• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

Dalam dokumen LAPORAN PENDAHULUAN (Halaman 29-46)

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATANKONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

I.

I. PENGKAJIANPENGKAJIAN

Pengumpulan data klien yang mengalami gangguan musculoskeletal karena Pengumpulan data klien yang mengalami gangguan musculoskeletal karena fraktur vertebra, baik subjektif maupun objektif bergantung pada bentuk, fraktur vertebra, baik subjektif maupun objektif bergantung pada bentuk, lokasi, jenis cedera dan adanya komplikasi pada organ vital lainnya. lokasi, jenis cedera dan adanya komplikasi pada organ vital lainnya. Pengkajian keperawa

Pengkajian keperawatan fraktur tan fraktur vertebra meliputi anamnesis riwayat penyakit,vertebra meliputi anamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostic dan

pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostic dan pengkajian psikososial.pengkajian psikososial.

--

AnamnesisAnamnesis

terdiri dari : terdiri dari :

Identitas kllien, meliputi nama, usia, jenis kelamin,pendidikan, alamt,Identitas kllien, meliputi nama, usia, jenis kelamin,pendidikan, alamt, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit dll.

dll.

Riwayat kesehatan meliputi :Riwayat kesehatan meliputi : 1.

1. Keluhan utama, klien yang mengalami fraktur vertebra biasanyaKeluhan utama, klien yang mengalami fraktur vertebra biasanya mengeluh nyeri, kelemahan, dan kelumpuhan ekstrimitas, mengeluh nyeri, kelemahan, dan kelumpuhan ekstrimitas, inkontinensia urine, dan inkontinensia alvi, nyeri tekan otot, inkontinensia urine, dan inkontinensia alvi, nyeri tekan otot, hiperestesia tepat di atas daerah trauma, dan deformitas pada hiperestesia tepat di atas daerah trauma, dan deformitas pada daerah trauma. Untuk memperoleh pengkajian nyeri digunakan daerah trauma. Untuk memperoleh pengkajian nyeri digunakan pengkajian PQRST yaitu :

pengkajian PQRST yaitu : P

P (provocating (provocating incident) incident) : : faktor-faktor faktor-faktor yang yang menjadimenjadi presipitasi nyeri

presipitasi nyeri Q

Q (quality (quality of of pain) pain) : : seperti seperti apa apa nyeri nyeri yang yang dirasakandirasakan R

R (region, (region, radiation, radiation, relief) relief) : apaka: apakah rasa h rasa sakit bisa sakit bisa reda, reda, apakahapakah rasa sakit

rasa sakit

menjalar atau menyebar, dan di menjalar atau menyebar, dan di mana rasa sakit terjadi.

mana rasa sakit terjadi. S

S (severity (severity of of pain) pain) : : beratnya beratnya nyeri nyeri diukur diukur dengandengan menggunakan

menggunakan skala.

T

T (time) (time) : : berapa berapa lam lam nyeri nyeri berlangsungberlangsung,, kapan, apakah bertambah buruk pada kapan, apakah bertambah buruk pada malam atau siang hari.

malam atau siang hari. 2.

2. Riwayat penyakit sekarangRiwayat penyakit sekarang Kaji adanya riwayat trauma

Kaji adanya riwayat trauma tulang belakang akibat kecelakaan lalutulang belakang akibat kecelakaan lalu lintas, kecelakaan olahraga, kecelakaan industry, jatuh dari pohon lintas, kecelakaan olahraga, kecelakaan industry, jatuh dari pohon atau bangunan, luka tusuk, luka tembak, trauma karena tali atau bangunan, luka tusuk, luka tembak, trauma karena tali pengaman (fraktur chance), dan kejatuhan

