• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.2. Aron Dahulu dan Aron Saat Ini (Ngemo) a.Aron Dahulu

4.2.1. Konsep Aron Si Ngemo Menurut Warga Sugihen

Hampir setiap orang memiliki konsep tentang ngemo khususnya bagi orang Karo, hal ini tentunya terkait dengan cara pandang seseorang dalam melihat aktivitas ngemo tersebut. Pengkajian konsep ngemo tersebut difokuskan kepada pemberian konsep ngemo menurut masyarakat Desa Sugihen. Ngemo adalah bekerja di lahan orang baik itu di ladang maupun di sawah dengan tujuan untuk memperoleh uang sesuai dengan jenis pekerjaan lamanya bekerja. Sedangkan singemo adalah orang yang bekerja di ladang orang maupun di sawah orang lain. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan di lapangan memiliki konsep yang cenderung sama dalam mengungkapkan konsep ngemo. Beberapa orang informan memandang ngemo terkait dengan kelompok peserta, pembayaran gaji, hidangan yang disajikan dan peraturan dalam bekerja baik itu jam kerja, jumlah peserta, dan tanggung jawab.

Seperti yang dikatakan oleh Nande Erwin Br Karo (36 tahun)

“Ngemo, erdahin kujuma kalak ben wari go baci aloken gaji, kai kin kapmu je yah nakan ras gulen nggo sikapken puna juma ”

Artinya:

“ngemo, bekerja ke ladang orang ketika hari sudah sore gaji sudah dapat diterima, apa susahnya makanan dan minuman pun sudah disediakan pemilik ladang.”

Konsep ngemo yang dapat dilihat dari kutipan tersebut lebih menekankan kepada pemberian gaji dan penyajian makanan dan minuman yang sudah disediakan oleh pemilik ladang (puna juma). Sama halnya seperti yang dikatakan oleh Nande Lencang (37 tahun) :

“Ngemo, erdahin kujuma kalak, dat sen la latih dung ras la dung dahin adi nggo seh jamna nggo baci mulih”

Artinya:

“Ngemo, bekerja ke ladang orang dapat gaji tidak begitu susah

selesai tidak selesai pekerjaan itu kalau sudah sampai waktunya sudah bisa pulang”

Konsep ngemo yang dapat dilihat dari kutipan tersebut lebih menekankan pada tanggung jawab dalam pekerjaan tidak ada sangsi terhadap pekerja dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut. Sudut pandang yang sama juga dikatakan oleh Nande Sungan Deli Br Sembiring (40 tahun) :

“Aku riahen kuakap ngemo, la melala peraturenna ben wari e go baci aloken upah, pagi ngemo ka”

Artinya:

“Aku lebih suka ngemo (tenaga upah), tidak banyak peraturannya sore hari sudah bisa diterima gajinya, besok kerja lagi”

Konsep ngemo yang dapat dilihat dari kutipan tersebut lebih menekankan pada pelaksanaan pekerjaan yaitu bahwa dalam proses pekerjaan ngemo tidak banyak

peraturan yang harus di laksanakan. Hal yang juga dikatakan oleh Nande Sokrates Br Ginting (45 tahun) :

“Ngemo, erdahin kujuma kalak, dat sen, dat ka gulen-gulen bas puna juma e nari ma terakap lanai nukur gulen seh rumah, dung ras la dung dahin e nggo baci mulih”

Artinya:

“Ngemo, bekerja di ladang orang, dapat uang, dapat sayur-sayuran

dari pemilik ladang lumayan kan gak beli sayur lagi sampai dirumah. Selesai gak selesai pekerjaan tersebut sudah bisa pulang”

Konsep ngemo yang dapat dilihat dari kutipan tersebut lebih menekankan kepada suatu tujuan dan mementingkan keperluan sendiri-sendiri dalam mengerjakan pekerjaan tersebut. Sudut pandang yang sama juga dikatakan oleh Nande Butet Br Pinem (56 tahun) :

“Adi ngemo ate, la pe nyak ben erdahin baci adi setengah wari ka nca baci, labo merawa puna juma, tapi aloken kari gaji setengah wari nca. Pagi adi berena denga erdahin ka je, adi lang darami ka ingan ngemo ”

Atinya:

“Kalau ngemo, tidak mesti bekerja sampai sore, setengah hari pun bisa, tidak akan marah pemilik ladang tersebut cuma gaji yang diperoleh gaji untuk setengah hari, besok kalau masih dipanggil datang kalau tidak, cari tempat yang lain.”

