• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Cinta Tanah Air sebagai Tujuan Pendidikan Islam perspektif Ath-Thahthawi

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi data

1. Konsep Cinta Tanah Air sebagai Tujuan Pendidikan Islam perspektif Ath-Thahthawi

Demikianlah pada bab dua penulis menjelaskan beberapa penjelasan tentang tujuan pendidikan baik secara pendidikan secara umum ataupun pendidikan Islam menurut beberapa ahli, menurut kajian teori pada bab dua penulis menguraikan tentang tujuan dari pada pendidikan dan pendidikan Islam. Secara garis besar, tujuan dari pada pendidikan adalah untuk membentuk pribadi, moral, karakter dan akhlak anak didik agar mereka dapat menjalani kehidupan dengan berdasar pada tata nilai yang ada. Selain itu, tujuan dari pada pendidikan yaitu untuk menanamkan sikap cinta terhadap tanah airnya berdasar pada agama dan ajaran-ajaran yang dibawanya karena hal tersebut dapat mengajarkan manusia kepada nilai-nilai dan akhlak yang mulia. Dalam penelitian terhadap pemikiran Ath-Thahthawi ini, penulis menemukan beberapa hal yang terkait dengan pemikiran beliau mengenai

“cinta tanah air” diantaranya: landasan yang menopang pemikiran cinta tanah airnya, karakteristik seseorang yang memiliki sikap cinta tanah air dan sikap yang harus dimiliki seseorang yang mencintai tanah airnya. Berikut pemaparan penulis mengenai hal-hal yang terkait dengan pemikiran cinta tanah air Ath-Thahthawi.

Sebagaimana diketahui bahwasannya Setiap bangsa mengharapkan bangsanya menjadi suatu bangsa yang berperadaban, bukan menjadi bangsa yang biadab. Menurut Ath-Thahthawi sebuah peradaban dapat terwujud apabila bangsa itu memiliki semangat cinta tanah air. Sebagaimana disebutkan Imarah:

ِ ِبُح ْنَع َاِ ُأَشْنَ ت َا ِنَطَولِل ِنُدَمَتلا ُةَداَرِ َو

Dan keinginan terjadinya sebuah peradaban pada negara tidak akan berkembang kecuali dengan kecintaannya.

15

Muhammad Imarah, Al-A’mal Al-Kamilah Li Rifa’ah Rafi’ Ath-Thahthawi, (Riyadh: Silsilah at-Turats, 2010), j. 1, h. 311

Pemikiran tersebut tidak semata-mata tercipta dengan begitu saja, tanpa adanya sebuah dasar pemikiran yang menjadi awal mula bagaimana pemikiran tersebut dapat muncul dan kemudian dapat direalisasikan. Sebuah pemikiran pun tidak akan kokoh jika tidak adanya sebuah landasan yang dapat menopangnya.

Dengan demikian sebuah pemikiran yang tidak mempunyai landasan yang kuat, akan menjadikan pemikiran tersebut rapuh. Ketika buah dari pemikiran itu tergapai dan kemudian teraplikasikan di dalam menjalani kehidupan, maka orang yang mempunyai pemikiran pun akan dikenal di mata publik karena hasil dari pemikirannya dapat membawa kehidupan menjadi lebih baik.

Dan berkaitan dengan pemikiran tersebut, beliau mempunyai pemikiran dengan landasan-landasan yang jelas. Untuk pemikiran cinta tanah air ini, menurut Ath-Thahthawi hal ini berlandaskan pada:

1. Perkataan Umar bin Khathab yang berbunyi:

ُرِمَأ َلاَق

باَطَخا نِب رَمُع َِْْنِمْؤُمْلا

:

َناَطوَأا ُبُِ َد َاِبلا ُها َرَمَع

Umar bin Al-Khathab berkata, “Allah memakmurkan suatu negara dengan

kecintaan penduduknya pada tanah airnya”.

2. Perkataan Ali bin Abi Thalib yang berbunyi:

ىِلَع َلاَقَو

:

ِ ِدَلَ ب ِِ ُ ُقْزِر َنوُكَي نَأ ِءْرَمْلا ُةَداَعَس

Ali bin Abi Thalib berkata, “Kebahagiaan seseorang adalah mendapatkan

rezeki di negerinya sendiri”.