pengaman (fraktur chance), dan kejatuhan benda keras. Pengkajianbenda keras. Pengkajian yang didapat meliputi hilangnya sensibilitas, paralisis (dimulai yang didapat meliputi hilangnya sensibilitas, paralisis (dimulai daridari paralisis layu disertai hilangnya sensibilitas secara total dan paralisis layu disertai hilangnya sensibilitas secara total dan melemah/menghilangnya reflex alat dalam) ileus paralitik, retensi melemah/menghilangnya reflex alat dalam) ileus paralitik, retensi urin dan hilangnya refleks-refleks. Perawat juga perlu menanyakan urin dan hilangnya refleks-refleks. Perawat juga perlu menanyakan masalah penggunaan obat-obatan adiktif dan penggunaan alcohol masalah penggunaan obat-obatan adiktif dan penggunaan alcohol kepada

kepada klien daklien dan keluarga n keluarga karena skarena sering terjadi ering terjadi beberapa beberapa klienklien yang suka kebut-kebutan menggunakan obat-obatan adiktif dan yang suka kebut-kebutan menggunakan obat-obatan adiktif dan alcohol.

alcohol. 3.

3. Riwayat penyakit dahuluRiwayat penyakit dahulu

Pengkajian ini meliputi adanya riwayat

Pengkajian ini meliputi adanya riwayat penyakit degenerative padapenyakit degenerative pada tulang belakang, seperti osteoporosis dan osteoarthritis yang tulang belakang, seperti osteoporosis dan osteoarthritis yang memungkinka

memungkinkan terjadinya n terjadinya kelainan pada tulang belakang. Penyakitkelainan pada tulang belakang. Penyakit lainnya seperti hipertensi, riwayat cedera tulang belakang lainnya seperti hipertensi, riwayat cedera tulang belakang sebelumnya, diabetes mellitus, penyakit jantung, anemia, sebelumnya, diabetes mellitus, penyakit jantung, anemia, penggunaan obat-obatan antikoagulan, aspirin, vasodilator dan penggunaan obat-obatan antikoagulan, aspirin, vasodilator dan obat-obatan adiktif perlu ditanyakan agar pengkajian lebih obat-obatan adiktif perlu ditanyakan agar pengkajian lebih komprehensif.

komprehensif. 4.

4. Pengkajian psikososiospiritualPengkajian psikososiospiritual

Pengkajian mengenai mekanisme koping yang digunakan klien Pengkajian mengenai mekanisme koping yang digunakan klien diperlukan untuk menilai respon emosi klien terhadap penyakit diperlukan untuk menilai respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya, perubahan peran klien dalam keluarga dan yang dideritanya, perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat, serta respon dan

masyarakat, serta respon dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga maupun masyarakat.kaji apakah ada hari, baik dalam keluarga maupun masyarakat.kaji apakah ada dampak yang timbul pada klien, seperti ketakutan akan kecacatan, dampak yang timbul pada klien, seperti ketakutan akan kecacatan,

rasa cemas, rasa ketidakmampuan melakukan aktivitas secara rasa cemas, rasa ketidakmampuan melakukan aktivitas secara optimal, dan gangguan citra diri.

optimal, dan gangguan citra diri.

--

Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik 

Setelah melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk  Setelah melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk  mendukung data pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya mendukung data pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan per sistem (B1-B6) dengan focus pemeriksaan B3 (brain) dan dilakukan per sistem (B1-B6) dengan focus pemeriksaan B3 (brain) dan B6 (bone) yang terarah dan

B6 (bone) yang terarah dan dihubungkan dengdihubungkan dengan keluhan klien.an keluhan klien. 1.

1. B1 (breathing)B1 (breathing)

Perubahan sistem pernapasan bergantung pada gradasi blok saraf  Perubahan sistem pernapasan bergantung pada gradasi blok saraf  parasimpatis (klien mengalami kelumpuhan otot-otot pernapasan) dan parasimpatis (klien mengalami kelumpuhan otot-otot pernapasan) dan perubahan karena adanya kerusakan jalur simpatik desenden akibat perubahan karena adanya kerusakan jalur simpatik desenden akibat trauma pada vertebra sehingga jaringan saraf di medulla spinalis trauma pada vertebra sehingga jaringan saraf di medulla spinalis terputus.

terputus.

