• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Board Diversity

Menurut Amar et al. (2009) board diversity dapat berasal dari dua bentuk, yakni: keragaman demografis yang meliputi keragaman gender, negara dan jabatan direktur, dan keragaman status yang meliputi independensi, status kepemimpinan, dan kepemilikan. Board diversity memungkinkan peningkatan pemahaman yang lebih baik terhadap posisi pasar perusahaan, kenaikan kreativitas dan inovasi serta pemecahan masalah yang lebih efektif (Carter et al., 2003). Pada sisi lain board diversity juga memungkinkan terjadinya free riders (Uwuigbe et al., 2011) dan berpotensi menimbulkan masalah dalam komunikasi dan koordinasi dalam dewan komisaris, serta menurunnya kemampuan dewan pengelolaan dalam merumuskan kebijakan strategis seperti tanggung jawab sosial (Handajani, 2014).

Robinson and Dechant (1997) dalam Carter et al., 2003 memberikan bukti empiris yang berkaitan dengan keberagaman dewan yaitu keberagaman dewan memberi pemahaman yang lebih baik kepada pasar, dimana terdapat heterogenitas dari demografi supplier dan konsumen; keberagaman dewan meningkatkan kreatifitas dan inovasi; keberagaman dewan menghasilkan alternatif pemecahan masalah yang efektif; keberagaman dewan meningkatkan efektifitas dari kepemimpinan perusahaan; keberagaman dewan meningkatkan hubungan secara global. Dalam penelitian ini keberagaman pengurus diukur dengan jenis kelamin, latar belakang pendidikan, dan dualitas.

Portofolio Investasi

Portofolio merupakan konsep pemilik dana yang melakukan investasi lebih dari satu jenis investasi. Jenis investasi yang dapat dilakukan DPPK menurut PMK 199/2008 antara lain: Surat Berharga Negara (SBN), tabungan, deposito berjangka, sertifikat deposito, deposito on call, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), saham, obligasi, sukuk, reksa dana, efek beragun aset, unit penyertaan dana investasi real estat, kontrak opsi saham, penempatan langsung saham, tanah, bangunan, serta tanah dan bangunan. Berkaitan dengan batasan-batasan untuk setiap investasi diatur oleh OJK detail dapat dilihat di Lampiran 1.

7

Menurut Hartono (2014) investasi tidak luput dari return dan risiko, keduanya tidak dapat terpisahkan dan mempunyai hubungan yang positif, semakin besar risiko yang ditanggung, semakin besar return yang harus dikompensasikan.

Selanjutnya Hartono (2014) juga menyampaikan bahwa jenis-jenis investasi berikut ini memiliki tingkat risiko yang berbeda-beda seperti dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Jenis Investasi dan Tingkat Risiko No. Jenis Investasi Tingkat

Risiko

No. Jenis Investasi Tingkat Risiko

1. SBI Rendah 6. Reksadana

Pendapatan Tetap

Rendah

2. Deposito Rendah 7. Reksadana Campuran Tinggi

3. SBN Rendah 8. Reksadana Saham Tinggi

4. Obligasi Rendah 9. Saham Tinggi

5. Kontrak Opsi Saham

Tinggi

Sumber: Hartono 2014: 275

Berdasarkan Tabel 1 ada lima jenis investasi yang memiliki risiko rendah dan empat jenis investasi berisiko tinggi. Deposito merupakan jenis investasi yang aman dengan risiko rendah walaupun juga memberikan return yang rendah pula.

Sedangkan saham memiliki risiko yang tinggi dan memberikan return yang tinggi pula. Reksadana pendapatan tetap memberikan return yang rendah dan tidak banyak memberikan manfaat penurunan risiko, karena return dan risikonya di bawah risiko SBN (Hartono, 2014).

Perumusan Hipotesis Jenis Kelamin

Menurut Vitayala (2010), gender adalah suatu konsep yang menunjuk pada suatu sistem peranan dan hubungannya antara perempuan dan lelaki yang tidak ditentukan oleh perbedaan biologi, akan tetapi ditentukan oleh lingkungan sosial, politik, dan ekonomi. Hungu (2007) mengatakan jenis kelamin merupakan

8

perbedaan antara perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir. Berdasarkan penelitian Kusumastuti et al. (2007) wanita memiliki sikap kehati-hatian yang sangat tinggi, cenderung menghindari risiko, dan lebih teliti dibandingkan pria. Selanjutnya menurut Atahau dan Supatmi (2011) menyatakan bahwa pengurus perempuan cenderung menghindari risiko dalam berinvestasi.