3. Perkataan al-‘Asma’i

يِعَمْصأا َلاَقَو

:

ِ ِق َاْخَأ َمِراَكَمَو ِ ِدْهَع َنْسُحَو ِلُجَرلا َءاَفَو َفِرْعَ ت ْنَأ َتْدَرَا اَذِ

ِ ِناَوْخِ ََِ ِ ِقْوَشَو ِ ِناَطْوَِأ ِ ِنْيِنَح ََِ ْرُ ْناَف ِ ِدِلْوَم َةَراَهَطَو

.

16 Imarah, Opcit., h. 311 17 Imarah, Opcit., h. 311 18 Imarah, Opcit., h. 311

Al- Ashma’i (740-831 M) berkata, “Jika engkau ingin mengetahui

kepercayaan seorang laki-laki, kemuliaan akhlaknya, keturunan yang baik, maka lihatlah kecintaannya terhadap tanah airnya dan kerinduannya kepada saudara-saudaranya”.

Dari keempat poin di atas mengenai landasan cinta tanah air tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa memiliki sikap cinta terhadap tanah air merupakan salah satu bentuk ibadah kepada Allah swt yang ditujukan untuk bangsanya, sehingga Allah swt pun akan memakmurkan negeri yang apabila penduduknya mencintai negerinya. Merupakan sebuah kebanggaan dan penghargaan tersendiri bagi sebuah negara apabila penduduknya dapat memenuhi kehidupannya atas rizki yang mereka dapatkan dari dirinya (negara). Selain itu, orang yang memiliki cinta tanah air dianggap bahwa ia merupakan orang yang dapat dipercaya, berakhlak mulia, bersih keturunannya. Karena dengan memiliki sikap cinta tanah air, seseorang akan rela berkorban dengan seluruh jiwa dan raganya untuk mempertahankan negaranya dan membangun negaranya dengan segenap jiwanya.

Sebenarnya, tidak menjamin ketika seseorang telah mempunyai sikap cinta tanah air akan mempunyai sifat seperti yang telah dijelaskan di atas. Namun, mungkin hal tersebut menunjukkan bahwasannya memiliki sikap cinta tanah air itu memang penting.

Landasan-landasan tersebut menjadi pondasi pemikiran Ath-Thahthawi mengenai cinta tanah air yang ditujukan untuk tanah air yang memiliki kesamaan akidah dan keyakinan dengan tanah airnya.

Sebagai seorang yang berkependudukan di Mesir, beliau menspesifikkan tanah airnya menjadi tanah air yang mana tanah air tersebut merupakan tempat dimana ia dilahirkan bukan tanah air yang memiliki kesamaan akidah dan keyakinan dengan tanah airnya. Oleh karena itu, beliau memperkuat pondasi pemikiran mengenai cinta tanah air yang mana tanah air di sini dimaksudkan untuk negerinya yaitu Mesir.

Ath-Thahthawi selalu menekankan penduduk Mesir untuk senantiasa mencintai tanah airnya. Karena berdasarkan bukti rasional yang logis yang dapat mengantarkan mereka agar mencintai tanah airnya, selain itu,

Ath-Thahthawi juga mempunyai landasan-landasan dasar Islam dan tradisi Islam, yang mana hal itu dapat menguatkan argument Ath-Thahthawi yang menekankan bahwa memiliki rasa cinta tanah air itu wajib bagi seluruh penduduk Mesir.

Di antara landasan pemikiran mengenai cinta tanah air untuk penduduk Mesir, Ath-Thahthawi menyebutkan keunggulan-kunggulan dari pada Mesir agar tumbuhnya rasa bangga dalam diri mereka terhadap tanah airnya. Berikut alasan yang dijadikan sebagai landasan penguat bagi pemikiran Ath-Thahthawi mengenai cinta tanah air yang ditujukan untuk Mesir.

a. Perkataan Abdullah bin Umar yang berbunyi:

رْصِم ُلْ َأ رَمُع نب ها ُدبَع َلاَقو

،اًرُصْنُع مُهُلَضْفَأَو ،اًدَي مُهُحََْْأَو ،مِجاَعَأا ُمَرْكَأ

اًَْْر مُهُ بَرْ قَأَو

ًةَصاَخ ٍشْيَرُقِبَو ،ًةَماَع ِبَرَعْلاِب

.

