• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Break Even Point

1. Pengertian Break Even Point (BEP)

Break even point/titik impas/titik balik pokok mempunyai definisi

yang berbeda-beda dari para ahli. Menurut (Prawiranogono, 2017), mengatakan BEP = Break Even Point atau titik impas, dimana perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita kerugian. BEP atau titik impas sangat penting bagi manajemen untuk mengambil keputusan untuk menarik produk atau mengembangkan produk, atau untuk menutup anak perusahaan yang profit center atau mengembangkannya.

Menurut (Herman, 2016) mengatakan, break even point adalah kondisi operasi dari suatu entity dimana total pendapatan sama dengan total biaya dan tidak memperoleh laba juga tidak mengalami rugi. Manfaat utamanya adalah memberikan peringatan penting bagi pimpinan berapa unit dan rupiah penjualan minimum harus tercapai di masa yang akan datang.

Menurut (Ridwan S sunjaja dkk, 2017) mengatakan, titik impas operasi perusahaan adalah tingkat penjualan yang diperlukan untuk dapat menutupi semua biaya operasional, dimana pada titik impas tersebut laba sebelum bunga dan pajak sama dengan nol. Sedangkan menurut (Ernawati s, 2018) break even point merupakan suatu keadaan dimana seluruh penerimaan hanya mampu menutup seluruh pengeluaran.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa break

even point adalah keadaan dimana perusahaan tidak mengalami

keuntungan ataupun kerugian atau total pendapatan dan total biaya sama dengan nol.

Sedangkan Analisis break even point adalah suatau keadaan dimana perusahaan beroperasi dalam kondisi tidak memperoleh pendapatan (laba) dan tidak pula menderita kerugian. Artinya dalam kondisi ini jumlah pendapatan yang diterima sama dengan jumlah biaya yang dikeluarkan. Lebih lanjut analisis ini digunakan untuk menentukan berapa unit yang harus dijual agar kita memperoleh keuntungan, baik dalam volume penjualan dalam unit maupun rupiah.

Menurut (Harmono, 2016) dalam bukunya mengatakan analisis

break even point adalah sebuah metode yang berguna untuk para

manajer supaya dapat dan mampu memastikan prediksi penjualan produk perusahaan yang memadai dan dapat menutup biaya produk atau jasa yang dihasilkan pada tingkat keuntungan yang ditargetkan.

Maka dapat disimpulkan bahwa analisis break even point adalah proses perhitungan yang dilakukan oleh suatu manajemen untuk mengetahui titik impas dimana keadaan perusahaan tidak mengalami keuntungan maupun kerugian atau pendapatan dan biaya sama dengan nol.

2. Rumus Break Even point (BEP) Titik Impas

Rumus break even point terbagi menjadi dua metode, masing-masing metode berasal dari sumber yang berbeda. Pemakaian metode

pemakai. Berikut ini beberapa metode break even point yang dapat digunakan dalam analisis break even point:

a. Metode Persamaan

Menurut (Samryn LM, 2015) metode persamaan memanfaatkan data-data dari laporan laba rugi yang disusun dengan format kontribusi. Titik impas dengan metode ini dapat menghitung dengan menggunakan rumus:

Atau

Namun apabila data tidak tersedia untuk menggunakan rumus tersebut, maka titik impas dalam rupiah dapat dihitung dengan prosedur sebagai berikut:

Perusahaan biasanya hanya memiliki data persentase biaya variabel dari harga jual dan pendekatan yang disajikan di atas dapat digunakan untuk menentukan titik impas . Perhatikan bahwa penggunaan presentase dalam persamaan tersebut dapat digunakan untuk menentukan titik impas berdasarkan nilai penjualan dan bukan dalam unit.

b. Metode Margin Kontribusi

Menurut (Herman, 2016) margin kontribusi adalah jumlah yang tersisa dari penjualan dikurangi dengan biaya variabel. Jumlah tersebut akan digunakan untuk menutup biaya tetap dan laba untuk periode tersebut. Margin kontribusi akan digunakan untuk menutup

Penjualan - Biaya Variabel - Biaya tetap = Laba

Penjualan = Biaya Variabel + Biaya tetap + Laba

biaya tetap dan apabila masih ada sisa akan menjadi laba. Jika margin kontribusi tidak cukup menutup biaya tetap, maka akan mengalami kerugian.

Berikut merupakan rumus margin kontribusi yang terbagi menjadi dua macam yaitu:

1. Menghitung margin kontribusi dalam unit, dengan rumus

sebagai berikut:

Dimana margin kontribusi per unit sama dengan harga jual dikurang biaya variabel per unit, Dari rumus diatas manajemen akan mengetahui margin kontribusi setiap unit produksi.

