• Tidak ada hasil yang ditemukan

Subyek Hukum mempunyai kedudukan dan peran yang penting dalam bidang hukum, khususnya hukum keperdataan. Pentingnya hal ini karena Subyek Hukum dapat mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum. Istilah Subyek Hukum berasal dari terjemahan bahasa Belanda yaitu rechtsubject atau

hak dan kewajiban yaitu manusia dan Badan Hukum.8 Subyek Hukum adalah segala sesuatu yang pada dasarnya memiliki hak dan kewajiban dalam lalu-lintas hukum. Ruang lingkup Subyek Hukum adalah manusia (naturlijke persoon) dan Badan Hukum (rechtpersoon).9

Manusia disamping sebagai pembawa hak, di dalam hukum juga badan-badan atau perkumpulan-perkumpulan dipandang sebagai Subyek Hukum yang dapat memiliki hak-hak dan melakukan perbuatan-perbuatan hukum seperti manusia. Badan-badan dan perkumpulan-perkumpulan itu dapat memiliki kekayaan sendiri, ikut serta dalam lalu-lintas hukum dengan perantaraan pengurusnya, dapat digugat dan menggugat di muka Hakim. Badan-badan atau perkumpulan tersebut dinamakan Badan Hukum (rechtspersoon) yang berarti orang (persoon) yang diciptakan oleh hukum. Jadi, ada suatu bentuk hukum (rechtsfiguur) yaitu Badan Hukum yang dapat mempunyai hak- hak, kewajiban-kewajiban hukum dan dapat mengadakan hubungan hukum.10

E. Utrecht dalam pandangannya tentang Badan Hukum (rechtspersoon) menjelaskan bahwa Badan Hukum adalah badan yang menurut hukum berkuasa (berwenang) menjadi pendukung hak, yang tidak berjiwa, atau lebih tepat yang bukan manusia. Badan Hukum sebagai gejala kemasyarakatan adalah suatu gejala yang riil, merupakan fakta pergaulan hukum biarpun tidak berwujud manusia atau

8 Titik Triwulan Tutik, 2008, Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional, Prenada Media Group, Jakarta, hal. 40

9 A. Ridwan Halim, 1985, Hukum Perdata Dalam Tanya Jawab, Cetakan Kedua, Ghalia Indonesia, Jakarta, hal. 29

10 CST Kansil, 1989, Pengantar Ilmu Hukum, Cetakan Kedelapan, Balai Pustaka, Jakarta, hal. 216

benda yang dibuat dari besi, kayu dan sebagainya.11 Badan Hukum adalah suatu realitas dalam pergaulan hukum yang memiliki sifat sama seperti manusia.12

Konsep Badan Hukum pada hakikatnya merupakan hak dan kewajiban dari para anggotanya secara bersama-sama dan di dalamnya terdapat harta kekayaan bersama yang tidak dapat dibagi-bagi. Setiap anggota tidak hanya menjadi pemilik sebagai pribadi untuk masing-masing bagiannya dalam satu kesatuan yang tidak dapat di bagi-bagi itu, tetapi juga sebagai pemilik bersama untuk keseluruhan harta kekayaan, sehingga setiap pribadi anggotanya adalah juga pemilik harta kekayaan yang terorganisasikan dalam badan hukum itu.

Penulis berpandangan dari pendapat sarjana di atas bahwa Badan Hukum pada intinya adalah sesuatu yang dianggap sama dengan manusia kodrati, sehingga dapat melakukan perjanjian, memiliki kekayaan, melakukan gugatan, dan dapat digugat. Perbedaannya dengan manusia adalah Badan Hukum tidak dapat melakukan perkawinan dan tidak dapat dipenjara. Tetapi badan hukum dapat dikenai hukuman denda atau administrasi.

Badan Hukum untuk keikutsertaannya dalam pergaulan hukum harus mempunyai syarat-syarat yang telah ditentukan oleh hukum, yaitu :

a. Memiliki kekayaan yang terpisah dari kekayaan anggota-anggotanya; b. Hak dan kewajiban Badan Hukum terpisah dari hak dan kewajiban para

anggotanya.13

11 E. Utrecht dalam Neni Sri Imaniyati, 2009, Hukum Bisnis: Telaah tentang Pelaku dan

Kegiatan Ekonomi, Graha Ilmu, Yogyakarta, hal. 124

12 Dewa Nyoman Rai Asmara Putra, 2015, Implikasi Politik Hukum Pertanahan Nasional

Terhadap Kedudukan Desa Pekraman Sebagai Subyek Hukum Hak Atas Tanah, (Disertasi),

Program Studi Ilmu Hukum, Program Pasca Sarjana Universitas Udayana Denpasar, hal. 54 13

Kedua hal di atas merupakan syarat yang harus dimiliki oleh Badan Hukum di dalam pelaksanaan tugas-tugasnya.