Abdullah bin Umar berkata, “Penduduk Mesir adalah orang-orang

a’jam paling mulia, paling dermawan (murah hati), yang terbaik

keturunannya, dan paling dekat kerabatnya dengan orang Arab secara umum

dan orang Quraisy secara khusus”.

b. Berdasarkan Hadits Nabi saw yang berbunyi:

َااَق ،ٍديِعَس ُنْب ِها ُدْيَ بُعَو ،ٍبْرَح ُنْب ُرْ يَ ُز َِِ َدَح

:

اَنَ َدَح ،ٍريِرَج ُنْب ُبْ َو اَنَ َدَح

ْنَع ،َةَرْصَب َِِأ ْنَع ،َةَساَِْ ِنْب ِنََْْرلا ِدْبَع ْنَع ُثِدَُ ،َيِرْصِمْلا َةَلَمْرَح ُتْعَِْ ، َِِأ

َلاَق ،ٍرَذ َِِأ

:

َمَلَسَو ِ ْيَلَع ُها ىَلَص ِها ُلوُسَر َلاَق

:

«

َيِ َو َرْصِم َنوُحَتْفَ تَس ْمُكَنِ

اًَِْرَو ًةَمِذ ْمَُُ َنِإَف ،اَهِلْ َأ ََِ اوُنِسْحَأَف اَ وُمُتْحَتَ ف اَذِإَف ،ُطاَرِقْلا اَهيِف ىَمَسُي ٌضْرَأ

»

ْوَأ

َلاَق

«

اَهْ نِم ْجُرْخاَف ،ٍةَنِبَل ِعِضْوَم ِِ اَهيِف ِناَمِصَتََْ َِْْلُجَر َتْيَأَر اَذِإَف ،اًرْهِصَو ًةَمِذ

»

َلاَق

:

ٍةَنِبَل ِعِضْوَم ِِ ِناَمِصَتََْ َةَعيِبَر ُ اَخَأَو ،َةَنَسَح ِنْب َليِبْحَرُش َنْب ِنََْْرلا َدْبَع ُتْيَأَرَ ف

اَهْ نِم ُتْجَرَخَف

“Telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb dan 'Ubaidullah bin

Sa'id keduanya berkata; Telah menceritakan kepada kami Wahb bin

19

Ibid., h, 318

20

Jarir; Telah menceritakan kepada kami Bapakku; Aku mendengar Harmalah Al Mishri bercerita dari 'Abdur Rahman bin Syimamah dari Abu Bashrah dari Abu Dzar dia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: 'Sesungguhnya kamu sekalian (kaum Muslimin) pasti akan dapat menaklukkan negeri Mesir, yaitu suatu wilayah yang terkadang dinamakan Al Qirath. Apabila kalian telah dapat menguasai negeri Mesir, maka berbuat baiklah kepada para penduduknya! Karena, bagaimanapun, mereka memiliki hak untuk dilindungi, sebagaimana kaum kafir dzimmi ataupun karena hubungan tali saudara (atau sebagai dzimmi dan hubungan keluarga dari jalur pernikahan). Apabila kalian melihat dua orang yang sedang bertikai di Mesir pada lokasi batu bata, maka keluarlah dari tempat itu!' Abu Dzar berkata; 'Ternyata saya melihat Abdurrahman bin Syurahbil bin Hasanah dan saudaranya yang laki-laki, yaitu Rabi'ah sedang bertengkar di tempat batu bata, maka saya pun keluar dan tempat

itu.'” (H.R Muslim)

c. Firman Allah swt yang berbunyi:

ٌمْيِلَع ٌظيِفَح ِِِ ِضْرَْأا ِنِئآَزَخ ىَلَع ِِْلَعْجا َلاَق

(

فسوي

:

55

)

“Berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir);

Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan".

(Q.S. Yusuf: 55)

d. Pernyataan tentang Mesir yang berbunyi:

ُءاَمَلُعلا َجَرَخ اَهْ نِمَو ،ِ ِثْيِدَحَو ِرْ َدلا ِِْْدَق نِم ِةَمْكِْْاَو ِمْلِعلا ُدَلَ ب َيِ َرْصِم َنِ

لَزَ ت َََْو ،مِهِعِئاَنَصَو مِِِْوُ نُ فَو مِهِتَمْكِحَو مِ ِْرِبْدَتِب اَيْ نُدلا َكِلاََِ اوُرَمَع َنْيِذلا ُءاَمَكُْاَو

ِةَجَرَد ِلْيِصْحَتِل ِراَطْقَأا ِرِئاَس نِم ِمْهَفلا ُباَحْصَأَو ِمْلِعلا ُةَبَلَط اَهْ يَل ُرْ يِسَي نآا ََِا

ِلاَمَكلا

.