2. Margin kontribusi dalam jumlah totalnya, dengan rumus sebagai

berikut:

Dimana:

TP : Total Penjualan BV : Biaya Variabel

TBV : Total Biaya Variabel

Sedangkan menurut Garrison dan Noreen metode margin kontribusi pada dasarnya adalah metode singkat dari metode persamaan yang telah dijelaskan diatas. Pendekatan ini memusatkan pada ide bahwa setiap unit yang terjual memberikan margin kontribusi tertentu yang dapat digunakan untuk menutupi biaya tetap. Untuk menentukan berapa unit yang harus dijual

Margin Kontribusi per unit = Harga Jual - BV

untuk mencapai titik impas, total biaya tetap dibagi dengan margin kontribusi per unit.

Margin kontribusi dapat dihitung melalui total pendapatan dikurangi dengan total biaya variabel. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dalam perhitungan margin kontribusi bisa dilakukan dengan dua cara yaitu menghitung margin kontribusi dalam unit dan menghitung dalam jumlah total. Setelah menentukan nilai

break even point dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Variasi dari metode ini menggunakan rasio margin kontribusi sebagai pengganti margin kontribusi per unit. Hasilnya adalah titik impas yang ditentukan berdasarkan nilai penjualan. Berikut ini adalah rumus yang digunakan :

Margin kontribusi sebagai persentase penjualan tersebut rasio margin kontribusi (Rasio MK). Rasio ini dihitung dengan cara berikut:

Pendekatan berdasarkan rasio margin kontribusi sangat berguna apabila perusahaan memiliki berbagai macam produk dan akan menentukan titik impas untuk perusahaan secara keseluruhan.

Berdasarkan penjelasan diatas maka dalam penelitian ini menggunakan metode margin kontribusi dengan alasan bahwa

pendekatan margin kontribusi memiliki kelebihan yaitu dapat menunjukkan secara jelas bagaimana biaya berubah bersama dengan perubahan tingkat penjualan.

Pendekatan ini jauh lebih sesuai digunakan pada perusahaan yang mempunyai jenis produk lebih dari satu macam dan menghendaki menghitung break even point tunggal sebagai keseluruhan. Hal ini sesuai dengan kondisi perusahaan yang akan diteliti.

3. Tingkat Keamanan (Margin Of Safety)

Margin of safety adalah kelebihan dari proyeksi atau actual penjualan atas break even point. MOS ini bermanfaat selama memberikan informasi tentang seberapa jauh penurunan penjualan baik dalam rupiah maupun dalam kuantitif sehingga perusahaan masih dalam posisi aman atau masih berlaba.

Perusahaan yang mempunyai margin of safery yang besar lebih baik dibandingkan dengan perusahaan yang mempunyai margin of safety yang rendah, karena margin of safety memberikan gambaran kepada manajemen beberapa penurunan yang dapat ditolerir sehingga perusahaan tidak menderita rugi tetapi juga belum memperoleh laba.

Rumus yang digunakan untuk mencari tingkat keamanan atau margi of safety (MOS) adalah sebagai berikut:

1. Margin Of Safety Total

2. Margin Of Safety Rupiah

MOS = MOS X Anggaran Penjualan

Dalam penelitian ini menggunakan rumus kedua yaitu penjualan MOS dimana penjualan per bujet dikurangi penjualan titik impas dibagi penjualan per bujet di kali 100%, maka akan diketahui tingkat keamanan (MOS) penjualan perusahaan.

Perusahaan yang mempunyai margi of safety yang besar lebih baik dibandingkan dengan perusahaan yang mempunyai margin of safety yang renda, karena margin of safety memberikan gambaran kepada manajemen beberapa penurunan yang dapat di antisipasi sehingga perusahaan tidak menderita rugi tetapi juga belum memperoleh laba.

4. Analisis Perencanaan Laba

Rumus Biaya – Volume – Laba dapat digunakan untuk menentukan volume penjualan untuk mencapai target laba. Di dalam analisis target laba dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu metode persamaan dan metode margin kontribusi.

a. Metode Persamaan

Dalam metode persamaan analisis perencanaan laba dapat dilakukan dengan cara:

Penjualan = Biaya Variabel + Biaya Tetap + Laba b. Metode Margin Kontribusi

Dalam metode margin kontribusi analisis perencanaan laba dapat dilakukan dengan cara:

Untuk mencapai target laba

Dalam penelitian ini untuk menentukan perencanaan laba perusahaan menggunakan metode margin kontribusi karena dalam perhitungan rumus break even point atau biaya – volume – laba menggunakan metode margin kontribusi.

5. Klasifikasi Biaya dalam Analisis Break Even Point (BEP)

a. Pengertian Biaya

Biaya (cost) merupakan sejumlah nilai yang dikorbankan untuk memperoleh barang dan jasa , dimana pengorbanan tersebut diukur dengan kurangnya harta dan bertambahnya kewajiban dalam satuan rupiah, guna melaksanakan suatu proses produksi.

Menurut(Samryn LM, 2015), biaya (cost) adalah pengeluaran atau nilai pengorbanan untuk memperoleh barang atau jasa yang berguna untuk masa yang akan datang, atau mempunyai manfaat melebihi satu periode akuntansi.