Konsep ngemo yang dilihat dari kutipan tersebut menekankan terhadap waktu bekerja dan pemberian gaji kepada pekerja (singemo) bahwa pekerja akan mendapat gaji sesuai dengan lamanya ia bekerja. Konsep ngemo jugajuga dapat dilihat yang mengindikasikan kepada jumlah peserta. Seperti yang dikatakan oleh seorang informan yaitu Lencang Br Sembiring (25 tahun) :

“Ngemo, erdahin kujuma kalak dat sen, sekalak pe kita la jadi soal, adi kurang kari akap puna juma e ma daramina ka deba nari jelmana, asa kapna bias ndungi jumana e ”

Artinya:

“Ngemo, bekerja ke ladang orang dapat uang, seorang pun bekerja di ladang orang tidak menjadi masalah, kalau nanti pemilik ladang merasa kekurangan orang ia bisa mencari yang lain secukup mungkin”

Konsep ngemo yang dapat dilihat dari kutipan tersebut menekankan kepada jumlah peserta bahwa cukup tidaknya jumlah peserta dalam mengerjakan pekerjaan tersebut adalah urusan pemilik ladang (puna juma). Seperti yang di katakan oleh seorang informan yaitu Kia Sembiring (20 tahun) :

“Ngemo, erdahin kujuma kalak ngangkat pungo aku sanga nabi e ,

ben wari nggo ka baci kualoken gajiku nggo ka bias belanja dua wari, pagi adi lit ka emon ngemo ka ”

Artinya:

“Ngemo, bekerja keladang orang ngangkat pungo pada saat panen,

sore hari sudah bisa kuterima gajiku, cukup untuk dua hari besok kalau ada emon (tempat bekerja) ngemo lagi ”

Konsep ngemo yang dapat dilihat dari kutipan tersebut adalah lebih menekankan kepada jenis pekerjaan dan gaji yang diterima.

4.2.2. Jenis- Jenis Aron siNgemo pada Masyarakat Sugihen 4.2.1.1. Ari-ari (Gaji harian)

Ari-ari adalah merupakan salah satu bentuk tenaga upahan yang dipakai dalam

bidang pertanian. Dalam ari-ari tersebut keanggotannya tidak tetap tergantung pada keadaan luas lahan yang akan dikerjakan, misalnya ketika panen (rani) membutuhkan banyak pekerja. Bekerja dengan ari-ari tidak banyak aturan yang harus laksanakan seperti aron umumnya yang mempunyai tanggung jawab. Peserta kelompok pada ari-ari

tersebut tidak mempunyai ketua yang mempunyai tanggung jawab untuk mengatur pesertanya. Pada sistem ari-ari tersebut pemberian gaji diberikan secara perorangan, pemilik ladang akan langsung memberikan kepada pekerja ketika waktu bekerja sudah selesai dilakukan. Gaji ari sekarang adalah Rp. 25.000/ hari, jika jumlah peserta

ari-ari tersebut sepuluh orang maka pemilik ladang harus membayar sebesar Rp. 250.000

kepada pekerja tersebut.

Pada sistem ari-ari makanan dan minuman sudah disediakan olah pemilik ladang makanan dan minuman yang disediakan oleh pemilik ladang untuk makan siang karena itu sudah menjadi tanggungan pemilik ladang. Dimulainya pekerjaan ari-ari adalah dari jam 10.15 Wib sampai dengan jam 16.30 Wib. Jika pekerjaan belum selesai namun waktu bekerja sudah habis pemilik ladang akan meminta kepada pekerja untuk lembur (lembor), dengan menambah gaji, namun jika ada diantara pekerja yang tidak bisa ikut lembur pemilik ladang tidak akan memaksa, maka gaji yang didapat hanya gaji satu hari saja.

Dalam ari-ari tanggung jawab tersebut adalah pada yang punya ladang, tetapi bukan berarti para pekerja secara asal-asalan karena biasanya yang punya ladang tersebut ikut bekerja sekaligus mengawasi cara kerja para pekerja tersebut. Jika ada pekerja yang tidak bagus bekerja maka untuk berikutnya pemilik ladang tidak akan mau menerima orang tersebut untuk dipekerjakan di sawahnya atau pun di ladangnya.

4.2.1.2. Mborong ( Gaji Borongan)

Mborong atau sering juga disebut dengan borongan adalah salah satu bentuk

tenaga upahan yang dipakai dalam bidang pertanian. Biasanya dalam borongan ini keanggotaanya tidak tetap tergantung keaadaan atau luas ladang dan pekerjaan di sawah

yang akan dikerjakan. Misalnya pada waktu menanam (neldek), pekerjaan tersebut sudah diborong oleh si ngemo (tenaga upah), jadi selesai atau tidak selesainya pekerjaan tersebut dalam satu hari tidak masalah lagi bagi pemilik lahan, yang penting baginya sawah tersebut akan selesai dikerjakan walaupun mungkin akan memakan waktu dua hari.