Sesungguhnya Mesir merupakan negeri ilmu dan pengetahuan dari masa yang lalu sampai masa sekarang. Dan dari Mesir banyak para ahli ilmu dan ahli hikmah yang muncul yang memakmurkan penguasa dunia dengan aturan mereka, hikmah, seni dan karya mereka. Dan tidak berhenti sampai

21

sekarang mempermudah para penuntut ilmu dan ahli ilmu dari berbagai dunia untuk menghasilkan derajat kesempurnaan.

Dari empat poin yang telah dijelaskan di atas menunjukkan bahwasannya landasan pemikiran yang beliau kemukakan berawal dari sebuah rasa bangga yang amat terdalam akan keunggulan-keunggulan Mesir dalam sejarahnya, sehingga beliau berkeinginan untuk mempertahankan keunggulan itu dengan sumbangsih yang diberikan oleh penduduk Mesir sebagai rasa cinta untuk negerinya.

Dengan disebutkannya keunggulan-keunggulan atau keistimewaan-keistimewaan dari pada yang dimiliki oleh Mesir. Diharapkan kepada seluruh penduduk Mesir agar memiliki rasa bangga terhadap tanah airnya sehingga sikap cinta dan tanah air pun dapat tumbuh dengan sendirinya. Karena dengan sikap cinta tanah air tersebut keunggulan dari pada Mesir tidak akan pudar dan dapat terjaga hingga akhir masa.

Memiliki rasa cinta terhadap tanah air tidak hanya diperlukan saat menghadapi penjajah saja. Bangga menjadi anak bangsa pun sudah merupakan cermin dari cinta tanah air. Karena dari kebanggaan itulah dapat menumbuhkan rasa dimana kita harus mengaharumkan nama baik tanah air di mata dunia.

Setelah menyebutkan landasan-landasan yang menopang pemikiran dari cinta tanah air menurut Ath-Thahthawi. Penulis ingin menyebutkan bagaimana karakteristik dari pada orang yang memiliki sikap cinta tanah air. Berikut karakteristik dalam kitab Takhlis al-Ibriz fi Talhkisi Bariz.

َكِلاَنُ ُباَبَشلا اَ اَضَق َبِر َم مِهْيَلِ ُلاَجِرلا مُهَ ناَطْوَأ َبَبَحَو

َكِلَذِل اوُنُحَف اَهيِف اَبَصلا َدْوُهُع مَُُ ُترّكّذ مُهَ ناَطْوَأ ُترَكَذ اَذِ

ُ ُزِعَأ َِِأ َتْيَلآ ُنِطْوَم ََِو

اًكِل اَم َرْ َدلا ُ َل ىِْرَغ ىَرَأ َا ْنَأَو

Dan para pemuda mencintai tanah air mereka Karena di sana semua kebutuhan mereka terpenuhi

22

Ketika aku mengingat tanah air mereka maka aku mengingat mereka Saat masa kecil di sana aku ditimbang⁄disayang mereka

Dan aku pun mempunyai tanah air yang aku agungkan Dan tidak ada yang menjadikanku raja selain di tanah air itu

Dari beberapa syair di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang mencintai tanah air, sejauh mana pun ia melangkah, seberapa lama pun ia pergi meninggalkan tanah airnya, sebahagianya pun berada di negeri orang lain, tetap saja hati dan pikiran ia hanya teringat pada tanah airnya sendiri, tempat dimana ia dilahirkan. Karena di tanah air itulah segala kebutuhan ia terpenuhi dan tidak ada kebahagiaan selain tinggal di negeri sendiri.

اًداَنِع ٍءاَد ِلُكِب َِْتَمَرْدَق ٌةَدْلُ بَو

اًدَاِب ىِدَاِب تَناَك ىِلْ َِأ ُتْعَجَر ْوَلَو

Dan banyak negara yang telah membuangku

Dengan segala kesakitan

Walaupun aku kembali ke keluargaku dan keluargaku ada di negara lain Tetap saja aku teringat negaraku yang lalu

Pada sya’ir tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa seberapa pun

banyaknya negara yang dikunjungi, tetap saja tanah air selalu teringat di dalam hati. Seberapa pun banyaknya negara yang telah membuang kita, tetap saja teringat negara tempat dimana kita dilahirkan.