Inspeksi. Didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum,Inspeksi. Didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak napas, penggunaan otot bantu napas, peningkatan frekuensi sesak napas, penggunaan otot bantu napas, peningkatan frekuensi pernapasan, retraksi interkostal, dan pengembangan paru tidak  pernapasan, retraksi interkostal, dan pengembangan paru tidak  simetris. Pada observasi ekpansi dada dinilai penuh atau tidak  simetris. Pada observasi ekpansi dada dinilai penuh atau tidak  penuh dan kesimetrisannya. Kesimetrisannya mungkin penuh dan kesimetrisannya. Kesimetrisannya mungkin menunjukkan adanya atelektasis, lesi pada paru, obstruksi pada menunjukkan adanya atelektasis, lesi pada paru, obstruksi pada bronkus, frakur tulang iga, dan pneumotoraks. Selain itu, juga bronkus, frakur tulang iga, dan pneumotoraks. Selain itu, juga dinilai retraksi otot-otot interkostal, substernal dan pernapasan dinilai retraksi otot-otot interkostal, substernal dan pernapasan abdomen.

abdomen.

Respirasi paradox ( retraksi abdomen saat inspirasi). Pola napasRespirasi paradox ( retraksi abdomen saat inspirasi). Pola napas ini dapat terjadi jika otot-otot interkostal tidak mampu ini dapat terjadi jika otot-otot interkostal tidak mampu menggerakkan dinding dada akibat adanya blok saraf  menggerakkan dinding dada akibat adanya blok saraf  parasimpatis.

parasimpatis.

Palpasi. Fremitus yang menurun dibandingkan dengan sisi yangPalpasi. Fremitus yang menurun dibandingkan dengan sisi yang lain akan didapatkan apabila trauma terjadi pada rongga toraks. lain akan didapatkan apabila trauma terjadi pada rongga toraks.

Perkusi. Didapatkan adnya suara redup sampai pekak apabilaPerkusi. Didapatkan adnya suara redup sampai pekak apabila trauma terjadi

Auskultasi. Suara napas tambahan, seperti napas berbunyi,Auskultasi. Suara napas tambahan, seperti napas berbunyi, stridor, ronki pada klien dengan peningkatan produksi secret, dan stridor, ronki pada klien dengan peningkatan produksi secret, dan kemampun batuk menurun sering didapatkan pada klien cedera kemampun batuk menurun sering didapatkan pada klien cedera tulang belakang yang mengalami penurunan tingkat kesadaran tulang belakang yang mengalami penurunan tingkat kesadaran (koma).

(koma).

Saat dilakukan pemeriksaan sistem pernapasan klien cedera tulang Saat dilakukan pemeriksaan sistem pernapasan klien cedera tulang belakang dengan fraktur dislokasi vertebra lumbalis dan protrusi belakang dengan fraktur dislokasi vertebra lumbalis dan protrusi diskus intervertebralis L-5 dan S-1, klien tidak mengalami kelainan diskus intervertebralis L-5 dan S-1, klien tidak mengalami kelainan inspeksi pernapasan. Pada palpasi toraks, didapatkan taktil fremitus inspeksi pernapasan. Pada palpasi toraks, didapatkan taktil fremitus tidak seimbang kanan dan kiri. Pada auskultasi, tidak didapatkan tidak seimbang kanan dan kiri. Pada auskultasi, tidak didapatkan suara napas tambahan.

suara napas tambahan. 2.

2. B2 (bB2 (blood). lood). Pengkajian Pengkajian sistem kasistem kardiovaskular rdiovaskular didapatkan didapatkan renjatanrenjatan (syok hipovolemik) dengan intensitas sedang dan berat. Hasil (syok hipovolemik) dengan intensitas sedang dan berat. Hasil pemeriksaan kardiovaskular pada beberapa keadaan adalah hipotensi, pemeriksaan kardiovaskular pada beberapa keadaan adalah hipotensi, bradikardia, berdebar-debar, pusing saat melakukan perubahan posisi, bradikardia, berdebar-debar, pusing saat melakukan perubahan posisi, dan ekstrimitas dingin atau pucat. Bradikardia

dan ekstrimitas dingin atau pucat. Bradikardia adalah tanda perubahanadalah tanda perubahan perfusi jaringan otak. Kulit pucat menandakan penurunan kadar perfusi jaringan otak. Kulit pucat menandakan penurunan kadar hemoglobin dalam darah. Hipotensi menandakan adanya perubahan hemoglobin dalam darah. Hipotensi menandakan adanya perubahan perfusi jaringan dan tanda awal dari

perfusi jaringan dan tanda awal dari suatu renjatan.suatu renjatan. 3.