Badan Hukum sebagai kumpulan manusia pribadi mungkin pula sebagai kumpulan dari Badan Hukum pengaturannya sesuai dengan hukum yang berlaku :

a. Perseroan Terbatas (PT) diatur dalam Bab III bagian ketiga Buku I KUHD;

b. Koperasi diatur dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 1992;

c. Yayasan, pengaturannya sesuai kebiasaan yang dibuat aktenya di notaris; d. Perbankan diatur dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1992;

e. Bank pemerintah, sesuai dengan Undang-undang yang mengatur pendiriannya;

f. Organisasi partai politik dan golongan karya diatur dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 1978;

g. Pemerintah daerah tingkat I, II dan kecamatan diatur dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 1975;

h. Negara Indonesia diatur dengan Konstitusi Undang-undang Dasar 1945.14

Pasal 1653 KUH Perdata dalam ketentuannya dinyatakan tentang Badan Hukum bahwa :

Selain perseroan perdata sejati, perhimpunan orang-orang sebagai Badan Hukum juga diakui undang-undang, entah Badan Hukum itu diadakan oleh kekuasaan umum atau diakuinya sebagai demikian, entah pula Badan Hukum itu diterima sebagai yang diperkenankan atau telah didirikan untuk suatu maksud tertentu yang tidak bertentangan dengan undang-undang atau kesusilaan.

Konsep Badan Hukum dengan mengacu pada makna “perseroan perdata sejati dan kekuasaan umum” sesuai substansi ketentuan pasal di atas penulis berpandangan bahwa Badan Hukum pada prinsipnya terbagi atas dua yakni Badan Hukum Publik dan Badan Hukum Privat. Penulis mengutip substansi dalam buku yang berjudul “Perbandingan Hukum Perdata” karangan Soeroso dinyatakan

14 Ibid

secara spesifik bahwa menurut bentuknya Badan Hukum dibedakan menjadi dua, yaitu :

Badan Hukum Publik (publiek rechtspersoon);

Badan Hukum Privat/Perdata (privat rechtspersoon).15 1) Badan Hukum Publik (publiek rechtspersoon).

Ialah Badan Hukum yang didirikan berdasarkan Hukum Publik yang menyangkut kepentingan publik, orang banyak atau negara umumnya. Badan Hukum ini merupakan badan-badan hukum negara yang mempunyai kekuasaan wilayah atau merupakan lembaga yang dibentuk oleh yang berkuasa, berdasarkan perundang-undangan yang dijalankan secara fungsional oleh badan eksekutif, pemerintah atau badan pengurus yang diberi tugas untuk itu. Contoh Badan Hukum Publik adalah :

a. Negara Republik Indonesia, dasarnya adalah Konstitusi tertulis dalam bentuk Undang-Undang Dasar, kekuasaannya diberikan/ditugaskan kepada Presiden dan pembantu-pembantunya ialah para Menteri;

b. Pemerintah Daerah Tingkat I, II dan Kecamatan dibentuk berdasarkan Undang-undang lainnya. Dalam menjalankan kekuasaannya diberikan/ditugaskan kepada Gubernur/KDH Tk. I, Bupati atau Walikotamadya/ Kepala Daerah Tk. II dan Camat; c. Bank Indonesia, diatur dalam Undang-undang No. 7 Tahun 1992,

Bank Negara Indonesia 1946 diatur dalam Peraturan Pemerintah No.

15 R. Soeroso, ibid, hal. 148

19 Tahun 1992, Bank Dagang Negara diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1992, Bank Bumi Daya diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 1992 dan Bank-bank Pemerintah lainnya, yang dalam menjalankan pelaksanaan tugas dilakukan oleh Direksi atau Group Direktur-direktur;

d. Perusahaan Negara didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah, pengurusannya dilaksanakan oleh Direksi;

e. Pertamina, didirikan berdasarkan Undang-undang No. 8 Tahun 1971. 2) Badan Hukum Privat (privat rechtspersoon).

a) Beberapa penjelasan.

Badan Hukum Privat/Perdata atau sipil ialah badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum sipil atau perdata yang menyangkut kepentingan pribadi di dalam Badan Hukum itu. Badan Hukum ini merupakan Badan Hukum Swasta yang didirikan oleh pribadi orang itu untuk tujuan tertentu, yaitu mencari keuntungan, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, politik, kebudayaan, kesenian, olah raga dan lain-lain sesuai dengan/menurut hukum yang berlaku secara sah. Bentuk dan susunannya diatur oleh hukum privat.