Berdasarkan pernyataan dari ketiga penelitian tersebut bahwa dewan direksi atau pengurus yang berjenis kelamin perempuan akan lebih memilih instrumen investasi yang berisiko rendah seperti deposito. Hal tersebut dikarenakan perempuan cenderung menghindari risiko dan memiliki sikap kehati-hatian. Sedangkan laki-laki cenderung tidak teliti dibandingkan wanita. Dalam penelitian ini akan memproxikan gender dengan jenis kelamin yaitu memisahkan antara pria dan wanita. Penelitian Carter et al. (2003) diketemukan bahwa ada hubungan positif antara fraksi wanita dan minoritas di dewan direksi dengan nilai perusahaan. Darmadi (2011) menemukan bahwa kinerja akuntansi dan kinerja pasar memiliki hubungan negatif terhadap keragaman gender.

Selanjutnya penelitian Atahau dan Supatmi (2011) menemukan bahwa semakin banyak pengurus wanita maka kinerja keuangan semakin rendah.

Penelitian Vania dan Supatmi (2014) juga menunjukan bahwa semakin banyak dewan direksi berjenis kelamin wanita maka nilai perusahaan semakin rendah.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1 Makin banyak pengurus wanita maka makin sedikit portofolio investasi yang berisiko tinggi.

Latar Belakang Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

Menurut Tirtarahardja dan Sulo (2005), pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar untuk bekerja. Penelitian Kusumastuti et al. (2007) menyatakan latar belakang pendidikan bukan menjadi suatu keharusan bagi seseorang yang akan masuk dunia bisnis untuk berpendidikan bisnis, tetapi akan lebih baik jika anggota dewan memiliki latar belakang pendidikan bisnis dan ekonomi. Menurut Atahau dan Supatmi (2011) bahwa kehadiran pengurus dengan sarjana dari latar belakang ekonomi yang lebih bermanfaat karena kebanyakan

9

dari keputusan yang dibuat terkait dengan investasi, seperti alokasi aset dan pemilihan portofolio. Indreswari (2013) menyatakan bahwa latar belakang pendidikan sangat penting dalam menjalankan perusahaan, dengan pendidikan yang baik maka dianggap lebih mampu mengelola bisnis dan mengambil keputusan.

Berdasarkan konsep di atas pengurus memiliki latar belakang pendidikan ekonomi dan bisnis akan lebih mampu mengelola bisnis dan mengambil keputusan terutama keputusan terkait dengan investasi seperti alokasi aset dan pemilihan portofolio. Dengan demikian semakin banyak pengurus yang memiliki latar belakang pendidikan ekonomi dan bisnis dimungkinkan juga semakin banyak portofolio investasi yang berisiko tinggi. Selanjutnya penelitian Atahau dan Supatmi (2011) menyatakan bahwa keberagaman pengurus yang memiliki latar belakang pendidikan ekonomi mempengaruhi kinerja keuangan DPPK.

Sedangkan penelitian Indreswari (2013) menunjukan bahwa latar belakang pendidikan berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2 Makin banyak pengurus berlatar belakang pendidikan ekonomi dan bisnis maka makin banyak portofolio investasi yang berisiko tinggi.

Dualitas

Menurut Atahau dan Supatmi (2011), dualitas pengurus adalah duplikasi pekerjaan dalam lebih dari satu dana pensiun. Seorang pengurus yang melayani lebih dari satu dana pensiun dianggap lebih mampu dalam melakukan pekerjaannya karena kompetensinya dan pemahaman yang lebih luas dari operasi dana pensiun.

Berdasarkan konsep di atas pengurus yang bekerja di lebih dari satu dana pensiun akan memilih investasi berisiko tinggi karena pengurus memiliki pengalaman dan pengetahuan yang lebih dibandingkan dengan pengurus yang bekerja pada satu dana pensiun. Berdasarkan penelitian Atahau dan Supatmi (2011) menyatakan bahwa dualitas pengurus mempengaruhi secara simultan kinerja keuangan DPPK. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

10

H3 Makin banyak dualitas pengurus maka semakin banyak portofolio investasi yang berisiko tinggi.

Dokumen terkait