ىَوَُا َنِم َتْعَطَتْسا اَم َكَداَؤُ ف ُلْقَ ن

ِلَوّأا ِبْيِبَحلِل َاِ ُبُْا اَم

Sebisa mungkin jagalah hati kamu dari hawa nafsu Tidak ada cinta kecuali cinta yang pertama

23

Imarah. op. cit., h. 315 24

Pada sya’ir ini dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada cinta yang abadi kecuali cinta pertama. Maksud dari pada cinta di sini adalah cinta terhadap tanah airnya. Seberapa pun banyaknya tempat yang pernah disinggahi, hati hanya tertuju pada tanah air tercinta.

Dari beberapa sya’ir yang penulis paparkan di atas, dapat disimpulkan

bahwa karakteristik dari seseorang yang memiliki cinta tanah air adalah dimana pun ia berada, bagaimana pun keadaan ia, apa pun yang ia pikirkan, semuanya hanya tertuju pada tanah airnya. Karena begitu besarnya rasa cinta yang ditanamkan untuk tanah airnya, sehingga seluruh jiwa raganya hanya ditujukan untuk tanah airnya.

Selanjutnya penulis akan memaparkan sikap yang harus dimiliki oleh orang yang memilki sikap cinta terhadap tanah airnya. Dalam kitabnya al-Mursyid al-Amin li al-Banat wa al-Banin, Ath-Thahthawi menjelaskan sikap yang seperti apa saja yang harus dimiliki oleh orang yang cinta terhadap tanah airnya.

ِلْذَبِب ُ ُمِدََُْو ِ ِسْفَ ن ِعِفاَنَم ِعْيِمَِِ ُ َنَطَو يِدْفُ ي ِنَطَولا ِبُح ِِ ُصِلْخُمْلا َِِطَولاَف

ِ ِدَلَو ْنَع ُدِلاَولا ُعَفْدَي اَمَك ٍرُرَضِب ُ َل َضَرَعَ ت نَم َلُك ُ ْنَع ُعَفْدَيَو ِ ِحْوُرِب ِ ْيِدْفُ يَو ُكِلََْ اَم ِعْيََِ

رّشلا

.

Penduduk yang ikhlas dalam mencintai tanah air akan membela negaranya dengan seluruh manfaat dirinya, melayaninya dengan mengorbankan seluruh apa yang dimiliki, mempertaruhkan nyawanya, melindunginya dari segala sesuatu yang membahayakan sebagaimana perlindungan seorang ayah terhadap anaknya.

Dari pernyataan tersebut, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa sikap yang harus dimiliki oleh seorang warga negara sebagai bentuk rasa cinta terhadap tanah air yang dikemukakan Ath-Thahthawi adalah:

a. Membela negaranya dengan seluruh manfaat dirinya.

b. Melayaninya dengan mengorbankan seluruh apa yang dimiliki.

25Ath-Thahthawi, al-Mursyid al-Amin li al-Banat wa al-Banin, (Kairo:

c. Mempertaruhkan nyawanya.

d. Melindunginya dari segala sesuatu yang membahayakan sebagaimana perlindungan seorang ayah terhadap anaknya.

Setelah mengetahui sikap apa saja yang harus dimiliki oleh seorang yang cinta terhadap tanah airnya. Selanjutnya penulis akan memaparkan penjelasan dari setiap poinnya.

1. Membela negaranya dengan seluruh manfaat dirinya

Sebagai warga negara yang taat dan cinta terhadap tanah airnya, patutlah mempunyai kewajiban yang harus dilaksanakan salah satunya yaitu dengan bela negara. Adapun arti dari bela negara itu adalah upaya setiap warga negara untuk mempertahankan negerinya dari berbagai ancaman, baik yang berasal dari luar maupun dari dalam. Membela negara merupakan sebuah usaha warga negara untuk mewujudkan ketahanan nasional.

Mengerahkan seluruh jiwa raganya untuk membela negaranya atau tanah airnya selain hal tersebut merupakan kewajiban yang patut dilaksanakan oleh seorang warga negara, hal tersebut juga merupakan suatu perbuatan yang terpuji. Dengan membela negara, kewajiban sebagai warga negara pun telah gugur. Hal tersebut dilakukan bukan hanya untuk kepentingan negara itu sendiri, akan tetapi untuk kepentingan masyarakat juga untuk kepentingan diri.