3. B3 (brain).B3 (brain). 1)

1) Tingkat kesadaran, merupakan indicator paling sensitive untuk Tingkat kesadaran, merupakan indicator paling sensitive untuk  disfungsi sistem persarafan. Pada keadaan lanjut, kesadaran klien disfungsi sistem persarafan. Pada keadaan lanjut, kesadaran klien biasanya berkisar dari letargi, stupor,

biasanya berkisar dari letargi, stupor, semikoma sampai koma.semikoma sampai koma. 2)

2) Pemeriksaan fungsi cerebral. Pemeriksaan dilakukan denganPemeriksaan fungsi cerebral. Pemeriksaan dilakukan dengan mengobservasi penampilan, tingkah laku, gaya bicara, ekspresi mengobservasi penampilan, tingkah laku, gaya bicara, ekspresi wajah dan aktivitas motorik klien. Klien yang telah lama wajah dan aktivitas motorik klien. Klien yang telah lama mengalami cedera akan mengalami perubahan status mental.

mengalami cedera akan mengalami perubahan status mental. 3)

3) Pemeriksaan saraf cranial :Pemeriksaan saraf cranial : a.

a. Saraf I : biasanya tidak ada kelainan dan tidak ada kelainanSaraf I : biasanya tidak ada kelainan dan tidak ada kelainan pada fungsi penciuman.

pada fungsi penciuman. b.

c.

c. Saraf III, IV, dan VI : biasanya tidak ada gangguanSaraf III, IV, dan VI : biasanya tidak ada gangguan mengangka

mengangkat kelopak mata t kelopak mata dan pupil isokor.dan pupil isokor. d.

d. Saraf V : umumnya tidak mengalami paralisis pada ototSaraf V : umumnya tidak mengalami paralisis pada otot wajah dan reflex kornea biasanya tidak ada kelainan.

wajah dan reflex kornea biasanya tidak ada kelainan. e.

e. Saraf VII : persepsi pengecapan dalam batas normal danSaraf VII : persepsi pengecapan dalam batas normal dan wajah simetris.

wajah simetris. f.

f. Saraf VIII : tidak ditemukan adanya tuli persepsi dan tuliSaraf VIII : tidak ditemukan adanya tuli persepsi dan tuli konduktif.

konduktif. g.

g. Saraf IX : tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus danSaraf IX : tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius. Ada usaha klien untuk melakukan fleksi leher dan trapezius. Ada usaha klien untuk melakukan fleksi leher dan kaku kuduk.

kaku kuduk. h.

h. Saraf XII : lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi danSaraf XII : lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi. Indra

tidak ada fasikulasi. Indra pengecapapengecapan normal.n normal. 4)

4) Pemeriksaan reflex :Pemeriksaan reflex : a.

a. Pemeriksaan reflex dalam. Reflex Achilles menghilang danPemeriksaan reflex dalam. Reflex Achilles menghilang dan reflex Patella biasanya melemah karena kelemahan pada otot reflex Patella biasanya melemah karena kelemahan pada otot hamstring.

hamstring. b.

b. Pemeriksaan reflex patologis. Pada fase akut reflex fisiologisPemeriksaan reflex patologis. Pada fase akut reflex fisiologis akan menghilang dan muncul kembali setelah beberapa hari akan menghilang dan muncul kembali setelah beberapa hari yang didahului dengan reflex

yang didahului dengan reflex patologis.patologis. c.

c. Reflex Bulbo Cavernosus positif.Reflex Bulbo Cavernosus positif. 5)