Habib Adjie dalam bukunya yang berjudul “Status Badan Hukum, Prinsip-Prinsip dan Tanggung Jawab Sosial Perseroan Terbatas” menjelaskan bahwa Badan Hukum Publik merupakan Badan Hukum yang didirikan dan dimiliki oleh pemerintah seperti Lembaga Negara Eksekutif, Legislatif, Yudikatif, Badan Usaha Milik

Negara/Daerah (BUMN/BUMD), dan Bank Negara. Sedangkan Badan Hukum Privat adalah Badan Hukum yang didirikan dan dimiliki oleh pihak swasta, yang menyangkut kepentingan orang atau individu-individu seperti Perseroan Terbatas, Yayasan, Koperasi, Perkumpulan, Organisasi Masyarakat, dan sebagainya.16

b) Menurut tujuannya Badan Hukum Privat dibagi/dibedakan dalam :

 Perserikatan dengan tujuan tidak materiil/amal;

Contoh perserikatan dengan tujuan tidak materril/amal adalah Perkumpulan Gereja, Badan Wakaf dan Yayasan yang didirikan oleh pendiri, dengan tujuan sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, kesenian dan kebudayaan. Pengaturannya berdasarkan kebiasaan yang anggaran pendirinya dibuat oleh Notaris.

 Perserikatan dengan tujuan memperoleh laba;

Contoh perserikatan dengan tujuan memperoleh laba adalah Perseroan Terbatas (PT). Untuk Perseroan didirikan oleh persero-persero yang bertujuan. Pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh Direksi dan pengaturannya terdapat di dalam ketentuan Undang-Undang No. 48 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

 Perserikatan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan materiil para anggota-anggotanya;

Contohnya adalah Koperasi yang didirikan oleh para anggota dengan sistem kekeluargaan dan usaha bersama, sesuai dengan

16 Habib Adjie, 2008, Status Badan Hukum, Prinsip-Prinsip dan Tanggung Jawab Sosial

kepribadian yang diatur dalam Undang-undang No. 25 Tahun 1992. Dalam pelaksanaan kegiatan tugasnya dilakukan oleh pengurus

 Partai Politik dan golongan karya;

Didirikan dan di masuki oleh warga negara sebagai alat demokrasi, yang mewakili kepentingan rakyat dalam badan perwakilan rakyat seperti MPR, DPR dan DPRD. Perundang-undangan yang mengaturnya ialah Undang-undang No. 3 Tahun 1975;

 Badan amal, wakaf, perkumpulan dan lain-lain semacamnya. Badan Hukum menurut jenisnya dibagi dalam dua jenis golongan yang terdiri dari :

- Korporasi; - Yayasan.17 1) Korporasi.

Korporasi ialah suatu gabungan orang-orang yang dalam pergaulan hukum bertindak bersama sebagai satu subyek hukum tersendiri (personifikasi). Korporasi merupakan Badan Hukum yang beranggota, tetapi mempunyai hak/kewajiban sendiri. Ada beberapa macam korporasi, yaitu :

 Perhimpunan, yang dibentuk dengan sengaja atau sukarela oleh orang yang bermaksud memperkuat kedudukan ekonomi mereka, memelihara kebudayaan, mengurus soal-soal sosial dan lain sebagainya. Contohnya : Perseroan Terbatas, NV, PN;

17 R. Soeroso, op.cit, hal. 151

Persekutuan orang (gemenschap van mensen), yang karena perkembangan faktor-faktor sosial dan politik dalam sejarah. Contohnya: Pemerintah Daerah Tk. I, II dan Desa;

 Organisasi orang, yang didirikan berdasarkan undang-undang tetapi bukan perhimpunan.

2) Yayasan.

Yayasan ialah tiap kekayaan (Vermogen) yang tidak merupakan kekayaan orang atau kekayaan badan dan yang diberi untuk tujuan tertentu. Yayasan adalah sebagai pendukung hak/kewajiban sendiri, dan didirikan oleh para pendiri/anggota dengan tujuan sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, kesenian dan kebudayaan. Pengaturannya dibuat oleh Notaris.

Contoh : Yayasan Lektur Jakarta, Wakaf dalam hukum Islam.

Catatan : Perbedaan antara Korporasi dan Yayasan. Yayasan menjadi Badan Hukum dengan tiada anggota tetapi mempunyai pengurus yang menyelenggarakan kekuasaan dan tujuannya. Korporasi mempunyai anggota dan pengurus yang menjalankan kegiatan tugasnya.