2. Melayaninya dengan mengorbankan seluruh apa yang dimiliki

Selain kewajiban membela negara, sebagai warga negara yang baik harus ikut serta pula dalam melayani apa yang dibutuhkan oleh negara. Segala sesuatu yang dimiliki hendaknya dikorbankan untuk kepentingan negara. Dengan memiliki sikap rela berkorban, seorang warga negara akan mengorbankan segala sesuatu apapun termasuk dirinya hanya untuk kepentingan bangsanya.

3. Mempertaruhkan nyawanya

Pada saat tanah airnya mengalami gencatan dari berbagai pihak, sebagai seorang warga hendaknya sigap untuk menghadapinya. Permasalahan yang muncul dari faktor intern ataupun ekstern yang mengancam situasi dan kondisi tanah air hendaklah siap sedia untuk mengamankannya serta turut serta membantu menyelesaikan permasalahnannya. Saat semua itu terjadi, ia tidak mementingkan keselamatan ia sendiri akan tetapi mementingkan keselamatan dari tanah airnya. Bahkan orang yang telah tertanam di dalam dirinya rasa cinta terhadap tanah airnya, ia rela untuk mempertaruhkan nyawanya.

4. Melindunginya dari segala sesuatu yang membahayakan sebagaimana perlindungan seorang ayah terhadap anaknya

Betapapun banyaknya bahaya yang menimpa tanah airnya, seseorang yang memiliki cinta tanah air akan tetap setia melindunginya. Ath-Thahthawi membuat sebuah perumpamaan bahwasannya sebuah perlindungan yang dilakukan oleh seorang warga negara untuk tanah airnya sama halnya dengan perlindungan seorang ayah terhadap anaknya. Seorang warga negara melakukan hal apapun untuk melindungi tanah airnya, begitu juga dengan seorang ayah yang akan melakukan apapun untuk melindungi anaknya. Begitulah perumpamaan Ath-Thahthawi terkait kewajiban seorang warga negara untuk melindungi tanah airnya.

Selanjutnya, penulis akan memaparkan mengapa cinta tanah air ini dijadikan sebagai tujuan pendidikan Islam. Di awal pembahasan telah penulis paparkan bahwasannya suatu peradaban terjadi karena adanya rasa cinta tanah air. Oleh karena itu, menanamkan rasa cinta terhadap tanah air harus dijadikan sebagai tujuan pendidikan karena hal tersebut merupakan dasar yang kuat untuk mendorong orang dalam mendirikan suatu masyarakat yang mempunyai peradaban.

Pendidikan merupakan sarana untuk membentuk sebuah kepribadian ataupun karakter diri seseorang,sehingga nantinya diharapkan semua tujuan yang hendak dicapai dapat terwujud. Dengan melalui pendidikan tersebut, Ath-Thahthawi berharap bahwasannya seluruh masyarakat Mesir mempunyai rasa cinta terhadap tanah airnya sehingga peradaban Mesir akan terbentuk kembali dan dapat dipertahankan sepanjang masanya.

Melalui pemikiran mengenai konsep cinta tanah air inilah Ath-Thahthawi dikenal sebagai pembaharu. Maksud dari pembaharu di sini adalah beliau lebih menekankan pengertian dari tanah airnya. Karena pada masa itu pemahaman masyarakat terhadap tanah air masih global yaitu masih mengatasnamakan atau berdasarkan pada kesamaan akidah. Persaudaraan yang dikenal pada masa Ath-Thahthawi adalah persaudaraan keIslaman dan tanah air adalah seluruh wilayah Islam dan sejarah adalah sejarah Islam.

Jadi yang dimaksud dari tanah air menurut masyarakat Mesir masa itu adalah tanah air yang memiliki kesamaan akidah dengan mereka yaitu seluruh umat Islam yang ada di dunia. Kemudian, Ath-Thahthawi mengerucutkan pemahaman mengenai tanah air tersebut menjadi tanah air dimana seseorang dilahirkan. Hal itulah yang menjadi salah satu faktor Ath-Thahthawi dikenal sebagai pembaharu. Namun, sampai saat Ath-Thahthawi mengemukakan ide cinta tanah airnya tersebut, kaum muslim dalam bernegara dan bertanah air masih berlandaskan sentimen-sentimen keagamaan yang kuat dan tidak berlandaskan perasaan kebangsaan.

2. Relevansi pemikiran Cinta Tanah Air perspektif Ath-Thahthawi dengan