5) Pemeriksaan sensorik. Apabila klien mengalami trauma padaPemeriksaan sensorik. Apabila klien mengalami trauma pada kauda ekuina, ia akan mengalami hilangnya sensibilitas secara kauda ekuina, ia akan mengalami hilangnya sensibilitas secara menetap pada kedua bokong, perineum dan anus. Pemeriksaan menetap pada kedua bokong, perineum dan anus. Pemeriksaan sensorik superficial dapat memberikan petunjuk mengenai lokasi sensorik superficial dapat memberikan petunjuk mengenai lokasi cedera akibat trauma di

cedera akibat trauma di daerah tulang belakang.daerah tulang belakang. 4.

4. B4 (blader). Kaji keadaan urin yang meliputi warna, jumlah danB4 (blader). Kaji keadaan urin yang meliputi warna, jumlah dan karakteristik urine, termasuk berat jenis urine. Penurunan jumlah urine karakteristik urine, termasuk berat jenis urine. Penurunan jumlah urine dan peningkatan retensi cairan dapat terjadi akibat menurunnya dan peningkatan retensi cairan dapat terjadi akibat menurunnya perfusi pada ginjal. Bila terjadi lesi pada kauda ekuina (kandung perfusi pada ginjal. Bila terjadi lesi pada kauda ekuina (kandung kemih diatur oleh pusat S2-S4) atau di bawah pusat spinal kandung kemih diatur oleh pusat S2-S4) atau di bawah pusat spinal kandung kemih, hubungan antara kandung kemih dan pusat spinal akan kemih, hubungan antara kandung kemih dan pusat spinal akan

terinterupsi. Pengosongan kandung kemih secara periodic bergantung terinterupsi. Pengosongan kandung kemih secara periodic bergantung pada reflex local dinding kandung kemih. Klien yang mengalami pada reflex local dinding kandung kemih. Klien yang mengalami trauma pada kauda ekuina akan kehilangan reflex kandung kemih trauma pada kauda ekuina akan kehilangan reflex kandung kemih yang bersifat sementara. Klien mungkin mengalami inkontinensia yang bersifat sementara. Klien mungkin mengalami inkontinensia urine, ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan dan urine, ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan dan ketidakmampuan menggunakan urinal karena kerusakan motorik dan ketidakmampuan menggunakan urinal karena kerusakan motorik dan postural.

postural. 5.

5. B5 (bowel). Pada keadaan syok spinal dan neuropraksia, seringB5 (bowel). Pada keadaan syok spinal dan neuropraksia, sering didapatkan adanya ileus paralitik. Data klinis menunjukkan hilangnya didapatkan adanya ileus paralitik. Data klinis menunjukkan hilangnya bising usus sserta kembung dan defekasi tidak

bising usus sserta kembung dan defekasi tidak ada. Hal ini ada. Hal ini merupakanmerupakan gejala awal syok spinal yang akan berlangsung beberapa hari sampai gejala awal syok spinal yang akan berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Pemenuhan nutrisi berkurang karena adanya mual beberapa minggu. Pemenuhan nutrisi berkurang karena adanya mual dan kurangnya asupan nutrisi. Pemeriksaan rongga mulut dengan dan kurangnya asupan nutrisi. Pemeriksaan rongga mulut dengan menilai ada tidaknya lesi pada mulut atau perubahan pada lidah dapat menilai ada tidaknya lesi pada mulut atau perubahan pada lidah dapat menunjukkan adanya dehidrasi.

menunjukkan adanya dehidrasi. 6.

