2.4 Perpustakaan Digital
2.4.1 Konsep dan Pengertian Perpustakaan Digital
Gagasan sebagai dasar konsep perpustakaan digital muncul pertama kali dari Vannevar Bush pada bulan Juli tahun 1945. Bush mengeluhkan penyimpanan informasi secara manual yang menghambat akses terhadap penelitian yang sudah dipublikasikan. Untuk itu, Bush mengajukan ide untuk membuat catatan dan perpustakaan pribadi (untuk buku, rekaman/dokumentasi, dan komunikasi) secara mekanis. Hingga dekade 1950-an dan 1960-an akses luas terhadap koleksi perpustakaan terus diupayakan oleh peneliti dan Pustakawan, walau teknologi yang ada belum cukup mendukung.
Berkembangnya teknologi Informasi dan Komunikasi dekade 1970-an membuka peluang yang luas untuk pengembangan perpustakaan digital. Pada tahun 1971 Michael Hart, pemuda AS, melontarkan mimpinya melalui Project Gutenberg untuk menyediakan karya-karya Shakespeare bagi umat manusia di dunia yang dapat diakses melalui internet. Karya-karya sastra yang diinput ke dalam komputer, sebagai cara untuk membuat karya-karya itu selalu tersedia sebagai bahan penelitian sastra. Para sukarelawan dalam proyek itu telah memasukkan ribuan teks dengan tujuan untuk memiliki public domain teks dalam bentuk format digital ASCII yang tersedia secara
online. Tujuan ini telah tercapai pada Desember 2003 (Lesk 2005).
Banyak ahli dan tokoh perpustakaan yang mengemukakan definisi perpustakaan digital. Namun penting dikemukakan di sini adalah berdasarkan International
Conference of Digital Library 2004, bahwa konsep perpustakaan digital adalah sebagai
perpustakaan elektronik yang informasinya didapat, disimpan, dan diperoleh kembali melalui format digital.
Perpustakaan digital merupakan kelompok workstations yang saling berkaitan dan terhubung dengan jaringan (networks) berkecepatan tinggi. Pustakawan menghadapi
melakukan temu kembali, dan mereproduksi informasi tidak hanya dalam bentuk teks tapi juga nonteks.
Limb (2004) mengatakan bahwa tidak ada formula/rumus umum yang menjamin suksesnya suatu perpustakaan digital. Masing-masing proyek perpustakaan digital memiliki parameter tersendiri. Dalam menerapkan strategi dan tujuan, perpustakaan memiliki sumber pendanaan yang terbatas tetapi memiliki kemampuan dan pengalaman digital yang substansial dan terus berkembang, sehingga perpustakaan menuntut pentingnya digitalisasi. Selanjutnya Limb berpendapat bahwa perpustakaan memiliki 2 tanggungjawab utama dalam zaman digital:
1 Menjalankan fungsi sehari-harinya untuk memuaskan user dengan menye-diakan informasi yang cepat dan tepat.
2 Mengaplikasikan dan memonitor teknologi yang relevan yang dapat membantu menginformasikan tugas-tugas perpustakaan.
Untuk melakukan hal tersebut di atas, perpustakaan melibatkan diri dalam digitalisasi selain meningkatkan reputasinya melalui berbagai aktivitas seperti kegiatan di bidang pendidikan, penyuluhan, organisasi hingga kemasyarakatan serta kemampuan dalam memahami sumber-sumber informasi untuk perpustakaan. Hal ini penting karena Perpustakaan tidak hanya mengumpulkan informasi tetapi juga menghasilkan informasi dengan bentuk yang baru.
Jan Olsen (Kepala Perpustakaan Albert R. Mann Cornell University) mengatakan bahwa mahasiswa duduk di rumah dan mengakses informasi elektronik melalui suatu gateway yang menyediakan entry point ke sumber digital yang dapat dicari dimana saja di seluruh dunia, tapi disajikan sebagai koleksi kohesif pada desktop. Federasi perpustakaan digital (Digital Library Federation) berpendapat bahwa perpustakaan digital adalah organisasi yang menyediakan sumber termasuk staf spesialis untuk menyeleksi, menyusun, menyediakan akses intelektual untuk menginterpretasi, mendistribusikan, memelihara integritas, dan menjamin kelangsungan koleksi karya digital sehingga selalu siap dan secara ekonomi tersedia untuk digunakan oleh suatu komunitas. Selain itu, Greenstein mengatakan bahwa pelayanan perpustakaan digital bukan hanya akses dan penggunaan informasi tapi juga mendukung serangkaian administratif, bisnis dan fungsi kuratorial yang diperlukan perpustakaan untuk mengelola, menjalankan, memonitor kerjasama dan menjamin penggunaan koleksi secara fair apakah dalam format digital atau non digital (Barnes 2004).