Menurut (Dkk, 2015) yang dimaksud dengan biaya dan beban adalah “pengeluaran yang diukur dalam moneter yang telah dikeluarkan atau potensial akan dikeluarkan untuk memperoleh dan mencapai tujuan tertentu. Sebaliknya beban adalah pengeluaran yang telah digunakan untuk menghasilkan prestasi”.

Dapat disimpulkan bahwa biaya adalah pengeluaran yang ditanggung oleh suatu perusahaan untuk memperoleh barang dan jasa serta untuk mencapai tujuan yang berguna untuk masa yang akan datang dalam suatu periode akuntansi.

b. Jenis-Jenis Biaya

Dalam analisis ini, hanya digunakan dua macam biaya, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Artinya mengelompokkan biaya tetap disuatu sisi dan mengelompokkan biaya variabel disisi lain. Dalam hal ini secara umum untuk memisahkan kedua biaya ini relatif sulit karena ada biaya yang tergolong semu variabel dan tetap. Untuk memisahkan biaya ini dapat dilakukan melalui dua pendekatan sebagai berikut:

1. Pendekatan Analitis, yaitu kita harus meneliti setiap jenis dan unsur biaya yang terkandung satu per satu dari biaya yang ada beserta sifat-sifat biaya tersebut.

2. Pendekatan Historis. Dalam hal ini yang harus dilakukan adalah memisahkan biaya tetap dan biaya variabel berdasarkan angka-angka dan data biaya masa lampau.

Dalam penelitian ini untuk menentukan jenis biaya perusahaan menggunakan pendekatan analitis, dimana penulis akan meneliti satu per satu biaya dan membaginya menjadi dua bagian yaitu biaya tetap dan biaya variabel.

a. Biaya tetap

Biaya tetap merupakan biaya yang secara total tidak mengalami perubahan, walaupun ada perubahan volume produksi atau penjualan (dalam batas tertentu). Artinya kita menganggap biaya tetap konstan sampai kapasitas tertentu saja, biasanya kapasitas produksi yang dimiliki.

b. Biaya Variabel

Biaya Variabel merupakan yang secara total berubah ubah sesuai dengan perubahan volume produksi dan penjualan. Dalam hal ini sulit terjadi dalam praktiknya karena dalam penjualan jumlah besar akan ada potongan-potongan tertentu, baik yang diterima maupun yang diberikan perusahaan.

6. Perubahan-Perubahan dalam Analisis Break Even Point (BEP)

Salah satu aspek yang penting dalam analisis break even bahwa adanya perubahan dalam satu faktor atau lebih yang mempengaruhi analisa, dapat diadakan penilaian atau evaluasi. Faktor-Faktor yang dapat berubah dalam hubungan dengan analisis break even antara lain biaya tetap, biaya variabel, harga jual maupun komposisi penjualan (sales mix) a. Perubahan Biaya Tetap

Perubahan jumlah biaya tetap akan mengakibatkan perubahan jumlah biaya secara keseluruhan pada berbagai tingkat penjualan akan berubah ubah, dengan perubahan jumlah biaya maka besarnya penjualan pada tingkat break even akan berubah pula.

b. Kenaikan Biaya Variabel

Dengan adanya kenaikan biaya variabel maka jumlah biaya juga akan berubah begitu juga besarnya penjualan pada tingkat break

even juga akan berubah.

c. Perubahan Komposisi Penjualan

Apabila perusahaan memproduksi atau menjual lebih dari satu macam barang, maka analisa break even dapat pula diterapkan untuk ke seluruh barang yang diproduksi dan dijual oleh perusahaan

tersebut. Untuk maksud maka komposisi (perbandingan) antara barang-barang tersebut tetap sama baik dalam komposisi produksinya maupun penjualannya (product-mix dan sales-mix). Jadi , apabila komposisinya berubah maka break evennya secara total akan berubah.

7. Kelemahan Analisis Break Even point (BEP)

Dalam pemakaian analisis ini kita harus menyadari keterbatasan yang dikandung model ini. Kelemahan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Asumsi yang menyebutkan harga jual konstan padahal kenyataannya harga ini kadang-kadang harus berubah sesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran di pasar. Untuk menutupi kelemahan itu, maka harus dibuat analisis sensitivitas untuk harga jual berbeda. b. Asumsi terhadap cost

Pengelompokan biaya tetap dan biaya variabel juga mengandung kelemahan. Dalam keadaan tertentu untuk memenuhi volume penjualan biaya tetap tidak bisa tidak harus berubah karena pembelian mesin-mesin atau peralatan lainnya. Demikian juga perhitungan biaya variabel per unit juga akan dapat dipengaruhi perubahan ini.

c. Jenis barang yang dijual selalu satu jenis

d. Biaya tetap juga tidak selalu tetap pada berbagai kapasitas

e. Biaya variabel juga tidak selalu berubah sejajar dengan perubahan volume.

Dokumen terkait