6. B6 (bone). Paralisis motorik dan paralisis alat-alat dalam bergantungB6 (bone). Paralisis motorik dan paralisis alat-alat dalam bergantung pada ketinggian terjadinya trauma. Gejala gangguan motorik sesuai pada ketinggian terjadinya trauma. Gejala gangguan motorik sesuai dengan distribusi segmental dari saraf yang terkena.

dengan distribusi segmental dari saraf yang terkena. Fungsi

Fungsi Otot Otot SegmenSegmen Inspirasi

Inspirasi Diafragma Diafragma C3,4,5C3,4,5 Ekstensi

Ekstensi bahu bahu Deltoid Deltoid C5C5 Fleksi

Fleksi siku siku Biseps Biseps brakiibrakii Brakialis Brakialis

C5,6 C5,6

Ekstensi

Ekstensi pergelangan pergelangan Ekstensor Ekstensor karpikarpi radialis longus dan radialis longus dan brevis

brevis

C6,7 C6,7

Ekstensi

Ekstensi siku siku Triseps brakii Triseps brakii C7,8C7,8 Fleksi

Fleksi jari jari tangan tangan Fleksor Fleksor digitorumdigitorum superfisialis dan superfisialis dan profundus profundus C8 C8

Abduksi dan aduksi Abduksi dan aduksi  jari tangan

 jari tangan

Interossei

Aduksi

Aduksi paha paha Aduktor Aduktor longus longus dandan brevis

brevis

L2, 3 L2, 3

Ekstensi

Ekstensi lutut lutut Kuadriseps Kuadriseps L3, L3, 44 Dorsifleksi

Dorsifleksi

pergelangan kaki pergelangan kaki

Tibialis

Tibialis anterior anterior L4, L4, 55

Ekstensi

Ekstensi ibu ibu jari jari kaki kaki Ekstensor Ekstensor hailusishailusis longus longus L5, S1 L5, S1 Plantar fleksi Plantar fleksi pergelangan kaki pergelangan kaki Gastroknemius Gastroknemius Soleus Soleus S1, 2 S1, 2 Kontraksi

Kontraksi anal anal Sfingter Sfingter ani ani eksternus eksternus S2, S2, 3, 3, 44

7.

7. Look. Kaji adanya perubahan warna kulit; warna kebiruanLook. Kaji adanya perubahan warna kulit; warna kebiruan menunjukkan adanya sianosis (ujung kuku, ekstrimitas, telinga, menunjukkan adanya sianosis (ujung kuku, ekstrimitas, telinga, hidung, bibir, dan membrane mukosa). Pucat pada wajah dapat hidung, bibir, dan membrane mukosa). Pucat pada wajah dapat berhubungan dengan rendahnya kadar hemoglobin atau syok. Kaji berhubungan dengan rendahnya kadar hemoglobin atau syok. Kaji adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan dan adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan dan kehilangan sensori. Mudah lelah dapat menyebabkan maslah pada kehilangan sensori. Mudah lelah dapat menyebabkan maslah pada pola aktivitas dan istirahat.

pola aktivitas dan istirahat. 8.

8. Feel. Kaji warna kulit, suhu, kelembapan, dan turgor kulit. KajiFeel. Kaji warna kulit, suhu, kelembapan, dan turgor kulit. Kaji adanya nyeri pada daerah trauma.

adanya nyeri pada daerah trauma. 9.

9. Move. Disfungsi motorik yang paling umum Move. Disfungsi motorik yang paling umum terjadi adalah kelemahanterjadi adalah kelemahan dan kelumpuhan pada seluruh ekstrimitas bawah. Pada penilaian dan kelumpuhan pada seluruh ekstrimitas bawah. Pada penilaian kekuatan otot yang menggunakan derajat kekuatan otot diperoleh kekuatan otot yang menggunakan derajat kekuatan otot diperoleh grade 0 pada daerah sesuai segmen tulang belakang yang mengalami grade 0 pada daerah sesuai segmen tulang belakang yang mengalami cedera.

cedera.