Sharon and Frank dalam Barnes (2004) menggolongkan perpustakaan digital dalam 3 kategori :
1 Stand Alone Digital Library (SDL), adalah perpustakaan tradisional yang sudah fully computerized, mengelola koleksi dengan memindai atau mengkonversi ke koleksi
digital, dimana koleksinya bersifat lokal dan terpusat, contoh Library of Congress. 2 Federatif Digital Library (FDL), federasi beberapa perpustakaan SDL dalam satu
jaringan, yang dikelola dengan kesamaan minat user dimana memiliki metadata yang heterogen misalnya Networked Digital Library of Theses and Dissertation dan
The National Engineering Education Delivery System.
3 Harvested Digital Library (HDL) adalah perpustakaan maya yang menyediakan
akses ringkas ke sumber informasi yang tersebar di seluruh jaringan. Dengan hanya mengelola metadata dan melakukan klik, HDL dapat mengakses ke seluruh jaringan. Koleksi yang dimiliki oleh berbagai sumber perpustakaan, dikonversi menjadi ringkasan sesuai definisi spesialis informasi (information specialits) sehingga berbentuk ringkasan (summary). HDL digital memiliki sifat seperti perpustakaan biasa, namun memiliki kekayaan jasa dan kontrol yang berkualitas tinggi yang dilakukan informasi spesialis yang juga bertanggung jawab terhadap pembuatan anotasi koleksi. Contohnya The Internet Public Library dan www.virtual.library.
Witten (2003) menggambarkan perpustakaan digital sebagai: A focused
collection of digital objects, including texts, video, and audio, along with methods for access and retrieval, and selection, organization, and maintenance of the collection .
Pengertian tersebut menggambarkan 3 kriteria perpustakaan digital, yaitu:
• Sesuatu yang terfokus pada obyek digital, termasuk teks, video, dan audio.
• Disertai metode untuk akses dan temu kembali.
• Alat untuk pemilihan, organisasi dan perawatan koleksi.
Lesk (2005) mengemukakan pandangannya bahwa perpustakaan digital adalah
a collection of information that is both digitized and organized . Bahwa perpustakaan
digital berfokus pada koleksi informasi yang terdigitalkan dan terorganisir, memberikan kemampuan luar biasa yang tidak pernah kita dapatkan dengan perpustakaan tradisional.
Sebagai konsekuensi adanya percepatan evolusi pada ICT, maka perpustakaan tradisional memerlukan kreasi baru untuk penyebaran dan akses sumber informasi dalam bentuk digital melalui jaringan komputer. Hal ini merupakan tantangan besar
berdasarkan sistem berbasis jaringan komputer untuk pengadaan, penyimpanan, pengolahan, pencarian kembali, serta penyebarannya dalam format digital kepada pencari informasi.
Perpustakaan digital mengandung pengertian yang sama dengan electronic
library dan virtual library. Perpustakaan digital yaitu suatu bentuk perpustakaan yang
menyimpan data baik dalam bentuk tulisan (buku), gambar, maupun suara, dalam bentuk file elektronik yang juga didistribusikan secara elektronik melalui jaringan komputer (internet). Karena itu perpustakaan digital dapat didefinisikan sebagai perpustakaan yang semua bahan kepustakaannya, baik naskah (teks), maupun ilustrasi lain disediakan dalam format digital yang tersimpan di dalam suatu server, sehingga dapat dibaca oleh siapa saja tanpa batas-batas ras, golongan, ruang dan waktu melalui internet, menggunakan komputer. Berdasarkan beberapa definisi di atas terdapat ciri perpustakaan digital sebagai berikut:
1 Perpustakaan digital mencakup koleksi-koleksi yang diciptakan ataupun diproduksi, dikelola, dipreservasi, dapat diakses dari lokasi yang tersebar, namun seakan-akan merupakan satu entitas (entity) tunggal.
2 Teknologi informasi dan komunikasi sangat diperlukan untuk menghubungkan sumber-sumber tersebar.
3 Perpustakaan digital transparan bagi semua pemakai (end-user). 4 User perpustakaan digital bersifat universal .
5 Akses informasi dapat dilakukan secara langsung ke sumber digital itu sendiri, bukan hanya melalui wakil dokumen (document surrogates).
Perpustakaan digital tidak semata-mata hanya penggunaan perangkat komputer di perpustakaan, melainkan upaya untuk menjawab kebutuhan terhadap informasi sehingga melibatkan beberapa aspek seperti: manajemen data/dokumen, information
retrieval, sistem informasi, penggunaan web, preservasi, interaksi manusia dan
komputer serta hal-hal lain yang mengarah pada kemudahan pengelolaan dan penggunaan informasi. Karena sifatnya yang multidisipliner, perpustakaan digital dipahami oleh masing-masing orang dari sudut pandang yang berbeda. Sesungguhnya titik akhir dari semua proses digital adalah bahwa setiap user menginginkan ”a One-stop