapi masalah yang dihadapi klien tersebut. (Indiahono,2009: 4) Suatu deskripsi mengenai analisis kebijakan yang disajikan oleh E.S. Quade (dalam Dunn,2012: 95-96) , mantan Kepala Departemen Matematika di perusahaan Rand, menyajikan dasar kebijakan untuk mendefisikan analisis kebijakan. Analisis kebijakan adalah :

“Suatu bentuk analisis yang menghasilkan dan menyajikan informasi sedemikian rupa sehingga dapat memberi landasan dari para pembuat kebijakan dalam membuat keputusan.. Dalam analisis kebijakan, kata analisis digunakan dalam pengertian yang paling umum, termasuk penggunaan intuisi dan pengungkapan pendapat dan mencakup tidak hanya pengujian kebijakan dengan memilah-milahkannya ke dalam sejumlah komponen-komponen tetapi juga perancangan dan sintesis

alternatif-alternatif baru. Kegiatan-kegiatan yang tercakup dapat direntangkan mulai penelitian untuk menjelaskan atau memberikan pendangan-pandangan terhadap isu-isu atau masalah-masalah yang terantisipasi sampai mengevaluasi suatu program yang lengkap. Beberapa analisis kebijakan bersifat informal, meliputi tidak lebih dari proses berpikir yang keras dan cermat, sementara lainnya memerlukan pengumpulan data yang ekstensif dan penghitungan yang teliti dengan menggunakan proses matematis yang canggih.”

2.2.2. Pendekatan Analisis Kebijakan

William Dunn (2012: 98) terdapat tiga pendekatan dalam analisis kebijakan: 1. Pendekatan Empiris: menjelaskan hubungan sebab akibat dari suatu

kebijakan

2. Pendekatan Valuatif: menilai manfaat (value) dari suatu kebijakan.

3. Pendekatan Normatif: memberikan rekomendasi untuk perumusan kebijakan mendatang.

2.2.3. Sistem Kebijakan

Analisis kebijakan adalah salah satu diantara sejumlah banyak aktor lainnya didalam sistem kebijakan. Suatu sistem kebijakan (policy system) atau seluruh pola institusional di mana di dalamnya kebijakan dibuat, mencakup hubungan timbal balik diantara tiga unsur, yaitu : kebijakan publik, pelaku kebijakan, dan lingkugan kebijakan. Kebijakan publik merupakan rangkaian pilihan yang kurang lebih saling berhubungan (termasuk keputusan-keutusan untuk tidak bertindak) yang dibuat oleh badan dan pejabat pemerintah diformulasikan didalam bidang-bidang isu sejak pertahanan, energi, dan kesehatan sampai ke pendidikan, kesejahteraan, dan kejahatan. (Dunn,2012: 109)

Suatu kebijakan pada dasarnya berada dalam sistem kebijakan mencakup hubungan timbal balik diantara tiga unsur yaitu pelaku kebijakan, kebijakan publik dan lingkungan pelaku yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1

Tiga Elemen Sistem Kebijakan

Gambar 1. Hub. Tiga elemen sistem kebijakan publik.

Sumber : William N. Dunn

Definisi dari masalah kebijakan tergantung pada pola keterlibatan pelaku kebijakan (policy stakeholder) yang khusus, yaitu para individu atau kelompok individu yang mempunyai andil di dalam kebijakan karena mereka mempengaruhi dan dipengaruhi oleh keputusan pemerintah. Pelaku kebijakan, misalnya kelompok warga negara, perserikatan buruh, partai politik, agen-agen pemerintah, pemimpin terpilih, dan para analis kebijakan sendri sering menangkap secara berbeda informasi yang sama mengenai lingkungan kebijakan. Lingkungan kebijakan yaitu konteks khusus dimana kejadian-kejadian di sekeliling isu terjadi, mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pembuat kebijakan dan kebijakan publik. Oleh karena itu, sistem kebijakan berisi proses yang bersifat dialektis, yeng berarti bahwa dimensi obyektif dan subyektif dari pembuatan kebijakan tidak terpisahkan didalam prakteknya. Sistem kebijakan adalah produk manusia yang subyektif yang diciptakan melalui pilihan-pilihan yang sadar oleh para pelaku kebijakan. Sistem kebijakan adalah realitas obyektif yang dimanifestasikan ke dalam tindakan-tindakan yang teramati berikut konsekuensinya, para pelaku kebijakan merupakan produk dari sistem kebijakan. (Dunn,2012: 111)

Pelaku kebijakan dalam Pendidikan Khusus atau Sekolah Inklusif disini adalah Pemerintah, unsur pendidik dan anak berkebutuhan khusus

Pelaku Kebijakan

(ABK). Lingkungan dapat berupa lingkungan internal yaitu di dalam sekolah maupun lingkungan eksternal yaitu di luar sekolah, dapat berarti pula masyarakat sekitar sekolah.