Tetapi para pekerja (singemo) tersebut akan berusaha menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan secepatnya karena mereka pun tidak mau kehilangan waktu mereka sebab sawah orang lain yang akan dikerjakan lagi sudah menunggu. Biasanya peserta pemborong tidak sembarangan biasanya orangnya yang kuat bekerja (simegegeh

erdahin). Besarnya gaji yang akan diterima dalam sistem borongan ini tergantung luas

lahan (puna juma) dan pekerjaan yang akan dilakukan. Kelompok singemo (tenaga upah) tersebut akan menanyakan kepada pemilik lahan (puna juma) berapa orang biasanya mengerjakan sawah tersebut, misalnya untuk panen memerlukan sepuluh orang untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut maka pekerja tersebut akan memborong dengan tenaga sepuluh orang walaupun jumlah mereka tidak ada sepuluh orang maka gaji yang mereka terima adalah sebesar gaji satu hari dikalikan dengan banyaknya pekerja yang mengerjakan sawah tersebut. Pada saat pemberian gaji, pemilik sawah tidak langsung memberikan gaji pada orang per orang, tetapi melalui seorang dari kelompok tersebut yang dianggap mampu memegangnya. Orang tersebut lah yang akan membagikan kepada yang lainnya Oleh karena itu mereka harus kuat bekerja karena sudah menjadi tanggung jawab para pemborong tersebut.

Untuk mborong tersebut pemilik sawah tidak menyediakan nasi hanya sayur dan minuman yaitu air putih, akan tetapi pada saat panen pemilik sawah harus menyediakan

makanan berupa nasi, sayur, dan minuman seperti teh manis untuk makan siang. Dimulainya pekerjaan mborong tersebut tergantung pekerja tapi biasanya mereka bekerja pada pukul 08.00 Wib sampai dengan pukul 17.30 Wib. Dalam mborong tersebut selesai tidaknya pekerjaan tersebut adalah tanggung jawab dari kelompok tersebut. Untuk lebih jelasnya perbedaan antara ari-ari dengan mborong lihat tabel berikut.

Tabel. I

Jumlah Tenaga, Waktu dan Upah yang dibutuhkan ½ Hektar Sawah Dengan Ari –ari (Gaji harian)

NO. Jenis Pekerjaan Waktu Yang Dibutuhkan (Hari) Tenaga Yang Dibutuhkan (Orang) Upah (Rp)Per Hari 1. 2. 3. 4. 5. Ngalucak (pemerataan tanah) Napsapi (membersihkan dinding pematang sawah) Neldek (menanam) Ngeroro (menyiangi) Nabi (Panen) 2 1 1 1 2 4 12 10 5 10 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000

Tabel. II

Jumlah Tenaga, Waktu dan Upah yang dibutuhkan ½ Hektar Sawah Dengan Mborong ( Gaji Borongan)

NO. Jenis Pekerjaan Waktu Yang Dibutuhkan (Hari) Tenaga Yang Dibutuhkan (Orang) Upah (Rp)Per Hari 1. 2. 3. 4. 5. Ngalucak (pemerataan tanah) Napsapi (membersihkan dinding pematang sawah) Neldek (menanam) Ngeroro (menyiangi) Nabi (Panen) 2 1 1 1 1 3 9 8 5 9 100.000 300.000 250.000 125.000 250.000

Sumber : Penelitian lapangan dan wawancara dengan informan, oktober, 2009

Berdasarkan kutipan di atas jika ditanyakan kepada masyarakat bahwa yang mana lebih mereka pilih antara ari-ari dengan mborong maka jawabnya adalah borongan (mborong) , karena dalam borongan tanggung jawab selesai tidaknya pekerjaan tersebut sudah pada kelompok tersebut sedangkan dalam gaji harian (ari-ari), kemungkinan selesai tidaknya pekerjaan tersebut masih tanggung jawab yang punya sawah, dimana apabila pekerjaan tersebut tidak selesai maka harus menyewa tenaga upahan lainnya, disamping itu pemilik sawah harus mengontrol pekerjaan mereka.

4.2.1.3. Sinongkah

Sinongkah merupakan salah satu bagian dari tenaga kerja dimana pesertanya

hanya satu atau orang, biasanya masyarakat Sugihen menyebutnya dengan sebutan aron

sinongkah (kelompok tambahan). Peserta sinongkah akan bekerja ketika ada panggilan

dan ada juga yang menawarkan diri. Biasanya aron sinongkah tersebut bekerja ketika pekerjaan di sawahnya sudah selesai dari pada menganggur lebih baik mencari emon (pekerjaan).

Pada aron sinongkah tidak ada tanggung jawab dalam mengerjakan sawah, pekerja tersebut mempunyai hak berapa lama ia bekerja tergantung selesainya pekerjaan, akan tetapi walaupun pekerjaan belum selesai sinongkah tersebut meninggalkan pekerjaan tersebut, tanpa ada sangsi dari pemilik sawah. Oleh karena itu pemilik sawah harus mencari tenaga upah yang lain ( singemo). Para sinongkah tersebut pemilik sawah akan langsung memberikan gaji sebesar berapa lama waktu bekerja. Selain itu para

sinongkah tersebut biasanya ada juga yang terlebih dahulu meminta gaji kepada pemilik

sawah sebelum mengerjakan pekerjaan maka sinongkah tersebut akan bekerja sesuai dengan berapa besar jumlah uang yang sudah diminta kepada pemilik sawah tersebut.

4.3. Kondisi dan Hal-hal yang Berubah pada Pelaksanaan Aron di Rentang Waktu