Setiap klien dengan fraktur vertebra harus diperiksa secara lengkap. Setiap klien dengan fraktur vertebra harus diperiksa secara lengkap. Anamnesa yang baik mencakup jenis trauma, apakah jatuh

Anamnesa yang baik mencakup jenis trauma, apakah jatuh dari ketinggian,dari ketinggian, kecelakaan lalu lintas, atau olah raga. Pemeriksaan tulang belakang harus kecelakaan lalu lintas, atau olah raga. Pemeriksaan tulang belakang harus dilakukan dengan hati-hati. Pemeriksaan dimulai dari vertebra servikalis dilakukan dengan hati-hati. Pemeriksaan dimulai dari vertebra servikalis sampai vertebra lumbalis dengan cara meraba bagian-bagian vertebra, sampai vertebra lumbalis dengan cara meraba bagian-bagian vertebra, ligament, serta jaringan lunak lainnya. Pemeriksaan neurologis secara ligament, serta jaringan lunak lainnya. Pemeriksaan neurologis secara lengkap juga diperlukan. Pada setiap trauma tulang belakang harus lengkap juga diperlukan. Pada setiap trauma tulang belakang harus

dilakukan pemeriksaan yang teliti terhadap trauma yang mungkin dilakukan pemeriksaan yang teliti terhadap trauma yang mungkin menyertainya, seperti trauma pada kepala, toraks, rongga perut, serta menyertainya, seperti trauma pada kepala, toraks, rongga perut, serta panggul.

panggul.

--

Pemeriksaan radiologis, meliputi :Pemeriksaan radiologis, meliputi :

Pemeriksaan rontgen. pada pemeriksaan rontgen, manipulasiPemeriksaan rontgen. pada pemeriksaan rontgen, manipulasi penderita harus dilakukan secara hati-hati. Pada fraktur C-2, penderita harus dilakukan secara hati-hati. Pada fraktur C-2, pemeriksaan posisi AP dilakukan dengan membuka mulut. pemeriksaan posisi AP dilakukan dengan membuka mulut. Pemeriksaan posisi AP secara lateral dan kadang-kadang oblique Pemeriksaan posisi AP secara lateral dan kadang-kadang oblique dilakukan untuk menilai :

dilakukan untuk menilai :

Diameter anteroposterior kanal spinalDiameter anteroposterior kanal spinal

Kontur, bentuk dan kesejajaran vertebraKontur, bentuk dan kesejajaran vertebra

Pergerakan fragmen tulang dalam kanal spinalPergerakan fragmen tulang dalam kanal spinal

Keadaan simetris dari pedikel Keadaan simetris dari pedikel dan prosesus spinosusdan prosesus spinosus

Ketinggian ruangan diskus intervertebralisKetinggian ruangan diskus intervertebralis

PembengkakPembengkakan jaringan an jaringan lunak lunak 

Pemeriksaan CT-scan untuk melihat fragmentasi dan pergeseranPemeriksaan CT-scan untuk melihat fragmentasi dan pergeseran fraktur dalam kanal spinal

fraktur dalam kanal spinal

Pemeriksaan CT-scan dengan mielografiPemeriksaan CT-scan dengan mielografi

Pemeriksaan MRI terutama untuk melihat jaringan lunak, yaituPemeriksaan MRI terutama untuk melihat jaringan lunak, yaitu diskus intervertebralis dan ligamentum flavum serta lesi dalam diskus intervertebralis dan ligamentum flavum serta lesi dalam sumsum tulang belakang

sumsum tulang belakang

--

Pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium klinik rutinPemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium klinik rutin dilakukan untuk menilai komplikasi pada organ lain akibat cedera tulang dilakukan untuk menilai komplikasi pada organ lain akibat cedera tulang belakang.

belakang. ..

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2001.

Brunner & Suddarth. 2001.  Buku  Buku Ajar Ajar Keperawatan Keperawatan Medikal Medikal Bedah Bedah Volume Volume 3.3. Jakarta : EGC

Jakarta : EGC

Potter, & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Vol. 1. Jakarta : Potter, & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Vol. 1. Jakarta :

EGC EGC

Firmallah,Intan. 2011. Asuhan Keperawatan dengan Fraktur Vertebra. Firmallah,Intan. 2011. Asuhan Keperawatan dengan Fraktur Vertebra.

http://www.scribd.com/do

http://www.scribd.com/doc/53048779/Asuc/53048779/Asuhan-Keperawatanhan-Keperawatan-Dengan-

Dalam dokumen LAPORAN PENDAHULUAN (Halaman 29-46)

Dokumen terkait