Menurut tata/aneka warna hukum di Indonesia, Badan Hukum dibedakan dalam :

1) Badan Hukum menurut Hukum Eropa ialah Badan Hukum yang diatur menurut hukum yang dikonkordasi dengan hukum yang berlaku di Negeri Belanda. Misalnya : Negara, PT, Perhimpunan-perhimpunan berdasarkan LNHB 1870 No. 64.

2) Badan Hukum menurut hukum bukan Eropa yang tertulis adalah Badan Hukum ini terkenal di bawah nama “Badan Hukum Indonesia”, ialah Badan Hukum menurut hukum undang-undang yang dibuat dengan mengingat pasal 131 ayat 2 sub b I.S : bilamana keperluan umum atau keperluan sosial orang bukan eropa memerlukannya (badan hukum menu-rut “fantasierecht”).

Misal : Perhimpunan berdasarkan LNHB 1939 No. 570 jo. 1939 No. 717 dan LN 1958 No. 139.

3) Badan Hukum Adat adalah Badan Hukum menurut hukum bumi putera (yang pada umumnya tidak tertulis). Misal : Badan Wakaf, Yayasan-Yayasan.

Pembentukan Badan Hukum sebagai subyek hukum eksistensinya didasari dengan beberapa teori-teori tentang dasar yuridis Badan Hukum yang mendukungnya. Teori tersebut adalah :18

a. Teori Fiksi (F,C. von Savigny,C.W. Opzoomer dan Houwing). Menurut teori ini Badan Hukum dianggap buatan negara, sebenarnya Badan Hukum itu tidak ada, hanya orang menghidupkan bayangannya untuk menerangkan sesuatu dan terjadi karena manusia yang membuat berdasarkan hukum. Jadi merupakan orang buatan hukum persona ficta. b. Teori kekayaan tujuan (A. Brinz dan EJJ Van der Heyden). Menurut teori

kekayaan Badan Hukum itu bukan kekayaan orang, tetapi kekayaan itu terikat pada tujuannya (zweck Vermögen). Tiap hak tidak ditentukan oleh

18 R. Soeroso, op.cit, hal. 152-153

suatu tujuan. Menurut teori ini hanya manusialah yang menjadi Subyek Hukum dan Badan Hukum adalah untuk melayani kepentingan tertentu. Dalam teori ini A Brinz hanya dapat menerangkan dasar juridis dari Yayasan.

c. Teori organ atau teori peralatan atau kenyataan (Otto von Gierke).

Menurut teori ini Badan Hukum adalah sesuatu yang sungguh-sungguh ada di dalam pergaulan yang mewujudkan kehendaknya dengan perantaraan alat-alatnya (organ) yang ada padanya (pengurusnya), jadi bukanlah sesuatu yang fiksi tetapi merupakan makhluk yang sungguh-sungguh ada secara abstrak dari konstruksi yuridis.

d. Teori milik kolektif (WLPA Molengraaff dan Marcel Planiol). Dalam teori ini Badan Hukum ialah harta yang tidak dapat dibagi-bagi dari anggota-anggota secara bersama-sama. Hak/kewajiban Badan Hukum pada hakikatnya adalah hak/kewajiban para anggota bersama-sama, oleh karenanya Badan Hukum konstruksinya hanya bersifat yuridis saja, dan pada hakikatnya abstrak.

e. Teori Duguit.

Sesuai dengan ajarannya tentang fungsi sosial maka juga dalam teori ini Duguit tidak mengakui adanya Badan Hukum sebagai Subyek Hukum hanya fungsi-fungsi sosial yang harus dilaksanakan. Manusia sajalah sebagai Subyek Hukum, lain daripada manusia tidak ada Subyek Hukum.

f. Teori Eggens.

Dalam teori ini Badan Hukum adalah suatu hulpfiguur oleh karenanya keberadaanya diperlukan dan dibolehkan hukum untuk menjalankan hak-hak dengan sewajarnya (behoorlijk). Bahwa dalam hal-hal tertentu keperluan itu dirasakan, oleh karenanya hukum hendak memperlakukan suatu kumpulan orang yang bersama-sama mempunyai kekayaan dan tujuan tertentu sebagai suatu kesatuan, karena seorang Subyek Hukum (manusia) tidak dapat (berwenang) sendiri-sendiri bertindak dalam rangkaian peristiwa-peristiwa hukum itu.

Mengacu dengan pendapat para ahli hukum di atas dapat disimpulkan bahwa Badan Hukum merupakan orang buatan hukum (persona ficta) yang dibentuk berdasarkan hukum karena keberadaanya diperlukan dan dibolehkan hukum untuk menjalankan hak-hak dengan sewajarnya (behoorlijk).

BAB III

PENGATURAN PENGUASAAN HAK GUNA BANGUNAN YANG