Arah kebijakan pembangunan pendidikan tahun 2017, salah satunya adalah memastikan rakyat miskin dan kelompok marjinal lebih mudah mengakses layanan pendidikan dengan memperhatikan keadilan dan kesetaraan gender. Dalam rangka mencapai arah kebijakan pembangunan pendidikan yang dimaksud, salah satu alternatif kebijakan yang dipilih adalah dengan adannya Pendidikan Khusus atau sekolah inklusif. (Sumber: kemendikbud,2016)

2.2.4. Bentuk-bentuk Analisis Kebijakan

Analisis kebijakan publik berdasarkan kajian kebijakannya dapat dibedakan antara analisis kebijakan sebelum adanya kebijakan publik tertentu dan sesudah adanya kebijakan publik tertentu. Analisis kebijakan sebelum adanya kebijakan publik berpijak pada permasalahan publik semata sehingga hasilnya benar-benar sebuah rekomendasi kebijakan publik yang baru.

William Dunn (2012: 117-124) membedakan tiga bentuk utama analisis kebijakan publik, yaitu:

1) Analisis kebijakan prospektif

Analisis Kebijakan Prospektif yang berupa produksi dan transformasi informasi sebelum aksi kebijakan dimulai dan diimplementasikan. Analisis kebijakan disini merupakan suatu alat untuk mensintesakan informasi untuk dipakai dalam merumuskan alternatif dan preferensi kebijakan yang dinyatakan secara komparatif, diramalkan dalam bahasa kuantitatif dan kualitatif sebagai landasan atau penuntun dalam pengambilan keputusan kebijakan.

2) Analisis kebijakan retrospektif

Analisis Kebijakan Retrospektif adalah sebagai penciptaan dan transformasi informasi sesudah aksi kebijakan dilakukan, mencakup berbagai tipe kegiatan yang dikembangkan oleh tiga kelompok analis: 1. Analisis yang berorientasi pada disiplin (Discipline- oriented analysts)

(Kajian murni berdasarkan disiplin ilmu)

Mengembangkan dan menguji teori yang didasarkan pada teori dan menerangkansebab-sebab dan konsekuensi-konsekuensi kebijakan. 2. Analisis yang berorientasi pada masalah (Problem-oriented analysts) (Kajian sebab dan konsekuensi kebijakan terhadap masalah kebijakan)

Menerangkan sebab-sebab dan konsekuensi dari kebijakan, dan kurang menaruh perhatian pada pengembangan dan pengujian teori-teori yang dianggap penting didalam disiplin ilmu sosial, menaruh perhatian pada identifikasi variabel-variabel yang dapat dimanipulasi oleh para pembuat kebijakan untuk mengatasi masalah.

3. Analisis yang berorientasi pada aplikasi (application-oriented analysts) (Kajian implementasi kebijakan sampai pada sejauh mana outcome danmanfaat kebijakan, concern terhadap pencapaian tujuan dan objektif daripolicy makers dan stakeholders)

Menerangkan sebab dan konsekuensi kebijakan-kebijakan dan program publik, tidak menaruh perhatian terhadap pengembangan dan pengujian teori-teori dasar.

Analisis retrospektif memberikan penekanan utamanya pada hasil-hasil aksi dan tidak berisi informasi mengenai tujuan-tujuan dan sasaran kebijakan, seperti yang terdapat pada analisis prospektif. Analisis retrospektif merupakan yang paling penting didalam pengaruhnya terhadap prioritas dan pemahaman intelektual, dan tidak begitu efektif dalam menawarkan solusi terhadap masalah-masalah politik yang spesifik.

3) Analisis kebijakan yang terintegrasi

Analisis Kebijakan yang terintegrasi merupakan bentuk analisis yang mengkombinasikan gaya operasi para praktisi yang menaruh perhatian pada penciptaan dan transformasi informasi sebelum dan sesudah tindakan kebijakan diambil. Analisis kebijakan yang terintegrasi tidak hanya mengharuskan para analis untuk mengkaitkan tahap penyelidikan retrospektif dan perspektif, tetapi juga menuntut para analis untuk terus menerus menghasilkan dan mentransformasikan informasi setiap saat. Analis yang terintegrasi bersifat terus-menerus, berulang-ulang, tanpa ujung, paling tidakdalam prinsipnya. Analisis dapat memulai penciptaan dan transformasi informasi padasetiap titik dari lingkaran analisis, baik sebelum atau sesudah aksi.

2.2.5. Metodologi dan Prosedur Analisis Kebijakan

Metodologi analisis kebijakan adalah prosedur umum untuk menghasilkan dan mentransformasikan informasi yang relevan dengan kebijakan dalam berbagai konteks. Proses analisis kebijakan adalah serangkaian aktivitas intelektual yang dilakukan didalam proses kegiatan yang pada dasarnya bersifat politis. Aktivitas politis tersebut dijelaskan sebagai proses pembuatan kebijakan dan divisualisasikan sebagai serangkaian tahap yang saling bergantung yang diatur menurut urutan waktu: penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan, dan penilaian kebijakan. (Dunn, 2012: 22)

Gambar 3.2

Proses Analisis Kebijakan

Sumber : Wiliiam N Dunn

Penggunaan prosedur analisis kebijaksanaan (seperti perumusan masalah, peramalan, pemantauan, evaluasi, rekomendasi) memungkinkan analis mentransformasikan satu tipe informasi lainnya. Komponen-komponen informasi kebijakan (seperti masalah-masalah kebijakan, masa depan kebijakan, aksi kebijakan, hasil kebijakan, kinerja kebijakan) ditransformasikan dari satu ke yang lainnya dengan menggunakan prosedur

analisis kebijakan. Seluruh proses diatur melalui perumusan masalah yang diletakkan pada pusat kerangka kerja.

Dokumen terkait